Anda di halaman 1dari 47

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH

RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH


Jl. Diponegoro No. 34
SURABAYA
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................3
BAB II GAMBARAN UMUM RS WILLIAM BOOTH SURABAYA...................................6
2.1 LATAR BELAKANG............................................................................................6
2.2 VISI DAN MISI YAYASAN PELAYANAN KESEHATAN BALA KESELAMATAN..........6
2.3 FILOSOFI YAYASAN PELAYANAN KESEHATAN BALA KESELAMATAN..................7
2.4 SEJARAH PELAYANAN RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH...................................7
2.5 DATA-DATA PERKEMBANGAN :........................................................................9
2.6 SARANA DAN PRASARANA...............................................................................9
2.7 KETENAGAAN................................................................................................13
2.8 TUGAS POKOK DAN FUNGSI..........................................................................13
BAB III VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI & TUJUAN RS..................................................15
3.1 VISI :...............................................................................................................15
3.2 MISI :.............................................................................................................15
3.3 FALSAFAH :.....................................................................................................15
3.4 TUJUAN..........................................................................................................15
3.5 MOTTO...........................................................................................................16
3.6 NILAI – NILAI DASAR......................................................................................16
BAB IV STRUKTUR ORGANISASI RS. WILLIAM BOOTH SURABAYA.........................17
4.1 STRUKTUR ORGANISASI................................................................................17
4.2 KETERANGAN DAN PENGERTIAN...................................................................18
BAB V STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA RS. WILLIAM BOOTH SURABAYA.......22
BAB VI URAIAN JABATAN........................................................................................23
BAB VII TATA HUBUNGAN KERJA............................................................................24
7.1 HUBUNGAN KERJA ANTARA DIREKTUR DENGAN DEWAN PENGURUS
YAYASAN PELAYANAN KESEHATAN BALA KESELAMATAN (YPKBK) DAN OPSIR
PEMBINA.......................................................................................................24
7.2 KOORDINASI ANTARA DIREKTUR DENGAN WAKIL DIREKTUR.......................24
7.3 KOORDINASI ANTARA DIREKTUR DENGAN KOMITE(MEDIK, KEPERAWATAN
DAN PPI)........................................................................................................24
7.4 HUBUNGAN KERJA ANTARA DIREKTUR DENGAN SATUAN PEMERIKSA
INTERNAL (SPI)..............................................................................................25
7.5 HUBUNGAN KERJA ANTARA DIREKTUR DENGAN STAF MEDIS......................25
7.6 HUBUNGAN KERJA ANTARA KABAG KABID DENGAN JAJARAN DIBAWAHNYA
......................................................................................................................26
BAB VIII POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL....................................27
8.1 POLA KETENAGAAN......................................................................................27
8.2 KUALIFIKASI PERSONIL..................................................................................35
BAB IX KEGIATAN ORIENTASI..................................................................................39
BAB X PERTEMUAN – RAPAT..................................................................................40

1
10.1 DEWAN KEUANGAN RS................................................................................40
10.2 DEWAN PERSONALIA RS..............................................................................41
10.3 DEWAN BIAYA RS..........................................................................................42
BAB XI PELAPORAN................................................................................................44
11.1 PELAPORAN INTERNAL................................................................................44
11.2 PELAPORAN EKSTERNAL..............................................................................44

2
BAB I
PENDAHULUAN

Menurut American Hospital Association (1974) Rumah Sakit adalah suatu


organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana
kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan, asuhan keperawatan
yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh
pasien.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan
rawat inap, rawat jalan dan gawat darurat. Pada awal berdirinya, rumah sakit
merupakan organisasi sosial di bawah pemerintah yang berorientasi non profit.
Untuk biaya operasional mereka mendapatkan dana dari pemerintah. Dalam
perkembangannya ternyata pemerintah tidak dapat menampung masyarakat
yang berobat sehingga masyarakat mencari tempat lain yang dapat melayani
mereka lebih baik. Hal ini menumbuhkan industri jasa di bidang pelayanan
kesehatan yang mulai berorientasi profit untuk menutupi biaya operasional
mereka meskipun tidak meninggalkan unsur sosial sama sekali. Tumbuhnya
rumah sakit-rumah sakit swasta itu memunculkan persaingan baru dalam industri
jasa di bidang pelayanan kesehatan. Rumah sakit-rumah sakit swasta berupaya
memperlengkapi pelayanan mereka dengan peralatan kesehatan yang mutakhir.
Melihat perkembangannya rumah sakit tidak dapat meninggalkan pelayanan
profesional untuk mendapatkan profit agar dapat memuaskan konsumen
pengguna jasanya (pasien). Dalam pelayanan profesional ini dapat disebut
sebagai perusahaan jasa yaitu perusahaan yang memproduksi jasa bagi para
konsumen yang sangat membutuhkan jasa dari perusahaan tersebut. Berbeda
dengan perusahan jasa lain jasa yang ditawarkan rumah sakit berhubungan
langsung dengan kesehatan yang menyangkut kehidupan pasien, jadi nilai-nilai
kemanusian harus dijunjung tinggi. Rumah sakit sebagai penyedia jasa dibatasi
oleh kode etik profesi bagi setiap profesi yang bekerja di rumah sakit.
Dengan adanya perbedaan ini maka rumah sakit lebih disebut institusi
daripada perusahaan karena adanya tanggung jawab moril daripada mencari
keuntungan semata. Pengorganisasian Rumah Sakit meliputi seluruh kegiatan
penentuan jumlah dan jenis sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk
melaksanakan setiap kegiatan. Jasa-jasa penunjang merupakan sarana
pengorganisasian yang perlu dijalankan, sehingga proses pengolahan dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.

3
Manajemen RS William Booth Surabaya mempunyai kegiatan sebagai
berikut:
1. Perencanaan (Planning)
Perencanaan adalah proses untuk menentukan tujuan organisasi yang akan
dicapai perusahaan dan mengatur strategi yang akan dilaksanakan agar dapat
tercapai. Perencanaan ini dapat disusun baik untuk jangka pendek maupun
jangka panjang, agar dapat dipakai sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan
perusahaan.

2. Pengorganisasian (Organizing)
Pengorganisasian adalah membentuk kerangka dasar dalam menentukan
aktifitas dan tugas pokok dari suatu kelompok individu atau individu dalam
perusahaan, yang meliputi pemberian tugas tanggung jawab tertentu,
pendelegasian wewenang yang diperlukan kepada individu- individu untuk
melaksanakan tugas-tugasnya, pertanggung jawaban atas tugas yang diberikan.

3. Pengarahan (Leading/Actuating)
Sesudah rencana dibuat, organisasi dibentuk dan susun personalianya,
langkah berikutnya pengarahan. Pengarahan merupakan proses yang harus
dilakukan oleh manajemen agar pelaksanaan dapat diarahkan sesuai dengan
tujuan yang diinginkan oleh perusahaan, untuk tujuan tersebut manjemen harus
selalu mengadakan pendekatan dan perbaikan yang diperlukan untuk
menumbuhkan motivasi para karyawan agar dapat bekerja dengan optimal sesuai
dengan rencana. Manajemen harus memberikan gambaran yang jelas apa yang
akan dituju, memberikan petunjuk yang memadahi, dan memiliki perasaan
apakah pelaksanaan akan memberikan sumbangan terhadap tujuan yang akan
dicapai tersebut.

4. Pengawasan (Controling)
Pengawasan atau pengendalian adalah proses untuk memeriksa kembali,
menilai dan selalu memonitor laporan-laporan apakah pelaksanaan tidak
menyimpang dari tujuan yang sudah ditentukan, hal ini penting untuk
menghemat pemborosan biaya yang dikeluarkan. Dalam mengadakan
pengendalian harus diadakan perbandingan antara hasil sesungguhnya yang
dicapai dengan proyeksi yang ditetapkan dalam perencanaan, untuk menilai
prestasi masa lalu dan meletakan tanggung jawab adanya penyimpangan yang
terjadi.
Untuk rencana kerja dalam satu tahun, Rumah Sakit, manajer, komite,
instalasi dan bagian membuat rencana kerja. Rencana kerja dan anggaran ini akan
dievaluasi satu tahun sekali dan disusun berdasarkan pengukuran kinerja
Balanced Score Card. Balanced Score Card merupakan salah satu model
pengukuran kinerja gabungan antara ukuran kinerja keuangan dan non keuangan.

4
Pengukuran kinerja dengan Balanced Score Card diukur dari empat
prespektif yaitu:
1. Keuangan, contoh: target keuangan / pendapatan.
2. Pelanggan, contoh: indeks kepuasan pelanggan.
3. Bisnis Internal, contoh: program kerja.
4. Pembelajaran dan pertumbuhan, contoh: peningkatan kemampuan pegawai
dengan diklat internal / eksternal.

Standar Pelayanan Minimal (SPM) adalah ketentuan tentang jenis dan mutu
pelayanan dasar yang merupakan urusan wajib daerah yang berhak diperoleh
setiap warga negara secara minimal, juga merupakan spesifikasi teknis tentang
tolak ukur pelayanan minimum yang diberikan oleh Badan Layanan Umum
kepada masyarakat. Indikator SPM adalah tolok ukur untuk prestasi kuantitatif
dan kualitatif yang digunakan untuk menggambarkan besaran sasaran yang
hendak dipenuhi dalam pencapaian suatu SPM tertentu, berupa masukan,
proses, hasil dan atau manfaat pelayanan. SPM dan indikator ini dimonitoring,
dicatat oleh unit-unit yang terkait dan dilaporkan secara berkala dalam Rapat
Kerja bulanan. Evaluasi dari laporan akan dilakukan implementasi guna
perubahan menuju arah yang lebih baik.

5
BAB II
GAMBARAN UMUM
RS WILLIAM BOOTH SURABAYA

2.1 LATAR BELAKANG


RS William Booth Surabaya adalah salah satu Rumah Sakit di Surabaya yang
berdiri sejak 1924 dan merupakan salah satu rumah sakit Bala Keselamatan di
Indonesia. RS William Booth pada awalnya adalah Rumah Sakit Misi Pelayanan,
tapi dengan berjalannya waktu, maka RS William Booth harus mampu pula
bersaing dengan rumah sakit lain dan mampu pula menghadapi Tantangan Era
Globalisasi.
Pada era Globalisasi Rumah Sakit diharapkan dapat mengikuti Perkembangan
diantara perkembangan Teknologi dan Meningkatkan pelayanan terhadap
customer (pasien) dengan lebih memperhatikan nilai kepuasan,
Dalam memberikan pelayanan ini pun harus sesuai dengan prosedur karena
pada era globalisasi ini, semua tindakan dapat menimbulkan tuntutan
Malpraktek. Oleh karena itu RS William Booth harus mempelajarai kekuatan &
kelemahan serta tantangan dan peluang yang ada untuk mencapai sasaran
meningkatkan kunjungan dan BOR rumah sakit, maka RS William booth harus
membuat renstra yang tetap berfokus kepada visi dan misi Bala Keselamatan dan
Yasasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan (YPKBK).

2.2 VISI DAN MISI YAYASAN PELAYANAN KESEHATAN BALA KESELAMATAN


2.2.1 Visi :
Kita akan memiliki pelayanan terpadu dan kualitas kesehatan dilakukan melalui
rumah sakit dan klinik yang mendukung Misi Bala Keselamatan, termasuk
melayani penderitaan kemanusiaan kita.
Pelayanan medis akan menjadi yang terbaik dan terbesar di dunia.

2.2.2 Misi :
1. Melaksanakan pelayanan kesehatan melalui misi holistik kita ( tubuh jiwa
dan roh ) – menyelamatkan jiwa – jiwa, Menumbuhkan Para Orang Kudus
dan Melayani penderitaan manusia.
2. Bertanggung jawab untuk memberikan perhatian moral, etika, dan nilai
spiritual yang mengacu pada nilai kita, Intergritas, Kasih, dan Transformasi.
3. Bertanggung jawab untuk mengelola Sumber Daya Manusia dan fasilitas
dengan memperhatikan kualitas dan moralitas sesuai dengan moral kita.
4. Departemen Kesehatan kami kepada masyarakat tidak hanya dari aspek
Kuratif, tetapi juga dari preventif, promotif dan aspek rehabilitatif.

6
2.3 FILOSOFI YAYASAN PELAYANAN KESEHATAN BALA KESELAMATAN
” Hati Kepada Allah, Tangan Terulur Kepada Sesama ” : Hand to Man, Heart to
God

2.4 SEJARAH PELAYANAN RUMAH SAKIT WILLIAM BOOTH


Bala Keselamatan adalah pemilik pelayanan Rumah Sakit William Booth di
Surabaya. Organisasi Bala Keselamatan adalah suatu gerakan internasional yang
juga merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dari organisasi gereja yang
universal. Bala Keselamatan dibangun oleh seorang penginjil yang bernama
William Booth pada tahun 1865 di kota London, Inggris.
Di Indonesia pelayanan Bala Keselamatan di rintis oleh Ensign Adolf
Theodorus Van Emmerik dan Staf Kapten Jacob Gerrit Brouwer yang memulai
pelayanannya sejak tanggal 24 Nopember 1894 di sebuah desa yang bernama
Sapuran Purworejo, Jawa Tengah. Dalam pelayanannya, Bala Keselamatan yang
ada pada zaman Hindia Belanda tersebutlebih dikenal dengan sebutan“HET
LEGER DES HEILS”.
Sejak Tahun 1908, disebuah rumah yang disewa di Jalan Genteng No.34
Surabaya, Bala Keselamatan telah melakukan pelayanan bagi para ibu dan bayi.
Selanjutnya pada Tahun 1915 Pemerintah dan Dinas Kesehatan Kota saat itu
meminta Bala Keselamatan untuk memulai pelayanan kesehatan di Kota
Surabaya.
Sebuah rumah yang lebih besar di sewa kemudian oleh Bala Keselamatan di
daerah Tambak Bayan. Ibu-ibu muda bersama bayi mereka dipindahkan ketempat
tersebut dan dimulailah pelayanan Bala Keselamatan melalui Rumah Bersalin
yang dipimpin oleh Ajudan Geertruida Salet hingga Tahun 1923. Fasilitas Rumah
Bersalin yang dimiliki saat itu adalah 20 tempat tidur dan sebuah Poliklinik.
Pada tahun 1924 Bala Keselamatan memperoleh sebidang tanah yang
terletak di Reinersz Boulevard (kini Jalan Diponegoro) dari Pemerintah Hindia
Belanda. Ajudan Annie Beckley yang ditunjuk sebagai pimpinan baru pelayanan
kesehatan di Rumah Bersalin saat itu, mengurus perpindahan Rumah Bersalin di
Tambak Bayan ke lokasi di Reinersz Boulevard tersebut. Ditempat inilah Rumah
Sakit William Booth yang dikenal saat itu dengan nama “WILLIAM BOOTH
ZIEKENHUIS”mulai dibangun.
Pada tanggal 03 Januari 1924 merupakan hari yang sangat bersejarah bagi
Rumah Sakit William Booth Surabaya oleh karena pada hari itu dilaksanakan
peletakan batu pertama pembangunan gedung rumah sakit oleh Ny.G.Hillen
Brinks atas nama Residen saat itu (tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai hari
jadi Rumah Sakit William Booth Surabaya).
Pada Tahun 1942 saat terjadinya perang Dunia ke dua, Rumah Sakit William
Booth Surabaya saat itu diambil alih oleh pemerintah Jepang dan dijadikan
sebagai rumah sakit khusus bagian dari Rumah Sakit Umum Pusat. Pada Tahun
1945 setelah kemerdekaan diraih oleh bangsa Indonesia, pengelolaan Rumah

7
Sakit William Booth Surabaya kemudian dikuasai oleh Pemerintah Repoblik
Indonesia. Baru pada Tahun 1947 Rumah Sakit William Booth Surabaya
diserahkan kembali kepada Bala Keselamatan untuk dikelola sampai dengan saat
ini.
Pekerjaan perluasan bagunan Rumah Sakit William Booth Surabaya secara
bertahap dilaksanakan sesuai kebutuhan dan dana yang tersedia. Beberapa data-
data dan pengembangan bangunan dapat disampaikan sebagai berikut:
1. Nomor Kode RS : 3578031
2. Nama Rumah Sakit : RS. WILLIAM BOOTH SURABAYA
3. Jenis Rumah Sakit : RS. Umum
4. Kelas Rumah Sakit : TIPE C
5. Nama Direktur : dr. TB. Rijanto, DFM
6. Penyelenggara : Yayasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan
7. Alamat / Lokasi RS : Jl. Diponegoro No.34 Surabaya
7.1 Kab/Kota : Surabaya
7.2 Kode Pos : 60241
7.3 Telp : (031) 5678917-18
7.4 Fax : (031) 5624868
7.5 Email : rs.williamnoothsurabaya@yahoo.co.id

No Humas RS : (031) 5678917-18 ext 1022


8. Luas Rumah Sakit
8.1 Tanah : 14.540 M2
8.2 Bangunan : 7.800 M2
9. Surat izin / penetapan
9.1 Nomor : 503.445/70470/0034/IP.URS/P/436.6.3/XI/2010
9.2 Tanggal : 26 November 2010
9.3 Oleh : Dinas Kesehatan Kota
9.4 Sifat : Perpanjangan
9.5 Masa berlaku s/d tahun: 26 November 2015
10. Penyelanggara Rumah Sakit
10.1 Nama : Yayasan Pelayanana Kesehatan Bala
Keselamatan
10.2 Status : Khusus untuk swasta Kristen
11. Akreditasi Rumah Sakit
11.1 Penetapan : 5 Pelayanan
11.2 Status : Penuh Tingkat Dasar
11.3 Tanggal Akreditasi : 31 Agustus 1999

8
2.5 DATA-DATA PERKEMBANGAN :
1. Tahun 1939, Dimulai perluasan bangunan untuk ruangan pembedahan,
perawatan anak dan asrama perawat.
2. Tahun 1971, bangunan untuk perawatan penyakit paru-paru diresmikan
3. Tahun 1974, Kamar Operasi, Laboratorium, Poliklinik dan bangunan Sekolah
Perawat Kesehatan (SPK) diresmikan.
4. Tahun 1982, bangunan Rontgen dan peralatannya di resmikan
penggunaannya.
5. Tahun 1984, Asrama siswa SPK berlantai tiga didirikan. Saat ini
penggunaannya difungsikan sebagai Sekolah AKPER William Booth.
6. Tahun 1985, Bangunan Laboratorium baru diresmikan penggunaannya.
7. Tahun 16 Januari 1988, Bangunan ICU/ICCU diresmikan penggunaannya.
8. Tanggal 01 Maret 1997, bangunan Unit Hemodialisis diresmikan
penggunaanya.
9. Tanggal 01 November 2014 RSWB menjadi privider BPJS KCU Surabaya
10. Tanggal 15 November 2015 Unit HD dengan kapasitas menjadi 6 unit mesin
11. Tanggal 2 Juli 2015 diresmikan Ruang Recover Room dengan 3 tempat tidur
12. Tanggal 2 Juli 2015 diresmikan Unit HD menjadi 14 mesin

Sejalan dengan perubahan waktu, maka Rumah Sakit William Booth


Surabaya terus mengalami perkembangan dan pertumbuhan dalam fasilitas dan
kelengkapan pelayanan. Rumah Sakit William Booth Surabayayang pada awalnya
hanya memiliki kapasitas tempat tidur kurang dari 100 TT dan jenis pelayanan
terbatas pada penyakit dalam, paru-paru, perawatan anak dan persalinan, namun
saat ini Rumah Sakit William Booth Surabaya telah memiliki kapasitas tempat
tidur yang berjumlah 144 TT dan telah mampu melengkapi jenis dan fasilitas
pelayanan kesehatandalam perawatan bedah, perawatan intensif, poliklinik
umum dan poli spesialis, poli gigi serta beberapa pelayanan penunjang seperti
kamar operasi, unit gawat darurat, hemodialisa, laboratorium, radiologi dan
rehabilitasi medis.

2.6 SARANA DAN PRASARANA


Sarana dan Prasarana yang dimiliki oleh Rumah Sakit William Booth yang
akan dijabarkan dalam buku profil ini terdiri atas Tanah, Bangunan, Parkir,
Instalasi Pengelolahan Air Limbah (IPAL), Listrik, Air, Penangkal Petir, Alat Medis
dan Penujang Medis, Alat Non Medis, Jumlah tempat tidur pasien, Ketenagaan
dan Jenis Pelayanan.

1. Tanah
Lokasi RS William Booth Surabayaberada di area pusat kota Surabaya yang
tempatnya terletak atau berkedudukan di jalan raya Diponegoro Nomor 34
Surabaya. Lokasi RS William Booth Surabayaini cukup strategis oleh karena

9
ditunjang dengan kemudahan akses menuju rumah sakit serta dapat
dijangkau oleh masyarakat dalam kota maupun dari luar kota Surabaya.
RS William Booth Surabayamemiliki luas tanah yang cukup besar yaitu
dengan ukuran luas tanah 14.540 M2.
2. Bangunan
Bagunan RS William Booth Surabayayang didirikan sejak tanggal 03 Januari
1924 sampai dengan saat ini memiliki luas Bangunan 7.800 M2. Tampak
depan dari bangunan RS William Booth Surabayamemiliki ciri khas dan
keunikan tersendiri, oleh sebab bangunan ini bergaya Amsterdam School
dengan dominasi atap dan bukaan yang tinggi serta kubah sebagai penanda
ruang penerima (hall) dan ruang lonceng. Sehubungan dengan keunikan
tersebut maka bangunan RS William Booth Surabayaditetapkan sebagai
bangunan cagar budaya dengan surat keputusan Walikota Surabaya Nomor:
188.45/29/436.1.2/2011.
3. Lahan Parkir
RS William Booth Surabayamemiliki area pakir yang cukup luas ± 5.840 M2.
Lahan parkir ini dipandang masih cukup memadai untuk menampung
sejumlah kendaraan milik pasien dan atau keluarga serta tamu lainnya yang
berkunjung untuk urusan yang berkaitan dengan rumah sakit.
4. Instalasi Pengelolaan Air Limbah (IPAL)
Pada tanggal 13 Juni 2005 RS William Booth Surabaya mulai membangun
sebuah Instalasi Pengolahan Air Limbah untuk kapasitas 180 tempat tidur
atau dengan debit air limbah maksimum 13 M3 per hari yang dilaksanakan
oleh CV. OSAKA BAGASKARA. Sistem pengolahan air limbah yang digunakan
adalah Biofilter dengan mutu hasil pengolahan sesuai SK Gubernur Jatim No.
61/1999.
Instalasi Pengolahan Air Limbah di RS William Booth Surabaya ini telah
dioperasionalkan sejak tanggal 24 November 2005 dengan surat ijin Dinas
Lingkungan Hidup Nomor: 660.31/1190/436.4.20/2005. Surat ijin ini telah
dibaharui kembali pada tanggal 18 Desember 2008 dengan Nomor:
660.31/572/436.6.3/2008 oleh Badan Pengendalian Lingkungan Hidup
(BPLH) dan pada tanggal 25 April 2016 telah didapatkan surat ijin IPAL yang
baru dengan nomor 660.31/09/436.7.2/2016 untuk masa berlaku sampai
tahun 2019.
5. Listrik
Penyediaan arus listrik mempunyai ijin yang setiap tahun diperbaharui
dengan pembaharuan terakhir masa berlaku sampai dengan 15 Oktober
2016, untuk mendukung operasional alat elektrik medis dan penerangan di
rumah sakit bersumber pada aliran listrik dari Perusahaan Listrik Negara
(PLN) dengan total 407 KVA, namun demikian RS William Booth Surabaya
juga melengkapi penyediaan arus listrik dari dua unit motor diesel
pembangkit listrik (Genset) dengan total 225 KVA dengan ijin masa berlaku
sampai dengan Oktober 2017 yang sewaktu-waktu dapat digunakan apabila

10
PLN mengalami suatu gangguan atau pemadaman untuk sementara waktu
untuk mensuplai kebutuhan rutin harian sebesar 277 KVA.
6. Air
Sumber utama penyediaan air bersih untuk kebutuhan di RS William Booth
Surabaya adalah air PDAM dan untuk menjamin kualitas air yang digunakan
maka rumah sakit melakukan pemeriksaan bakteriologis Air PDAM secara
berkala ke Laboratorium Kesehatan Daerah (Labkesda) Kota Surabaya.
Disamping itu RS William Booth Surabaya juga menyediakan tandon
persediaan air PDAM dengan kapasitas 39,7 m 3, yang diharapkan dapat
mensuplai kebutuhan operasional rutin rumah sakit sebesar 45-72 m 3 per
hari.
7. Penangkal Petir
Sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan Menteri Tenaga Kerja PER-
02/MEN/1989 tentang Pemasangan dan Pengawasan Instalasi Penyalur Petir
maka RS William Booth Surabayatelah menyempurnakan penggunaan
Instalasi Penyalur Petir Elektrostatis KURN.R.85 pada Bulan April 2008
dengan surat ijin Dinas Tenaga Kerja Nomor: 566/259/IV/436.5.10/2008
dengan perpanjangan setiap tahun dengan perpanjangan terakhir sampai
dengan tanggal 09 September 2016. Istalasi Penyalur Petir di RS William
Booth Surabayadilaksanakan oleh CV. POLARITAS TEKNIK dengan spesifikasi
sebagai berikut :
a. Panjang Bangunan : 100 M
b. Lebar Bagunan : 100 M
c. Tinggi Bangunan : 10 M
d. Tinggi Penerima dari atas bangunan : 11 M
e. Jumlah Arde : 1 buah
f. Jumlah SPIT : 1 buah
g. Tahanan Sebaran : R1= 1,7 Ώ

8. Alat Medis dan Penunjang Medis


Sarana dan prasarana medis berupa peralatan medis dan penunjang medis
yang digunakan dalam pelayanan kesehatan di Rumah Sakit William Booth,
tercatat dalam buku daftar invetaris alat medis dan penunjang medis. Rincian
peralatan medis dan penunjang medis secara detail ada di dalam daftar
inventaris self assesment terlampir.
9. Alat Non Medis
Sarana dan prasarana non medis berupa peralatan perkantoran dan alat
lainnya yang menunjang pelayanan kesehatan di Rumah Sakit William Booth,
tercatat dalam buku daftar inventaris alat non medis dan kami lampirkan
dalam buku profil ini.
10. Jumlah Tempat Tidur Pasien

11
Jumlah tempat tidur pasien yang tersedia saat ini di Rumah Sakit William
Booth adalah 144 tempat tidur. Komposisi total jumlah tempat tidur pasien
berdasarkan kelas perawatan dapat dijabarkan dalam tabel berikut ini:

Sementara itu komposisi tempat tidur pasien berdasarkan ruang


perawatan yang dibedakan pada jenis penyakit dan ruang perawatan
dapat dijabarkan seperti pada tabel dibawah ini:

12
2.7 KETENAGAAN
Jumlah total karyawan yang bekerja di Rumah Sakit William Booth yang
terdata sampai dengan Buln Mei 2011 adalah 339 Karyawan. Komposisi jumlah
tenaga berdasarkan jenis ketenagaan dan jenis pendidikan dapat dijabarkan
dalam tabel berikut ini :

Dapat di sampaikan pula sebagai informasi bahwa khusus untuk tenaga


medis, Rumah Sakit William Booth juga memiliki tenaga medis dokter spesialis
dan subspesialis, yang bekerja paruh waktu dan memberi pelayanan kesehatan di
Rumah Sakit William Booth. Jumlah total dokter spesialis dan subspesialis
tersebut adalah 57 orang dokter.

2.8 TUGAS POKOK DAN FUNGSI


Tugas pokok Rumah Sakit William Booth Surabaya adalah memberikan
pelayanan kesehatan yang bermutu dan menyeluruh serta terjangkau oleh
seluruh lapisan masyarakat.
Fungsi RS William Booth Surabaya adalah :
1. Menyelenggarakan kegiatan serta upaya dalam bidang pelayanan kesehatan

13
2. Menyelenggarakan kegiatan pembinaan SDM, sarana dan prasarana
penunjang Rumah Sakit
3. Menyelenggarakan kegiatan pendidikan,latihan dan pengembangan ilmu
pengetahuan dibidang kesehatan yang berkaitan dengan pengembangan
manajemen dan peningkatan pelayanan Rumah sakit
4. Menyelenggarakan kegiatan sosial kemanusiaan di bidang kesehatan kepada
masyarakat marginal.

14
BAB III
VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI & TUJUAN RS

3.1 VISI :
Menjadi Penyelenggara layanan kesehatan yang bermutu, terbaik dan
terpercaya dalam meningkatkan kualitas hidup manusia secara holistik.

3.2 MISI :
1. Memberikan pelayanan yang professional, manusiawi, tepat waktu dan tepat
guna yang berfokus kepada kaidah keselamatan pasien sesuai dengan
standar pelayanan.
2. Membangun dan mengembangkan pendidikan, pelatihan dan penelitian
yang menunjang pelayanan kesehatan kepada pelanggan secara
berkesinambungan sesuai dengan perkembangan IPTEKDOK dan pelayanan
perumah sakitan.
3. Mengelola sumber daya manusia yang berintegritas tinggi dalam
memberikan pelayanan dengan memperhatikan nilai – nilai Etik, Moral,
Sosial dan Spiritual.

3.3 FALSAFAH :
1. Pelanggan sebagai titik pusat dari tujuan pelayanan dan pengembangan
sumber daya manusia
2. Kualitas pelayanan yang professional dan akuntabel dilaksanakan sebagai
implementasi dari pendidikan, pelatihan dan penelitian dalam upaya
memenuhi kebutuhan pelanggan terhadap pelayanan yang bermutu.
3. Meningkatkan kemampuan dan keterampilan dalam menghadapi berbagai
kendala dalam pelayanan dilaksanakan secara berkesinambungan.
4. Bekerja secara tim, selaras dan terkendali dalam segala situasi dan kondisi,
serta berkomitmen untuk mencapai visi dan misi rumah sakit.
5. Sebagai tempat tenaga kesehatan mengabdi dan mengembangkan profesio-
nalisme.

3.4 TUJUAN
Berpartisipasi dalam pembangunan masyarakat Indonesia melalui pelayanan
dibidang kesehatan demi meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia
yang sehat jasmani, sosial dan rohani.

15
3.5 MOTTO
“Melayani Dengan KASIH”.

3.6 NILAI – NILAI DASAR


K : Keperdulian menjadi dasar dan semangat pelayanan terhadap pelanggan.
A : Adil tanpa diskriminasi dalam memberikan pelayanan.
S : Sejahtera merupakan cita cita yang ingin diraih seluruh karyawan.
I : Integritas tinggi dalam segala aspek pelayanan.
H : Harmonis dalam hubungan kepada Allah dan sesama.

16
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RS. WILLIAM BOOTH SURABAYA

4.1 STRUKTUR ORGANISASI

17
4.2 KETERANGAN DAN PENGERTIAN
4.2.1 Pejabat Struktural
a. Direktur adalah kepala atau pejabat tertinggi di RS William Booth Surabaya
yang diangkat oleh Yayasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan
b. Wakit direktur adalah pejabat yang membantu Direktur dalam melaksanakan
tugas dan tanggungjawabnya sesuai dengan bidang masing – masing, yaitu;
Wakil Direktur Pelayanan dan Wakil Direktur Umum
c. Wakil Direktur Pelayanan membantu direktur dalam bidang pelayanan medis
dan keperawatan
d. Wakil Direktur Umum membantu direktur dalam bidang umum dan keuangan
e. Kepala Bidang adalah pejabat yang membantu Wadir Pelayanan sesuai bidang
masing-masing, terdiri dari 3 (tiga) bidang yaitu ; Bidang Pelayanan Medik,
Bidang Penunjang Medik dan Bidang Keperawata
f. Kepala Bidang Pelayanan Medik adalah pejabat yang membantu Wadir
Pelayanan untuk membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan IGD,
Instalasi RAJAL, Instalasi Bedah dan Unit Hemodialisa
g. Kepala Bidang Penunjang Medik adalah pejabat yang membantu Wadir
Pelayanan untuk membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan
Instalasi Farmasi, Instalasi Laboratorium, Instalasi Gizi dan Instalasi Rekam
Medik
h. Kepala Bidang Perawatan adalah pejabat yang membantu Wadir Pelayanan
untuk membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan pelayanan di
rawat inap dan ICU
i. Kepala Bagian adalah pejabat yang membantu Wadir Umum sesuai cakupan
pekerjaan masing-masing, terdiri dari 3 (tiga) bagian yaitu ; Bagian PSDM,
Bagian Keuangan dan Bagian Penunjang Umum
j. Kepala Bagian PSDM adalah pejabat yang membantu Wadir Umum untuk
membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan pelayanan di PSDM,
DIKLAT, Sekretariat dan Payroll
k. Kepala Bagian Keuangan adalah pejabat yang membantu Wadir Umum untuk
membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan pelayanan di Kasir,
Akuntasni dan Penagihan
l. Kepala Bagian Penunjang Umum adalah pejabat yang membantu Wadir
Umum untuk membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan
pelayanan di Uni Pemeliharaan SARPRAS, Unit Logistik dan Unit Humas-
Marketing
m. Kepala Unit Kerja adalah pejabat yang membantu Kepala Bagian, yang terdiri
dari tenaga ahli atau profesi dan memiliki fungsi tertentu sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari rumah sakit baik berfungsi pelayanan maupun
pendukung operasional rumah sakit. Unit Kerja dapat bertanggungjawab atas
satu atau lebih Sub Unit Kerja.

18
n. Kepala Bidang adalah pejabat yang membantu Wadir Pelayanan sesuai
cakupan pekerjaan masing-masing, terdiri dari 3 (tiga) bidang yaitu ; Bidang
Pelayanan Medik, Bidang Penunjang Medik dan Bidang Perawatan.
o. Kepala Bidang Pelayanan Medik adalah pejabat yang membantu Wadir
Pelayanan untuk membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan
pelayanan di Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Bedah,
Instalasi Rehab Medik dan Unit Hemodialisa
p. Kepala Bidang Penunjang Medik adalah pejabat yang membantu Wadir
Pelayanan untuk membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan
pelayanan di Instalasi Farmasi, Instslasi Radiologi, Instslasi Laboratorium,
Instslasi Rekam Medik dan Instalasi Gizi
q. Kepala Bidang Perawatan adalah pejabat yang membantu Wadir Pelayanan
untuk membantu mengelola, mengawasi dan mengendalikan pelayanan ruang
rawat inap Nilam, ruang Topaz, ruang Mirah Delima, Ruang Ratna Cempaka
dan Ruang ICU
r. Kepala Ruangan adalah pejabat yang membantu Kepala Bidang, yang terdiri
dari tenaga ahli atau profesi dan memiliki fungsi tertentu sebagai bagian yang
tidak terpisahkan dari rumah sakit baik berfungsi pelayanan maupun
pendukung operasional rumah sakit.
s. Berikut ini adalah nama-nama Instalasi, Ruangan, Unit dan Sub unit yang ada
di RS William Booth Surabaya :
1. Instalasi Gawat Darurat
2. Instslasi Rawat Jalan
3. Instslasi Bedah
4. Instslasi Rehab Medik
5. Instalasi Farmasi
6. Instalasi Laboratorium
7. Instalasi Radiologi
8. Instalasi Gizi
9. Unit Diklat
10. Unit Pastoral
11. Unit Sekretariat
12. Unit Kasir
13. Unit Penagihan
14. Unit Akuntansi
15. Unit Pemeliharaan Sarana
16. Unit Logistik
17. Unit Humas dan Pemasaran
18. Sub-unit Linen dan Loundry
19. Sub-unit Cleaning service
20. Sub-unit Pest Control
21. Sub-unit Kendaran

19
22. Sub-unit Listrik, air, telepon dan Gas
23. Sup-unit Tehnik
24. Sub-unit elektromedik
25. Sub-unit Taman
26. Sub-unit Pembelian
27. Sub-unit asset
28. Sub-unit gudang
29. Sub-unit operator
30. Sub-unit parkir
31. Sub-unit sekuriti
32. Sub-unit customer care

4.2.2 Pejabat Non-Struktural


a. Komite adalah wadah non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan profesi
dibentuk untuk memberikan pertimbangan strategis kepada direktur dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit. Pejabat non-
struktural dalam organisasi RS William Booth Surabaya terdiri dari : Komite
Medik, Komite Keperawatan dan Komite PPIRS.
b. Komite Medik adalah adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan tata
kelola klinis (clinical governance) agar staf medis di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
c. Komite Keperawatan adalah adalah perangkat rumah sakit untuk menerapkan
tata kelola keperawatan agar staf keperawatan di rumah sakit terjaga
profesionalismenya melalui mekanisme kredensial, penjagaan mutu profesi
medis, dan pemeliharaan etika dan disiplin profesi medis.
d. Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi adalah adalah perangkat rumah
sakit untuk menerapkan tata kelola pencegahan dan pengendalian infeksi di RS
agar dapat dilakukan lebih optimal.
e. Tim terpadu adalah perangkat non struktural yang terdiri dari tenaga ahli dan
profesi dibentuk untuk bertanggungjawab terhadap bidang tertentu dalam
rangka peningkatan dan pengembangan pelayanan rumah sakit yang bertugas
untuk membantu direktur untuk memberikan masukan, pertimbangan serta
usulan kebijakan tentang berbagai hal terkait pelayanan di rumah sakit
f. Satuan Pemeriksa Internal adalah perangkat rumah sakit yang membantu
direktur untuk mengawasi arah kebijakan Rumah Sakit; mengawasi
pelaksanaan rencana strategis; mengawasi pelaksanaan kendali mutu dan
kendali biaya

20
g. Kelompok Staf Medik adalah perangkat rumah sakit yang terdiri dari kelompok
dokter kelompok dokter yang bekerja di bidang medis dalam jabatan
fungsional sesuai dengan spesialisasi yang ada. Staf Medis (KSM) di RS William
Booth dikelompokkan menjadi 6 (enam) sebagai barikut ;
A. KSM Bedah ; Anastesi, Mata, THT – KL dan Penyakit Kulit dan Kelamin
B. KSM OBGYN KSM OBGYN)
C. KSM Anak
D. KSM Penyakit Dalam ; Jantung, Paru, Radiology dan Patologi Klinik
E. KSM Gigi dan Mulut
F. KSM Umum

21
BAB V
STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA
RS. WILLIAM BOOTH SURABAYA

(TERLAMPIR)

22
BAB VI
URAIAN JABATAN

(TERLAMPIR sebagai BUKU)

23
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

7.1 HUBUNGAN KERJA ANTARA DIREKTUR DENGAN DEWAN PENGURUS


YAYASAN PELAYANAN KESEHATAN BALA KESELAMATAN (YPKBK) DAN OPSIR
PEMBINA
Direktur adalah pemimpin tertinggi dari RS William Booth Surabaya.
Pengelolaan Rumah Sakit dilakukan oleh Direktur. Dalam menjalankan tugasnya
Direktur bertanggung jawab kepada Dewan Pengurus Yayasan Pelayanan
Kesehatan Bala Keselamatan (YPKBK). YPKBK melakukan pembinaan dan
pengawasan dalam pengelolaan Rumah Sakit dengan menetapkan kebijakan
pelaksanaan pelayanan untuk tercapainya visi, misi, falsafah dan tujuan rumah
sakit.
Keberhasilan rumah sakit tergantung dari pengelolaan oleh Direktur dan
pembinaan serta pengawasan dari Pengurus YPKBK sehingga dalam
pertanggungjawaban tugas dan kewajiban antara Pengelola dan Pengurus adalah
bersifat tanggung renteng.
Mengambil tindakan atas nama Ketua Yayasan jika dalam hubungan tenaga
kesehatan dan pasien terjadi penyimpangan/ pelanggaran moral, etika profesi
dan hukum dengan terlebih dahulu mendapat persetujuan dari Yayasan.

7.2 KOORDINASI ANTARA DIREKTUR DENGAN WAKIL DIREKTUR


Dalam menjalankan tugas-tugasnya, Direktur dapat memberikan
kewenangan yang ada padanya kepada Wakil Direktur sesuai dengan bagian dan
bidang masing-masing. Para Wakil Direktur berhak dan berwenang bertindak atas
nama Direktur setelah mendapat persetujuan dari Direktur dan secara
admisntrasi selalu memberikan tembusan surat kepada direktur.
Apabila Direktur berhalangan tetap menjalankan pekerjaannya atau apabila
jabatan itu terluang dan penggantinya belum memangku jabatan, maka
kekosongan jabatan tersebut dipangku oleh salah seorang yang ditunjuk
sementara oleh Pengurus Yayasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan.
Apabila Direktur dan semua Wakil Direktur berhalangan tetap melakukan
pekerjaannya atau jabatan Direktur terluang seluruhnya dan belum diangkat,
maka sementara pengelolaan Rumah Sakit dijalankan oleh Pengurus YPKBK.
Dalam keadaan Direktur berhalangan sementara dalam menjalankan tugas dan
kewenangan sebagaimana dimaksud, Direktur dapat mendelegasikannya kepada
Wakil Direktur.

7.3 KOORDINASI ANTARA DIREKTUR DENGAN KOMITE(MEDIK, KEPERAWATAN


DAN PPI)
Komite berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Direktur Rumah
Sakit William Booth Surabaya. Ketua Komite diangkat dan ditetapkan oleh

24
Direktur. Perangkat komite yang lain diangkat dan ditetapkan oleh Direktur
setelah mendapat rekomendasi dari Ketua Komite. Dalam pelaksanaan tugasnya,
Komite memberikan laporan secara tertulis dalam bentuk rekomendasi.

7.4 HUBUNGAN KERJA ANTARA DIREKTUR DENGAN SATUAN PEMERIKSA


INTERNAL (SPI)
Satuan Pemeriksaan Internal berada di bawah dan bertanggung jawab
kepada Direktur Rumah Sakit William Booth Surabaya. Tugas pokok Satuan
Pemeriksan Internal adalah melaksanakan pemeriksaan dan penilaian terhadap
pelaksanaan kegiatan semua unsur di rumah sakit agar dapat berjalan sesuai
dengan rencana dan ketentuan yang berlaku.
Dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud dalam, Satuan
Pemeriksaan Internal berfungsi :
a. Melaksanakan pemeriksaan/audit keuangan dan operasional.
b. Merancang dan melaksanakan pemeriksaan pelaksanaan pengendalian intern.
c. Melakukan identifikasi risiko.
d. Mencegah terjadinya penyimpangan.
e. Memberikan konsultasi pengendalian intern.
Pelaksanaan tugas dan fungsi sebagaimana dimaksud di atas disampaikan
kepada Direlktur dalam bentuk rekomendasi.

7.5 HUBUNGAN KERJA ANTARA DIREKTUR DENGAN STAF MEDIS


Direktur berhak mengangkat dan memberhentikan Anggota Kelompok Staf
Medis (KSM) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang–undangan dan
peraturan kebijakan yang berlaku serta Peraturan Internal Rumah Sakit (Hospital
Bylaws) Rumah Sakit William Booth Surabaya.
Direktur menerbitkan surat penugasan klinis berdasarkan rincian
kewenangan klinis setiap staf medis (delineation of clinical privilege) yang
direkomendasikan oleh komite medik. Penugasan staf medis tersebut disebut
sebagai penugasan klinis (clinical appointment).
Dalam keadaan tertentu Direktur rumah sakit dapat pula menerbitkan surat
penugasan klinis sementara (Temporary Clinical Appointment), misalnya untuk
konsultan tamu yang diperlukan sementara oleh rumah sakit. Direktur rumah
sakit dapat mengubah dan atau membekukan untuk waktu tertentu surat
penugasan klinis (clinical appointment) staf medis sesuai kewenangan yang ada.
Dengan dibekukan atau diakhirinya penugasan klinis (Clinical Appointment)
seorang staf medis tidak berwenang lagi melakukan pelayanan medis dirumah
sakit tersebut. Mekanisme penugasan klinis ini merupakan salah satu instrumen
utama tata kelola klinis (clinical governance) yang baik.

25
7.6 HUBUNGAN KERJA ANTARA KABAG KABID DENGAN JAJARAN DIBAWAHNYA
Para Kabag Kabid mempunyai tugas melakukan monitoring, evaluasi dan
tindak lanjut pelayanan sesuai dengan pembagian tugasnya, namun tidak
menutup kemungkinan bisa melakukan koordinasi diluar pembagian tugasnya
jika berkaitan sampai kepada jajaran dibawah masing-masing.

26
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

8.1 POLA KETENAGAAN


Analisis Kebutuhan Pegawai adalah proses yang dilakukan secara logis,
teratur, dan berkesinambungan untuk mengetahui jumlah dan kualitas pegawai
yang diperlukan, analisis kebutuhan pegawai dilakukan agar pegawai memiliki
pekerjaan yang jelas sehingga pegawai secara nyata terlihat sumbangan
tenaganya terhadap pencapaian misi organisasi atau program yang telah
ditetapkan. Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang
harus dicapai dalam satu satuan waktu tertentu.
Teknik penghitungan yang baru harus melalui cara yang lebih mudah dan
dapat diaplikasikan dalam semua unit pelayanan yang ada di rumah sakit,
sehingga penyebaran dan penyamaan perhitungan dalam masing-masing unit
mempunyai standar yang sama dengan pola pengembangan yang berbeda di
masing-masing unit pelayanan. Teknik yang dimaksudkan meliputi :
1. Mudah dilakukan, menggunakan data yang sudah dikumpulkan dan sudah
tersedia
2. Mudah digunakan, hasil perhitungan dapat berkontribusi pada kebijakan
staffing di pelayanan kesehatan
3. Komprehensif, hasilnya dapat diterima oleh manajemen, misalnya yang
berhubungan dengan keuangan
4. Realistis, hasilnya tidak membebani budgeting dan alokasi sumber daya.

8.1.1 Metode Penghitungan Pola Ketenagaan


Pengertian
1. Formasi adalah jumlah dan susunan jabatan / golongan karyawan yang
diperlukan dalam suatu satuan unit kerja untuk mampu melaksanakan tugas
pokok dalam jangka waktu tertentu.
2. Persediaan karyawan adalah jumlah karyawan yang dimiliki saat ini.
Persediaan karyawan disebut juga dengan bezetting.
3. Analisis kebutuhan karyawan adalah proses yang dilakukan secara logis,
teratur, dan berkesinambungan untuk mengetahui jumlah dan kualitas
karyawan yang diperlukan. Analisis kebutuhan karyawan dilakukan agar
karyawan memiliki pekerjaan yang jelas sehingga karyawan secara nyata
terlihat sumbangan tenaganya terhadap pencapaian misi organisasi atau
program yang telah ditetapkan.
4. Standar kemampuan rata-rata karyawan adalah standar kemampuan yang
menunjukkan ukuran enerji rata-rata yang diberikan seorang karyawan atau
sekelompok karyawan untuk memperoleh satu satuan hasil. Standar
kemampuan rata-rata karyawan disebut standar prestasi rata-rata karyawan.

27
5. Beban kerja adalah sejumlah target pekerjaan atau target hasil yang harus
dicapai dalam satu satuan waktu tertentu.

8.1.2 Prinsip Penyusunan Formasi


Dalam penyusunan formasi hendaknya diperhatikan prinsip-prinsip sebagai
berikut :
1. Setiap jenjang jabatan jumlah karyawannya sesuai dengan beban kerjanya.
2. Setiap perpindahan dalam posisi jabatan yang baik karena adanya mutasi atau
promosi dapat dilakukan apabila tersedia posisi jabatan yang lowong.
3. Selama beban kerja organisasi tidak berubah komposisi jumlah karyawan tidak
berubah.

Hal-hal yang Mempengaruhi


Dalam menghitung formasi karyawan, perlu mengidentifikasi hal-hal yang
mempengaruhi terjadinya perubahan dalam organisasi. Beberapa hal tersebut
adalah :
1. Perubahan target-target
Setiap unit kerja dalam organisasi setiap kurun waktu tertentu menetapkan
program-program yang didalamnya terkandung target yang akan menjadi beban
pekerjaan. Target yang berubah akan mempengaruhi pula jumlah beban
pekerjaan. Dengan demikian, beban kerja jabatan akan bergantung kepada ada
tidaknya perubahan target dari program yang ditetapkan oleh unit kerjanya.
Khususnya faktor klien meliputi :
a. Tingkat kompleksitas dan lamanya kebutuhan
perawatan
b. Tipe klien sesuai dengan penyakitnya, usia,
maupun faktor spesifik
c. Jumlah klien dan fluktuasinya
d. Keadaan sosial ekonomi yang mempengaruhi
kesehatannya
e. Harapan klien dan keluarganya.
2. Perubahan fungsi-fungsi
Fungsi yang dimaksud disini adalah fungsi unit kerja. Perubahan fungsi unit
kerja memiliki kecenderungan mempengaruhi bentuk kelembagaan. Dengan
adanya perubahan fungsi unit berarti juga mempengaruhi peta jabatan.
3. Perubahan komposisi karyawan
Komposisi karyawan dapat digambarkan dalam penempatan karyawan dalam
jabatan mengikuti peta jabatan yang ada. Perubahan komposisi karyawan berarti
perubahan pula penempatannya, baik karena pensiun, promosi, mutasi, tingkat
pendidikan dan pengalaman karyawan, kelangkaan tenaga spesialis, kebijakan
pengaturan dinas atau karena hal lain. Perubahan komposisi karyawan
merupakan perubahan jumlah karyawan dalam formasi.
4. Perubahan lain yang mempengaruhi organisasi

28
0 1 A p ril 2 0 1 2
Perubahan lain yang mempengaruhi organisasi dapat berupa peningkatan
mutu pelayanan, perubahan kebijakan pembinaan dan pengembangan, misalnya
pengalihan pencapaian program dari swakelola menjadi pelimpahan pekerjaan
kepada pihak ketiga. Hal ini pada akhirnya akan mempengaruhi pula kepada
jumlah beban kerja.
5. Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh pada :

KE
H &T
a. Tipe dan lokasi RS

AECNoAnG
b. Lay out ruang keperawatan
c. Fasilitas dan juknis pelayanan yang diberikan

suAlta
d. Kelengkapan peralatan medik, diagnostik

AN
e. Pelayanan penunjang dari unit lain

n t - W o rksh o p P O L A
f. Macam kegiatan yang dilaksanakan : penyuluhan, kunjungan rumah, dll.
Dari beberapa indicator atau metode penghitungan pola ketenagaan yang
ada, Bagian SDM akan menggunakan beberapa metode dalam pengaturan
pelaksanaan kerja di Unit-unit kerja terkait. Metode yang dipergunakan dalam
pelaksanaan kerja di RS William Booth Surabaya dilakukan dengan metode work-
load analysis dan khusus profesi perawat, penghitungan pola ketenagaan sudah
mempunyai standar yang telah ditentukan dari beberapa standar yang ada.
Penghitungan pola ketenagaan Keperawatan mengadopsi dari Peraturan yang
telah ditetapkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, meliputi :

8.1.3 Perhitungan Tenaga Keperawatan (Metode Depkes)


Dengan menggunakan pengelompokan klien menurut jumlah dan
kompleksitas pelayanan keperawatan yang dibutuhkan klien, maka pimpinan
keperawatan dapat menghitung jumlah tenaga keperawatan untuk masing-
masing unit sesuai rumusan / metoda sebagai berikut :
1. Sistem / Model / Metode Pemberian Asuhan Keperawatan / Penugasan
2. Tingkat Ketergantungan Pasien / Klasifikasi Pasien
3. Jumlah klien yang dirawat / hari / bulan / tahun dalam suatu unit.
4. Jumlah & Kategori Tenaga (pendidikan dan pengalaman)
5. Pengaturan & Penjadwalan Tenaga
6. Tipe rumah sakit dan lay out suatu bangsal.
7. Pelayanan dan fasilitas yg tersedia
8. Penyuluhan Kesehatan dan harapan klien dan keluarga
9. Rata-rata waktu keperawatan langsung dan tidak langsung.

Untuk menghitung waktu yang dibutuhkan merawat klien perhari perlu


dijumlahkan :
WPL + WPTL + WPK

WPL : Waktu yang dibutuhkan untuk perawatan langsung


WPTL : Perawatan tidak langsung
WPK : Waktu untuk penyuluhan kesehatan.

29
0 1 A p ril 2 0 1 2
Kebutuhan staf keperawatan dasar adalah jumlah minimal dari tenaga
keperawatan pada setiap unit / bangsal / ruang  sesuai kebijakan rumah sakit
dengan menentukan :
1. Jumlah hari dalam 1 tahun = 365 hari
2. Jumlah hari kerja non efektif dalam 1 tahun
3. Jumlah hari kerja efektif dalam 1 tahun : 365 – 86 = 279 hari
4. Jumlah minggu efektif = 279 : 7 = 39,8 minggu
5. Jumlah jam kerja efektif dalam 1 tahun : 39,8 minggu x 40 jam = 1.592 jam /
tahun.

Rata-rata jam
Rata-rata Jumlah jam
No Jenis Perawatan
pasien/hr kerja
pasien/hari
1 Penyakit Dalam 10 3,5 35
2 Bedah 8 4 32
3 Gawat 1 10 10
4 Anak 3 4,5 13,5
5 Kebidanan 1 2,5 2,5
Jumlah 23 93

1. Jumlah perawat yang diperlukan


Jumlah jam perawatan/hr = 93 = 13,28 perawat
Jam kerja efektif/shift 7

2. Loss day (hari libur/cuti/hari besar)


Jumlah hari minggu setahun + Cuti + Hari Besar x Jumlah Perawat
Jumlah hari kerja efektif/tahun
52 + 12 + 12 = 76 x 13,28 = 3,69 perawat
279

3. Koreksi 25% (tugas-tugas non keperawatan)


25x Jumlah tenaga keperawatan + loss day
100

25x (13,28 + 3,69) = 4,24


100

4. Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan


13,28 + 3,69 + 4,24 = 21,21

30
Rata-rata jam
Rata-rata Jumlah jam
No Jenis Perawatan
pasien/hr kerja
pasien/hari
1 Askep minimal 7 2 14
2 Askep Sedang 7 0,08 21,56
3 Askep Agak Berat 11 4,15 45,65
4 Askep Maksimal 1 6,16 6,16
Jumlah 26 87,37

Berdasarkan penelitian di luar negeri :


1. Jumlah perawat yang diperlukan
Jumlah jam perawatan/hr = 87,37 = 12,48 perawat
Jam kerja efektif/shift 7

2. Loss day (hari libur/cuti/hari besar)


Jumlah hari minggu setahun + Cuti + Hari Besar x Jumlah Perawat
Jumlah hari kerja efektif/tahun

52 + 12 + 14 = 78 x 12,48 = 3,48 perawat


279

3. Koreksi 25% (tugas tugas non keperawatan)


25x Jumlah tenaga keperawatan + loss day
100

25x (12,48 + 3,48) = 3,99


100

4. Jadi jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan


12,48 + 3,48 + 3,99 = 19,95 = 20 orang

31
Kamar Operasi
1. Dasar perhitungan tenaga
2. Jumlah dan jenis operasi
3. Jumlah kamar operasi
4. Pemakaian kamar operasi (diprediksi 6 jam/hari)
5. Tugas perawat 2 orang/tim (instrumen + sirkulasi)
6. Ketergantungan pasien :
a. Operasi Besar : 5 jam
b. Operasi sedang : 2 jam
c. Operasi kecil : 1 jam
7. Alat tenun dan set operasi dipersiapkan oleh CSSD
(Jml jam kep./ hr x Jml. Operasi ) x Jml. Prwt/tim + ( cadangan )
Jam kerja efektif/hr

Misal : 30 operasi/ hari :


Operasi besar : 6 orang
Operasi sedang : 15 orang
Operasi kecil : 9 orang

Tenaga yang dibutuhkan =


{ ( 6x5 jam) + (15x2 jam) + ( 9x1 jam) } x 2 + 1
7
= 20,71 = 21 orang.

Ruang Penerimaan dan RR (Recovery Room)


Ketergantungan Pasien :
a. Ruang penerimaan = 15 menit
b. Ruang Recovery = 1 jam
1,15 x 30 = 4,92 = 5 orang.
7

Gawat Darurat
Dasar perhitungan :
1. Rata-rata jumlah pasien/ hari
2. Jumlah jam perawatan/ hari = 4 jam
Rata-rata jumlah pasien/ hari = 50 orang
1. Tenaga yang dibutuhkan = 50 x 4 = 28,57
7
2. Loss day = 78 x 28,57 = 7,98
279
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan
28,57 + 7,98 = 36,55 = 37 orang.

32
0 1 A p ril 2 0 1 2
Critical Care
a. Jumlah perawatan/hari = 12 jam
b. Rata rata jumlah pasien/hari = 10 orang
1. Tenaga yang dibutuhkan 10 x 12 = 17,14
7

KE
H &T
2. Loss day 78 x 17,14 = 4,79

AECNoAnG
279
3. Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan

suAlta
17,14 + 4,79 = 21,93 = 23 orang.

AN n t - W o rksh o p P O L A
Rawat Jalan
a. Jumlah perawatan/hari = 15 menit
b. Rata-rata jumlah pasien/hari = 100 orang
1) Tenaga yang dibutuhkan
100 x 15 = 3,57
7 x 60
2) Koreksi 15% = 15 x 3,57= 0,53
100
3) Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan :
= 3,57 + 0,53 = 4,10 = 4 orang.

Kamar Bersalin
a. Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan
(Kala I s/d IV ) / pasien = 4 jam
b. Rata-Rata jumlah pasien/hari = 10 orang
1) Tenaga yang dibutuhkan
= 10 x 4 = 5,71
7
2) Loss day = 78 x 5,71 = 1,59
279
3) Jadi jumlah tenaga yang dibutuhkan :
= 5,71 + 1,59 = 7,3 = 7 orang.

Unit Rawat Inap


Jml jam perawat x 52 mg x 7 hr x jml TT x BOR + Koreksi 25 %
41 jml mg efektif x 40 jam

Unit Rawat Jalan


Jml jam perawat x 52 mg x 6 hr x jml kunj + koreksi 10%
41 jml mg efektif x 40 jam

33
Unit Kamar Bedah / Operasi
Jml jam perawat x 52 mg x 7 hr x jml anggota tim x Jml OK + koreksi 25%
41 jml mg efektif x 40 jam

Kamar Bersalin
Jml jam perawat x 52 mg x 7 hr x jml kunj + koreksi 25%
mg efektif x 40 jam

34
8.2 KUALIFIKASI PERSONIL
No Jabatan / Fungsi Kualifikasi
1 Opsir Pembina Sesuai ketentuan yang ditetapkan Yayasan
2 Direktur S1.Plus
3 Kepala Satuan Pemeriksa
S1 / S2
Internal
4 Wakil DIrektur Umum S1 / S2
5 Wakil Direktur Pelayanan Dokter / Dokter Spesialis
6 Kepala Bidang Pelayanan Medis Dokter / S2
7 Kepala Bidang Penunjang
Dokter / S2
Medis
8 Kepala Bidang Keperawatan S1 Keperawatan, Ns.
9 Kepala Bagian SDM D3 / S1
10 S1 / /S2 Akuntansi / Manajemen
Kepala Bagian Keuangan Keuangan/D3
11 Kepala Bagian Penunjang
S1/D3
Umum
12 Kepala Unit SLTA/D3/S1
13 Kepala Ruangan 1 D3 / S1 Keperawatan
2 Mempunyai masa kerja lebih dari 5
tahun.
14 Dokter IGD 1 Pendidikan S1 Kedokteran Umum
2 Mengikuti pelatIihan ATLS, ACLS, EKG
3 Mempunyai pengalaman di UGD 3 tahun
4 Tanggap terhadap pelaksanaan pelayanan
Gawat Darurat
15 Perawat IGD 1 Pendidikan formal S1 Kep & DIII
Keperawatan
2 Mengikuti pelatihan BLS, PPGD, EKG
3 Mempunyai pengalaman kerja di UGD 1
thn
4 Mampu melaksanakan asuhan
keperawatan Gawat Darurat
16 Driver Ambulance 1 Mempunyai SIM A / B1
2 Mempunyai pengalaman dibidangnya 3
tahun.
3 Cepat, tanggap dan cekatan
4 Memiliki keahlian penanganan gawat
darurat.
17 Perawat Rawat Jalan 1 Pendidikan Formal SPK/D3 Keperawatan

35
2 Mengikuti pelatihan BLS, EKG
3 Mampu melaksanakan asuhan
keperawatan rawat jalan.
18 Kasir 1 Pendidikan minimal SMA/SMK akutansi
2 Menguasai komputer, khususnya
Microsoft Office
3 Menguasai sistem pembukuan dan
keuangan secara umum.
19 Perawat Rawat Inap Ruang ICU 1 Pendidikan formal S1 Kep. DIII
Keperawatan
2 Mengikuti pelatihan BLS, ECG, Basic ICU,
ACLS
3 Pernah mengikuti masa orientasi di Ruang
ICU min 3-6 bulan
4 Mampu melaksanakan dan memahami
asuhan keperawatan pasien kritis.
5 Mampu melaksanakan ketrampilan
Clinical care.
20 Perawat Rawat Inap Ruang 1 Pendidikan formal S1 Kep, DIII Kebidanan
Kebidanan / Perinatologi 2 Mengikuti pelatihan BLS, Resusitasi
Neonatus, NST, ECG
3 Mempunyai SIB, SIPB yang terintegrasi
4 Pernah mengikuti masa orientasi di Ruang
Perinatologi 2-3 bulan
5 Mampu melaksanakan dan memahami
asuhan kebidanan dan perawatan pasien
perinatologi.
21 Perawat Rawat Inap Ruang 1. Pendidikan formal S1 Kep, DIII
Anak Keperawatan
2. Mengikuti pelatihan BLS.
3. Pernah mengikuti masa orientasi di
Ruang Anak min 2-3 bulan
4. Mampu melaksanakan dan memahami
asuhan keperawatan dan keperawatan
anak
5. Memiliki rasa kasih sayang kepada anak.
22 Perawat Rawat Inap Ruang 1 Pendidikan formal S1 Kep, D3
Bedah Keperawatan
2 Mengikuti pelatihan BLS
3 Pernah mengikuti masa orientasi di ruang
bedah min 2-3 bulan

36
4 Mampu melaksanakan dan memahami
asuhan keperawatan medical bedah.
23 Perawat Anestesi/ Kamr 1 Pendidikan S1 Kep, D3 Keperawatan
Operasi 2 Mengikuti pelatihan Anestesi, BLS, ECG.
3 Pernah mengikuti masa orientasi
dibidangnya 3-6 bulan.
4 Mampu melaksanakan dan memahami
asuhan keperawatan pasien dalam proses
pembiusan dan pembedahan.
24 Perawat Asisten dan 1 Pendidikan S1 Kep, D3 Keperawatan
Instrument Kamar Operasi 2 Mengikuti pelatihan BLS, ECG.
3 Pernah mengikuti pendidikan tindakan
keperawatan di kamar operasi
4 Pernah mengikuti masa orientasi
dibidangnya 3-6 bulan.
25 Radiografer 1 D3 Radiologi / D3 ATRO
2 Diutamakan mempunyai sertifikat PPR
3 Mempunyai pengalaman di bidang
radiologi 2 tahun.
26 Apoteker 1 S1 dan Apoteker
2 Mempunyai pengalaman di bidangnya 3
tahun.
27 Asistan Apoteker 1 D3 Farmasi
2 Pengalaman di bidangnya 2 tahun.
28 Analis Medis 1 D3 Analis / Poltekes Analis
2 Mempunyai sertifikat Phlebotomi
3 Mempunyai pengalaman di bidangnya 2
tahun.
29 Administrasi Analis Medis 1. SMA/SMK/sederajat
30 Fisioterapis 1 D3 Fisioterapi/ Rehabilitasi Medis
2 Mempunyai pengalaman di bidangnya 2
tahun.
31 Gizi 1 D3 Gizi
2 Mempunyai pengalaman di bidangnya 2
tahun.
32 Dapur 1 D1 / D3 Perhotelan
2 Mempunyai pengalaman di bidangnya 3
tahun.
33 Rekam Medis 1 D3 Perekam Medis Rumah Sakit
2 Mempunyai pengalaman di bidangnya 2
tahun.

37
34 Staf Engginering 1 S1 Sipil / Informatika
2 STM Mesin / Listrik
3 Mempunyai pengalaman di bidangnya 2
tahun.
35 Marketing 1 S1 /D3/SLTA segala jurusan
2 Mempunyai pengalaman di bidangnya 3
tahun
3 Ulet, cekatan, tanggap.
36 Laundry 1 SMA / Sederajat
2 Menguasai system pengolahan Laundry
3 Pengalaman di bidangnya 2 tahun.
37 Security 1 SMA/Sederajat
2 Mempunyai postur tubuh yang ideal,
sehat rohani dan jasmani
3 Pengalaman di bidangnya 2 tahun
4 Pernah mengikuti pelatihan keamanan.

38
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

Pengertian Orientasi adalah usaha membantu para pekerja agar mengenali


secara baik dan mampu beradaptasi dengan suatu situasi atau dengan ingkungan
dan iklim bisnis RS, memahami dan bersedia melaksanakan perilaku sosial yang
mewarnai kehidupan RS sehari-hari, mengetahui dan memahami berbagai aspek
teknis pekerjaan maupun jabatannya, sehingga dapat bekerja secara efektif,
efisien dan produktif.

PROGRAM ORIENTASI KASYARAWAN

39
BAB X
PERTEMUAN – RAPAT

Untuk dapat mengelola dan menjalankan organisasi RS maka diperlukan


wadah pertemuan atau rapat untuk dapat membahas dan mendiskusikan segala
sesuatu yang terkait dengan pelayanan. Sesuai dengan peraturan internal rumah
sakit (hospitals byLaw) secara resmi rapat di RS dikenal dengan sitilah Dewan,
yang terdiri dari ;
1. Dewan Keuangan RS
2. Dewan Personalia RS
3. Dewan Biaya RS
Direktur harus melaporkan susunan tiap-tiap dewan berikut dengan
namanya kepada Dewan Pengurus Yayasan untuk mendapatkan pengesahan.

10.1 DEWAN KEUANGAN RS


Pemimpin Rapat Dewan Keuangan adalah Direktur Rumah Sakit. Rapat
Dewan keuangan dihadiri oleh Opsir Pembina Yayasan.
Anggota Dewan Keuangan terdiri dari :
a. Opsir Pengurus
b. Direktur
c. Wakil Direktur Umum
d. Wadir Pelayanan
e. Ka.SPI
f. Kepala Bagian Keuangan
g. Kabag PSDM
h. Kabag Penunjang Umum
i. Kabid Perawatan
j. Kepala Instalasi Farmasi

Mekanisme dan tata cara rapat adalah sebagai berikut ;


a. Sekretaris memberikan undangan kepada para anggota Dewan dan Opsir
Pengurus paling lambat 3 hari sebelum tanggal Rapat Dewan Keuangan.
b. Sekretaris memberikan agenda Rapat Dewan Keuangan kepada para Anggota
Dewan Keuangan dan Opsir Pembina Yayasan paling lambat 2 hari sebelum
tanggal Rapat Dewan Keuangan.
c. Sekretaris menyampaikan hasil Dewan Keuangan kepada para anggota Dewan
Keuangan dan Opsir Pembina Yayasan paling lambat 3 hari setelah Rapat
Dewan Keuangan dilaksanakan .
d. Direktur dapat berkoordinasi dengan Opsir Pembina Yayasan untuk
membicarakan terlebih dahulu mengenai agenda Rapat Dewan Keuangan.
e. Hasil Rapat Dewan Keuangan diketahui dan ditandatangani oleh Opsir
Pengurus Yayasan.

40
f. Rapat Dewan Keuangan diadakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam seminggu.

Tugas Dewan Keuangan RS adalah sebagai berikut ;


a. Memberikan keputusan atas permohonan pengadaan, pembelian, segala
kebutuhan Unit Usaha , perbaikan alat kesehatan, barang, mesin, kendaraan
dan pembelian obat termasuk kesepakatan dengan pihak ketiga baik baru
maupun perpanjangan kesepakatan sesuai dengan kewenangan Unit usaha.
b. Melanjutkan permohonan perbaikan bangunan unit usaha ke Pengurus Pusat.
c. Memberikan keputusan atas pengeluaran sejumlah uang sesuai dengan
kewenangan Unit Usaha.
d. Mengawasi dan mengevaluasi keuangan Unit Usaha.

10.2 DEWAN PERSONALIA RS


Pemimpin Rapat Dewan Personalia adalah Direktur Rumah Sakit. Rapat
Dewan Personalia dihadiri oleh Opsir Pembina Yayasan dan atau Dewan Pengurus
lainnya.
Anggota Dewan Personalia terdiri dari :
a. Opsir Pengurus
b. Direktur
c. Wakil Direktur Umum
d. Wadir Pelayanan
e. Ka.SPI
f. Kabag PSDM
g. Kabid Perawatan

Mekanisme dan tata cara Rapat Dewan Personalia RS adalah sebagai berikut ;
a. Sekretaris memberikan undangan kepada para anggota Dewan dan Opsir
Pengurus paling lambat 3 hari sebelum tanggal Rapat Dewan Personalia
b. Sekretaris memberikan agenda Rapat Dewan Personalia kepada para Anggota
Dewan Personalia dan Opsir Pembina Yayasan paling lambat 2 hari sebelum
tanggal Rapat Dewan Personalia.
c. Sekretaris menyampaikan hasil Dewan Personalia kepada para anggota Dewan
Personalia dan Opsir Pembina Yayasan paling lambat 3 hari setelah Rapat
Dewan Personalia dilaksanakan .
d. Direktur dapat berkoordinasi dengan Opsir Pembina Yayasan untuk
membicarakan terlebih dahulu mengenai agenda Rapat Dewan Personalia.
e. Hasil Rapat Dewan Personalia diketahui dan ditandatangani oleh Opsir
Pembina Yayasan.
f. Rapat Dewan Personalia diadakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam sebulan.

Tugas Dewan Personalia RS adalah sebagai berikut ;


a. Membicarakan hal-hal yang berhubungan dengan peningkatan kesejahteraan
karyawan.

41
b. Merencanakan, mengevaluasi pengembangan karir karyawan.
c. Membicarakan masalah-masalah kepegawaian.
d. Menetapkan hal-hal yang belum diatur dalam Peraturan Rumah Sakit.

10.3 DEWAN BIAYA RS


Pemimpin Rapat Dewan Biaya RS adalah Wakil Direktur Keuangan/Kepala
Bidang Keuangan. Rapat Dewan Biaya dihadiri oleh Direktur dan Opsir Pembina
Yayasan.

Anggota Dewan Biaya terdiri dari :


a. Kepala Bagian Keuangan + 3 Kanit
b. Kabag PSDM
c. Kabag Penunjang Umum + 3 Kanit
d. Kepala Instalasi Farmasi

Mekanisme dan tata cara Rapat Dewan Biaya RS adalah sebagai berikut ;
a. Sekretaris memberikan undangan kepada para anggota Dewan dan Opsir
Pengurus paling lambat 3 hari sebelum tanggal Rapat Dewan Biaya
b. Sekretaris memberikan agenda Rapat Dewan Biaya kepada para Anggota
Dewan Biaya dan Opsir Pengurus Yayasan paling lambat 2 hari sebelum
tanggal Rapat Dewan Biaya .
c. Sekretaris menyampaikan hasil Dewan Biaya kepada para anggota Dewan
Biaya dan Opsir Pengurus Yayasan paling lambat 3 hari setelah Rapat Dewan
Biaya dilaksanakan .
d. Rapat Dewan Biaya RS diadakan paling sedikit 1 (satu) kali dalam seminggu.

Tugas Dewan Biaya RS


a. Mengevaluasi segala biaya dan pengeluaran Rumah Sakit.
b. Memeriksa semua tanda bukti atas pemasukkan dan pengeluaran Rumah Sakit
c. Mengesahkan semua tanda bukti atas pemasukan dan pengeluaran Rumah
Sakit.

Selain ketiga jenis rapat di atas maka secara operasional juga terdapat rapat-
rapat lain yang secara rutin dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditetapkan oleh direktur rumah sakit.

42
JENIS DAN JADWAL RAPAT, RS. William Booth Surabaya
No Jenis Rapat Peserta Jadwal
1 Rapat Anggaran Opsir Yayasan, Direktur, Nopember
Yayasan WDU
2 Rapat Kerja Yayasan Opsir Yayasan, Direktur, Februari
WDU, Kabid.Per, Kabag SDM
3 Rapat Anggaran RS Seluruh pejabat struktural September
4 Rapat Kerja RS Seluruh pejabat struktural Maret
5 Rapat Komite Medik Seluruh SMF, Perangkat KM Setiap Rabu Minggu
dan Jajaran Direksi ke-3
6 Rapat Komite Perawat , Perangkat Komita Setiap Rabu Minggu
Keperawatan dan Jajaran Direksi ke-2
7 Rapat Komite PPI PIC PPI, Perangkat PPI dan Setiap Rabu Minggu
Jajaran Direksi ke-1
8 Weekly Report Seluruh pejabat struktural Setiap hari Selasa
9 Morning Report Seluruh Pelaksna di Tempat Setiap Pagi
Kerja MAsing2
10 Rapat PMKP PIC PMKP, Perangkat PMKP Setiap Rabu Minggu
dan Jajaran Direksi ke-4
11 Rapat Tim Terpadu PIC TIM TERPADU, Setiap Jumat dan
Perangkat TIM dan Jajaran Sabtu
Direksi
12 Rapat SPI Para Kabag, Kabid dan Setiap Kamis Minggu
Jajaran Direksi ke-2
13 Rapat Jajaran Wadir Para Kabid, Ka. Inst dan Setiap Senin
Yan Karu
14 Rapat Jajaran Wadir Para Kabag dan Kanit Setiap Senin
Umum

43
BAB XI
PELAPORAN

11.1 PELAPORAN INTERNAL


11.1.1 Laporan Insidentil, terdiri dari :
a. Permintaan Laporan dari Direktur RS.
b. Permintaan Laporan dari Wakil Direktur RS.
c. Permintaan Laporan dari Unit Terkait.

11.1.2 Laporan mingguan yang terdiri dari :


a. Laporan kegiatan Gawat Darurat
b. Laporan kegiatan Instalasi Rawat Jalan (pelayanan tiap poli)
c. Laporan kegiatan Instalasi Rawat Inap (Indikator efisiensi)
d. Laporan kegiatan Instalasi Radiologi
e. Laporan kegiatan Instalasi Laboratorium
f. Laporan kegiatan Instalasi Rehabilitasi Medik
g. Laporan kegiatan Instalasi Gizi
h. Laporan kegiatan Instalasi Kamar Operasi
i. Laporan kegiatan Farmasi
j. Kepala Unit Humas & Pemasaran.

11.1.3 Laporan Bulanan Terdiri Dari :


a. Laporan Target dan indikator SPM setiap bagian, instalasi, unit dan ruangan.
b. Laporan Bulanan Komite Medik
c. Laporan Bulanan Komite Keperawatan
d. Laporan Bulanan Komite PPI
e. Laporan Bulanan Tim Terpadu
f. Laporan Keuangan (triwulan dan semester)

11.1.4 Laporan Tahunan Terdiri Dari :


a. Laporan Pelayanan Medis dari Kepala Instalasi Rekam Medis.
b. Laporan Keuangan dari Kepala Unit Akuntansi.
c. Laporan Ketenagaan dari Kepala Bagian PSDM.
d. Laporan Kegiatan dari Kepala Unit Humas.
e. Laporan Kinerja Rumah Sakit dari Wadir Umum

11.2 PELAPORAN EKSTERNAL


11.2 1 Laporan Insidentil :
a. Laporan Surveilans Terpadu Dinas Kesehatan Kota Surabaya
b. Laporan Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kota Surabaya
c. Laporan Wabah Dinas Kesehatan Kota Surabaya

44
11.2.2 Laporan BULANAN Eksternal Terdiri Dari :
a. Laporan Surveilans Terpadu Dinas Kesehatan Kota Surabaya
b. Laporan Demam Berdarah Dengue Dinas Kesehatan Kota Surabaya
c. Laporan Wabah Dinas Kesehatan Kota Surabaya
b. Laporan RL. 5.1 Pengunjung RS SIRS-6 Kementrian Kesehatan -Jakarta.
c. Laporan RL. 5.2 Kunjungan Rawat Jalan SIRS-6 Kementrian Kesehatan –
Jakarta.
d. Laporan RL. 5.3 Tentang 10 besar penyakit IRNA SIRS-6 Kementrian
Kesehatan – Jakarta.
e. Laporan RL. 5.3 Tentang 10 besar penyakit IRJ SIRS-6 Kementrian
f. Kesehatan – Jakarta.
g. Laporan Jamkesda, Jamkeskot & SPM ke Dinas Kesehatan Kota Batu.
h. Laporan Klaim ke Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).
i. Laporan Kegiatan Rapat Dewan Keuangan dan Personalia ke Yayasan
Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan di Bandung

11.2.3 Laporan TAHUNAN Eksternal Terdiri Dari :


1. RL. 1.1 Data Dasar RS. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
2. RL. 1.2 Indikator Pelayanan. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
3. RL. 1.3 Tempat Tidur. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
4. RL. 2. Ketenagaan. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
5. RL. 3.1 Rawat Inap. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
6. RL. 3.2 Rawat Darurat. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
7. RL. 3.3 Gigi Mulut. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
8. RL. 3.4 Kebidanan. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
9. RL. 3.5 Perinatologi. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
10. RL. 3.6 Pembedahan. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
11. RL. 3.7 Radiologi. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
12. RL. 3.8. Laboratorium. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
13. RL. 3.9. Rehab Medik. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
14. RL. 3.10 Pelayanan Khusus. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
15. RL. 3.11 Obat. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
16. RL. 3.12 Rujukan. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
17. RL. 3.13. Cara Bayar. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
18. RL. 3.14. Rujukan. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
19. RL. 3.15. Cara Bayar. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
20. RL. 4A. Penyakit Rawat Inap. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
21. RL. 4B. Penyakit Rawat Jalan. SIRS-6 Kementrian Kesehatan RI.
22. RL. 5.1 Pengunjung RS SIRS-6 Kementrian Kesehatan - Jakarta.
23. RL. 5.2 Kunjungan Rawat Jalan SIRS-6 Kementrian Kesehatan – Jakarta.
24. RL. 5.3 Tentang 10 besar penyakit IRNA SIRS-6 Kementrian Kesehatan –
Jakarta.

45
25. RL. 5.3 Tentang 10 besar penyakit IRJ SIRS-6 Kementrian Kesehatan Jakarta.
26. Laporan Aplikasi Sarana dan Prasarana Kesehatan (ASPAK) ke Direktorat
Jendral Bina Upaya Kesehatan – Kementrian Kesehatan RI Jakarta.
27. Laporan Pelayanan Medis RS. Baptis Batu ke Yayasan Rumah Sakit Baptis
Indonesia (YRSBI) – Jakarta.
28. Laporan Pelayanan dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) – Dinas
Kesehatan Kota Batu.
29. Laporan Pelayanan dan Standar Pelayanan Minimal (SPM) – Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur.
30. Laporan tahunan kunjungan IGD dan IRJ untuk laporan pajak
31. Laporan Kinerja RS ke Yayasan Pelayanan Kesehatan Bala Keselamatan di
Bandung

46

Anda mungkin juga menyukai