Anda di halaman 1dari 7

BOR, ALOS, TOI, BTO, NDR dan GDR

Pelayanan kesehatan di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara ASEAN


lainnya seperti Malaysia. Masyarakat memilih menjalani pengobatan ataupun checkup di negara
lain, artinya kualitas rumah sakit di Indonesia harus ditingkatkan (Tribun Kesehatan, 2012).
Untuk menilai kualitas pelayanan rumah sakit maka National Health Services (NHS)
memperkenalkan 6 (enam) syarat dalam menilai kinerja pelayanan rumah sakit, salah satunya
yaitu effesiensi (Giancotti, Guglielmo, & Mauro, 2017). Ukuran effesiensi dengan menggunakan
beberapa indikator yaitu Bed Occupancy Rate (BOR), Average Length Of Stay (AvLOS), Turn
Over Interval (TOI) dan Bed Turn Over (BTO) (Soejadi, 2010 dalam Sidiq Rapitos; Afrina Reka,
2017).

BOR dan BTO adalah indikator yang digunakan untuk menilai cakupan pelayanan unit rawat
inap, sedangkan LOS dan TOI adalah indikator yang di gunakan untuk menilai efisiensi
pelayanan unit rekam medis.1

1. BOR
BOR (Bed Occupancy Ratio) yaitu persentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan
waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran mengenai tinggi rendahnya tingkat
pemanfaatan dari tempat tidur rumah sakit.2 Menurut Depkes RI, 2005, nilai parameter BOR
yang ideal adalah 60-85%.

Data BOR dapat digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan sarana


pelayanan,mengetahui mutu pelayanan rumah sakit, dan mengetahui tingkat efisiensi
pelayanan rumah sakit. Dalam pengambilan keputusan pada tingkat manajemen bawah
belum memanfaatkan data BOR secara maksimal. Karena manajemen bawah, dalam
pengambilan keputusan dengan menggunakan Standar Pelayanan Minimal. Dalam SPM
dijelaskan pada poin rekam medis meliputi kelengkapan pengisian rekam medis 24 jam
setelah pelayanan, kelengkapan informed concent setelah mendapatkan informasi yang jelas,

1
Sidiq Rapitos, Afrina Reka. 2017. Kajian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit. Vol VIII No 1. Idea Nursing Journal.

2
Sidiq Rapitos, Afrina Reka. 2017. Kajian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit. Vol VIII No 1. Idea Nursing Journal.
waktu penyediaan dokumen rekam medis pelayanan rawat jalan, dan waktu penyediaan
dokumen rekam medis pelayanan rawat inap. Secara khusus terkait BOR tidak ada. Salah
satu manfaat dari BOR yaitu untuk melakukan penilaian terhadap kinerja petugas (perawat).
Dengan adanya BOR ini dapat digunakan untuk perencanaan, memantau pendapatan dan
pengeluaran dari pasien oleh pihak manajemen rumah sakit. 3

Hal-hal yang berkaitan dengan BOR :


1. Faktor manajemen dalam pemanfaatan BOR meliputi perencanaan, keuangan, sumber
daya dan reward. Perencanaan dalam pemanfaatan BOR rumah sakit pada tingkat kepala
bidang keperawatan rawat inap dan wakil direktur pelayanan yaitu perencanaan
kebutuhan tenaga, perencanaan sarana dan prasarana, perencanaan pemetaan rawat inap
untuk menentukan kebutuhan rawat inap berikutnya.
2. Keuangan dalam pemanfaatan BOR rumah sakit hanya diketahui oleh manajemen tingkat
atas. Keuangan dalam pemanfaatan data dapat diperoleh dari beberapa sumber antara lain
APBD, APBN dan dana dari rumah sakit itu sendiri. Keuangan ini nantinya digunakan
untuk kegiatan rumah sakit salah satunya di rawat inap yaitu penambahan tenaga, tempat
tidur, dan sarana dan prasarana.

Rumus perhitungan Bed Occupancy Ratio:


( Jumlahhari perawatan rumah sakit )
BOR=
( Jumlahtempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode ) x 100 %

Contoh soal:
Pada tahun 2017, RS Bina Karya mempunyai hari perawatan sebanyak 48.545 hari
dengan jumlah tempat tidur sebanyak 135 buah. Berapakah BOR pada tahun 2017?
Diketahui: TT = 135 buah
Jumlah hari perawatan = 48.545 hari
Jumlah hari / periode = 365 hari
Ditanya: BOR?
3
Putri Tri Bintari, dkk. 2017. Gambaran Beberapa Faktor Terkait Pemanfaatan Bed Occupancy Rate (Bor) di Rumah
Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban. Vol 5. No 1. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenogoro Semarang.
( Jumlahhari perawatan rumah sakit )
Jawab: BOR=
( Jumlahtempat tidur x Jumlah hari dalam satu periode ) x 100 %

(48. 545)
BOR=
( 135 x 365 ) x 100 %

(48.545)
BOR=
( 135 x 365 ) x 100 %

(48.545)
BOR=
( 49.275 ) x 100 %

BOR=98 %

Jadi, nilai BOR pada RS Bina Karya tidak ideal yaitu 98%.

2. ALOS
ALOS atau AvLOS (Average Length of Stay) yaitu rata-rata lama rawatan seorang pasien.
Penghitungan AvLOS harus bersumber dari data yang valid, reliable dan spesifik. Indikator
ini memberikan gambaran tingkat efisiensi dan juga memberikan gambaran mutu pelayanan,
apabila diterapkan pada diagnosis tertentu yang dijadikan tracer (yang perlu pengamatan
lebih lanjut).4 Contoh: Typhoid Fever masih merupakan penyakit endemik di Indonesia.
Berdasarkan studi pendahuluan diketahui bahwa penyakit Typhoid Fever termasuk dalam 10
besar penyakit dan lama perawatan pada penyakit Typhoid Fever sangat bervariatif ada yang
3 hari, 6 hari bahkan ada yang 17 hari.

Beradasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Richa Puspitarini, Tri Lestari dan Triyoko
menunjukkan bahwa AvLOS berdasarkan golongan umur 0-≤1 tahun tidak terdapat pasien
dengan penyakit Typhoid Fever, karena gejala klinis pada anak umumnya lebih ringan dan
lebih bervariasi dibanding dengan orang dewasa. Sedangkan AvLOS pada umur 45-64 tahun
termasuk paling tinggi yaitu 7 hari karena pada golongan umur ini, kasus Typhoid Fever

4
Sidiq Rapitos, Afrina Reka. 2017. Kajian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit. Vol VIII No 1. Idea Nursing Journal.
biasanya disertai oleh penyulit/komplikasi. Jumlah pasien keluar pada kasus Typhoid Fever
sebanyak 55 orang. Berdasarkan golongan umur angka AvLOS paling tinggi pada kasus
Typhoid Fever terdapat pada golongan umur 45-64 tahun yaitu 7 hari. Berdasarkan jenis
kelamin angka AvLOS paling tinggi terdapat pada jenis kelamin perempuan sejumlah 34
pasien yaitu 7 hari. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit dalam hal tata laksana
perawatan dan pengobatan bagi pasien Typhoid Fever sehingga pasien mendapatkan
pelayanan kesehatan yang menyeluruh. Hal tersebut akan mempengaruhi angka AvLOS
pasien Typhoid Fever sesuai standar AvLOS.5

Rata -rata lama perawatan menggambarkan rata-rata lama rawat inap pasien yang
dipulangkan selama periode tersebut. Atau rata-rata lama dirawat seorang pasien. AvLOS
merupakan total lamanya dirawat (termasuk pasien yang meninggal, tidak termasuk BBL
dibagi jumlah pasien keluar termasuk pasien meninggal. Penghitungan AvLOS harus
bersumber dari data yang valid, reliable dan spesifik.

(Jumlah lama pasien keluar dirawat )


ALOS atau AvLOS=
(Jumlah pasien keluar ( hidup dan meninggal ) )

Menurut Depkes, 2005, nilai ALOS yang ideal adalag 6-9 hari. Apabila ALOS lebih dari 9
hari, kemungkinan penyebabnya antara lain:
a) Pasien kronis dirawat di rumah sakit yang diperuntukkan pasien akut.
b) Adanya kelemahan dalam pelayanan medis antara lain komplikasi/tidak ada
kemajuan hasil.
c) Ada individu dokter yamg suka menunda layanan.

Manfaat penghitungan AvLOS antara lain:


a) Untuk mengukur efisiensi pelayanan rumah sakit.
b) Untuk mengukur mutu pelayanan rumah sakit bila diterapkan pada suatu diagnosis.
(Wuryanto, 2004).
5
Puspitarini Richa, Lestari Tri, Riyoko. 2009. Analisis Average Length Of Stay (Avlos) Pasien Rawat Inap pada Kasus
Typhoid Fever Di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Periode Tri Wulan IV Tahun 2008. Vol III. No 1. Jurnal
Kesehatan.
Contoh soal:
Berikut ini adalah data pasien RS Bina Karya pada tanggal 24 November tahun 2018:
a) Pasien A pulang dengan lama dirawat 7 hari
b) Pasien B pulang dengan lama dirawat 5 hari
c) Pasien C pulang dengan lama dirawat 12 hari
d) Paisen D pulang dengan lama dirawat 13 hari
e) Pasien E pulang dengan lama dirawat 3 hari
f) Pasien F pulang dengan lama dirawat 5 hari
g) Pasien G pulang dengan lama dirawat 6 hari
Berapakah nilai ALOS RS Bina Karya pada tanggal 24 November tahun 2018?

Diketahui: Jumlah lama pasien keluar dirawat = 51 hari


Jumlah pasien keluar = 7 orang

Ditanya: ALOS?
(Jumlah lama pasien keluar dirawat )
Jawab: ALOS atau AvLOS=
(Jumlah pasien keluar ( hidup dan meninggal ) )

(51)
ALOS=
7

ALOS=7,28 hari

Jadi, ALOS pada RS Bina Karya pada tanggal 24 November tahun 2019 termasuk ideal
yaitu 7,28 hari.

3. TOI
4. BTO
5. NDR
6. GDR

DAFTAR PUSTAKA

Sidiq Rapitos, Afrina Reka. 2017. Kajian Efisiensi Pelayanan Rumah Sakit. Vol VIII No 1. Idea
Nursing Journal.
Putri Tri Bintari, dkk. 2017. Gambaran Beberapa Faktor Terkait Pemanfaatan Bed Occupancy
Rate (Bor) di Rumah Sakit Umum Daerah dr. R. Koesma Kabupaten Tuban. Vol 5. No 1.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Dipenogoro
Semarang.

Puspitarini Richa, Lestari Tri, Riyoko. 2009. Analisis Average Length Of Stay (Avlos) Pasien
Rawat Inap pada Kasus Typhoid Fever Di Rumah Sakit Umum Daerah Sragen Periode
Tri Wulan IV Tahun 2008. Vol III. No 1. Jurnal Kesehatan.

Deharja Atma, Wijayanti Rossalina Adi, Rachmawati Ervina, Swari Selvia Juwita, Ardianto Efri
Tri. 2019. BKPM (Buku Kerja Praktek Mahasiswa) Analisis Data Pelayanan Kesehatan
(Semester IV). Program Studi D-IV Rekam Medik Jurusan Kesehatan Politeknik Negeri
Jember.

Kamulyan, Agustyna Diyah Sri, dkk. 2018. Executive Informartion System Rumah Sakit untuk
Mengetahui Pencapaian Mutu Pelayanan Berdasarkan Standar Mutu Nasional dengan
Pendekatan Data Warehouse.Universitas Telkom : e-Proceeding of Engineering . Vol 5.
No 1.

Kusuma, Leonardo Budi. 2015. Analisis Deskriptif Indikator Gross Death Rate (GDR) Dannet
Death Rate (NDR) di Rsud Tugurejo Semarang Tahun 2010 – 2014. Universitas Dian
Nuswantoro Semarang.

Murawati, Mei. 2017. Implementasi Balanced Scorecard sebagai Penilaian Kinerja RSUD
Panembahan Senopati. Prodi Akuntansi Universitas PGRI Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai