Anda di halaman 1dari 40

Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Epidemiologi Pelayanan Kesehatan

Dosen : Prof. Dr. drg. A. Zulkifli Abdullah, M.Kes

ANALISIS INDIKATOR MUTU PELAYANAN RUMAH SAKIT


DI RSUD SYEKH YUSUF KABUPATEN GOWA
TAHUN 2016

DISUSUN OLEH:

DIAN IHWANA ANSYAR P1804216015


DIAN REZKI WIJAYA P1804216016

DEPARTEMEN EPIDEMIOLOGI
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017

i
KATA PENGANTAR

Asslamualaikum, wr.wb.

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat Rahmat-
Nya sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok mata
kuliah Epidemiologi Pelayanan Kesehatan yang berjudul Analisis Indikator Mutu
Pelayanan Rumah Sakit di RSUD Syekh Yusug Kabupaten Gowa Tahun 2016.
Tim penyusun sangat berharap makalah ini dapat memberikan manfaat dan
dapat menambah wawasan kepada para pembaca sekalian. Penyusun juga
menyadari bahwa di dalam penulisan makalah ini terdapat kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun sangat mengaharapkan
masukan berupa kritik dan saran demi perbaikan makalah yang akan penyusun
buat di masa yang akan datang.

Akhir kata, penyusun sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang
telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini. Penyusun memohon maaf
apabila terdapat kesalahan dalam penyusunan makalah ini. Semoga makalah ini
dapat dipahami oleh pembaca dan dapat memberi manfaat untuk perkembangan
ilmu dan pengetahuan. Aamiin.

Wassalamualaikum, wr.wb.

Makassar, Desember 2017

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................i

KATA PENGANTAR.....................................................................................................ii

DAFTAR ISI...................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................................3
C. Tujuan.........................................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum tentang Rumah Sakit.......................................................................4


B. Tinjauan Umum tentang Mutu Pelayanan Rumah Sakit..........................................12

BAB III GAMBARAN UMUM LOKASI...................................................................17

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil..........................................................................................................................22
B. Pembahasan............................................................................................................. 28

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan...............................................................................................................35
B. Saran.........................................................................................................................36

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan aspek yang sangat penting dalam kehidupan
manusia, terbukti berbagai cara dilakukan orang untuk mendapatkan taraf
kesehatan yang prima. Bila seseorang menderita sakit biasanya mereka akan
segera berusaha untuk mengatasi dan mengobati gangguannya atau
penyakitnya hingga sembuh. Untuk mencapai kesembuhan yang diharapkan
seseorang memerlukan bantuan dari pihak lain yaitu Rumah Sakit sebagai
institusi yang berwenang memberikan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat luas. Seiring dengan semakin pedulinya masyarakat terhadap
kesehatannya, semakin tinggi pula tuntutan masyarakat atas mutu pelayanan
kesehatan yang diberikan oleh pihak Rumah Sakit (Hadjam, 2001).
Rumah sakit sebagai institusi penyedia jasa pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna memiliki peran yang sangat strategis untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Rumah sakit dituntut
untuk memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang
ditetapkan dan dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat (Keputusan
Menteri Kesehatan No. 129 Tahun 2008) Pelayanan kesehatan bermutu
merupakan salah satu wujud dari tuntutan masyarakat di era globalisasi saat
ini. Masyarakat yang semakin kritis dan terdidik kian menguatkan agar
pelayanan kesehatan lebih responsif atas kebutuhan masyarakat, menerapkan
manajemen yang transparan, partisipatif dan akuntabel. Selain itu, masyarakat
menuntut rumah sakit harus dapat memberikan pelayanan kesehatan yang
terkait dengan kebutuhan pasien harus dapat dilayani oleh rumah sakit secara
mudah, cepat, akurat, dengan biaya terjangkau. Meningkatnya tuntutan
masyarakat di sarana kesehatan terutama di rumah sakit, secara
berkesinambungan membuat rumah sakit harus melakukan upaya peningkatan
mutu pemberian pelayanan kesehatan. Namun pada kenyataannya, masih
banyak masyarakat yang menyampaikan berbagai keluhannya, atas buruknya

1
pelayanan yang diterima pada sebuh rumah sakit. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya aduan masyarakat yang disampaikan, baik melalui media cetak
maupun melalui LSM (Cahyono, 2012).
Peningkatan mutu pelayanan kesehatan menjadi isu utama dalam
pembangunan kesehatan baik dalam lingkup nasional maupun global. Hal ini
didorong karena semakin besarnya tuntutan terhadap organisasi pelayanan
kesehatan untuk mampu memberikan pelayanan kesehatan secara prima
terhadap konsumen. Dalam pengembangan masyarakat yang semakin kritis,
mutu pelayanan akan menjadi sorotan baik untuk pelayanan medis, maupun
bentuk pelayanan lainnya.
Salah satu upaya dalam meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
adalah dengan meningkatkan mutu pelayanan di semuaunit pelayanan, baik
pada unit pelayanan medik, pelayanan penunjang medik,ataupun pada unit
pelayanan administrasi dan manajemen melalui program jaminan mutu.
Penilaian mutu terhadap beberapa aspek mutu dapat dinilai berdasarkan
indikator mutu pelayanan rumah sakit. Departemen Kesehatan (Depkes) serta
forum independen Indonesian Health Quality Network (IHQN) menetapkan
Standar Pelayanan Minimal (SPM) sebagai syarat pelayanan yang harus
dipenuhi oleh sebuah RS dan sebagai indikator tingkat penilaian mutu
pelayanan RS. Depkes menggunakan 5 indikator utama agar RS tersebut
dikatakan berkualitas, yakni persentase pemakaian tempat tidur (Bed
Occupancy Rate), lama rata-rata perawatan pasien di RS (Average Length of
Stay), frekuensi penggunaan tempat tidur rata-rata/tahun oleh berbagai pasien
(Bed Turn Over), rata-rata lama sebuah tempat tidur berada dalam keadaan
kosong (Turn Over Interval) dan angka kematian 48 jam setelah dirawat (Net
Death Rate). Selain indikator tersebut, masih banyak indikator lain yang
dapat digunakan dalam menilai mutu pelayanan rumah sakit.
Keluhan mengenai kualitas pelayanan rumah sakit sering didapati
khususnya pada rumah sakit daerah atau rumah sakit milik pemerintah yang
menjadi rumah sakit pilihan masyarakat pada umumnya. RSUD Syekh Yusuf
merupakan salah satu rumah sakit milik pemerintah klasifikasi B. Sebagai

2
salah satu rumah sakit di Kabupaten Gowa, hal ini menjadi tantangan bagi
RSUD Syekh Yusuf untuk meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dalam
rangka meningkatkan status kesehatan masyarakat kabupaten Gowa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka perlu diketahui bagaimana
mutu pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa Tahun 2016 ?

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk mendapatkan informasi tentang mutu pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit Umum Daerah Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Tahun 2016
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui jumlah rata-rata pemakaian tempat tidur (BOR)
b. Untuk mengetahui jumlah rata-rata lamanya perawatan pasien (ALOS)
c. Untuk mengetahui frekuensi penggunaan tempat tidur (BTO)
d. Untuk mengetahui interval penggunaan tempat tidur (TOI)
e. Untuk mengetahui angka kematian diatas 48 jam (NDR)
f. Untuk mengetahui angka kematian umum (GDR)
g. Untuk mengetahui angka kematian ibu (MDR)
h. Untuk mengetahui angka kematian janin (FDR)
i. Untuk mengetahui angka Hospitalization Rate
j. Untuk mengetahui angka Out Patient Rate
k. Untuk mengetahui angka Emergency Out Patient Rate

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Umum Rumah Sakit


Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat juga
diperlukan upayakuratif dan rehabilitatif selain upaya promotif dan preventif.
Upaya kesehatan yang bersifat kuratif dan rehabilitatif dapat diperoleh melalui
rumah sakit yang juga berfungsi sebagai penyedia pelayanan kesehatan
rujukan.
1. Definisi
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit, rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan
yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat.
Rumah Sakit Umum adalah Rumah Sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit (Permenkes 304, 2010).
Rumah sakit dapat dipandangan sebagai suatu struktur terorganisasi yang
menggabungkan bersama-sama semua profesi kesehatan, fasilitas
diasnogtik dan terapi, alat dan perbekalan serta fasilitas fisik ke dalam
suatu system terkoordinasi untuk penghantaran pelayanan kesehatan bagi
masyarakat.
2. Tujuan Penyelenggaraan Rumah Sakit
Undang-undang No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
menjelaskan bahwa tujuan penyelenggaraan rumah sakit adalah :
a. mempermudah akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan
b. memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat,
lingkungan rumah sakit dan sumber daya manusia di rumah sakit
c. meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah
sakit

4
d. memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya
manusia rumah sakit dan Rumah Sakit.
3. Tugas dan Fungsi Rumah Sakit
Rumah Sakit mempunyai tugas memberikan pelayanan kesehatan
perorangan secara paripurna. Untuk menjalankan tugasnya, rumah sakit
mempunyai fungsi :
a. penyelenggaraan pelayanan pengobatan dan pemulihan kesehatan
sesuai dengan standar pelayanan rumah sakit
b. pemeliharaan dan peningkatan kesehatanperorangan melalui pelayanan
kesehatan yang paripurna tingkat kedua dan ketiga sesuaikebutuhan
medis
c. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan sumberdaya manusia dalam
rangka peningkatan kemampuan dalam pemberian pelayanan
kesehatan
d. penyelenggaraan penelitian dan pengembangan serta penapisan
teknologi bidang kesehatan dalam rangkapeningkatan pelayanan
kesehatan dengan memperhatikan etika ilmu pengetahuan bidang
kesehatan.
4. Jenis Rumah Sakit
Rumah sakit dapat dibagi berdasarkan jenis pelayanan dan
pengelolaannya. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor
147/Menkes/PER/I/2010 tentang Perizinan Rumah Sakit mengelompokkan
rumah sakit berdasarkan kepemilikan atau pengelolaan rumah sakit, yaitu :
a. rumah sakit publik adalah rumah sakit yang dikelola Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan badan hukum yang bersifat nirlaba. Rumah
sakit publik di Indonesia dikelola oleh Kementerian Kesehatan,
Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten/Kota, TNI/Polri,
kementerian lain serta swasta non profit (organisasi keagamaan dan
organisasi sosial).
b. rumah sakit privat adalah rumah sakit yang dikelola oleh badan hukum
dengan tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero.

5
Berbeda dengan rumah sakit publik, rumah sakit privat dikelola oleh
BUMN dan swasta (perorangan, perusahaan dan swasta lainnya).
Adapun rumah sakit yang ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan
apabila telah memenuhi persyaratan dan standar rumah sakit pendidikan.
Rumah Sakit pendidikan ditetapkan oleh menteri setelah berkoordinasi
dengan menteri yang membidangi urusan pendidikan.Rumah Sakit
pendidikan merupakan rumah sakit yang menyelenggarakan pendidikan
dan penelitian secara terpadu dalam bidang pendidikan profesi kedokteran,
pendidikan kedokteran berkelanjutan, dan pendidikan tenaga kesehatan
lainnya.
Undang-Undang No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan
menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus.
a. Rumah sakit umum adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit.
b. Rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan
utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan
disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan
lainnya. Yang termasuk rumah sakit khusus seperti RS Jiwa, RS Kusta,
RS TB Paru, RS mata, dan RS Bersalin, RS Ibu dan Anak.
5. Klasifikasi Rumah Sakit
Dalam rangka penyelenggaraan pelayanan kesehatan secara
berjenjang dan fungsi rujukan, rumah sakit umum dan rumah sakit khusus
diklasifikasikan berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan rumah
sakit. Klasifikasi Rumah Sakit adalah pengelompokan kelas Rumah Sakit
berdasarkan fasilitasdan kemampuan pelayanan. (Permenkes 304, 2010).
Berdasarkan fasilitas dan kemampuan pelayanan, Rumah Sakit
Umum diklasifikasikan menjadi :
a. Rumah Sakit Umum Kelas A
Rumah Sakit Umum Kelas A harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit empat Pelayanan Medik

6
Spesialis Dasar, lima Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 12
Pelayanan Medik Spesialis Lain dan 13 Pelayanan Medik Sub
Spesialis. Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas A meliputi :
1) Pelayanan Medik Umum, terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,
Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu
Anak /Keluarga Berencana.
2) Pelayanan Gawat Darurat, harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 jam selama 7 hari dalam seminggu dengan
kemampuan melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat
darurat, melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
3) Pelayanan Medik Spesialis Dasar, terdiri dari Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
4) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, terdiri dari Pelayanan
Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik, Patologi Klinik dan
Patologi Anatomi.
5) Pelayanan Medik Spesialis Lain, sekurang-kurangnya terdiri dari
Pelayanan Mata, Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung
dan Pembuluh Darah, Kulit dan Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru,
Orthopedi, Urologi, Bedah Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran
Forensik.
6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut, terdiri dari Pelayanan
Bedah Mulut, Konservasi/ Endodonsi, Periodonti, Orthodonti,
Prosthodonti, Pedodonsi dan Penyakit Mulut.
7) Pelayanan Medik Subspesialis, terdiri dari Subspesialis Bedah,
Penyakit Dalam, Kesehatan Anak, Obstetri dan Ginekologi, Mata,
Telinga Hidung Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh
Darah, Kulit dan Kelamin, Jiwa, Paru, Orthopedi dan Gigi Mulut.
8) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan, terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatandan asuhan kebidanan.

7
9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan Intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam
Medik.
10) Pelayanan Penunjang Non Klinik, terdiri dari pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan
Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medik dan Penampungan Air Bersih
b. Rumah Sakit Umum Kelas B
Rumah Sakit Umum Kelas B harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik
Spesialis Dasar, 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik, 8 Pelayanan
Medik Spesialis Lainnya dan 2 Pelayanan Medik Subspesialis Dasar.
Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas B meliputi :
1) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,
Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu
Anak /Keluarga Berencana.
2) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat,
melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
3) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
4) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan
Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
5) Pelayanan Medik Spesialis Lain sekurang-kurangnya 8 (delapan)
dari 13 (tiga belas) pelayanan meliputi Mata, Telinga Hidung
Tenggorokan, Syaraf, Jantung dan Pembuluh Darah, Kulit dan
Kelamin, Kedokteran Jiwa, Paru, Orthopedi, Urologi, Bedah
Syaraf, Bedah Plastik dan Kedokteran Forensik.

8
6) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut terdiri dari Pelayanan
Bedah Mulut,Konservasi/Endodonsi, dan Periodonti.
7) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatandan asuhan kebidanan.
8) Pelayanan Medik Subspesialis 2 (dua) dari 4 (empat) subspesialis
dasar yang meliputi : Bedah, Penyakit Dalam, Kesehatan Anak,
Obstetri dan Ginekologi.
9) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam
Medik.
10) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan Laundry/
Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan Fasilitas,
Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Pemulasaraan Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas
Medik dan Penampungan Air Bersih.
c. Rumah Sakit Umum Kelas C
Rumah Sakit Umum Kelas C harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit 4 Pelayanan Medik
Spesialis Dasar dan 4 Pelayanan Spesialis Penunjang Medik. Kriteria,
fasilitas dan kemampuan RSU Kelas C meliputi :
1) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,
Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu
Anak /Keluarga Berencana.
2) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat,
melakukan resusitasi dan stabilisasi sesuai dengan standar.
3) Pelayanan Medik Spesialis Dasar terdiri dari Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
4) Pelayanan Medik Spesialis Gigi Mulut minimal satu pelayanan.

9
5) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik terdiri dari Pelayanan
Anestesiologi, Radiologi, Rehabilitasi Medik dan Patologi Klinik.
6) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatandan asuhan kebidanan.
7) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan intensif,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam
Medik
8) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan
laundry/linen, jasa boga /dapur, teknik dan pemeliharaan fasilitas,
pengelolaan limbah, gudang, ambulance,komunikasi, kamar
jenazah, pemadam kebakaran, pengelolaan gas medik dan
penampungan air bersih.
d. Rumah Sakit Umum Kelas D
Rumah Sakit Umum Kelas D harus mempunyai fasilitas dan
kemampuan pelayanan medik paling sedikit dua Pelayanan Medik
Spesialis Dasar. Kriteria, fasilitas dan kemampuan RSU Kelas D
meliputi :
1) Pelayanan Medik Umum terdiri dari Pelayanan Medik Dasar,
2) Pelayanan Medik Gigi Mulut dan Pelayanan Kesehatan Ibu
Anak /Keluarga Berencana.
3) Pelayanan Gawat Darurat harus dapat memberikan pelayanan
gawat darurat 24 jam dan 7 hari seminggu dengan kemampuan
melakukan pemeriksaan awal kasus-kasus gawat darurat,
melakukan resusitasi dan stabilisasisesuai dengan standar.
4) Pelayanan Medik Spesialis Dasar sekurang-kurangnya dua dari
empat jenis pelayanan spesialis dasar meliputi Pelayanan Penyakit
Dalam, Kesehatan Anak, Bedah, Obstetri dan Ginekologi.
5) Pelayanan Spesialis Penunjang Medik yaitu laboratorium dan
Radiologi.
6) Pelayanan Keperawatan dan Kebidanan terdiri dari pelayanan
asuhan keperawatan dan asuhan kebidanan.

10
7) Pelayanan Penunjang Klinik terdiri dari Perawatan High Care Unit,
Pelayanan Darah, Gizi, Farmasi, Sterilisasi Instrumen dan Rekam
Medik
8) Pelayanan Penunjang Non Klinik terdiri dari pelayanan
Laundry/Linen, Jasa Boga/Dapur, Teknik dan Pemeliharaan
Fasilitas, Pengelolaan Limbah, Gudang, Ambulance, Komunikasi,
Kamar Jenazah, Pemadam Kebakaran, Pengelolaan Gas Medik dan
Penampungan Air Bersih.
6. Jenis Pelayanan Rumah Sakit
Rumah Sakit harus mempunyai kemampuan pelayanan sekurang-
kurangnya pelayanan medik umum, gawat darurat, pelayanan
keperawatan, rawat jalan, rawat inap, operasi/bedah, pelayanan medik
spesialis dasar, penunjang medik, farmasi, gizi, sterilisasi, rekam medik,
pelayanan administrasi dan manajemen, penyuluhan kesehatan
masyarakat, pemulasaran jenazah, laundry, dan ambulance, pemeliharaan
sarana rumah sakit, serta pengolahan limbah (Permenkes 304, 2010). Jenis
– jenis pelayanan rumah sakit yang minimal wajib disediakan oleh rumah
sakit meliputi (Kepmenkes 129, 2008) :
a. Pelayanan gawat darurat
b. Pelayanan rawat jalan
c. Pelayanan rawat inap
d. Pelayanan bedah
e. Pelayanan persalinan dan perinatologi
f. Pelayanan intensif
g. Pelayanan radiologi
h. Pelayanan laboratorium patologi klinik
i. Pelayanan rehabilitasi medik
j. Pelayanan farmasi
k. Pelayanan gizi
l. Pelayanan transfusi darah
m. Pelayanan keluarga miskin

11
n. Pelayanan rekam medis
o. Pengelolaan limbah
p. Pelayanan administrasi manajemen
q. Pelayanan ambulans/kereta jenazah
r. Pelayanan pemulasaraan jenazah
s. Pelayanan laundry
t. Pelayanan pemeliharaan sarana rumah sakit
u. Pencegah Pengendalian Infeksi

B. Tinjauan Umum Mutu Pelayanan Kesehatan


1. Definisi
Mutu pelayanan kesehatan mempunyai banyak segi atau bersifat
multi dimensional yaitu mutu menurut pemakai pelayanan kesehatan
(pasien dan keluarga) dan menurut penyelenggaraan pelayanan kesehatan
(rumah sakit). Mutu atau kualitas merupakan kelebihan atau keunggulan
suatu hal atau kegiatan. Jika dikaitkan dengan pelayanan kesehatan, hal ini
menyangkut sejauh mana sumber daya atau layanan yang termasuk dalam
pelayanan kesehatan sesuai dengan standar yang ditentukan. Jika standar
tersebut diterapkan, diharapkan mengarah pada hasil yang diinginkan.
Pelayanan kesehatan adalah semua infrastuktur dan lingkungan yang
terlibat dalam penyediaan perawatan kesehatan umum dan spesialis bagi
pasien atau pelayanan pendukung, seperti rumah sakit umum dan swasta,
sarana pemeliharaan dan perawatan pribadi, pelayanan pengumpulan
darah, pelayanan kesehatan kerumah, kantor, tempat bedah atau praktek
dokter, osteopath, dokter gigi dan praktisi kedokteran lainnya,
laboratorium kedokteran dan gigi, klinik, pelayanan kesehatan kerja,
pelayanan kesehatan masyarakat, rumah obat, rumah pemakaman dan
pelayanan ibu dan anak.
Mutu pelayanan kesehatan umumnya dikaitkan dengan pelayanan
kesehatan kepada perorangan yang diberikan oleh suatu institusi atau
fasilitas kesehatan seperti rumah sakit. Mutu pelayanan rumah sakit adalah

12
derajat kesempurnaan pelayanan rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai standar
profesi, standar pelayanan profesi dan standar pelayanan dengan
menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di rumah sakit secara
wajar, efesien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan
sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan
memperhatikan keterbatasan dan kemampuan pemerintah dan masyarakat
konsumen (Rahmawati dan Supriyanto, 2013).
2. Aspek-aspek Pelayanan Kesehatan
Mutu pelayanan suatu sarana kesehatan adalah produk akhir dari
interkasi dan ketergantungan yang saling terkait antara berbagai komponen
atau aspek pelayanan kesehatan itu sebagai suatu system. Komponen
tersebut sebagai berikut :
a. Struktur adalah sarana fisik, perlengkapan dan peralatan organisasi dan
manajemen, keuangan, sumber daya manusia serta sumber daya
lainnya
b. Proses adalah semua kegiatan media atau dokter, perawat dan
professional lainnya dalam interaksi professional dengan pasien
c. Output adalah hasil akhir kegiatan dan tindakan professional terhadap
pasien dalam meningkatkan derajat kesehatan dengan pasien
3. Indikator Mutu Pelayanan Rumah Sakit
Terpenuhi atau tidaknya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan rujukan dan perorangan di suatu wilayah dapat dilihat dari rasio
tempat tidur terhadap 1.000 penduduk. Rasio tempat tidur di rumah sakit
di Indonesia pada tahun 2013 adalah 1,12 per 1.000 penduduk. Rasio ini
lebih tinggi dibandingkan tahun 2012 sebesar 0,95 per 1.000 penduduk.
Jika dilihat secara nasional pada tahun 2013 memang nampaknya
jumlah tempat tidur telah mencukupi, namun masih terdapat beberapa
provinsi dengan rasio kurang dari 1 tempat tidur per 1.000 penduduk.
Indikator-indikator pelayanan rumah sakit dapat dipakai untuk mengetahui

13
tingkat pemanfaatan, mutu dan efisien pelayanan rumah sakit. Indikator-
indikator tersebut sebagai berikut :.
a. Bed Occupancy Rate (BOR)
Yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu
tertentu. Indikator ini memberikan gambaran tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan tempat tidur rumah sakit. Nilai standar BOR yang ideal
menurut Depkes adalah antara 60 – 85 %

Jumlah hari perawatan RS dalam waktu tertentu


BOR= x 100 %
Jumlah TT x jumlah hari dalam satu tahun

b. Average Length of Stay (ALOS)


Yaitu rata-rata lama rawat seorang pasien. Indikator ini disamping
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu
dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara
umum nilai ALOS yang ideal antara 6 – 9 hari

Jumlah hari perawatan pasienrawat inap di RS


( hidup+ mati)
ALOS=
Jumlah pasienrawat inap yang keluar RS
( hidup+ mati)

c. Bed Turn Over (BTO)


Yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode, berapa kali
tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu (biasanya dalam periode
1 tahun). Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pada pemakaian
tempat tidur. Idealnya dalam setahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40 – 50 kali.

Jumlah pasienrawat inap yang keluar ( hidup+mati )


di RS dalam 1tahun
BTO=
Jumlah tempat tidur di RS pada tahun yang sama

14
d. Turn Over Interval (TOI)
Yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari telah diisi
ke saat terisi berikutnya. Indikator ini memberikan gambaran tingkat
efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur kosong atau
tidak terisi pada kisaran 1–3 hari.

( Jumlah TT x jumlah hari dalam setahun ) −¿ jumlah hari perawatan


TOI=
Jumlah pasien keluar(hidup+ mati)

e. Net Death Rate (NDR)


Yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000
penderita keluar. Indikator ini memberikan gambaran mutu pelayanan
di rumah sakit. Standar nilai NDR kurang dari 25 per 1000 penderita
keluar.

Jumlah pasien mati> 48 jam dirawat


NDR=
Jumlah pasien keluar RS( hidup+ mati) x 1000 % ¿
¿

f. Gross Death Rate (GDR)


Yaitu angka kematian umum untuk setiap 1000 penderita keluar rumah
sakit. Indicator ini dapat digunakan untuk menilai mutu pelayanan jika
angka kemtian <48 jam tinggi. Standar nilai GDR tidak lebih dari 45
per 1000 penderita keluar.

Jumlah seluruh kematian pasien di RS


GDR= x 1000 %
Jumlah pasien keluar RS( hidup+ mati)

g. Maternal Death Rate (MDR)

15
Merupakan angka kematian ibu saat persalinan. Idealnya < 0,25%
Jumla pasien kebidanan yang meninggal
dalam periode tertentu
MDR= x 100 %
jumlah pasien kebidanan yang keluar
hidup+ mati

h. Foetal Death Rate (FDR)


Merupakan jumlah kematian janin usia lebih drai 20 minggu
kehamilan. Standar FDR adalah 2%.

Jumlah kematian janindgn usia kehamilan


¿ 20 minggu
FDR= x 100 %
Jumlah semua kelahiran dalam periode tertentu

i. Hospitalization Rate
Total hari perawatan
x 100 %
∑ ❑ Populasi dalam tahuntertentu

j. Out Patient Rate

Total kunjungan pasien(baru+ lama)


x 1000
∑ ❑ Populasidalamtahun tertentu
k. Emergency Out Patient Rate:
Total kunjungan pasien gawat darurat
x 100
∑ Populasi

BAB III

16
GAMBARAN UMUM LOKASI

A. Analisis Situasi Kabupaten Gowa


1. Batas Wilayah
Kabupaten Gowa merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di
Provinsi Sulawesi Selatan. Wilayah Kabupaten Gowa terletak pada 05°
33’ 6” sampai 05° 34’ 7” Lintang Selatan dan 12° 38’ 6” sampai 12° 33’
6” Bujur Timur (BPS, 2017).

Gambar 3.1. Peta Kabupaten Gowa

Kabupaten Gowa dengan ibu kota Sungguminasa berada pada bagian


selatan Provinsi Sulawesi Selatan yang berbatasan dengan 7
kabupaten/kota lain dengan batas wilayahnya sebagai berikut.
a. Sebelah Utara : Kota Makassar dan Kab. Maros
b. Sebelah Timur : Kab. Sinjai, Kab. Bulukumba dan Kab. Bantaeng
c. Sebelah Selatan : Kab. Takalar dan Kab. Jeneponto
d. Sebelah Barat : Kota Makassar dan Kab. Takalar
2. Luas Wilayah

17
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), luas wilayah
Kabupaten Gowa adalah 1.833,33 km2 yang terdiri dari 18 Kecamatan
(Bajeng, Bajeng Barat, Barombong, Biringbulu, Bontolempangan,
Bontomarannu, Bontonompo, Bontonompo Selatan, Bungaya, Manuju,
Pallangga, Parangloe, Parigi, Pattallassang, Sombaopu, Tinggimoncong,
Tombolopao dan Tompobulu) dan 167 desa/kelurahan(Simtaru Sulsel,
2011). Kecamatan dengan wilayah terluas adalah Kecamatan Tombolo Pao
yang berada di daerah pegunungan, sedangkan kecamatan yang paling
kecil luas wilayahnya adalah Kecamatan Bajeng Barat, yang merupakan
hasil pemekaran Kabupaten Bajeng (BPS, 2017).

3. Kependudukan
Jumlah penduduk Kabupaten Gowa termasuk terbesar ketiga di
Provinsi Sulawesi Selatan setelah Kota Makassar dan Kabupaten Bone.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada Gowa dalam Angka
tahun 2017, tercatat jumlah penduduk tahun 2016 di Kabupaten Gowa
adalah 735.493 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 361.814
jiwa dan perempuan sebanyak 373.679 jiwa dengan kepadatan penduduk
adalah 391 per km2.

4. Sarana Kesehatan
Puskesmas yang berada di Kabupaten Gowa sejumlah 25 puskesmas,
yaitu puskesmas Sombaopu, Samata, Pallangga, Kampili, Moncobalang,
Kanjilo, Bajeng, Gentungan, Pabentengan, Bontonomupo I, Bontonompo
II, Bontomarannu, Pattallassang, Pacelekkang, Parangloe, Manuju,
Tinggimoncong, Parigi, Tamaona, Sapaya, Tompobulu, Tonrorita, Lauwa,
Batumalonro, dan Bontolempangan. Sedangkan untuk rumah sakit adalah
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syekh Yusuf.

18
B. Gambaran Umum Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syekh Yusuf
Kab. Gowa
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
merupakan rumah sakit milik pemerintah klasifikasi B yang terletak di Jl. Dr
Wahidin Sudirohusodo No. 48 Sungguminasa Kelurahan Batangkaluku
Kecamatan Sombaopu dengan batas wilayah sebagai berikut.
1. Sebelah timur berbatasan dengan Jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo
Sungguminasa
2. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Dahlia Sungguminasa
3. Sebelah utara berbatasan dengan Jalan Perintis AMD Sungguminasa
4. Sebelah selatan berbatasan dengan Jalan Kamboja
Wilayah cakupan RSUD Syekh Yusuf meliputi seluruh kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Gowa. Jumlah pasien yang berkunjung sebagian besar
berasal dari kecamatan terdekat yang terdekat dari 18 kecamatan yang
terdapat di Kabupaten Gowa dengan radius 10 km dari pusat kota dan
terdapat pula pasien yang berasal dari pinggiran wilayah kota Makassar.

C. Visi, Misi, dan Tujuan RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa


1. Visi
“Terwujudnya Rumah Sakit yang Berkualitas dan Berdaya Saing”
2. Misi
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang komprehensif, bermutu yang
berorientasi pada keselamatan pasien
b. Meningkatkan tata kelola administrasi rumah sakit yang akuntabel,
efektif dan efisien
c. Meningkatkan kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
humanis dan berdaya saing
d. Meningkatkan sarana dan prasarana sesuai standar rumah sakit
klasifikasi B pendidikan.

3. Tujuan

19
a. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang bermutu, cepat, akurat dan
aman berorientasi pada kepuasan pelanggan
b. Meningkatnya tata kelola administrasi rumah sakit yang akuntabel,
efektif, dan efisien
c. Meningkatnya kualitas dan kuantitas sumber daya manusia yang
humanis dan berdaya saing
d. Meningkatnya sarana dan prasarana sesuai standar rumah sakit
klasifikasi B
D. Fasilitas
Sarana gedung yang terdapat pada RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
adalah :
1. Instalasi Rawat Darurat (IRD)
Sistem pelayanan IRD merupakan sistem terpadu pelayanan 24 jam
dengan ketersediaan ambulans 8 unit. Pelayanan IRD menggunakan sistem
triage, dengan memilah penderita dan dilayani berdasarkan kondisi dan
riwayat penyakit pasien serta tingkat kegawatannya.
2. Instalasi Rawat Jalan (IRJ)
IRJ terdiri dari beberapa poliklinik yang beroperasi setiap hari kerja
mulai pukul 07.30 hingga 14.00 WITA. Adapun poliklinik yang dimaksud
adalah poliklinik umum, penyakit dalam, bedah, THT, syaraf, anak, gigi
dan mulut, mata, jiwa, kulit dan kelamin, ortopedi, gizi dan poliklinik
KIA/obgyn.
3. Instalasi Rawat Inap (IRNA)
Instalasi Rawat Inap (IRNA) dibagi menjadi enam antara lain :
a. Perawatan I Penyakit Dalam / Interna (Asoka)
b. Perawatan II Penyakit Anak (Melati)
c. Perawatan III Obstetri, Gynecologi, Perinatologi (Mawar)
d. Perawatan IV Penyakit Bedah (Kamboja)
e. Perawatan V Penyakit Bedah (Seruni)
f. Perawatan VII penyakit Dalam (Tulip)

20
4. Instalasi Penunjang, terdiri dari farmasi, radiologi, laboratorium, instalasi
kamar operasi, instalasi rehabilitasi medik, pelayanan jenazah, Intensive
Care Unit (ICU), instalasi gizi, Central Sterile Supply
Departement(CSSD) dan Instalasi Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
(IPSRS).

21
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Mutu pelayanan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Tahun 2016
berdasarkan tingkat efisiensi kunjungan pasien sebagai berikut :
1. Bed occupancy Rate (BOR)

Jumlah hari perawatan dalam waktu tertentu


BOR= x 100 %
JumlahTT x jumlah hari dalam satuanwaktu tertentu

Diketahui :
a. Jumlah hari perawatan RS tahun 2016 = 59.476 hari
b. Jumlah tempat tidur tahun 2016 = 209 TT
c. Jumlah hari dalam setahun (Jan-Des) = 365 hari
Maka :

59476
BOR= x 100 %
209 x 365
= 77,96%
Jadi, persentase pemakaian tempat tidur (BOR) di RSUD Syekh Yusuf
Kab. Gowa tahun 2016 sebesar 77,96%.

2. Average Lenght of Stay (ALOS)

Jumlah hari perawatan pasienrawat inap ( hidup∧mati ) di RS


ALOS=
Jumlah pasien rawat inap yang keluar ( hidup∧mati ) di RS

Diketahui :
a. Jumlah hari perawatan pasien rawat inap (hidup dan mati) tahun 2016
= 59476 hari

22
b. Jumlah pasien rawat inap yang keluar (hidup dan mati) tahun 2016 =
18346 pasien (hidup 18033 dan mati 313)
Maka :
59476
ALOS=
18346
= 3,2 hari
Jadi,rata-rata lamanya perawatan seorang pasien (ALOS) di RSUD
Syekh Yusuf Kab. Gowa tahun 2016 adalah selama 3 hari.

3. Bed Turn Over (BTO)

Jumlah pasienrawat inap yg keluar ( hidup∧mati )


di RS dlm 1tahun
BTO=
Jumlah TT pada tahun yang sama

Diketahui :
a. Jumlah pasien rawat inap yang keluar (hidup dan mati) RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 = 18346 pasien
b. Jumlah tempat tidur Tahun 2016 = 209 TT
Maka :
18346
BTO=
209
= 87,77 kali
Jadi, frekuensi penggunaan tempat tidur (BTO) di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebanyak 88 kali.

4. Turn Over Interval (TOI)

Jumlah TT x jumlah hari dalam 1tahun−¿ jumlah hari perawatan


TOI=
Jumlah pasienkeluar (hidup dan mati)

23
Diketahui :
a. Jumlah tempat tidur tahun 2016 = 190TT
b. Jumlah hari dalam setahun = 365 hari
c. Jumlah hari perawatan tahun 2016 = 59476 hari
d. Jumlah pasien keluar (hidup dan mati) tahun 2016 = 18346 pasien
Maka,
209 x 365−59476
TOI=
18346
= 0,91 hari
Jadi, interval penggunaan tempat tidur (TOI) di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2016 sebanyak 1 hari.

5. Net Death Rate (NDR)

Jumlah pasien mati >48 jam dirawat


NDR= x 100 %
Jumlah pasien keluar RS− jumlah kematian
dibawah 48 jam

Diketahui :
a. Jumlah pasien mati > 48 jam dirawat = 100 pasien
b. Jumlah pasien keluar RS (hidup+mati) = 18346 pasien
c. Jumlah pasien mati < 48 jam = 231 pasien
Maka,

100
NDR= x 100 %
18346−231
= 0,55%

Jadi angka kematian diatas 48 jam setelah dirawat untuk tiap 100
pasien di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebesar
0,55%.

24
6. Gross Death Rate (GDR)

GDR=
∑ seluruh kematian pasien di RS x 100 %
∑ pasien keluar RS(hidup∧mati)

Diketahui :
a. Jumlah seluruh kematian di RS = 313 orang.
b. Jumlah pasien yang keluar rumah sakit (hidup dan mati) = 18346
orang.
Maka,
313
GDR= x 100 %
18346
= 1,70%
Jadi, angka kematian umum pasien yang keluar RS pada RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebesar 1,70%.

7. Maternal Death Rate (MDR)

MDR=
∑ pasien kebidanan yg meninggal dlm periode ttt x 100 %
∑ pasien kebidanan yg keluar hidup∧mati
dlm periode yg sama

Diketahui :
a. Jumlah pasien kebidanan yang meninggal tahun 2016 = 5 pasien
b. Jumlah pasien kebidanan yang keluar rumah sakit (hidup dan mati)
tahun 2016 = 4034 orang.
Maka,
5
MDR= x 100 %
4034
= 0,12%

25
Jadi, angka kematian ibu di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
tahun 2016 sebesar 0,12%.

8. Foetal Death Rate (FDR)

∑ kematian janindgn usia kehamilan> 20 minggu


FDR= x 100 %
∑ semua kelahiran dalam periode tertentu

Diketahui :
a. Jumlah kematian janin usia kehamilan >20 minggu = 11 janin
b. Jumlah kelahiran tahun 2016 = 2046 kelahiran
Maka,
11
FDR= x 100 %
2046
= 0,54%
Jadi, angka kematian janin di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
tahun 2016 adalah 0,54%

9. Hospitalization Rate :
Total hari perawatan
x 100 %
∑ ❑ Populasi kabupaten Gowa tahun 2016
Diketahui
a. Total Hari perawatan = 59476 hari
b. Total populasi Kabupaten Gowa tahun 2016 = 735.493 penduduk
Maka :

59476
Hospitalization Rate= x 100 %
735493
= 8,09 %

Jadi, persentase kunjungan pada tahun yang sama di RSUD Syekh


Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebesar 8,09%

26
10. Out Patient Rate :
Total kunjungan pasien ( baru+lama )
x 1000
∑ ❑ Populasi KabGowa
Diketahui
a. Total Kunjungan pasien (baru+lama) tahun 2016 = 112.486 kunjugan
b. Total populasi Kabupaten Gowa tahun 2016 = 735.493 penduduk
Maka :
112486
Out Patient Rate= x 100 %
735493
= 15,29 %

Jadi, persentase pasien keluar pada tahun yang sama di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebesar 15,29%

11. Emergency Out Patient Rate:


Total kunjungan pasien gawat darurat
x 100
∑ Populasi
Diketahui
a. Total Kunjungan pasien gawat darurat tahun 2016 = 22.838 kunjungan
b. Total populasi Kabupaten Gowa tahun 2016 = 735.493 penduduk
Maka :
22838
Out Patient Rate= x 100 %
735493
= 3,11 %
Jadi, persentase pasien gawat darurat yang keluar pada tahun yang
sama di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebesar 3,11%

27
Perkembangan Indikator Pelayanan Kinerja Rawat Inap

Tahun Standar (Barber-


Indikator Johnson)
2012 2013 2014 2015 2016
BOR 75.34 75 81.53 82.33 77.97 60-85%
LOS 2.93 3.12 3.16 3.27 3.20 6-9 hari
TOI 0,92 0.96 0.70 0.73 0.91 1-3 hari
BTO 97.76 94.41 95.50 88.76 87.77 40-50 kali/tahun
GDR 1.04/1000 0.86/1000 1.38/1000 1.43/1000 1.70/1000 ≤ 45/1000
NDR 0.42/1000 0.27/1000 0.49/1000 0.49/1000 0.55/1000 ≤ 25/1000

Tempat
185 190 189 191 209
Tidur
Tahun 2012-2016
Sumber : Profil RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa, 2017

B. Pembahasan
a. Bed Occupancy Rate (BOR)
BOR merupakan persentase pemakaian tempat tidur pada satuan
waktu tertentu. Indikator BOR memberikan gambaran tinggi rendahnya
tingkat pemanfaatan tempat tidur di rumah sakit. Nilai standar BOR adalah
antara 60-85%, dimana angka BOR yang rendah (<60%) menunjukkan
kurangnya pemanfaatan fasilitas perawatan RS oleh masyarakat.
Sedangkan angka BOR yang tinggi (>85%) menunjukkan tingginya
pemanfaatan tempat tidur sehingga perlu pengembangan Rumah Sakit atau
penambahan jumlah kapasitas tempat tidur.
Hasil perhitungan BOR di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
tahun 2016 adalah 77,96%, dimana angka tersebut telah memenuhi standar
nasional yaitu 60-85%. Hal ini menunjukkan bahwa RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa telah dimanfaatkan dengan baik oleh masyarakat. Selain
itu, pelayanan rawat inap di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa sesuai
dengan harapan masyarakat dan pasien merasa puas atas pelayanan
kesehatan yang diterima di RSUD Syekh Yusuf. Namun nilai BOR pada

28
tahun 2016 mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yaitu
82.33%.
BOR suatu rumah sakit dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor input dan proses pelayanan terhadap BOR seperti sarana umum,
sarana medis, sarana penunjang medis, tarif, ketersediaan pelayanan,
tenaga, sikap dokter, sikap perawat, dan kesinambungan pelayanan secara
bersama-sama memiliki keeratan hubungan sebesar 90,8%. Sikap perawat
dan dokter dalam memberikan pelayanan merupakan hal yang memiliki
skala prioritas untuk ditingkatkan oleh pihak manajemen rumah sakit
karena merupakan bagian dari rumah sakit yang berhubungan langsung
dengan pasien sebagai konsumen (Susanto, 2009).
Suatu penelitian (Dai, 2012) menunjukkan bahwa kebutuhan pasien
sebagian besar berada pada kualitas pelaksanaan pelayanan seperti
keandalan petugas dalam memberikan layanan dan bertindak demi
kepentingan pasien (kualitas reliability dan trustworthiness)
dankemampuan petugas dalam mengatasi masalah yang tidak terduga
(service recovery).
b. Average Lenght of Stay (ALOS)
ALOS merupakan rata-rata lama rawat seorang pasien yang
memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan gambaran
mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan
hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut. Secara umum nilai ALOS
yang ideal antara 6 – 9 hari.
Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata lama perawatan seorang
pasien (ALOS) di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa tahun 2016 adalah
selama 3 hari. Jika dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya tidak
terjadi perubahan nilai ALOS. Hal ini menunjukkan bahwa hari perawatan
pasien di ruangan rawat inap lebih singkat dan lebih cepat meninggalkan
rumah sakit. Kemungkinan hal ini terjadi karena adanya ketidakpuasan
pasien. Selain karena segi pelayanan yang mungkin belum cukup
memuaskan berdasarkan penilaian pasien, hal ini kemungkinan terkait

29
dengan pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit dengan fasilitas yang
lebih lengkap di Makassar dimana jarak kota Makassar dengan Kabupaten
Gowa yang tidak begitu jauh.
Perlu penyusunan strategi agar nilai ALOS berada pada angka ideal.
Salah satunya dalam penyusunan strategi retensi pelanggan pada
pelayanan rawat inap. Hal ini dapat dilakukan melalui promotion effects
(efek promosi atas suatu pelayanan yang diterima dan dipersepsikan
konsumen), switching barriers (upaya rumah sakit membentuk rintangan
pengalihan ke tempat layanan lain, sehingga pasien enggan rugi karena
perlu pengeluaran biaya lebih besar apabila pindah), dan loyalitas pasien
(perilaku konsumen yang lebih daripada sekedar puas dan cerminan
kesetiaan terhadap suatu produk/jasa) pada pelayanan rawat inap.
c. Bed Turn Over (BTO)
BTO yaitu frekuensi pemakaian tempat tidur pada satu periode,
berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu (biasanya dalam
periode tahun tahun). Indikator ini memberikan tingkat efisiensi pada
pemakaian tempat tidur.Idealnya dalam setahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40–50kali.
Berdasarkan hasil perhitungan, frekuensi penggunaan tempat tidur
(BTO) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebanyak 88
kali. Hal ini menunjukkan frekuensi penggunaan tempat tidur yang tinggi
dan melebihi dari standar. Namun, jika dibandingkan dengan tahun-tahun
sebelumnya terjadi penurunan nilai BTO di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa. Tingginya angka BTO berhubungan dengan nilai ALOS
yang menunjukkan angka yang rendah, artinya pasien dirawat dengan
lama hari rawat yang singkat sehingga lebih banyak peluang untuk pasien
baru menggunakan tempat tidur. Terdapat dua RS di Kab. Gowa, namun
RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa menjadi rumah sakit yang lebih sering
menjadi pilihan masyarakat. Hal ini kemungkinan menjadi salah satu
penyebab penggunaan tempat tidur yang melebihi standar.

30
d. Turn Over Interval (TOI)
TOI yaitu rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati dari
telah diisi ke saat terisi berikutnya. Indikator ini juga memberikan
gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat tidur. Idealnya tempat tidur
kosong/tidak terisi ada pada kisaran 1–3 hari. Berdasarkan hasil
perhitungan, interval penggunaan tempat tidur (TOI) di RSUD Syekh
Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebanyak 1 hari. Jika dibandingkan
dengan tahun-tahun sebelumnya tidak terjadi perubahan nilai ALOS. Hal
ini sesuai dengan hasil perhitungan indikator yang lainnya, karena
banyaknya pasien sehingga tingginya penggunaan tempat tidur dan
rendahnya lama hari perawatan menunjukkan bahwa rentang tempat tidur
dalam keadaan kosong tidak berlangsung lama.
e. Net Death Rate (NDR)
NDR yaitu angka kematian 48 jam setelah dirawat untuk tiap-tiap
1000 penderita keluar. Nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir
adalah kurang dari 25 per 1000. Angka kematian diatas 48 jam setelah
dirawat untuk tiap 100 pasien di RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa tahun
2016 sebesar 0,55% atau 5 per 1000 pasien yang keluar. Hal ini
menunjukkan bahwa angka kematian > 48 jam masih dapat ditolerir. Hal
ini menunjukkan tenaga kesehatan dapat menangani dengan baik pasien
yang berada di perawatan inap.
f. Gross Death Rate (GDR)
GDR yaitu angka kematian umum untuk setiap 1000penderita keluar
rumah sakit. Nilai GDR tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.
Berdasarkan hasil perhitungan, angka kematian umum pasien yang keluar
RS pada RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa Tahun 2016 sebesar
1,70% atau 17 per 1000 penderita keluar. Hal ini sama halnya dengan
NDR, bahwa angka kematian masih dapat ditolerir dan menunjukkan
tenaga kesehatan dapat menangani pasien dengan baik.

31
g. Maternal Death Rate (MDR)
Merupakan angka kematian ibu di rumah sakit, dimana standarnya
adalah <0,25%. Berdasarkan perhitungan, angka kematian ibu di RSUD
Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 sebesar 0,12%. Hal ini
menunjukkan angka yang masih dapat ditolerir, karena secara tidak
langsung menggambarkan penanganan yang baik pada ibu yang
berkunjung ke RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa. Angka Kematian
Ibu (AKI) bukan saja merupakan indikator kesehatan wanita, tetapi juga
menggambarkan tingkat akses, integritas dan efektivitas sektor kesehatan.
Kualitas pelayanan oleh tenaga kesehatan yang tidak adekuat berdampak
pada kematian ibu.
h. Foetal Death Rate (FDR)
Angka kematian janin di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
tahun 2016 adalah 0.54%. Hal ini menunjukkan bahwa angka kematian
janin di RSUD Syekh Yusuf Gowa telah memenuhi stándar. Beberapa
studi yang dilakukan pada akhir-akhir ini melaporkan sejumlah faktor
risiko kematian fetal, khususnya IUFD. Peningkatan usia maternal akan
meningkatkan risiko IUFD. Wanita diatas usia 35 tahun memiliki risiko
40-50% lebih tinggi akan terjadinya IUFD dibandingkan dengan wanita
pada usia 20-29 tahun. Risiko terkait usia ini cenderung lebih berat pada
pasien primipara dibanding multipara. Selain itu, kebiasaan buruk
(merokok), berat maternal, kunjungan antenatal care, faktor sosioekonomi
juga mempengaruhi resiko terjadinya IUFD (Sarah and Mcdonald, 2007
dalam CA, 2013).
Salah satu upaya Kementerian Kesehatan dalam percepatan
penurunan AKI dan AKB dalah kegiatan Audit Maternal Perinatal (AMP)
yang mencakup audit terhadap kematian ibu yang disebabkan karena
masalah kehamilan, persalinan dan nifas, serta kematian janin/bayi
(perinatal dan neonatal). AMP turut menjaga dan meningkatkan mutu
pelayanan KIA di tingkat kabupaten/kota, provinsi, dan nasional melalui
upaya penerapan tata kelola klinis yang baik.

32
i. Hospitalization Rate
Hospitalization rate adalah perbandingan total hari rawatan dengan
jumlah populasi dan dikalikan 100%. Hasil perhitungan Hospitalization
Rate di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 adalah 8,09%.
Stándar atau nilai ideal dari Hospitalization Rate belum diketahui. Dengan
nilai Hospitalization Rate kita dapat menaksir bagaimana besarnya
cakupan masyarakat yang memanfaatkan pelayanan kesehatan ini.
j. Out Patient Rate
Out patient rate adalah perbandingan total kunjungan baru dan
lama dengan jumlah populasi dan dikalikan 100%. Hasil perhitungan Out
Patient Rate di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun 2016 adalah
15.29%. Nilai ideal dari Out Patient Rate belum diketahui. Hal ini
menunjukkan bahwa 15.29% masyarakat Kabupaten Gowa melakukan
kunjungan ke RSUD Syekh Yusuf untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan.
k. Emergency Out Patient Rate
Emergency out patient rate adalah perbandingan total kunjungan
pasien gawat darurat dengan jumlah populasi dan dikalikan 100%. Hasil
perhitungan Emergency Out Patient Rate di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2016 adalah 3,12%. Sama halnya dengan
Hospitalization Rate serta Out Patient Rate belum ada nilai estándar
ataupun nilai ideal untuk indikator ini khususnya di Indonesia. Dari angka
ini kita dapat melihat berapa besar pelayanan UGD ini dimanfaatkan oleh
masyarakat Kabupaten Gowa.

33
l. NIR, ADR, PODR
Nilai Net Infection Rate, Anasthesia Death Rate dan Post Operation
Death Rate tidak dapat diperoleh di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
karena petugas tidak melakukan inventarisasi data terhadap data-data
tersebut. Hal ini disebabkan karena dalam sistem pelaporan, data-data
tersebut tidak terdapat pada format laporan yang dilaporkan pada Dinas
Kesehatan.

34
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Secara keseluruhan mutu pelayanan kesehatan di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2016 dari beberapa indikator belum memenuhi syarat
mutu pelayanan yang baik sesuai dengan standar. Hasil berbagai indikatornya
sebagai berikut:
1. Jumlah rata-rata pemakaian tempat tidur (BOR) di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2016 adalah 77.96% dimana angka tersebut telah
memenuhi standar nasional yaitu 60-85%.
2. Jumlah rata-rata lama perawatan seorang pasien (ALOS) di RSUD Syekh
Yusuf Kab. Gowa tahun 2016 adalah selama 3 hari dimana hari perawatan
pasien di ruangan rawat inap lebih singkat dan lebih cepat dari standar
ALOS yaitu 6-9 hari.
3. Frekuensi penggunaan tempat tidur (BTO) di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2016 adalah 88 kali dimana angka tersebut
melebihi standar nasional yaitu 40-50 kali..
4. Interval penggunaan tempat tidur (TOI) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa tahun 2016 adalah 1 hari dimana angka tersebut telah memenuhi
standar minimal nasional yaitu 1-3 hari.
5. Angka kematian di atas 48 jam (NDR) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa tahun 2016 adalah 0,55% atau 5 per 1000 pasien yang keluar.
Sedangkan nilai NDR yang dianggap masih dapat ditolerir adalah kurang
dari 25 per 1000.
6. Angka kematian (GDR) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa tahun
2016 adalah 1.70% atau 17 per 1000 penderita keluar. Sedangkan standar
nilai GDR tidak lebih dari 45 per 1000 penderita keluar.
7. Angka kematian ibu (MDR) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
tahun 2016 sebesar 0,12%. Dimanan Standar MDR adalah <0,25%

35
8. Angka kematian janin (FDR) di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten Gowa
tahun 2016 adalah 0.54%. Hal ini menunjukkan bahwa angka kematian
janin di RSUD Syekh Yusuf Gowa telah memenuhi stándar.
9. Hasil perhitungan Hospitalization Rate di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa tahun 2016 adalah 8,09%.
10. Hasil perhitungan Out Patient Rate di RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa tahun 2016 adalah 15.29%
11. Hasil perhitungan Emergency Out Patient Rate di RSUD Syekh Yusuf
Kabupaten Gowa tahun 2016 adalah 3,12%.

B. Saran
1. Perlu adanya peningkatan mutu rumah sakit oleh pihak rumah sakit RSUD
Syekh Yusuf khususnya terkait lama hari perawatan pasien dengan
mengevaluasi dan merencanakan hal-hal yang dapat meningkatkan mutu
pelayanan rumah sakit
2. Perlu adanya peningkatan kualitas tenaga kesehatan terkait pemberian
layanan maupun kinerja di unit masing-masing agar terciptanya kepuasan
pasien terhadap pelayanan kesehatan RSUD Syekh Yusuf Kabupaten
Gowa.

36
DAFTAR PUSTAKA

1. Hadjam, M.N.R., 2001. Efektivitas pelayanan prima sebagai upaya


meningkatkan pelayanan di Rumah Sakit (Perspektif Psikologi). Jurnal
Psikologi, 28(2), pp.105-115.
2. Cahyono, Uud. 2012. Kajian Mutu Pelayanan Rumah Sakit Bhineka Bakti
HUsada Yang Telah Lulus Akreditasi Ditinjau Dari Kriteria Malcolm
Baldrige. Tesis; Universitas Indonesia : Depok
3. BPS. 2017. Kabupaten Gowa Dalam Angka 2017. Badan Pusat Statistik
Kabupaten Gowa
4. Rahmawati, A.F. and Supriyanto, S., 2013. Mutu Pelayanan Kesehatan
Berdasarkan Dimensi Dabholkar di Ruang Rawat Inap Penyakit
Dalam. Jurnal Administrasi Kesehatan Indonesia, 1(2), p.134.
5. RSUD Syekh Yusuf. 2017. Profil RSUD Syekh Yusuf Kab. Gowa Tahun 2016
6.

37

Anda mungkin juga menyukai