Anda di halaman 1dari 8

INDIKATOR PELAYANAN RUMAH SAKIT

Indikator adalah suatu perangkat yang dapat digunakan dalam pemantauan


suatu proses tertentu. Indikator pelayanan rumah sakit yang dapat dipakai untuk
mengetahui tingkat pemanfaatan, mutu, dan efisiensi pelayanan rumah sakit antara
lain (Depkes RI, 2005):

1. Bed Occupancy Rate (BOR) adalah persentase pemakaian tempat tidur pada
satuan waktu tertentu yang digunakan untuk mengetahui tingkat pemanfaatan
tempat tidur rumah sakit. Angka BOR yang rendah menunjukkan kurangnya
pemanfaatan fasilitas perawatan rumah sakit oleh masyarakat. Angka BOR yang
tinggi (lebih dari 85 %) menunjukkan tingkat pemanfaatan tempat tidur yang
tinggi sehingga perlu pengembangan rumah sakit atau penambahan tempat tidur.
Nilai parameter yang ideal antara 60-85%.

Contoh Soal BOR ( Bed Occupancy Ratio )

Diketahui :

Pada suatu Rumah Sakit X, setelah dilakukan perhitungan selama 5 hari


didapatkan data pasien yang dirawat yaitu :
a. Tanggal 1 agustus = 145 pasien
b. Tanggal 2 agustus = 150 pasien
c. Tanggal 3 agustus = 100 pasien
d. Tanggal 4 agustus = 98 pasien
e. Tanggal 5 agustus = 125 pasien

Maka jumlah hari perawatan dari tanggal 1 agustus-5agustus adalah 618


selama 5 hari (periode). Banyaknya tempat tidur yang beroperasional di RS
sebanyak 200 temapt tidur.

Ditanya :

Berapa BOR di Rumah Sakit tersebut ?

Jawab :

BOR = Jumlah Hari Perawatan x 100 %

Jumlah TT x Jumlah hari dalam 1 periode


618
= 200 𝑥 5 𝑥 100%

618
= 1000 𝑥 100%

= 0,62 x 100%

= 62%

Kesimpulan : Angka penggunaan tempat tidur di Rumah Sakit X selama 5


hari (periode) sebesar 62% dan termasuk nilai BOR yang ideal. Menurut
Depkes RI (2005) nilai parameter BOR yang ideal yaitu 60-85%.

2. Average Length Of Stay (ALOS)


Menurut Huffman (1994) adalah “The average hospitalization stay of
inpatient discharged during the period under consideration”. ALOS menurut
Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang pasien.Indikator ini
disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi, juga dapat memberikan
gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan pada diagnosis tertentu dapat
dijadikan hal yang perlu pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS
yang ideal antara 6-9 hari (Depkes, 2005).

Rumus perhitungan ALOS :


Jumlah lama dirawat
ALOS = Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

Lama Dirawat = Lamanya 1 orang pasien dirawat setelah pasien tersebut


keluar hidup (pulang atas izin dokter, pulang paksa, melarikan diri dan dirujuk)
atau meninggal.
Contoh : Pada tanggal 23 Juli ini ada 4 orang pasien pulang.
Pasien A pulang dengan lama dirawat 5 hari.
Pasien B pulang paksa dengan lama dirawat 4 hari.
Pasien C meninggal dengan lama dirawat 9 hari.
Pasien D pulang dengan lama dirawat 3 hari.
Jadi Jumlah Lama Dirawat pada tanggal 23 Juli tersebut adalah 21 hari dan
pasien yang pulang (baik hidup ataupun meninggal) ada 4 orang.
Maka pada tanggal 23 Juli tersebut ALOSnya adalah :
Jumlah lama dirawat=21 hari
ALOS = Jumlah pasien keluar (hidup+mati)=4 orang

Jumlah lama dirawat=21 hari


=
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)=4 orang
21
= 4

ALOS = 5,25 ≈ 5 hari

3. Bed Turn Over (BTO)


Depkes RI (2005) :Bed Turn Over (BTO): adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu satuan waktu
tertentu. Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata dipakai 40-50 kali.
Huffman (1994) = “..the net effect of changed in occupancy rate and length of
stay”

Contoh soal BTO :


Pada RS X Pasien keluar hidup dan meninggal ada 1500 orang pada tahun
2018. Banyaknya tempat tidur yang beroperasional di RS tersebut sebanyak
100 TT. Maka BTOnya adalah :

Diketahui :

 Jumlah pasien keluar hidup dan meninggal pada tahun 2018


sebanyak 1500 orang.

 Jumlah tempat tidur yang beroperasional di RS sebanyak 100


tempat tidur.

Ditanya :

Berapa BTO di Rumah Sakit X tersebut ?

Jawab :
BTO = Jumlah Pasien Keluar (Hidup dan Mati)

Jumlah TT

= 1500

100

= 15 kali

Kesimpulan :

Angka penggunaan tempat tidur di Rumah Sakit X pada tahun 2018


sebanyak 15 kali dan termasuk nilai BTO yang tidak ideal. Menurut
Depkes RI (2005) Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur rata-rata
dipakai 40-50 kali.
4. Turn Over Interval (TOI) adalah rata-rata hari dimana tempat tidur tidak ditempati
dari telah diisi ke saat terisi berikutnya. Semakin besar TOI maka efisiensi
penggunaan tempat tidur semakin jelek. Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi
pada kisaran 1-3 hari. Bersama-sama dengan LOS merupakan indikator tentang
efisiensi penggunaan tempat tidur. Semakin besar TOI maka efisiensi penggunaan
tempat tidur semakin buruk.

Rumus untuk menghitung TOI :


TOI = (Jumlah Tidur x Periode) – Hari Perawatan
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

Contoh soal :

Dalam Rumah Sakit Al Firqotun Najiyah, setelah dilakukan perhitungan


selama 30 hari didapatkan jumlah hari perawatan sebanyak 3500 dan ada 235
tempat tidur. Jumlah pasien yang keluar 800 orang. Berapa TOI di rumah sakit
tersebut?

TOI = (Jumlah Tidur x Periode) – Hari Perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup + mati)

= (235 x 30) – 3500


800
= 7050 – 3500
800
= 4,437
= 4 hari

5. Net Death Rate (NDR): angka kematian netto yaitu angka kematian 48 jam
setelah dirawat untuk tiap-tiap 1000 penderita keluar, digunakan untuk
mengetahui mutu pelayanan/perawatan rumah sakit. Semakin rendah NDR suatu
rumah sakit berarti bahwa mutu pelayanan rumah sakit tersebut semakin baik.
Nilai NDR yang masih dapat ditolerir adalah kurang dari 25 per 1000 pasien
keluar.

Rumus :
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖>48 𝑗𝑎𝑚
NDR = x 1000%
jumlah pasien (hidup+mati)

Contoh soal NDR :

Sebuah RS Umum dengan TT 477 mempunyanyi pasien keluar/meninggal 15746


orang dalam tahun 2015. Jumlah pasien meninggal 487 dengan 89 orang meninggal
< 48 jam. Jumlah hari rawat 136996 dan jumlah lama perawatan pasien
keluar/meninggal 136540. Berapakah NDRnya?

Jawab :

Diket : jumlah pasien mati>48jam = 398 orang

Jumlah pasien (hidup+mati) = 15746

𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑝𝑎𝑠𝑖𝑒𝑛 𝑚𝑎𝑡𝑖>48 𝑗𝑎𝑚


Rumus NDR = x 1000%
jumlah pasien (hidup+mati)

398
= x 1000%
15746

= 25,28%
Artinya bahwa : selama periode tersebut dari setiap 10.000 pasien yang keluar
dari perawatan, 398 orang diantaranya keluar dalam keadaan meninggal setelah
mendapat perawatan lebih dari 48 jam

6. Gross Death Rate (GDR): angka kematian brutto yaitu angka kematian umum
untuk setiap 1000 penderita keluar, digunakan untuk mengetahui mutu
pelayanan/perawatan rumah sakit. Semakin rendah GDR berarti mutu pelayanan
rumah sakit semakin baik. Nilai GDR seyogyanya tidak lebih dari 45 per 1000
pasien keluar.

Contoh soal GDR :

Diketahui :

Pada suatu Rumah Sakit X, setelah dilakukan perhitungan selama 5 Bulan


didapatkan data pasien yang dirawat yaitu :
a. Bulan Januari = 28 pasien meninggal , 172 pasien keluar hidup
b. Bulan Februari = 31 pasien meninggal , 169 pasien keluar hidup
c. Bulan Maret = 24 pasien meninggal , 176 pasien keluar hidup
d. Bulan April = 19 pasien meninggal , 181 pasien keluar hidup
e. Bulan Mei = 38 pasien meninggal , 162 pasien keluar hidup

Maka jumlah pasien dari Bulan Januari - Desember adalah 1000 pasien

Berapa GDR di Rumah Sakit tersebut ?

Jawab :

BOR = Jumlah Pasien Mati Seluruhnya x 100 %

Jumlah Pasien Keluar (hidup + mati)


140
= 1000 𝑥 100%

= 0,14 x 100%
= 14 %

Kesimpulan :

GDR menurut Depkes RI (2005) adalah angka kematian umum untuk


setiap 1000 penderita keluar.
Daftar Pustaka

 Depkes, RI. (2005). Indikator Kinerja Rumah Sakit. Jakarta: Depkes RI.
 https://440194soft.wordpress.com/2008/09/17/rumus-rumus-indikator-rumah-
sakit/ [diakses tanggal 9 Maret 2019 15:30]
 Depkes RI. (2008). Pedoman Teknis Sarana Dan Prasarana Bangunan
Bangunan Instalasi Rawat Inap (Umum) Retrieved Februari 10, 2014.
Departemen Kesehatan-RI.
 http://www.depkes.go.id/resources/download/peraturan/UU%20No.%2044%2
0Th%202009%20ttg%20Rumah%20Sakit.pdf [diakses tanggal 9 Maret 2019
15:36]
 https://www.academia.edu/31900121/Indikator_Kinerja_Rumah_Sakit_
Menurut_Depkes_RI_Tahun_2005 [ diakses tanggal 9 Maret 2019 12:45]

Anda mungkin juga menyukai