Anda di halaman 1dari 45

PENTINGNYA SATUAN PEMERIKSA INTERNAL (SPI) RUMAH SAKIT

A. LATAR BELAKANG

Berbicara tentang pentingnya pengendalian internal, kita dapat analogkan dengan


tubuh manusia yang memiliki sistem sangat kompleks akan tetapi semuanya berjalan
sangat tertib dan teratur sesuai dengan fungsi masing-masing. Ketika suatu bagian atau
komponen tertentu mengambil beban yang melebihi batas maka akan terjadi kerusakan
pada sistem secara keseluruhan dan demikian juga ketika suatu bagian atau komponen
berfungsi secara berlebihan maka juga akan mengganggu sistem besar. Ketika manusia
yang bersangkutan dapat mengendalikan fungsi dan peran masing-masing komponen atau
bagian sehingga tidak berlebihan maka akan berlangsung secara normal.

Demikian juga suatu organisasi, lembaga, atau perusahaan yang dibentuk dari
komponen-komponen sistem yang masing-masing memiliki kepentingan, maka sangat
memerlukan adanya pengendalian internal. Pengendalian internal ini dimaksudkan untuk
mencegah secara dini tindakan yang akan menyimpang dari jalur pencapaian tujuan
organisasi, lembaga, atau perusahaan. Tujuan tersebut (tujuan lembaga, organisasi,
perusahaan) merupakan tujuan bersama diantara anggota-anggota yang tergabung pada
organisasi, lembaga, atau perusahaan.

Rumah Sakit sebagai sebuah organisasi juga memiliki tujuan tujuan yang harus
dicapai, dalam hal ini adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu terhadap para
pelanggan baik internal maupun eksternal. Undang undang nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit mengisyaratkan bahwa Rumah Sakit harus memiliki standar pelayanan yang
harus dicapai dalam setiap aspek kegiatannya. Untuk mencapai standar ini Rumah Sakit
harus memiliki organisasi yang efektif, efisien dan akuntabel. Organisasi Rumah Sakit
disusun dengan tujuan untuk mencapai visi dan misi Rumah Sakit dengan menjalankan tata
kelola perusahaan dan tata kelola klinis yang baik.

Dalam perjalanannya, pengelolaan Rumah sakit, sebagaimana sebuah organisasi,


juga rawan terjadi penyimpangan penyimpangan. Penyimpangan yang terjadi pada
pemberian layanan, bukan tidak mungkin bisa beresiko cidera, bahkan kematian pasien dan
berlanjut pada tuntutan hukum. Begitu juga bila yang terjadi adalah penyimpangan terhadap
keuangan dan aset, bisa menjadi ancaman tindak kecurangan atau korupsi. Apapun bentuk
penyimpangannya, potensial untuk menimbulkan kerugian terhadap Rumah Sakit. oleh
karena itu, Undang undang mengamanatkan bahwa dalam penyelenggaraannya, Rumah
Sakit harus dilakukan audit. Audit yang dimaksud bisa berupa audit kinerja dan audit medik.
Audit medik dilakukan oleh Komite Medik dan audit kinerja dilakukan oleh tenaga pengawas
baik internal maupun eksternal. Audit kinerja internal dilakukan oleh Satuan Pemeriksa
Internal (SPI) Rumah Sakit.

B. HARAPAN TERHADAP KEBERADAAN SPI DI RUMAH SAKIT

Tujuan pokok dari suatu pemeriksaan internal adalah membantu agar para anggota
organisasi dapat melaksanakan tugas dan tanggung jawabnya secara efektif, sehingga
sistem dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan. Rumah Sakit sebagai sebuah
organisasi, bila ingin maju maka SPI-nya haruslah kuat. ini menjadi semacam peraturan
tidak tertulis bagi sebuah organisasi yang menginginkan tetap eksis dan berkembang.
Karena dengan SPI yang berfungsi sesuai dengan tugas pokok dan perannya, maka
organisasi dapat mencegah terjadinya kehilangan uang, menjaga aset dari tindakan korupsi,
kelalaian, kebiasaan salah yang dibenarkan, penyimpangan, kecurangan dan pemborosan
yang pada akhirnya organisasi dihindarkan dari kerugian kerugian yang bisa dicegah.

Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit, keberadaan SPI diharapkan dapat menjadi


mitra kerja yang baik bagi manajemen dalam menilai setiap kegiatan yang diselenggarakan
oleh Rumah Sakit. SPI bukanlah unit kerja yang mencari kesalahan, tetapi unit kerja yang
membantu top manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi sistem pengendalian
manajemen sehingga mengarahkan jalan-nya perusahaan dalam jalur yang benar.

Karena Rumah Sakit merupakan organisasi yang unik, maka SPI Rumah sakit harus
mampu memngakomodasi keunikan tersebut. Keunikan tersebut karena Rumah Sakit
merupakan organisasi dengan produknya adalah jasa pelayanan yang berhubungan dengan
manusia, sehingga area auditnya meliputi audit medik, audit keuangan dan aset, audit
sumber daya manusia beserta administrasinya. Audit medik yang merupakan kekhususan
dari SPI Rumah Sakit inilah yang akan berperan penting secara langsung terhadap mutu
layanan yang diberikan oleh sebuah Rumah Sakit.

Pembentukan SPI haruslah didasari dengan itikad baik untuk memajukan Rumah
Sakit. Dengan audit yang kuat dan sesuai harapan, Rumah Sakit akan semakin dipercaya
dimana kepercayaan masyarakat terhadap layanan Rumah Sakitlah yang akan menentukan
hidup matinya Rumah Sakit.

Oleh karena itu anggota SPI diharapkan mampu :


1. Menjalin komunikasi dengan seluruh anggota organisasi melalui sebuah metode pendekatan
audit yang bersifat fasilitatif. Anggota SPI diharapkan mampu menempatkan diri untuk
membantu para anggota organisasi dalam menilai kinerja dan mengatasi persoalan atau
hambatan yang terjadi sehingga dapat berfungsi secara efektif dan kinerja menjadi optimal.

2. Anggota SPI harus memiliki pemahaman yang memadai terhadap bidang bidang yang
akan diaudit. Karena itu, penempatan personil sebagai anggota SPI harus memikirkan
berbagai aspek baik latar belakang pendidikan, pengalaman kerja, kompetensi melakukan
audit, memiliki catatan kinerja baik, loyalitas tinggi dan dedikasi terhadap pekerjaan.
Integritas dan kredibilitas anggota menjadi penilaian utama. Penempatan personil yang tidak
layak hanya akan memperlemah SPI dan ini akan membuat SPI tidak bisa memberikan
kinerja seperti yang diharapkan. Karena itu, anggota SPI hendaknya juga diberikan
pengetahuan dan ketrampilan yang memadai sebagai dasar kompetensi mereka melakukan
kegiatan audit.

3. Disamping memiliki ilmu yang memadai, anggota harus mengasai kemampuan untuk
menganalisa, melakukan penilaian, mengajukan rekomendasi atau saran saran perbaikan
sampai melakukan penilaian ulang apakah proses perbaikan sudah dilakukan sehingga
persoalan benar benar bisa selesai dengan tuntas.

4. Tim SPI bukanlah merupakan Tim yang mencari cari kesalahan anggota. Tim ini
merupakan unit kerja yang membantu manajemen dalam mengawasi dan mengevaluasi
sistem pengendalian manajemen sehingga mengarahkan jalan-nya perusahaan dalam jalur
yang benar. Temuan SPI tidak selalu negatif tetapi juga ada temuan positif, temuan positif ini
sebaiknya di sebarluarkan sehingga dapat menjadi contoh bagi unit kerja yang lain. Setiap
temuan Tim SPI yang memerlukan tindak lanjut oleh manajemen sebaiknya melalui
manajemen review yang khusus membahas temuan atau rekomendasi SPI. Sehingga tidak
ada kesan bahwa SPI merupakan polisi perusahaan yang langsung bisa mengambil
tindakan koreksi tanpa koordinasi dengan manajemen. Untuk ini diperlukan komitmen yang
kuat antara manajemen dengan SPI agar sistem kendali tetap bisa berjalan dengan baik
dan tidak menimbulkan ketakutan pada anggota organisasi.

5. Adanya kewenangan yang memadai yang diberikan kepada Tim SPI untuk bisa mengakses
berbagai tempat atau dokumen di organisasi sesuai peraturan perundangan yang berlaku,
dalam rangka melakukan tugasnya . Apabila tidak ada keterbukaan dan akses yang cukup,
maka segala penyimpangan yang beresiko terhadap kerugian Rumah sakit tidak segera
diketahui untuk segera dicarikan jalan penyelesaiannya.
6. Tim mampu mengawal tindak lanjut yang direkomendasikan oleh auditor eksternal agar
dapat diselesaikan oleh manajemen.

7. Adanya independensi dari Tim SPI, yang artinya bahwa Tim SPI berpihak pada kebenaran
faktual yang berdasarkan data dan fakta yang otentik, relevan dan cukup.

8. Adanya aturan internal organisasi yang jelas yang mengatur tentang Tim SPI ini yang
diketahui dan disepakati oleh semua pihak di Rumah Sakit. Aturan ini memuat tentang
pengertian, ruang lingkup, dasar hukum, hak dan kewenangan auditor, serta bentuk
pertanggungjawabannya. Hal ini untuk menghindari salah pengertian tentang keberadaan
Tim SPI itu sendiri di Rumah Sakit.

C. KONDISI SAAT INI

Kenyataan yang terjadi saat ini bahwa SPI masih belum sesuai dengan yang diharapkan.
Hal ini tercermin dari beberapa hal berikut ini :

1. Pembentukan SPI masih merupakan syarat untuk sebuah penyelenggaraan Rumah Sakit
dan belum dirasakan sebagai kebutuhan internal untuk perbaikan organisasi. Hal ini bisa
dilihat dari pemilihan anggota yang yang kurang memperhatikan standar minimal
kompetensi seorang auditor. Hal ini bisa dimengerti, salah satunya karena memang
pekerjaan auditor merupakan pekerjaan yang kurang diminati oleh sebagian kalangan.
Pekerjaan ini dianggap sebagai pekerjaan mencari musuh. Hal ini tentunya tidak benar bila
pemahaman tentang auditor internal ini sudah merata pada seluruh anggota organisasi.

2. Adanya komunikasi yang kurang baik antara auditor dengan anggota organisasi. hal ini
mungkin disebabkan oleh anggapan yang masih belum tepat tentang auditor baik oleh
auditor itu sendiri maupun anggota organisasi. Tidak adanya aturan yang jelas yang
mengatur tentang auditor ini juga sering menyebabkan salah pengertian. Harusnya memang
ada aturan yang jelas mengenai keberadaan auditor ini dan adanya komitmen seluruh
anggota organisasi termasuk manajemen untuk menghormati peraturan ini.

3. Kesulitan mencari personil yang akan ditempatkan dalam Tim SPI. Hal ini mungkin karena
pekerjaan auditor dianggap pekerjaan yang tidak menarik dan di Rumah Sakit sendiri
mungkin merupakan beban tambahan dari tupoksi seorang karyawan yang ditempatkan
sebagai auditor internal. Hal ini karena di banyak Rumah Sakit, Tim SPI masih diambilkan
dari karyawan yang sehari harinya memiliki tupoksi dan belum merupakan Tim yang benar
benar independen dengan tupoksi hanya sebagai auditor internal.
D. PENUTUP

Dengan adanya pelatihan untuk Kepala SPI ini diharapkan ke depan SPI dapat menjadi
mitra kerja manajemen dalam mengawal organisasi mencapai visi dan misinya melalui SPI
yang menjadi :

1. Pihak paling independen untk melakukan pengawasan seluruh jajaran organisasi sesuai
tupoksinya.

2. Pihak yang mengawal misi khusus yaitu pengelolaan resiko dan pengendalian
operasional yang akan menjadi penyeimbang bagi jajaran manajemen dalam menjalankan
organisasi agar dapat mengeliminasi hambatan hambatan yang muncul menjadi sekecil
mungkin.

3. Tim yang menerapkan kinerja secara integrasi dan berkesinambungan setiap waktu
sebagai sebuah siklus.

4. Tim yang memiliki anggota dengan kompetensi memadai yang memiliki pengalaman
untuk mencegah terjadinya tindak kecurangan yang akan merugikan organisasi.

Disarikan dari banyak sumber.


Program Kerja Satuan Pengawas / Pemeriksa Internal (SPI) Rumah
Sakit QIM Batang
Posted on April 30, 2016 by drbeti

Sebagai Kepala SPI saya bertugas menyusun program kerja SPI selama 1 tahun.
Berikut program kerja saya silahkan kalau mau untuk perbandingan dan kami
terbuka terhadap masukan serta revisi.
PROGRAM KERJA

SATUAN PENGAWAS INTERNAL

(SPI) RUMAH SAKIT QIM

TAHUN 2016

Jl. Urip Sumoharjo Sambong Batang

Telp. (0285) 4495 222 (Hunting 3 Line) Fax. (0285) 4495 224

email : rs_qim@yahoo.com website www.rsqim.com

1. PENDAHULUAN

Dalam ekonomi dan lingkungan pasar yang kompetitif serta peraturan yang terus
berubah, setiap perusahaan, termasuk rumah sakit, terus berjuang untuk
mengidentifikasi dan mengelola risiko yang mereka hadapi. Memaksimalkan nilai
dan efektivitas sangat penting untuk berkembang pada saat ini. Tantangan-
tantangan bisnis yang baru mendorong Direktur dan manajemen untuk terus
mencari cara agar senantiasa meng-upgrade manajemen risiko yang dilakukan.
Membangun fungsi strategis Satuan Pengawas Internal (SPI) merupakan solusi
untuk mengatasi tantangan tersebut.

Rumah sakit perlu melakukan pengawasan/audit internal pada selang waktu yang
terencana untuk menentukan apakah sistem manajemen mutu telah berjalan sesuai
dengan pengaturan yang direncanakan dan telah memenuhi persyaratan standar
Internasional. Hal ini akan menentukan apakah sistem manajemen mutu dipelihara
dan telah diimplementasikan secara efektif.

Dalam rangka peningkatan mutu yang berkelanjutan (continual improvement),


organisasi harus terus meningkatkan efektivitas sistem manajemen mutu melalui
penggunaan kebijakan mutu, sasaran mutu, hasil audit, analisis data, tindakan
korektif dan pencegahan, serta kajian manajemen (management review). SPI dapat
memainkan peran penting dalam proses tata kelola organisasi, khususnya di bidang
manajemen dan pengendalian risiko. Dalam banyak organisasi rumah sakit, harapan
yang diberikan pada SPI telah meningkat dan fungsi SPI sedang diandalkan untuk
dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada rumah sakit.

2. LATAR BELAKANG

Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada pasal 36


menyebutkan bahwa setiap rumah sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah
sakit dan tata kelola klinis yang baik. Kaidah-kaidah tata kelola rumah sakit yang
baik (Good Corporate Governance) tersebut meliputi antara lain transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian, serta kewajaran/kepatutan sesuai
dengan prinsip korporasi yang sehat dan taat kepada peraturan perundangan.

Mekanisme dan sistem pengendalian internal melalui SPI merupakan salah satu
sarana utama untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan rumah sakit telah
dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance. Peraturan
Menteri Kesehatan RI nomor1684/MENKES/PER/XII/2005 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit juga menunjukkan pentingnya SPI sebagai bagian dari
struktur manajemen rumah sakit.

3. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

4. Tujuan Umum

Melakukan monitoring, verifikasi, dan asesmen terhadap proses pengelolaan


organisasi serta membuat rekomendasi secara tepat untuk meningkatkan proses
pengelolaan organisasi dan pencapaian tujuan organisasi

1. Tujuan Khusus

Mengidentifikasi dan menindaklanjuti proses yang tidak efisien.

Mengidentifikasi dan menindaklanjuti pelanggaran terhadap prosedur.


Mengidentifikasi dan menindaklanjuti ketidakpatuhan terhadap kebijakan
manajemen.

Mengidentifikasi dan menindaklanjuti ketidakpatuhan pada undang-undang dan


peraturan.

Mengidentifikasi dan menindaklanjuti adanya keterbatasan kompetensi.

Mengidentifikasi dan menindaklanjuti adanya kecurangan (fraud)

4. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

5. Pengembangan SDM

Mengikuti pelatihan SPI

1. Kegiatan Kesekretariatan

Membuat dan menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT)

Menfasilitasi kegiatan administrasi auditor

Pengaturan rapat rutin intern dan rapat lainnya yang diperlukan

Menyusun Laporan hasil review dan Laporan Hasil Audit

Menyusun Laporan Triwulan, Semester dan Tahunan SPI

1. Kegiatan Audit Keuangan

Memfasilitasi/mendampingi/berkoordinasi dengan auditor eksternal pada


pelaksanaan audit Laporan Keuangan Tahunan tahun 2015

Melakukan review atas Laporan Keuangan Triwulan I tahun 2016

Melakukan review atas Laporan Keuangan Triwulan II tahun 2016

Melakukan review atas Laporan Keuangan Triwulan III tahun 2016


Melakukan review atas Laporan Keuangan Semester I tahun 2016

1. Kegiatan Audit Non Keuangan

Melakukan audit rutin terhadap unit kerja.

Unit-unit kerja yang diaudit terdapat pada tabel 1.

Tabel 1. Unit Kerja di Rumah Sakit yang Di Audit secara rutin

No Unit Kerja

1 Instalasi Gawat Darurat

2 Rawat Jalan

3 Rawat Inap

4 Kamar Bedah

5 ICU

6 Kamar Bersalin

7 Perinatologi

8 Rehabilitasi Medik

9 Rekam Medik

10 Radiologi

11 Laboratorium

12 Farmasi

13 Gizi

14 Sarana Prasarana

15 Pemulasaraan Jenazah

16 Sterilisasi Unit

17 Sanitasi

18 Laundry

19 Pencegahan dan Pengendalian Infeksi

20 Kesehatan dan keselamatan Kerja RS

21 Promosi kesehatan RS
22 Voluntary Counseling Test

23 TB DOTS

23 PONEK

24 Finance, Accounting & IT

28 HRD

30 PR

31 Komite Medik

32 Komite Keperawatan

33 Satuan Pengawas Internal

34 Sentral Dokumen

35 PMKP

Melakukan audit khusus (insidental atas permintaan direktur)

5. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN

1. Langkah-langkah audit dan review dilakukan sesuai dengan Buku rencana kerja SPI
dan buku pegangan audit, serta menggunakan instrumen berupa kertas kerja audit
yang sesuai dengan tujuan audit/review.

2. Audit dapat menggunakan data sekunder berupa dokumen-dokumen dari unit yang
diaudit/direview maupun data primer yang diperoleh sendiri oleh SPI.

3. Setiap pelaksanaan review/audit diikuti dengan penyusunan laporan review/audit

4. Laporan audit terdiri atas:

Temuan

Penyebab

Akibat atau konsekuensi dari temuan

Saran pemecahan masalah


1. Rekomendasi dari laporan review/audit akan ditindaklanjuti oleh unit atau bidang dan
setelah itu dapat dilakukan review kembali atas tindak lanjutyang sudah dilakukan.

2. Metode-metode audit yang dilakukan antara lain:

Inspeksi

Inspeksi merupakan cara memperoleh bukti dengan mempergunakan panca indra


terutama mata untuk memperoleh pembuktian atas sesuatu keadaan atau suatu
masalah pada saat tertentu. Inspeksi merupakan usaha auditor untuk memperoleh
bukti-bukti secara langsung, yang berarti auditor sendiri yang harus berada disaat
keadaan atau masalah tersebut ingin dibuktikan.

Observasi

Observasi atau pengamatan adalah cara memperoleh bukti dengan


mempergunakan panca indra terutama mata, yang dilakukan secara kontinyu. Hal
tersebut dilakukan selama kurun waktu tertentu untuk membuktikan sesuatu
keadaan atau masalah.

Tanya Jawab

Teknik tanyajawab ini berkenaan dengan pertanyaan-pertanyaan untuk memperoleh


pembuktian. Tanyajawab dapat dilakukan dengan cara :

1. Tanya jawab secara lisan (Wawancara)

2. Tanya jawab secara tulisan.

Konfirmasi

Konfirmasi merupakan uapaya untuk memperoleh informasi atau penegasan dari


sumber lain yang independen, baik secara lisan maupun secara tertulis dalam angka
pembuktian audit.

Jenis konfirmasi dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu :

1. Lisan
2. Tulisan, terdiri dari dua macam, yaitu konfirmasi positif dan negatif.

Analisis

Teknik analisis merupakan memecah atau menguraikan sesuatu keadaan atau


masalah kedalam beberapa bagian atau elemen dan memisahkan bagian tersebut
untuk digabungkan dengan keseluruhan atau dibandingkan dengan yang lain.

Perbandingan

Perbandingan adalah usaha untuk mencari persamaan dan perbedaan antara dua
atau lebih gejala atau keadaan. Hasil dari perbandingan kemudian dilanjutkan
dengan melakukan analisis sebab-sebab terjadinya penyimpangan.

Pemeriksaan Bukti-bukti Tertulis (vouching dan verifikasi)

Teknik vouching yaitu suatu langkah pemeriksaaan otentik tidaknya serta lengkap
tidaknya bukti yang mendukung suatu transaksi.Sedangkan verifikasi adalah istilah
yang digunakan dalam arti umum untuk memeriksa ketelitian tentang perkalian,
penjumlahan, pembukuan, dan eksistensinya.

Rekonsiliasi

Teknik Rekonsiliasi yaitu penyesuaian antara dua golongan data yang berhubungan
tetapi masing-masing dibuat oleh pihak-pihak yang independen untuk mendapatkan
data yang benar.

Trasir

Trasir merupakan cara memeriksa dengan jalan menelusuri proses suatu keadaan,
kegiatan maupun masalah sampai pada sumber atau bahan pembuktiannya.

Rekomputasi

Rekomputasi merupakan cara menghitung kembali kalkulasi yang telah ada untuk
menetapkan kecermatannya.

Scanning
Scanning berarti melakukan penelaahan secara umum dan cepat untuk menemukan
hal-hal yang memerlukan audit lebih lanjut.

6. SASARAN

Sasaran atau obyek penilaian Satuan Pengawas Intern (SPI) rumah sakit yaitu :

1. Keuangan

2. Operasional dan Pelayanan

3. Pemasaran

4. Sumber daya manusia

5. Pengembangan

6. Sasaran khusus (misalnya untuk tahun ini proyek pembangunan gedung rawat inap
dan gedung rawat jalan atau proses insidental lainnya)

7. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Bulan

No Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8

1 Membuat dan menyusun Rencana Kerja Tahunan (RKT)

2 Mengikuti pelatihan SPI

3 Menfasilitasi kegiatan administrasi auditor

4 Pengaturan rapat rutin intern dan rapat lainnya yang diperlukan

5 Menyusun Laporan hasil review dan Laporan Hasil Audit

6 Menyusun Laporan Triwulan, Semester dan Tahunan SPI


Memfasilitasi/mendampingi/berkoordinasi dengan auditor
7 eksternal pada pelaksanaan audit Laporan Keuangan Tahunan
tahun 2015

8 Melakukan review atas Laporan Keuangan Triwulan I tahun 2016

9 Melakukan review atas Laporan Keuangan Triwulan II tahun 2016

10 Melakukan review atas Laporan Keuangan Triwulan III tahun 2016

11 Melakukan audit Instalasi Gawat Darurat

12 Melakukan audit Instalasi Rawat Jalan

13 Melakukan audit Instalasi Rawat Inap

14 Melakukan audit Instalasi Kamar Bedah

15 Melakukan audit ICU

16 Melakukan audit Kamar Bersalin

17 Melakukan audit Perinatologi

18 Melakukan audit Rehabilitasi Medik

19 Melakukan audit unit Rekam Medik

Bulan
No
Kegiatan 1 2 3 4 5 6 7 8

20 Melakukan audit unit Radiologi

21 Melakukan audit unit Laboratorium

22 Melakukan audit instalasi Farmasi

23 Melakukan audit Instalasi Gizi

24 Melakukan audit Sarana Prasarana

25 Melakukan audit Pemulasaraan Jenazah

26 Melakukan audit Sterilisasi Unit

27 Melakukan audit Sanitasi

28 Melakukan audit Laundry

29 Melakukan audit Pencegahan dan Pengendalian Infeksi


30 Melakukan audit Kesehatan dan keselamatan Kerja RS

31 Melakukan audit Promosi kesehatan RS

32 Melakukan audit Voluntary Counseling Test

33 Melakukan audit TB DOTS

34 Melakukan audit PONEK

35 Melakukan audit Finance, Accounting & IT

36 Melakukan audit HRD

37 Melakukan audit PR

38 Melakukan audit Komite Medik

39 Melakukan audit Komite Keperawatan

41 Melakukan audit Sentral Dokumen

42 Melakukan audit PMKP

1. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN

1. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan.

Evaluasi pelaksanaan program Satuan Pengawas Intern (SPI) direncanakan untuk


dilakukan setiap tiga bulan sekali. Evaluasi tersebut dilakukan secara langsung oleh
kepala Satuan Pengawas Intern (SPI). Hasil evaluasi akan dibahas dan didiskusikan
dengan semua fungsional umum di SPI untuk mengetahui proses pelaksanaan dan
hasil yang dicapai dalam periode tersebut. Setiap kendala dan hambatan dalam
proses tersebut akan dicarikan solusi sehingga tidak menjadi gangguan terhadap
program-program selanjutnya. Format evaluasi pencapaian kinerja setiap triwulan
ditunjukkan dalam Tabel 2.
Tabel 2.

Format Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan Per-Triwulan

Triwulan : . Tahun : ..

Uraian Target
No Realisasi Kendala/Hambatan Solusi Ket
Tugas/Kegiatan Pencapaian

1. Pelaporan Kegiatan

Laporan evaluasi kegiatan akan dibuat dalam format tabel. Tabel tersebut mencakup
keterangan mengenai uraian kegiatan, target, capaian, kendala/permasalahan yang
dihadapi, rekomendasi pemecahan masalah, serta keterangan. Dengan format
tersebut, pembaca laporan akan dapat melihat hasil capaian (kinerja) selama tiga
bulan berjalan. Laporan tersebut akan dibuat secara tertulis dan disampaikan
kepada Kepala SPI. Kemudian Kepala SPI beserta bagian kesekretariatan SPI akan
membuat rekapitulasi terhadap semua laporan evaluasi kegiatan untuk disampaikan
kepada Direktur.

2. PENCATATAN PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN

1. Pencatatan dan Pelaporan

Semua kegiatan yang dilaksanakan di lingkungan SPI dalam melaksanakan program


yang telah disusun sesuai dengan skedul akan dibuat catatan yaitu Kertas Kerja
Audit (KKA). Catatan-catatan tersebut akan menjadi bukti yang autentik serta juga
sebagai dokumen untuk pemeriksaan dan evaluasi audit yang telah dilaksanakan.
Kertas Kerja Audit (KKA) juga sebagai dokumen dan bukti terhadap pemeriksaan
yang dilakukan oleh auditor eksternal.
1. Evaluasi Kegiatan

Evaluasi sistem pelaporan yang disusun tim SPI terhadap kegiatan yang
dilaksanakan sesuai dengan skedul adalah hasil review dan audit terhadap suatu
bidang pelayanan disusun dalam bentuk laporan tertulis yang akan disampaikan
langsung kepada Direktur pada akhir tahun berjalan. Isi laporan dimaksud mencakup
temuan, kesimpulan, dan rekomendasi dari hasil review/ audit yang telah
dilaksanakan oleh tim SPI menjadi masukan dalam pengambilan suatu kebijakan
dan keputusan.

Posted in Uncategorized

Post navigation

Dosen FKUII presentasi di Kongres Internasional HIV AIDS di Asia Pacific ke 12: Menjadi
Agen Perubahan Menuju Target Jalur Cepat HIV AIDS 90-90-90 dan 3 Zero

Jadilah Pasien yang Terlibat dan Aktif: Tips Untuk Pasien dan Keluarga Pasien

PEMAHAMAN SPI (SISTEM PENGENDALIAN INTERN)

A. Posisi SPI dalam Standar Auditing

Standar Umum Standar Pekerjaan Standar Pelaporan


Lapangan

Tentang: Tentang: Tentang:

1. Kompetensi 1. Perencanaan 1. Kesesuaian


auditor audit dan laporan dengan
supervisi SAK
2. Independensi
auditor asisten auditor 2. Konsistensi
penerapan SAK
3. Pelaksanaan 2. Pemahaman
auditor secara SPI dalam 3. Kecukupan
cermat dan perencanaan pengungkapan
sseksama audit,
4. Pendapat auditor
penentuan sifat,
saat dan luas
audit

3. Kecukupan dan
kompetensi
bukti

B. Pengertian SPI

Sistem pengendalian intern merupakan suatu perencanaan yang meliputi struktur


organisasi dan semua metode dan alat-alat yang dikoordinasikan yang digunakan di
dalam perusahaan dengan tujuan untuk menjaga keamanan harta milik perusahaan,
memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi, mendorong efisiensi, dan
membantu mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan.

C. Tujuan SPI

Dari definisi di atas dapat kita lihat bahwa tujuan adanya pengendalian intern:

1. Menjaga kekayaan organisasi.

2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.

3. Mendorong efisiensi.

4. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen.

D. Jenis SPI
Dilihat dari tujuan tersebut maka sistem pengendalian intern dapat dibagi menjadi
dua yaitu:

1. Pengendalian Intern Akuntansi (Preventive Controls)

Pengendalian Intern Akuntansi dibuat untuk mencegah terjadinya inefisiensi yang


tujuannya adalah menjaga kekayaan perusahaan dan memeriksa keakuratan data
akuntansi. Contoh : adanya pemisahan fungsi dan tanggung jawab antar unit
organisasi.

2. Pengendalian Intern Administratif (Feedback Controls).

Pengendalian Administratif dibuat untuk mendorong dilakukannya efisiensi dan


mendorong dipatuhinya kebijakkan manajemen.(dikerjakan setelah adanya
pengendalian akuntansi) Contoh : pemeriksaan laporan untuk mencari
penyimpangan yang ada, untuk kemudian diambil tindakan.

E. Peran Penting SPI

1. Membantu manajemen dalam mengendalikan dan memastikan keberhasilan


kegiatan organisasi.

2. Menciptakan pengawasan melekat, menutupi nkelemahan dan keterbatasan


personel, serta mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahan dan
kecurangan.

3. Membantu auditor dalam menentukan ukuran sampel dan pendekatan audit


yang akan diterapkan.

4. Membantu auditor dalam memastikan efektifitas

5. audit, dengan keterbatasan waktu dan biaya audit

F. Keterbatasan SPI
1. Kekeliruan pengoperasian sistem (mistake in judgement) karena terbatasnya
informasi dan waktu, karena tekanan lingkungan, atau karena terbatasnya
kemampuan, meskipun SPI sudah dilengkapi dengan pedoman penyelesaian
masalah.

2. Pelanggaran sistem (breakdowns), baik disengaja atau tidak, misalnya karena


kesalahan interpretasi, kecerobohan, gangguan lingkungan, perubahan
personalia, atau perubahan sistem dan prosedur.

3. Kolusi, atau kerjasama negatif sekelompok orang.

4. Pelanggaran dengan sengaja oleh manajemen (management override)

5. Dilema biaya-manfaat (costs versus benefits)

G. Penanggungjawab SPI

1. COSO (committee of sponsoring organizations), suatu organisasi yang


anggotannya terdiri dari AAA (the American Accounting Association), AICPA, IIA (the
Institute of Internal Auditors), IMA (the Institute of Management Accountants), dan
FEI (the Financial Executive Institute), menyatakan bahwa setiap personel dalam
suatu organisasi memiliki tanggungjawab dan merupakan bagian dari struktur
pengendalian interen organisasi.

2. Fihak eksteren, seperti auditor independent serta lembaga otoritas yang lain,
dimungkinkan untuk memberikan kontribusi dalam perancangan struktur
pengendalian interen, tetapi mereka tidak bertanggungjawab terhadap efektifitas SPI
dan bukan bagian dari SPI

3. Kelompok berperan besar:

a. Manajemen,

b. Dewan komisaris dan komite audit,


c. Auditor interen,

d. Personel lain dalam organisasi,

e. Auditor independen,

f. Fihak luar lain, seperti lembaga-lembaga otoritas yang memiliki kewenangan untuk
mengatur jalannya organisasi

H. Lingkungan Pengendalian

Adalah kondisi lingkungan organisasi yang sehat untuk mendukung penerapan SPI,
yang komponennya terdiri dari:

1. Integritas dan nilai-nilai etika yang tertanam dalam budaya organisasi,

2. Komitmen terhadap kompetensi,

3. Peran dan pengaruh dewan komisaris serta komite audit,

4. Filosofi manajemen dan gaya operasi organisasi,

5. Struktur organisasi yang mampu memberikan kejelasan wewenang dan


tanggung jawab dengan baik,

6. Budaya dan aturan yang sehat dalam mekanisme penetapan otoritas dan
tanggungjawab,

7. Kebijakan dan praktik yang sehat di bidang sumber daya manusia.

8. Pengaruh faktor-faktor eksteren organisasi


I. Prosedur Pemahaman SPI

Pemahaman SPI mencakup:

1. Memahami lingkungan pengendalian.

2. Memahami disain kebijakan dan prosedur masing-masing komponen SPI

3. Mengevaluasi penerapan nkebijakan dan prosedur.

Pemahaman dilakukan dengan cara:

1. Review pengalaman dengan klien dalam penugasan audit sebelumnya.

2. Wawancara dengan manajemen, staff, serta personel pelaksana.

3. Inspeksi dokumen dan catatan.

4. Observasi aktivitas dan operasi perusahaan.

J. Elemen SPI

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan Pengendalian dari suatu organisasi menekankan pada berbagai macam


faktor yang secara bersamaan mempengaruhi kebijakan dan prosedur pengendalian

2. Sistem Akuntansi

Sistem akuntansi tidak hanya digunakan untuk menghasilkan laporan keuangan


saja, tetapi juga menghasilkan pengendalian manajemen.

3. Prosedur Pengendalian
Prosedur pengendalian merupakan kebijakan dan aturan mengenai kelakuan
karyawan yang dibuat untuk menjamin bahwa tujuan pengendali-an manajemen
dapat tercapai.

Secara umum prosedur pengendalian yang baik terdiri dari:

a. Penggunaan wewenang secara tepat untuk melakukan suatu kegiatan atau


transaksi.

Dalam organisasi, setiap transaksi hanya terjadi atas dasar otorisasi dari pejabat
yang memiliki wewenang untuk menyetujui terjadinya transaksi tersebut. Oleh
karena itu dalam organisasi harus dibuat sistem yang mengatur pembagian
wewenang untuk otorisasi atas terlaksananya setiap transaksi. Dengan adanya
pembagian wewenang ini akan mempermudah jika akan dilakukan audit trail, karena
otorisasi membatasi aktivitas transaksi hanya pada orang-orang yang terpilih.
Otorisasi mencegah terjadinya penyelewengan transaksi kepada orang lain.

b. Pembagian tugas.

Pembagian tugas memisahkan fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi


akuntansi (pencatatan). Dan suatu fungsi tidak boleh melaksanakan semua tahap
suatu transaksi.

Dengan pemisahakn fungsi operasi dan penyimpanan dari fungsi pencatatan,


catatan akuntansi yang disiapkan dapat mencerminkan transaksi yang
sesungguhnya terjadi pada fungsi operasi dan fungsi penyimpanan. Jika semua
fungsi disatukan, akan membuka kemungkinan terjadinya pencatatan transaksi yang
sebenarnya tidak terjadi, sehingga informasi akuntansi yang dihasilkan tidak dapat
dipercaya kebenarannya, dan sebagai akibatnya kekayaan organisasi tidak terjamin
keamanannya.

c. Pembuatan dan penggunaan dokumen dan catatan yang memadai.

Prosedur harus mencakup perancangan dan penggunaan dokumen dan catatan


yang memadai untuk membantu meyakinkan adanya pencatatan transaksi dan
kejadian secara memadai. Selanjutnya dokumen dan catatan yang memadai akan
menghasilkan informasi yang teliti dan dapat dipercaya mengenai kekayaan, utang,
pendapatan dan biaya suatu organisasi.(biasanya dilakukan berdampingan dengan
penggunaan wewenang secara tepat)

d. Keamanan yang memadai terhadap aset dan catatan.

Keamanan yang memadai meliputi pembatasan akses ke tempat penyimpanan aset


dan catatan perusahaan untuk menghindari terjadi-nya pencurian aset dan
data/informasi perusahaan.

e. Pengecekan independen terhadap kinerja.

Semua catatan mengenai aktiva yang ada harus dibandingkan (dicek) secara
periodik dengan aktiva yang ada secara fisik. Pengecekkan inni harus dilakukan oleh
suatu unit organisasi yang independen (selain unit fungsi penyimpanan, unit fungsi
operasi dan unit fungsi pencatatan) untuk menjaga objektivitas pemeriksaan.

4. Penilaian Resiko (Risk Assesment)

Semua organisasi memiliki risiko, dalam kondisi apapun yang namanya risiko pasti
ada dalam suatu aktivitas, baik aktivitas yang berkaitan dengan bisnis (profit dan non
profit) maupun non bisnis. Suatu risiko yang telah di identifikasi dapat di analisis dan
evaluasi sehingga dapat di perkirakan intensitas dan tindakan yang dapat
meminimalkannya.

5. Informasi dan komunikasi

Informasi dan komunikasi merupakan elemen-elemen yang penting dari


pengendalian intern perusahaan. Informasi tentang lingkungan pengendalian,
penilaian risiko, prosedur pengendalian dan monitoring diperlukan oleh manajemen
Winnebago pedoman operasional dan menjamin ketaatan dengan pelaporan hukum
dan peraturan-peraturan yang berlaku pada perusahaan.

Informasi juga diperlukan dari pihak luar perusahaan. Manajemen dapat


menggunakan informasi jenis ini untuk menilai standar eksternal. Hukum, peristiwa
dan kondisi yang berpengaruh pada pengambilan keputusan dan pelaporan
eksternal.

K. SPI pada Lingkungan Pemrosesan Data Elektronik

Sistem pengendalian intern dalam perusahaan yang menggunakan manual system


dalam akuntansinya lebih menitikberatkan pada orang yang melaksanakan sistem
tersebut (People Oriented). Jika komputer yang digunakan sebagai alat bantu
pengolahan data, akan terjadi pergeseran dari sistem yang berorientasi pada orang
ke sistem yang berorientasi pada komputer (Computer Oriented). Pengendalian
Intern Akuntansi dalam lingkungan Pemrosesan Data Elektronik dibagi menjadi
Pengendalian Umum dan Pengendalian Aplikasi.

Pengendalian Umum

Pengendalian umum merupakan standart dan panduan yang digunakan oleh


karyawan untuk melakukan fungsinya. Unsur pengendalian umum ini meliputi:

1. Organisasi,

Dalam manual system, pengendalian dilaksanakan dengan memisahkan fungsi


fungsi pokok (operasi, penyimpanan dan akuntansi). Suatu transaksi akan
dilaksanakan oleh fungsi operasi jika ada otorisasi dari yang berwenang, hasil
transaksi akan disimpan oleh fungsi penyimpanan, dan transaksi yang terjadi akan
dicatat oleh fungsi akuntansi.

Dalam sistem komputer, fungsi pokok tersebut seringkali digabung dalam wujud
program komputer, sehingga penggabungan ketiga fungsi tersebut memerlukan
metode pengendalian yang khusus.

2. Prosedur dan standar untuk perubahan program,

3. Pengembangan sistem dan pengoperasian fasilitas pengolahan data.


L. Informasi yang Didapat Dari SPI

Sistem pengendalian intern klien dalam setiap siklus transaksi harus cukup
memberikan kepastian yang layak bahwa:

1. Transaksi yang tercatat adalah wajar.

2. Transaksi yang tercatat adalah sah

3. Transaksi diotorisasi sebagaimana mestinya

4. Transaksi yang ada sudah di catat

5. Transaksi dinilai sebagaimana mestinya

6. Transaksi diklasifikasikan sebagaimana mestinya

7. Transaksi dicatat pada waktu yang tepat

8. Transaksi dimasukkan dengan tepat ke dalam catatan pembantu dan


diikhtisarkan dengan benar.

M. Arti Penting SPI

Arti pentingnya SPI bagi manajemen dan auditor independen sudah lama diakui
dalam profesi akuntansi, dan pengakuan tersebut makin meluas dengan alasan :

1. Semakin luas lingkup dan ukuran perusahaan mengakibatkan di dalam


banyak hal manajemen tidak dapat melakukan pengendalian secara langsung
atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan.

2. Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang
baik dapat akan pula melindungi dari kelemahan manusia dan mengurangi
kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi
3. Di lain pihak, adalah tidak praktis bagi auditor untuk melakukan pengauditan
secara menyeluruh atau secara detail untuk hampir semu transaksi
perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.

SUMBER:

http://www.google.co.id/#sclient=psy&hl=id&site=&source=hp&q=pemahaman+SPI&
pbx=1&oq=pemahaman+SPI&aq=f&aqi=&aql=&gs_sm=e&gs_upl=1596l4911l0l5299
l13l12l0l3l3l1l633l2624l0.4.5.5-
1l10l0&bav=on.2,or.r_gc.r_pw.&fp=1c0bc34bdeab405f&biw=1024&bih=612

Home

About

Pengertian

Sistem

Pengendalian

Intern

(SPI)

Posted by Fuad Rahardi in Audit Internal, Auditing | 6:36 PM


Sistem Pengendalian Intern merupakan istilah yang telah umum dan banyak
digunakan berbagai kepentingan. Istilah Pengendalian intern diambil dari terjemahan
istilah Internal Control meskipun demikian penulis menterjemahkan sebagai
pengawasan intern, untuk istilah tersebut hal ini tidaklah menjadi masalah karena
tidak mengurangi pengertian Sistem Pengendalian Intern secara umum.

Sebagaimana diketahui bahwa definisi Pengendalian Intern yang dikemukakan


commite on Auditing Procedur American Institute of Carified Public Accountant
(ICPA) adalah sebagai beirkut :

Pengendalian intern mencakup rencana organisasi dan semua metode serta


tindakan yang telah digunakan dalam perusahaan untuk mengamankan aktivanya,
mengecek kecermatan dan keandalan dari data akuntansinya, memajukan efisiensi
operasi, dan mendorong ketaatan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah
ditetapkan pimpinan (James 1997:155).

Kemudian D. Hartanto memberikan penjelasan tentang Pengendalian Intern dengan


membedakan kedalam arti yang sempit dan dalam arti luas secara lengkap
disebutkan :

Dalam arti sempit : Pengendalian Intern disamakan dengan Internal Check yang
merupakan prosedur-prosedur mekanisme untuk memeriksa ketelitian dari data-data
administrasi, seperti mencocokkan penjumlahan Horizontal dengan penjumlahan
Vertikal.

Dalam arti luas: Pengendalian Intern dapat disamakan dengan Manajemen


Control, yaitu suatu sistem yang meliputi semua cara-cara yang digunakan oleh
pimpinan perusahaan untuk mengawasi/mengendalikan perusahaan. Dalam
pengertian Pengendalian Intern meliputi : Struktur Organisasi, formulir-formulir dan
prosedur pembukuan dan laporan (Administrasi), budget dan standart pemeriksaan
intern dan sebagainya. (Hartanto, 1997 : 51).

Sedangkan Zaki Baridwan juga dapat mengartikan Pengendalian Intern sebagai


berikut :
Pengendalian Intern meliputi rencana organisasi dan metode serta kebijaksanaan
yang terkoordinir dalam suatu perusahaan untuk mengamankan harta kekayaan,
menguji ketepatan dan sampai berapa jauh data akuntansi dapat dipercayai,
menggalakkan efisiensi usaha dan dapat mendorong ditaatinya kebijaksanaan
pimpinan yang telah digaris bawahi. (Zaki, 1998: 97)

Dalam Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) Pengendalian Intern di


definisikan sebagai berikut:
Sistem Pengendalian Intern meliputi organisasi serta semua metode dan ketentuan
yang terkoordinasi yang dianut dalam suatu perusahaan untuk melindungi harta
miliknya, mencek kecermatan dan keandalan data akuntansi, meningkatkan efisiensi
usaha, dan mendorong di taatinya kebijakan manajemen yang telah digariskan.

Pengendalian Intern sebagai Manajemen Control (Arti Luas). Selanjutnya apabila


unsur-unsur yang terdapat pada Sistem Pengendalian Intern yang telah sesuai
dengan definisi di kelompokkan dua sub sistem, maka kedua sub sistem tersebut
terdiri dari sub sistem Pengendalian Administrasi (Administrative Control) dan
Pengendalian Akuntansi (Accounting Control). Pembagian dalam sub sistem ini
secara langsung dan lengkap dalam buku Norma Pemeriksaan Akuntansi, jadi
dalam arti yang luas, Sistem Pengendalian Intern mencakup pengendalian yang
dibedakan atas pengendalian Intern yang bersifat accounting dan administrasi.
(Ikatan Akuntansi Indonesia, 1998 : 23).

Dari definisi yang diungkapkan di atas tersebut, dapat disimpulkan bahwa,


Sistem Pengendalian Intern merupakan suatu Sistem yang terdiri dari berbagai
macam unsur dengan tujuan untuk melindungi harta benda, meneliti ketetapan dan
seberapa jauh dapat dipercayai data akuntansi, mendorong efisien operasi dan
menunjang dipatuhinya kebijaksanaan Pimpinan.

Tujuan Pengendalian Intern

Pengendalian Intern yang diciptakan dalam suatu perusahaan harus mempunyai


beberapa tujuan. Sesuai dengan definisi yang dikemukakan AICPA tersebut diatas,
maka dapatlah dirumuskan tujuan dari Pengendalian Intern yaitu :

1. Menjaga keamanan harta milik perusahaan.

2. Memeriksa ketelitian dan kebenaran data akuntansi.

3. Memajukan efisiensi operasi perusahaan.

4. Membantu menjaga kebijaksanaan manajemen yang telah ditetapkan lebih


dahulu untuk dipatuhi. (Zaki, 1999:14).

Untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut, maka perlu adanya syarat-syarat tertentu


untuk mencapainya, yaitu unsur-unsur yang mendukungnya, dan untuk ini
pembahasannya akan dikemukakan sub tersendiri.

Unsur-unsur Sistem Pengendalian Intern

Dalam buku Akuntansi Keuangan (Zaki, 1999; 15) bahwa penerapan unsur-unsur
sistem pengendalian intern dalam suatu perusahaan tertentu harus
mempertimangkan biaya dan manfaatnya. Suatu Sistem Pengendalian Intern yang
baik haruslah bersifat cepat, murah dan aman, sehingga perusahaan dapat
menjalankan operasinya dengan lancar, terjamin keamanannya dan biaya
pengawasan yang dibutuhkan relatif tidak mahal.
Prinsip-prinsip umum Sistem Pengendalian Intern hanya berlaku sebagai pedoman,
bukan merupakan suatu keharusan yang ditetapkan secara baku. Meskipun
demikian, AICPA mengemukakan bahwa suatu Sistem Pengendalian Intern yang
memuaskan akan bergantung sekurang-kurangnya empat unsur Pengendalian
Intern adalah sebagai berikut :

Suatu struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional


secara tepat.
Suatu sistem wewenang dan prosedur pembukuan yang baik berguna untuk
melakukan pengawasan akuntansi yang cukup terhadap harta milik, hutang-
hutang, pendapatan-pendapatan dan biaya-biaya.

Praktek-praktek yang sehat haruslah dijalankan didalam melakukan tugas-


tugas dan fungsi-fungsi setiap bagian dalam organisasi.

Suatu tingkat kecakapan pegawai yang sesuai dengan tanggung jawab.

Unsur-unsur tersebut diatas adalah sangat penting dan harus diterapkan secara
bersama-sama dalam suatu perusahaan, agar terdapat adanya Sistem
Pengendalian Intern yang baik, sebab kelemahan yang serius dalam salah satu
diantaranya, pada umumnya akan merintangi sistem itu bekerja dengan lancar dan
sukses.

Artikel

Terkait

Pengertian Timeliness

Makalah Kompetensi Bukti Audit

Pengertian Laporan Audit dan Macam-macam Pendapat Audit

Pengertian Audit dan Jenis-jenis Audit

Tujuan Umum Audit atas Laporan Keuangan

Definisi Audit Delay

Pengertian Sistem Pengendalian Intern (SPI)

Kode Etik Auditor Internal

Standar Profesional Audit Internal


Presentasi berjudul: "PERTEMUAN 10 SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI). I. Definisi
SPI. SPI adalah suatu struktur pengendalian yg terdiri dari kebijakan & prosedur yg
diciptakan." Transcript presentasi:

1 PERTEMUAN 10 SISTEM PENGENDALIAN INTERN (SPI). I. Definisi SPI. SPI


adalah suatu struktur pengendalian yg terdiri dari kebijakan & prosedur yg diciptakan
untuk memberikan jaminan yang memadahi agar tujuan organisasi dapat tercapai.
Sudut kepentingan klien Alasan dibentuknya sistem pengendalian internal oleh
perusahaan adalah untuk membantu tercapainya tujuan. Sudut kepentingan auditor
Auditor harus mendapatkan cukup pemahaman atas struktur pengendalian internal
untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, pengaturan waktu dan luas
pengujian

2 II. Konsep Dasar SPI. a.Tanggung jawab manajemen Manajemen dan bukan
auditor yang harus menyusun dan memonitor struktur pengendalian internal. Konsep
ini sesuai dengan ketentuan yang menyatakan bahwa manajemen dan bukan
auditor yang bertanggung jawab dalam menyusun laporan keuangan sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku b.Kepastian yang wajar suatu perusahaan harus
mengusahakan struktur pengendalian internal yang memberikan kepastian yang
wajar, tetapi bukan mutlak, bahwa laporan keuangan telah disajikan dengan wajar

3 c.Keterbatasan yang melekat (inheren) struktur pengendalian internal tidak dapat


dianggap sepenuhnya efektif, meskipun telah dirancang dan disusun dengan sebaik-
baiknya. Bahkan meskipun sistem yang ideal telah dirancang, keberhasilan tetap
tergantung pada kompetensi dan keandalan daripada pelaksanaannya. Contoh
perhitungan persediaan dimana karyawannya bekerja ceroboh, pehitungan
persediaan cendrung tidak benar d.Metode pengolahan data konsep pengendalian
internal berlaku sama dengan sistem manual maupun komputerisasi (EDP =
electronic data processing)
4 III. Tujuan Pokok SPI. a. Menjaga kekayaan. b. Mendorong efesiensi. c.
Mendorong dipatuhinya peraturan & kebijaksanaan. d. Mengecek ketelitian dan
keandalan data.

5 IV. Tujuan Lain SPI. a.Setiap transaksi yang dicatat adalah sah (validitas). SPI
tidak dapat memberikan transaksi-transaksi fiktif dan yang sebenarnya tidak terjadi
di dalam jurnal atau catatan akuntansi lainnya b.Setiap transaksi diotorisasi dengan
tepat (otorisasi). Kalau transaksi yang tidak diotorisasi terjadi, hal ini mengakibatkan
adanya transaksi yang curang, dan juga dapat mengakibatkan pemborosan atau
pengrusakan terhadap aktiva perusahaan c.Setiap transaksi yang terjadi dicatat
(kelengkapan). Setiap prosedur yang dimiliki klien harus memberikan pengendalian
untuk mencegah penghilangan setiap transaksi dari catatan

6 d.Setiap transaksi dinilai dengan tepat (penilaian). SPI yang memadai selalu
disertai dengan prosedur untuk menghindari kesalahan dalam perhitungan dan
pencatatan setiap transaksi pada berbagai langkah proses pencatatan e.Setiap
transaksi diklasifikasi dengan tepat (klasifikasi). Klasifikasi perkiraan yang tepat,
sesuai dengan bagan perkiraan klien, harus ditetapkan didalam jurnal kalau laporan
keuangan hendak dinyatakan dengan tepat. Klasifikasi ini juga mencakup berbagai
kategori seperti divisi dan hasil produk

7 f.Setiap transaksi dicatat pada waktu yang tepat (ketepatan waktu). Pencatatan
setiap transaksi baik sebelum atau setelah saat terjadinya, selalu menimbulkan
kemungkinan adanya kelalaian untuk mencatatnya atau dicatat dengan jumlah yang
tidak benar.jika keterlambatan pencatatan terjadi pada akhir periode maka laporan
keuangan akan mengandung kesalahan g.Setiap transaksi dimasukkan dengan
tepat kedalam catatan tambahan dan diikhtisarkan dengan benar (posting dan
ikhtisar). Dalam beberapa keadaan, masing-masing transaksi diikhtisarkan
(dirangkum menjadi satu) dan dijumlahkan sebelum dicatat kedalam jurnal yang
bersangkutan. Kemudian jurnal tersebut diposting ke dalam buku besar, kemudian
dikhtisarkan lagi untuk menyusun lap. keuangan

8 IV. Elemen/Unsur SPI. 1.Mengevaluasi lingkungan pengendalian akuntan


pemeriksa mempelajari dan mengevaluasi lingkungan pengendalian untuk
mengevaluasi sikap, kesdaran dan tindakan manajemen dan komite pemeriksa yang
berhubungan dengan pentingnya pengendalian dan tekanan dalam perusahaan.
Dalam melakukan evaluasi, akuntan pemeriksa harus mengakui bahwa yang lebih
penting adalah transaksi bukan kualitas legalnya. Lingkungan pengendalian
mempunyai peranan yang penting didalam mencegah pengelapan laporan
keuangan, terutama bagi perusahaan yang besar dan go-public

9 2.Mengevaluasi system akuntansi mempelajari dan mengavaluasi sistem


akuntansi, meliputi : a.transaksi-transaksi yang pokok di dalam perusahaan
b.Catatan akuntansi, dokumen pendukung, rekening khusus dalam laporan
keuangan, termasuk didalamnya proses dan pelaporan transaksi c.Pemrosesan data
akuntansi yang meliputi penggunaan komputer untuk pemrosesan data d.Proses
dalam penyusunan laporan keuangan untuk menyediakan laporan keuangan,
termasuk estimasi akuntansi yang significan

10 3.Mengevaluasi prosedur pengendalian struktur pemeriksaan normalnya


memperoleh pengetahuan tentang prosedur pengendalian khusus yang
berhubungan dengan lingkungan pengendalian dan sistem akuntansi. Pada
umumnya mempelajari dan mengevaluasi prosedur pengendalian yang
berhubungan dengan laporan keuangan tidak diperlukan dalam perencanaan
pemeriksaan. Bagaimanapun juga, hal ini diperlukan bagi akuntan pemeriksa untuk
mengetahui kunci pengendalian yang berkenaan dengan rekening atau transaksi
yang mempunyai tingkat risiko yang tinggi

11 V. Alasan Diperlukannya SPI. a. Dari sudut klien. 1. Penyediaan data. 2.


Mengamankan aktiva. 3. Efesiensi operasi. 4. Taat kebijakan. b. Dari sudut auditor.
1. Perencanaan audit. 2. Penentuan waktu. 3. Penentuan sifat. 4. Luas pengujian.
RSUD Batu 8 SosialisasikanTugas dan Fungsi SPI

2 May, 2014

Rumah Sakit adalah sebuah organisasi yang memiliki tujuan tujuan yang harus
dicapai, dalam hal ini adalah pemberian pelayanan kesehatan yang bermutu
terhadap para pelanggan baik internal maupun eksternal .Untuk mendukung
pencapaian tujuan tersebut, salah satu komponen yang dibutuhkan adalah
pengawasan internal yang dimaksudkan untuk mencegah secara dini tindakan yang
akan menyimpang dari jalur pencapaian tujuan organisasi. Undang-undang nomor
44 tahun 2009 Tentang Rumah Sakit Pasal 39 menetapkan:
1) Dalam penyelenggaraan rumah sakit harus dilakukan audit.
2) Audit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa audit kinerja dan audit
medis.
3) Audit kinerja dan audit medis sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilakukan secara internal dan eksternal.
4) Audit kinerja eksternal sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat dilakukan oleh
tenaga pengawas.
5) Pelaksanaan audit medis berpedoman pada ketentuan yang ditetapkan oleh
Menteri.
Selanjutnya sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007
Tentang Pedoman Teknis Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah
Pasal 123 menetapkan:
1) Pemeriksaan operasional BLUD dilakukan oleh pengawas internal.
2) Pengawas internal sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilaksanakan oleh
internal auditor yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLUD.
Sesuai dengan Undang-undang nomor 44 Tahun 2009 pasal 36 menetapkan bahwa
setiap rumah sakit harus menyelenggarakan tata kelola rumah sakit dan tata kelola
klinis yang baik. Kaidah-kaidah Good Corporate Governance meliputi transparansi,
akuntabilitas, pertanggungjawaban, kemandirian serta kewajaran/kepatutan sesuai
dengan prinsip korporasi yang sehat dan taat kepada peraturan perundangan. Suatu
mekanisme dan sistem pengendalian internal merupakan salah satu sarana utama
untuk dapat memastikan bahwa pengelolaan rumah sakit telah dilaksanakan sesuai
dengan prinsip-prinsip Good Corporate Governance yang diinginkan tersebut.
Satuan Pengawas Internal (SPI) adalah unit internal yang bersifat independen dan
berfungsi untuk :
1) Membantu direktur agar dapat secara efektif mengamankan
investasi dan aset rumah sakit.
2) Melakukan penilaian desain dan implementasi pengendalian intern, apakah cukup
memadai dan dilaksanakan sistem pengendalian intern yang diciptakan untuk dapat
menjamin data-data keuangan dapat dipercaya.
3) Melakukan analisis dan evaluasi efektifitas sistem dan prosedur pada semua
bagian dan unit kegiatan rumah sakit.
Dalam menjalankan fungsinya SPI bertanggung jawab langsung kepada direktur
rumah sakit. Adapun Tanggung jawab SPI adalah :
a. Melakukan kajian dan analisis terhadap rencana investasi rumah sakit, khususnya
sejauh mana aspek pengkajian dan pengelolaan risiko telah dilaksanakan oleh unit-
unit kerja yang bersangkutan.
b. Melakukan penilaian terhadap sistem pengendalian pengelolaan, pemantauan
efektivitas dan efisiensi sistem dan prosedur, dalam bidang-bidang :
1. Keuangan
2. Operasi dan pelayanan
3. Pemasaran
4. Sumber daya manusia
5. Pengembangan
c. Melakukan penilaian dan pemantauan mengenai sistem pengendalian informasi
dan komunikasi untuk memastikan bahwa :
1. Informasi penting rumah sakit terjamin keamanannya.
2. Fungsi sekretariat rumah sakit dalam pengendalian informasi dapat berjalan
dengan efektif.
3. Penyajian laporan-laporan rumah sakit memenuhi peraturan perundang-
undangan.
d. Melaksanakan tugas khusus dalam lingkup pengendalian internal yang ditugaskan
oleh direktur.
Saat ini Satuan Pengawas Internal RSUD Provinsi Kepulauan Riau Tanjungpinang
(SPI RSUD) telah dibentuk berdasarkan SK Direktur Nomor 021/SK/RSUD Prov
KEPRI/I/2014. Menindaklanjuti hal tersebut, tanggal 16 April 2014, SPI RSUD
menyelenggarakan sosialisasi mengenai tugas dan fungsi yang dihadiri oleh
manajemen dan perwakilan dari fungsional.
Dalam penyelenggaraan Rumah Sakit, keberadaan SPI diharapkan dapat menjadi
mitra kerja yang baik bagi manajemen dalam menilai setiap kegiatan yang
diselenggarakan oleh Rumah Sakit. SPI bukanlah unit kerja yang mencari
kesalahan, tetapi unit kerja yang membantu top manajemen dalam mengawasi dan
mengevaluasi sistem pengendalian manajemen sehingga mengarahkan jalannya
organisasi dalam jalur yang benar.

Kedepan, Komite SPI akan menyebarkan kuesioner untuk menjaring keluhan -


keluhan yang nantinya dapat diusulkan untuk dilakukan Audit Internal oleh Tim SPI
Rumah Sakit, demikian dijelaskan oleh dr. Sofyan, Sp.PD selaku Ketua SPI RSUD.
Adapun susunan SPI RS adalah sebagai berikut:
- dr. Ahmad Sofyan, Sp.PD (Ketua)
- Muhammad Safei, S.Kep, Ners (Sekretaris)
- dr. H.A.Yusmanedi, MMRS, Sp.EM (Komisi Pelayanan)
- M. Agus Gozali,SE (Komisi Keuangan)
- Riska Khairina, SKM (Komisi Aset)
- Sri Wulan Afriandani, S.Kep (Komisi SDM)

Pembentukan SPI tentunya didasari dengan itikad baik untuk memajukan Rumah
Sakit. Dengan audit Internal yang baik dan sesuai harapan, Rumah Sakit akan
semakin berkembang dan dipercaya baik oleh pelanggan eksternal maupun internal.
(Tim Redaksi).

Pengertian Serial Peripheral Interface (SPI) dan Pengenalan USART


ATmega8535
Serial Peripheral Interface ( SPI ) merupakan salah satu mode komunikasi serial
synchrounous kecepatan tinggi yang dimiliki oleh ATmega 328. Komunikasi SPI
membutuhkan 3 jalur yaitu MOSI, MISO, dan SCK. Melalui komunikasi ini data dapat
saling dikirimkan baik antara mikrokontroller maupun antara mikrokontroller dengan
peripheral lain di luar mikrokontroller
Penjelasan 3 jalur utama dari SPI adalah sebagai berikut :

MOSI : Master Output Slave Input Artinya jika dikonfigurasi sebagai master maka pin
MOSI sebagai output tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin MOSI sebagai
input.

MISO : Master Input Slave Output Artinya jika dikonfigurasi sebagai master maka pin
MISO sebagai input tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin MISO sebagai
output.

CLK : Clock Jika dikonfigurasi sebagai master maka pin CLK berlaku sebagai output
tetapi jika dikonfigurasi sebagai slave maka pin CLK berlaku sebagai input.

Untuk mengatur mode kerja komunikasi SPI ini dilakukan dengan menggunakan
register SPCR (SPI Control Register), SPSR (SPI Status Register) dam SPDR (SPI
Data Register)

SPI Control Register (SPCR)


Mode SPCR yang digunakan adalah sebagai berikut :

Bit-6 SPE (SPI Enable)


SPE digunakan untuk mengaktifkan dan menonaktifkan komunikasi SPI dimana jika
SPI bernilai 1 maka komunikasi SPI aktif sedangkan jika bernilai 0 maka komunikasi
SPI tidak aktif.

Bit-4 MSTR (Master or Slave Select)


MSTR digunakan untuk mengkonfigurasi sebagai master atau slave secara software
dimana jika MSTR bernilai 1 maka terkonfigurasi sebagai master sedangkan MSTR
bernilai 0 maka terkonfigurasi sebagai slave. Pengaturan bit MSTR ini tidak akan
bisa dilakukan jika pin SS dikonfigurasi sebagai input karena jika pin SS
dikonfigurasi sebagai input maka penentuan master atau slavenya otomatis
dilakukan secara hardware yaitu dengan membaca level tegangan pada SS
Bit-1 SPR1/0 (SPI Clock Rate Select)
SPR1 dan SPR0 digunakan untuk menentukan kecepatan clock yang digunakan
dalam komunikasi SPI.

SPI Status Register (SPSR)


Dalam SPSR mode pengaturan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

SPIF (SPI Interrupt Flag)


SPIF merupakan bendera yang digunakan untuk mengetahui bahwa proses
pengiriman data 1 byte sudah selesai. Jika proses pengiriman data sudah selesai
maka SPIF akan bernilai satu (high).

SPI Data Register (SPDR)


SPDR merupakan register yang digunakan untuk menyimpan data yang akan dikirim
atau diterima pada komunikasi SPI.

Pengenalan USART ATmega8535

USART (Universal Syschronous Asynchronous Received Transmitter) merupakan


salah satu mode komunikasi yang dimiliki oleh Mikrokontroler ATMega8535. USART
memiliki 2 pin (RxD dan TxD) untuk Asynchronous dan 3 bit TxD, RxD, xCK untuk
Synchronous.

Untuk mengatur komunikasi USART dilakukan melalui beberapa register yaitu :

UDR (USART Data Register) adalah register yang paling penting dalam komunikasi
serial ini. Sebab data yang dikirim keluar harus ditempatkan pada register ini,
sedang data yang diterima dari luar dapat dibaca pada register ini pula. Pada intinya
register UDR digunakan sebagai buffer untuk menyimpan data, baik yang akan
dikirim maupun yang akan diterima.

Seperti yang dapat dilihat pada gambar, sejatinya UDR adalah terdiri dari 2 buah
register terpisah, dengan alamat dan nama yang sama, yakni UDR. Saat kita
menulis data pada UDR ini, maka sebenarnya kita menulis data pada UDR (Write)
yang kemudian USART mem-frame dengan bit-bit frame dan segera akan segera
mengirimkan data tersebut secara serial. Saat kita membaca UDR, sebenarnya
adalah membaca UDR (Read). Data yang diterima secara serial akan disimpan
dalam register tersebut, setelah hadirnya stop bit, maka USART akan membuang
frame dan menyiapkan data pada UDR (Read ) sehingga dapat segera di ambil. Kita
dapat menggunakan instruksi OUT dan IN untuk menulis dan membaca register
UDR ini.
UCSRA (USART Control dan Status Register A)
adalah register yang penting. Sebegian besar adalah berisi status dari dari proses
transfer komunikasi serial itu sendiri. Adapun penjelasan dari bit-bit tersebut adalah:

Bit 7 RxC: USART Receive Complete


Bit ini menjadi tinggi jika ada data yang masih belum diambil atau dibaca di dalam
buffer penerima ( UDR-read ). Bit ini akan otomatis rendah setelah buffer penerima
telah dibaca. Jika Unit Penerima tiba-tiba dimatikan setelah diaktifkan, maka isi
dalam buffer penerima akan langsung dibuang (flushed) dan bit RxC ini akan
langsung dibuat rendah. Bit ini juga bisa mengaktifkan instrupsi Receive Complete
interrupt . Lihat penjelasan tentang bit RxCIE. Untuk mengetahui penerimaan data
jika high (1) ada data baru dan jika low (0) tidak ada data baru.

Bit 6 TxC: USART Transmit Complete


Bit ini akan otomatis tinggi saat semua frame dalam shift-register pengiriman telah
digeser semuanya keluar dan jika tidak ada data baru yang berarada dalam buffer
pengiriman (UDR-write). Bit TxC ini akan otomatis rendah setelah Transmit
Complete interrupt dijalankan, atau dengan meng-clearkan secara manual dengan
cara menulis bit ini dengan nilai 1s (tinggi). Bit TxC ini pula dapat membangkitan
Transmit Complete interrupt . Lihat penjelasan tentang bit TxCIE. Untuk
mengetahui pengiriman data, jika high (1) ada data baru dan jika low (0) tidak ada
data baru.
Bit 5 UDRE: USART Data Register Empty
Bit UDRE ini adalah untuk menjadikan tanda jika buffer pengiriman (UDR-write) telah
siap untuk diberikan data baru. Bit ini akan bernilai 1 (tinggi) , berarti kita saat itu
boleh menulis UDR. Bit ini dapat membangkitkan UDRIE atau Data Register Empty
interrupt . Lihat penjelasan tentang bit UDRIE. Bit ini setelah reset langsung bernilai
1, yang berarti siap untuk melakukan pengiriman.

Bit 4 FE: Frame Error


Bit ini otomatis menjadi tinggi jika saat menerima data, ternyata ada kesalahan dari
frame yang diterima. Misalnya saat Unit penerima seharusnya menunggu sebuah bit
Stop, ternyata data yang ada adalah 0 (rendah). Bit ini valid setelah kita membaca
UDR. Harap selalu menulis bit ini dengan 0 (rendah ) saat kita sedang menulis
UCSRA.

Bit 3 DOR: Data OverRun


Bit ini akan menjadi tinggi saat kondisi overrun terjadi. Kondisi ini terjadi saat buffer
penerima sudah penuh dan berisi 2 data karakter, dimana data karakter terakhir
tidak bisa dipindahkan ke UDR-read, karena tidak kunjung dibaca oleh user. Bit ini
valid setelah kita membaca UDR. Harap selalu menulis bit ini dengan 0 (rendah )
saat kita sedang menulis UCSRA.

Bit 2 PE: Parity Error


Bit ini akan menjadi tinggi saat karakter yang sedang diterima ternyata memiliki
format parity yang salah. Tentu saja hal ini terjadi jika bit parity checking diaktifkan
(UPM1 = 1). Bit ini valid setelah kita membaca UDR. Harap selalu menulis bit ini
dengan 0 (rendah ) saat kita sedang menulis UCSRA.

Bit 1 U2X: Double the USART Transmission Speed


Bit ini hanya berlaku untuk operasi tak sinkron (asynchronous). Jika bit ini kita tulis
dengan 1s (tinggi) maka baud rate akan menjadi lebih cepat 2 kali. Hal itu terjadi
karena pembagi baud rate yang biasanya membagi 16 kemudian menbagi menjadi
dengan 8 saja. Tulis bit ini dengan 0s (rendah) untuk oprasi sinkron (synchronous).

Bit 0 MPCM: Multi-processor Communication Mode Bit ini digunakan untuk mode
komunikasi Multi-Prosesor. Saat bit PMCM ini dibuat menjadi tinggi maka setiap data
yang diterima oleh unit penerima, namun tidak dilengkapi dengan informasi alamat,
data yang benar, maka akan diabaikan. Bit ini hanya berguna untuk penerima, dan
bukan untuk pengirim.

UCSRC (USART Control dan Status Register C)


regsiter ini adalah register penting, untuk melakukan kontrol pada peralatan USART.
Namuin jika tidak menggunakan fungsi USART, maka boleh mengabaikan register
ini seperti dalam keadaan resetnya. dengan nilai $96, yang berarti bahwa sedang
meggunakannya sebagai UART, Parity-none, 1 stop bit, ukuran data 8-bit (UCSZ2 =
0).

Catatan : Register UCSRC adalah berbagi alamat I/O yang sama dengan register
UBBRH. Lihat bagaimana mengakses UBBRH dan UCSRC pada Accessing
UBRRH/UCSRC Registers untuk mendapatkan penjelasan lebih lengkap.

Bit 7 URSEL: Register Select


Saat akan menulis port $20 maka ada dua register yang akan akan diakses, yang
ditentukan dari D7 dari data yang dituliskan. Jika D7 (MSB) adalah 1 atau datanya
diatas $80 maka sedang menuliskan data pada UCSRC. Sedang jika data yang
hendak dituliskan adalah dibawah $80, maka kita sedang menulis UBRRH.
Bagaimana saat membaca UCSRC, pastikan sebelumnya bit ini dalam keadaan
tinggi sebelumnya membaca lokasi $20 ini.

Bit 6 UMSEL: USART Mode Select


Bit ini untuk memilih USART dijadikan mode Taksinkron (Asynchronous) atau
Sinkron (Synchronous).

Bit 5:4 UPM1:0: Parity Mode


Bit-bit ini adalah untuk menghidupkan pembangkit dan pemeriksa parity. Jika
diaktifkan maka akan otomatis membangkitkan parity pada setiap data yang
dikirimkan dan akan memeriksa validitas parity dari setiap data yang diterima. Pada
Unit penerima kita akan mendapatkan parity yang diterima, kemudian parity tersebut
akan dibandingkan dengan status dari UMP0. Jika ternyata tidak cocok, maka
bendera bit PE (Parity Error) pada UCSRA akan diaktifkan.

Tabel Pengaturan Parity

Bit 3 USBS: Stop Bit Select


Dengan membiarkan bit in menjadi 0 maka frame akan dilengkapi dengan Stop-bit
selebar 1-bit. Sedang jika bit ini ditulis tinggi, maka bit stop menjadi 2-bit. Stop bit
sepanjang 2-bit ini biasanya diperlukan bagi system lain yang terhubung dengan
AVR akan memiliki waktu yang cukup untuk memproses data yang baru saja
diterimanya, dan sudah berar-benar siap untuk menerima data berikutnya. Unit
penerima USART tidak menggunakan bit ini.

Tabel Jumlah Bit Sebagai Bit Stop

Bit 2:1 UCSZ1:0: Character Size


Menentukan karakter dari data yang hendak dikirimkan dan diterima haruslah
merujuk pada bit-bit ini. Yakni bit UCSZ1 dan bit UCSZ0 milik register ini. Ditambah
dengan bit UCSZ2 pada register UCSRB.

Tabel Jumlah Data Yang Di Transfer

Bit 0 UCPOL: Clock Polarity


Bit ini hanya digunakan pada mode Synchronous. Dalam mode ini akan direlasikan
antara daya yang diterima dan data yang dikirm dan disinkronkan dengan status dari
XCX (synchronous clock). Perhatikan tabel 5 untuk mendalami bagaimana
singkronikasi terjadi untuk ujung XCX (edge) yang berbeda dengan mengatur bit
UCPOL ini.

Tabel Pengaturan Polaritas Dalam Mode Synchronous

By edybillstephen Interfacing

Anda mungkin juga menyukai