A. LATAR BELAKANG
Demikian juga suatu organisasi, lembaga, atau perusahaan yang dibentuk dari
komponen-komponen sistem yang masing-masing memiliki kepentingan, maka sangat
memerlukan adanya pengendalian internal. Pengendalian internal ini dimaksudkan untuk
mencegah secara dini tindakan yang akan menyimpang dari jalur pencapaian tujuan
organisasi, lembaga, atau perusahaan. Tujuan tersebut (tujuan lembaga, organisasi,
perusahaan) merupakan tujuan bersama diantara anggota-anggota yang tergabung pada
organisasi, lembaga, atau perusahaan.
Rumah Sakit sebagai sebuah organisasi juga memiliki tujuan tujuan yang harus
dicapai, dalam hal ini adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap para
pelanggan baik internal maupun eksternal. Undang undang nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit mengisyaratkan bahwa Rumah Sakit harus memiliki standar pelayanan yang
harus dicapai dalam setiap aspek kegiatannya. Untuk mencapai standar ini Rumah Sakit
harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi Rumah Sakit
disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata
kelola perusahaan dan tata kelola klinis yang baik.
Tujuan pokok dari suatu pemeriksaan internal adalah membantu agar para anggota
organisasi dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif, sehingga
sistem dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Rumah Sakit sebagai sebuah
organisasi, bila ingin maju maka SPI-nya haruslah kuat. ini menjadi semacam peraturan
tidak tertulis bagi sebuah organisasi yang menginginkan tetap eksis dan berkembang.
Karena dengan SPI yang berfungsi sesuai dengan tugas pokok dan perannya, maka
organisasi dapat mencegah terjadinya kehilangan uang, menjaga aset dari tindakan korupsi,
kelalaian, kebiasaan salah yang dibenarkan, penyimpangan, kecurangan dan pemborosan
yang pada akhirnya organisasi dihindarkan dari kerugian kerugian yang bisa dicegah.
Karena Rumah Sakit merupakan organisasi yang unik, maka SPI Rumah sakit harus
mampu memngakomodasi keunikan tersebut. Keunikan tersebut karena Rumah Sakit
merupakan organisasi dengan produknya adalah jasa pelayanan yang berhubungan dengan
manusia, sehingga area auditnya meliputi audit medik, audit keuangan dan aset, audit
sumber daya manusia beserta administrasinya. Audit medik yang merupakan kekhususan
dari SPI Rumah Sakit inilah yang akan berperan penting secara langsung terhadap mutu
layanan yang diberikan oleh sebuah Rumah Sakit.
Pembentukan SPI haruslah didasari dengan itikad baik untuk memajukan Rumah
Sakit. Dengan audit yang kuat dan sesuai harapan, Rumah Sakit akan semakin dipercaya
dimana kepercayaan masyarakat terhadap layanan Rumah Sakitlah yang akan menentukan
hidup matinya Rumah Sakit.
2. Anggota SPI harus memiliki pemahaman yang memadai terhadap bidang bidang yang
akan diaudit. Karena itu, penempatan personil sebagai anggota SPI harus memikirkan
berbagai aspek baik latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, kompetensi melakukan
audit, memiliki catatan kinerja baik, loyalitas tinggi dan dedikasi terhadap pekerjaan.
Integritas dan kredibilitas anggota menjadi penilaian utama. Penempatan personil yang tidak
layak hanya akan memperlemah SPI dan ini akan membuat SPI tidak bisa memberikan
kinerja seperti yang diharapkan. Karena itu, anggota SPI hendaknya juga diberikan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai sebagai dasar kompetensi mereka melakukan
kegiatan audit.
3. Disamping memiliki ilmu yang memadai, anggota harus mengasai kemampuan untuk
menganalisa, melakukan penilaian, mengajukan rekomendasi atau saran saran perbaikan
sampai melakukan penilaian ulang apakah proses perbaikan sudah dilakukan sehingga
persoalan benar benar bisa selesai dengan tuntas.
4. Tim SPI bukanlah merupakan Tim yang mencari cari kesalahan anggota. Tim ini
merupakan unit kerja yang membantu manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi
sistem pengendalian manajemen sehingga mengarahkan jalan-nya perusahaan dalam jalur
yang benar. Temuan SPI tidak selalu negatif tetapi juga ada temuan positif, temuan positif ini
sebaiknya di sebarluarkan sehingga dapat menjadi contoh bagi unit kerja yang lain. Setiap
temuan Tim SPI yang memerlukan tindak lanjut oleh manajemen sebaiknya melalui
manajemen review yang khusus membahas temuan atau rekomendasi SPI. Sehingga tidak
ada kesan bahwa SPI merupakan polisi perusahaan yang langsung bisa mengambil
tindakan koreksi tanpa koordinasi dengan manajemen. Untuk ini diperlukan komitmen yang
kuat antara manajemen dengan SPI agar sistem kendali tetap bisa berjalan dengan baik
dan tidak menimbulkan ketakutan pada anggota organisasi.
5. Adanya kewenangan yang memadai yang diberikan kepada Tim SPI untuk bisa mengakses
berbagai tempat atau dokumen di organisasi sesuai peraturan perundangan yang berlaku,
dalam rangka melakukan tugasnya . Apabila tidak ada keterbukaan dan akses yang cukup,
maka segala penyimpangan yang beresiko terhadap kerugian Rumah sakit tidak segera
diketahui untuk segera dicarikan jalan penyelesaiannya.
6. Tim mampu mengawal tindak lanjut yang direkomendasikan oleh auditor eksternal agar
dapat diselesaikan oleh manajemen.
7. Adanya independensi dari Tim SPI, yang artinya bahwa Tim SPI berpihak pada kebenaran
faktual yang berdasarkan data dan fakta yang otentik, relevan dan cukup.
8. Adanya aturan internal organisasi yang jelas yang mengatur tentang Tim SPI ini yang
diketahui dan disepakati oleh semua pihak di Rumah Sakit. Aturan ini memuat tentang
pengertian, ruang lingkup, dasar hukum, hak dan kewenangan auditor, serta bentuk
pertanggungjawabannya. Hal ini untuk menghindari salah pengertian tentang keberadaan
Tim SPI itu sendiri di Rumah Sakit.
Kenyataan yang terjadi saat ini bahwa SPI masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini tercermin dari beberapa hal berikut ini :
1. Pembentukan SPI masih merupakan syarat untuk sebuah penyelenggaraan Rumah Sakit
dan belum dirasakan sebagai kebutuhan internal untuk perbaikan organisasi. Hal ini bisa
dilihat dari pemilihan anggota yang yang kurang memperhatikan standar minimal
kompetensi seorang auditor. Hal ini bisa dimengerti, salah satunya karena memang
pekerjaan auditor merupakan pekerjaan yang kurang diminati oleh sebagian kalangan.
Pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan mencari musuh. Hal ini tentunya tidak benar bila
pemahaman tentang auditor internal ini sudah merata pada seluruh anggota organisasi.
2. Adanya komunikasi yang kurang baik antara auditor dengan anggota organisasi. hal ini
mungkin disebabkan oleh anggapan yang masih belum tepat tentang auditor baik oleh
auditor itu sendiri maupun anggota organisasi. Tidak adanya aturan yang jelas yang
mengatur tentang auditor ini juga sering menyebabkan salah pengertian. Harusnya memang
ada aturan yang jelas mengenai keberadaan auditor ini dan adanya komitmen seluruh
anggota organisasi termasuk manajemen untuk menghormati peraturan ini.
3. Kesulitan mencari personil yang akan ditempatkan dalam Tim SPI. Hal ini mungkin karena
pekerjaan auditor dianggap pekerjaan yang tidak menarik dan di Rumah Sakit sendiri
mungkin merupakan beban tambahan dari tupoksi seorang karyawan yang ditempatkan
sebagai auditor internal. Hal ini karena di banyak Rumah Sakit, Tim SPI masih diambilkan
dari karyawan yang sehari harinya memiliki tupoksi dan belum merupakan Tim yang benar
benar independen dengan tupoksi hanya sebagai auditor internal.
D. PENUTUP
Dengan adanya pelatihan untuk Kepala SPI ini diharapkan ke depan SPI dapat menjadi
mitra kerja manajemen dalam mengawal organisasi mencapai visi dan misinya melalui SPI
yang menjadi :
1. Pihak paling independen untk melakukan pengawasan seluruh jajaran organisasi sesuai
tupoksinya.
2. Pihak yang mengawal misi khusus yaitu pengelolaan resiko dan pengendalian
operasional yang akan menjadi penyeimbang bagi jajaran manajemen dalam menjalankan
organisasi agar dapat mengeliminasi hambatan hambatan yang muncul menjadi sekecil
mungkin.
3. Tim yang menerapkan kinerja secara integrasi dan berkesinambungan setiap waktu
sebagai sebuah siklus.
4. Tim yang memiliki anggota dengan kompetensi memadai yang memiliki pengalaman
untuk mencegah terjadinya tindak kecurangan yang akan merugikan organisasi.
Sebagai Kepala SPI saya bertugas menyusun program kerja SPI selama 1 tahun.
Berikut program kerja saya silahkan kalau mau untuk perbandingan dan kami
terbuka terhadap masukan serta revisi.
PROGRAM KERJA
TAHUN 2016
Telp. (0285) 4495 222 (Hunting 3 Line) Fax. (0285) 4495 224
1. PENDAHULUAN
Dalam ekonomi dan lingkungan pasar yang kompetitif serta peraturan yang terus
berubah, setiap perusahaan, termasuk rumah sakit, terus berjuang untuk
mengidentifikasi dan mengelola risiko yang mereka hadapi. Memaksimalkan nilai
dan efektivitas sangat penting untuk berkembang pada saat ini. Tantangan-
tantangan bisnis yang baru mendorong Direktur dan manajemen untuk terus
mencari cara agar senantiasa meng-upgrade manajemen risiko yang dilakukan.
Membangun fungsi strategis Satuan Pengawas Internal (SPI) merupakan solusi
untuk mengatasi tantangan tersebut.
Rumah sakit perlu melakukan pengawasan/audit internal pada selang waktu yang
terencana untuk menentukan apakah sistem manajemen mutu telah berjalan sesuai
dengan pengaturan yang direncanakan dan telah memenuhi persyaratan standar
Internasional. Hal ini akan menentukan apakah sistem manajemen mutu dipelihara
dan telah diimplementasikan secara efektif.
2. LATAR BELAKANG
Mekanisme dan sistem pengendalian internal melalui SPI merupakan salah satu
sarana utama untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan rumah sakit telah
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor1684/MENKES/PER/XII/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit juga menunjukkan pentingnya SPI sebagai bagian dari
struktur manajemen rumah sakit.
4. Tujuan Umum
1. Tujuan Khusus
5. Pengembangan SDM
1. Kegiatan Kesekretariatan
No Unit Kerja
2 Rawat Jalan
3 Rawat Inap
4 Kamar Bedah
5 ICU
6 Kamar Bersalin
7 Perinatologi
8 Rehabilitasi Medik
9 Rekam Medik
10 Radiologi
11 Laboratorium
12 Farmasi
13 Gizi
14 Sarana Prasarana
15 Pemulasaraan Jenazah
16 Sterilisasi Unit
17 Sanitasi
18 Laundry
21 Promosi kesehatan RS
22 Voluntary Counseling Test
23 TB DOTS
23 PONEK
28 HRD
30 PR
31 Komite Medik
32 Komite Keperawatan
34 Sentral Dokumen
35 PMKP
1. Langkah-langkah audit dan review dilakukan sesuai dengan Buku rencana kerja SPI
dan buku pegangan audit, serta menggunakan instrumen berupa kertas kerja audit
yang sesuai dengan tujuan audit/review.
2. Audit dapat menggunakan data sekunder berupa dokumen-dokumen dari unit yang
diaudit/direview maupun data primer yang diperoleh sendiri oleh SPI.
Temuan
Penyebab
Inspeksi
Observasi
Tanya Jawab
Konfirmasi
1. Lisan
2. Tulisan, terdiri dari dua macam, yaitu konfirmasi positif dan negatif.
Analisis
Perbandingan
Perbandingan adalah usaha untuk mencari persamaan dan perbedaan antara dua
atau lebih gejala atau keadaan. Hasil dari perbandingan kemudian dilanjutkan
dengan melakukan analisis sebab-sebab terjadinya penyimpangan.
Teknik vouching yaitu suatu langkah pemeriksaaan otentik tidaknya serta lengkap
tidaknya bukti yang mendukung suatu transaksi.Sedangkan verifikasi adalah istilah
yang digunakan dalam arti umum untuk memeriksa ketelitian tentang perkalian,
penjumlahan, pembukuan, dan eksistensinya.
Rekonsiliasi
Teknik Rekonsiliasi yaitu penyesuaian antara dua golongan data yang berhubungan
tetapi masing-masing dibuat oleh pihak-pihak yang independen untuk mendapatkan
data yang benar.
Trasir
Trasir merupakan cara memeriksa dengan jalan menelusuri proses suatu keadaan,
kegiatan maupun masalah sampai pada sumber atau bahan pembuktiannya.
Rekomputasi
Rekomputasi merupakan cara menghitung kembali kalkulasi yang telah ada untuk
menetapkan kecermatannya.
Scanning
Scanning berarti melakukan penelaahan secara umum dan cepat untuk menemukan
hal-hal yang memerlukan audit lebih lanjut.
6. SASARAN
Sasaran atau obyek penilaian Satuan Pengawas Intern (SPI) rumah sakit yaitu :
1. Keuangan
3. Pemasaran
5. Pengembangan
6. Sasaran khusus (misalnya untuk tahun ini proyek pembangunan gedung rawat inap
dan gedung rawat jalan atau proses insidental lainnya)
Bulan
No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8
Bulan
No
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8
37 Melakukan audit PR
Triwulan : . Tahun : ..
Uraian Target
No Realisasi Kendala/Hambatan Solusi Ket
Tugas/Kegiatan Pencapaian
1. Pelaporan Kegiatan
Laporan evaluasi kegiatan akan dibuat dalam format tabel. Tabel tersebut mencakup
keterangan mengenai uraian kegiatan, target, capaian, kendala/permasalahan yang
dihadapi, rekomendasi pemecahan masalah, serta keterangan. Dengan format
tersebut, pembaca laporan akan dapat melihat hasil capaian (kinerja) selama tiga
bulan berjalan. Laporan tersebut akan dibuat secara tertulis dan disampaikan
kepada Kepala SPI. Kemudian Kepala SPI beserta bagian kesekretariatan SPI akan
membuat rekapitulasi terhadap semua laporan evaluasi kegiatan untuk disampaikan
kepada Direktur.
Evaluasi sistem pelaporan yang disusun tim SPI terhadap kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan skedul adalah hasil review dan audit terhadap suatu
bidang pelayanan disusun dalam bentuk laporan tertulis yang akan disampaikan
langsung kepada Direktur pada akhir tahun berjalan. Isi laporan dimaksud mencakup
temuan, kesimpulan, dan rekomendasi dari hasil review/ audit yang telah
dilaksanakan oleh tim SPI menjadi masukan dalam pengambilan suatu kebijakan
dan keputusan.
Posted in Uncategorized
Post navigation
Dosen FKUII presentasi di Kongres Internasional HIV AIDS di Asia Pacific ke 12: Menjadi
Agen Perubahan Menuju Target Jalur Cepat HIV AIDS 90-90-90 dan 3 Zero
Jadilah Pasien yang Terlibat dan Aktif: Tips Untuk Pasien dan Keluarga Pasien
3. Kecukupan dan
kompetensi
bukti
B. Pengertian SPI
C. Tujuan SPI
Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern:
3. Mendorong efisiensi.
D. Jenis SPI
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi
dua yaitu:
F. Keterbatasan SPI
1. Kekeliruan pengoperasian sistem (mistake in judgement) karena terbatasnya
informasi dan waktu, karena tekanan lingkungan, atau karena terbatasnya
kemampuan, meskipun SPI sudah dilengkapi dengan pedoman penyelesaian
masalah.
G. Penanggungjawab SPI
2. Fihak eksteren, seperti auditor independent serta lembaga otoritas yang lain,
dimungkinkan untuk memberikan kontribusi dalam perancangan struktur
pengendalian interen, tetapi mereka tidak bertanggungjawab terhadap efektifitas SPI
dan bukan bagian dari SPI
a. Manajemen,
e. Auditor independen,
f. Fihak luar lain, seperti lembaga-lembaga otoritas yang memiliki kewenangan untuk
mengatur jalannya organisasi
H. Lingkungan Pengendalian
Adalah kondisi lingkungan organisasi yang sehat untuk mendukung penerapan SPI,
yang komponennya terdiri dari:
6. Budaya dan aturan yang sehat dalam mekanisme penetapan otoritas dan
tanggungjawab,
J. Elemen SPI
1. Lingkungan Pengendalian
2. Sistem Akuntansi
3. Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai kelakuan
karyawan yang dibuat untuk menjamin bahwa tujuan pengendali-an manajemen
dapat tercapai.
Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat
yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh
karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dengan adanya
pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan dilakukan audit trail, karena
otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih.
Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain.
b. Pembagian tugas.
Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek) secara
periodik dengan aktiva yang ada secara fisik. Pengecekkan inni harus dilakukan oleh
suatu unit organisasi yang independen (selain unit fungsi penyimpanan, unit fungsi
operasi dan unit fungsi pencatatan) untuk menjaga objektivitas pemeriksaan.
Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti
ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non
profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan
evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat
meminimalkannya.
Pengendalian Umum
1. Organisasi,
Dalam sistem komputer, fungsi pokok tersebut seringkali digabung dalam wujud
program komputer, sehingga penggabungan ketiga fungsi tersebut memerlukan
metode pengendalian yang khusus.
Sistem pengendalian intern klien dalam setiap siklus transaksi harus cukup
memberikan kepastian yang layak bahwa:
Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen sudah lama diakui
dalam profesi akuntansi, dan pengakuan tersebut makin meluas dengan alasan :
2. Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang
baik dapat akan pula melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi
kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi
3. Di lain pihak, adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan
secara menyeluruh atau secara detail untuk hampir semu transaksi
perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.
SUMBER:
http://www.google.co.id/#sclient=psy&hl=id&site=&source=hp&q=pemahaman+SPI&
pbx=1&oq=pemahaman+SPI&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=1596l4911l0l5299
l13l12l0l3l3l1l633l2624l0.4.5.5-
1l10l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.&fp=1c0bc34bdeab405f&biw=1024&bih=612
Home
About
Pengertian
Sistem
Pengendalian
Intern
(SPI)
Dalam arti sempit : Pengendalian Intern disamakan dengan Internal Check yang
merupakan prosedur-prosedur mekanisme untuk memeriksa ketelitian dari data-data
administrasi, seperti mencocokkan penjumlahan Horizontal dengan penjumlahan
Vertikal.
Dalam buku Akuntansi Keuangan (Zaki, 1999; 15) bahwa penerapan unsur-unsur
sistem pengendalian intern dalam suatu perusahaan tertentu harus
mempertimangkan biaya dan manfaatnya. Suatu Sistem Pengendalian Intern yang
baik haruslah bersifat cepat, murah dan aman, sehingga perusahaan dapat
menjalankan operasinya dengan lancar, terjamin keamanannya dan biaya
pengawasan yang dibutuhkan relatif tidak mahal.
Prinsip-prinsip umum Sistem Pengendalian Intern hanya berlaku sebagai pedoman,
bukan merupakan suatu keharusan yang ditetapkan secara baku. Meskipun
demikian, AICPA mengemukakan bahwa suatu Sistem Pengendalian Intern yang
memuaskan akan bergantung sekurang-kurangnya empat unsur Pengendalian
Intern adalah sebagai berikut :
Unsur-unsur tersebut diatas adalah sangat penting dan harus diterapkan secara
bersama-sama dalam suatu perusahaan, agar terdapat adanya Sistem
Pengendalian Intern yang baik, sebab kelemahan yang serius dalam salah satu
diantaranya, pada umumnya akan merintangi sistem itu bekerja dengan lancar dan
sukses.
Artikel
Terkait
Pengertian Timeliness
2 II. Konsep Dasar SPI. a.Tanggung jawab manajemen Manajemen dan bukan
auditor yang harus menyusun dan memonitor struktur pengendalian internal. Konsep
ini sesuai dengan ketentuan yang menyatakan bahwa manajemen dan bukan
auditor yang bertanggung jawab dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku b.Kepastian yang wajar suatu perusahaan harus
mengusahakan struktur pengendalian internal yang memberikan kepastian yang
wajar, tetapi bukan mutlak, bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar
5 IV. Tujuan Lain SPI. a.Setiap transaksi yang dicatat adalah sah (validitas). SPI
tidak dapat memberikan transaksi-transaksi fiktif dan yang sebenarnya tidak terjadi
di dalam jurnal atau catatan akuntansi lainnya b.Setiap transaksi diotorisasi dengan
tepat (otorisasi). Kalau transaksi yang tidak diotorisasi terjadi, hal ini mengakibatkan
adanya transaksi yang curang, dan juga dapat mengakibatkan pemborosan atau
pengrusakan terhadap aktiva perusahaan c.Setiap transaksi yang terjadi dicatat
(kelengkapan). Setiap prosedur yang dimiliki klien harus memberikan pengendalian
untuk mencegah penghilangan setiap transaksi dari catatan
6 d.Setiap transaksi dinilai dengan tepat (penilaian). SPI yang memadai selalu
disertai dengan prosedur untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dan
pencatatan setiap transaksi pada berbagai langkah proses pencatatan e.Setiap
transaksi diklasifikasi dengan tepat (klasifikasi). Klasifikasi perkiraan yang tepat,
sesuai dengan bagan perkiraan klien, harus ditetapkan didalam jurnal kalau laporan
keuangan hendak dinyatakan dengan tepat. Klasifikasi ini juga mencakup berbagai
kategori seperti divisi dan hasil produk
7 f.Setiap transaksi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan waktu). Pencatatan
setiap transaksi baik sebelum atau setelah saat terjadinya, selalu menimbulkan
kemungkinan adanya kelalaian untuk mencatatnya atau dicatat dengan jumlah yang
tidak benar.jika keterlambatan pencatatan terjadi pada akhir periode maka laporan
keuangan akan mengandung kesalahan g.Setiap transaksi dimasukkan dengan
tepat kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan
ikhtisar). Dalam beberapa keadaan, masing-masing transaksi diikhtisarkan
(dirangkum menjadi satu) dan dijumlahkan sebelum dicatat kedalam jurnal yang
bersangkutan. Kemudian jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar, kemudian
dikhtisarkan lagi untuk menyusun lap. keuangan
2 May, 2014
Rumah Sakit adalah sebuah organisasi yang memiliki tujuan tujuan yang harus
dicapai, dalam hal ini adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu
terhadap para pelanggan baik internal maupun eksternal .Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut, salah satu komponen yang dibutuhkan adalah
pengawasan internal yang dimaksudkan untuk mencegah secara dini tindakan yang
akan menyimpang dari jalur pencapaian tujuan organisasi. Undang-undang nomor
44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 39 menetapkan:
1) Dalam penyelenggaraan rumah sakit harus dilakukan audit.
2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa audit kinerja dan audit
medis.
3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara internal dan eksternal.
4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh
tenaga pengawas.
5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh
Menteri.
Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
Pasal 123 menetapkan:
1) Pemeriksaan operasional BLUD dilakukan oleh pengawas internal.
2) Pengawas internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh
internal auditor yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLUD.
Sesuai dengan Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 pasal 36 menetapkan bahwa
setiap rumah sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola
klinis yang baik. Kaidah-kaidah Good Corporate Governance meliputi transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian serta kewajaran/kepatutan sesuai
dengan prinsip korporasi yang sehat dan taat kepada peraturan perundangan. Suatu
mekanisme dan sistem pengendalian internal merupakan salah satu sarana utama
untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan rumah sakit telah dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang diinginkan tersebut.
Satuan Pengawas Internal (SPI) adalah unit internal yang bersifat independen dan
berfungsi untuk :
1) Membantu direktur agar dapat secara efektif mengamankan
investasi dan aset rumah sakit.
2) Melakukan penilaian desain dan implementasi pengendalian intern, apakah cukup
memadai dan dilaksanakan sistem pengendalian intern yang diciptakan untuk dapat
menjamin data-data keuangan dapat dipercaya.
3) Melakukan analisis dan evaluasi efektifitas sistem dan prosedur pada semua
bagian dan unit kegiatan rumah sakit.
Dalam menjalankan fungsinya SPI bertanggung jawab langsung kepada direktur
rumah sakit. Adapun Tanggung jawab SPI adalah :
a. Melakukan kajian dan analisis terhadap rencana investasi rumah sakit, khususnya
sejauh mana aspek pengkajian dan pengelolaan risiko telah dilaksanakan oleh unit-
unit kerja yang bersangkutan.
b. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian pengelolaan, pemantauan
efektivitas dan efisiensi sistem dan prosedur, dalam bidang-bidang :
1. Keuangan
2. Operasi dan pelayanan
3. Pemasaran
4. Sumber daya manusia
5. Pengembangan
c. Melakukan penilaian dan pemantauan mengenai sistem pengendalian informasi
dan komunikasi untuk memastikan bahwa :
1. Informasi penting rumah sakit terjamin keamanannya.
2. Fungsi sekretariat rumah sakit dalam pengendalian informasi dapat berjalan
dengan efektif.
3. Penyajian laporan-laporan rumah sakit memenuhi peraturan perundang-
undangan.
d. Melaksanakan tugas khusus dalam lingkup pengendalian internal yang ditugaskan
oleh direktur.
Saat ini Satuan Pengawas Internal RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang
(SPI RSUD) telah dibentuk berdasarkan SK Direktur Nomor 021/SK/RSUD Prov
KEPRI/I/2014. Menindaklanjuti hal tersebut, tanggal 16 April 2014, SPI RSUD
menyelenggarakan sosialisasi mengenai tugas dan fungsi yang dihadiri oleh
manajemen dan perwakilan dari fungsional.
Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit, keberadaan SPI diharapkan dapat menjadi
mitra kerja yang baik bagi manajemen dalam menilai setiap kegiatan yang
diselenggarakan oleh Rumah Sakit. SPI bukanlah unit kerja yang mencari
kesalahan, tetapi unit kerja yang membantu top manajemen dalam mengawasi dan
mengevaluasi sistem pengendalian manajemen sehingga mengarahkan jalannya
organisasi dalam jalur yang benar.
Pembentukan SPI tentunya didasari dengan itikad baik untuk memajukan Rumah
Sakit. Dengan audit Internal yang baik dan sesuai harapan, Rumah Sakit akan
semakin berkembang dan dipercaya baik oleh pelanggan eksternal maupun internal.
(Tim Redaksi).
MOSI : Master Output Slave Input Artinya jika dikonfigurasi sebagai master maka pin
MOSI sebagai output tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin MOSI sebagai
input.
MISO : Master Input Slave Output Artinya jika dikonfigurasi sebagai master maka pin
MISO sebagai input tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin MISO sebagai
output.
CLK : Clock Jika dikonfigurasi sebagai master maka pin CLK berlaku sebagai output
tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin CLK berlaku sebagai input.
Untuk mengatur mode kerja komunikasi SPI ini dilakukan dengan menggunakan
register SPCR (SPI Control Register), SPSR (SPI Status Register) dam SPDR (SPI
Data Register)
UDR (USART Data Register) adalah register yang paling penting dalam komunikasi
serial ini. Sebab data yang dikirim keluar harus ditempatkan pada register ini,
sedang data yang diterima dari luar dapat dibaca pada register ini pula. Pada intinya
register UDR digunakan sebagai buffer untuk menyimpan data, baik yang akan
dikirim maupun yang akan diterima.
Seperti yang dapat dilihat pada gambar, sejatinya UDR adalah terdiri dari 2 buah
register terpisah, dengan alamat dan nama yang sama, yakni UDR. Saat kita
menulis data pada UDR ini, maka sebenarnya kita menulis data pada UDR (Write)
yang kemudian USART mem-frame dengan bit-bit frame dan segera akan segera
mengirimkan data tersebut secara serial. Saat kita membaca UDR, sebenarnya
adalah membaca UDR (Read). Data yang diterima secara serial akan disimpan
dalam register tersebut, setelah hadirnya stop bit, maka USART akan membuang
frame dan menyiapkan data pada UDR (Read ) sehingga dapat segera di ambil. Kita
dapat menggunakan instruksi OUT dan IN untuk menulis dan membaca register
UDR ini.
UCSRA (USART Control dan Status Register A)
adalah register yang penting. Sebegian besar adalah berisi status dari dari proses
transfer komunikasi serial itu sendiri. Adapun penjelasan dari bit-bit tersebut adalah:
Bit 0 MPCM: Multi-processor Communication Mode Bit ini digunakan untuk mode
komunikasi Multi-Prosesor. Saat bit PMCM ini dibuat menjadi tinggi maka setiap data
yang diterima oleh unit penerima, namun tidak dilengkapi dengan informasi alamat,
data yang benar, maka akan diabaikan. Bit ini hanya berguna untuk penerima, dan
bukan untuk pengirim.
Catatan : Register UCSRC adalah berbagi alamat I/O yang sama dengan register
UBBRH. Lihat bagaimana mengakses UBBRH dan UCSRC pada Accessing
UBRRH/UCSRC Registers untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkap.
By edybillstephen Interfacing