Anda di halaman 1dari 14

A.

Unsur Output
1. Efisiensi Ruang Rawat
a. Kajian Teori
Efisiensi pelayanan meliputi 4 (empat) indikator mutu
pelayanan kesehatan yaitu BOR, LOS, TOI dan BTO.

BOR (Bed Occupancy Rate) menunjukkan tinggi rendahnya


pemanfaatan tempat tidur yang tersedia di rumah sakit dalam
jangka waktu tertentu, bila nilai ini mendekati 100 %
berarti ideal. Standar nasional untuk dalam satu tahun adalah
: 75,85 %.

BOR :Jumlah pasien x 100 %


Jumlah TT x hari perawatan

LOS (Length of Stay) menunjukkan rata-rata lamanya


perawatan setiap pasien, Lama waktu rawat yang baik maksimum
12 hari, standar Nasional untuk rumah sakit dalam satu tahun
adalah 1-3 hari (DEPKES 2006).

LOS : Jumlah lama dirawat_

Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)

TOI (Turn Over Interval) menunjukkan waktu rata-rata


suatu tempat tidur kosong atau waktu antara satu tempat tidur
ditinggalkan oleh pasien sampai dengan diisi lagi. Standar 1-
3 hari untuk rumah sakit dalam satu tahun.

TOI : (Jumlah TT x Periode)- Hari perawatan


Jumlah pasien keluar (hidup dan Mati)

BTO (Bed Turn Over) menunjukkan frekuensi pemakaian


tempat tidur rumah sakit dalam satu satuan waktu tertentu.
Jadi BTO memberikan gambaran tentang tingkat pemakaian tempat
tidur rumah sakit. Standar 5 - 45 kali untuk rumah sakit
dalam satu tahun, sedangkan yang baik lebih dari 40 kali
(Djojodibroto, 1997).

BTO : Jumlah pasien keluar (hidup dan mati)


Jumlah tempat tidur

Tabel 3.17 Indikator Efisiensi Ruangan IRNA II Standar


Nasional RSU

No Indikator No Standar

1 BOR 60 – 85 %
2 LOS 1 – 3 hari
3 BTO 40 – 50 kali
4 TOI 1 – 3 hari
Sumber : Depkes RI,2002
b. Kajian Data
Tabel 3.18 Distribusi Efisiensi Ruang IRNA II RSUD kota
Mataram BOR

1) BOR pasien pada hari Selasa, 10 Januari 2016


Tanggal IRNA II BOR
10 23 bed (1 24
Januari kosong)
2015 23 23/24x
100% =
95,8%%
Sumber: wawancara dari kepala ruangan IRNA II
Tabel 3.19 Distribusi Efisiensi Ruang IRNA II RSUD kota
Mataram BOR
BOR pasien pada hari rabu, 11 januari 2017
Tanggal IRNA II BOR
11 bed 24(0 24
Januari kosong)
2017 24 24/24x= 100%
Sumber :observasi ruangan tanggal 11 januari 2017

2) LOS
Tabel 3.20 Distribusi LOS diruang IRNA II RSUD Kota
Mataram tanggal 10 Januari 2017
Nama pasien Jumlah hari
Ny. S 3
Ny. I 3
Ny. N 3
Tn. A 3
Ny. L 3
Tn. M 3
Ny. B 3
Ny. B 3
Ny. N 3
LOS 30/10=3 hari

Sumber: observasi ruangan tanggal 11 januari 2017


Tabel 3.21. Distribusi LOS diruang IRNA II RSUD Kota
Mataram tanggal 11 Januari 2017
Sumber: observasi ruangan tanggal 11 Januari 2017
Nama pasien Jumlah hari
An. A 2
Tn. S 2
An. M 2
An. L 2
Tn. A 2
Ny. N 2
LOS 12/6= 2 hari

3) BTO

Tabel 3.23 Distribusi BTO Di Ruang IRNA II RSUD Kota


Mataram Tanggal 11 januari 2017
Jumlah pasien Jumlah Tempat BTO
KRS Tidur
2 24 2/24=
0,08 hari
Sumber: Observasi Ruangan Tanggal 11 januari 2017
BTO = 0,083 X 360= 30 kali/tahun
4) TOI
Distribusi BTO di Ruang IRNA II RSUD Kota Mataram tanggal
11 Januari 2017.
TOI = (24x1)-3 = 10,5= 11 hari
2

c. Analisa
1. BOR : Dari hasil perhitungan BOR selama 2 hari didapatkan
hasil tertinggi 100% dan terendah 95,8%. Hal ini menunjukkan
hasil diatas standar (60%-85%) yang berarti adanya
peningkatan beban kerja perawat sehingga berimplikasi pada
kinerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang
lebih maksimal.
2. LOS (lama rata-rata hari perawatan) : Berdasarkan kajian
yang dilakukan dari tanggal 10-11 januari 2017 terhadap
pasien pulang, lama rata-rata hari perawatan pasien diruang
IRNA II RSUD Kota Mataram adalah 3 dan 2 hari . Angka ini
menunjukan lama rata-rata hari perawatan sudah sesuai dengan
standar nasional yang telah ditetapkan untuk RSU yaitu 3
hari (DEPKES, 2006).
3. BTO : berdasarkan kajian yang dilakukan dari tanggal 10-11
januari 2017, menunjukkan frekuensi pemakaian tempat tidur
rumah sakit, frekuensi pemakaian tempat tidur di RSUD Kota
Mataram adalah 0,083 kali/hari atau 30 kali/tahun. Angka ini
menunjukkan tingkat pemakaian tempat tidur Ruang IRNA II
RSUD Kota Mataram dibawah standar hal ini sesuai dengan
pendapat DEPKES RI (2006), dimana standar untuk rumah sakit
dalam satu tahun (40-50 kali).
4. TOI : berdasarkan kajian yang dilakukan dari tanggal 10-11
Januari 2017 menunjukkan waktu rata-rata suatu tempat tidur
kosong atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh
pasien sampai dengan diisi lagi, waktu rata-rata tempat
tudur di RSUD Kota Mataram ruang IRNA II adalah 11 hari.
Angka ini menunjukan rata-rata suatu tempat tidur kosong
atau waktu antara satu tempat tidur ditinggalkan oleh pasien
tidak sesuai dengan standar, sesuai dengan pendapat DEPKES
RI (2006) yang mengatakan bahwa standar untuk rumah sakit
dalam satu tahun 1-3 hari.
2. Mutu Asuhan Keperawatan
a. Instrumen A
1) Kajian Teori
Instrumen A adalah instrumen untuk melihat
pendokumentasian asuhan keperawatan pada status pasien.
Melalui instrumen ini bisa dinilai kelengkapan dan
sistematika dari pengkajian, perumusan masalah dan
diagnosa keperawatan, penyusunan tujuan dari intervensi
yang akan dilaksanakan, penetapan rencana intervensi,
implementasi dari rencana serta evaluasi dari asuhan
keperawatan yang diberikan oleh perawat kepada pasien.
Selain itu juga mengetahui apakah terdapat kesinambungan
dari keseluruhan proses keperawatan.
Dokumentasi keperawatan adalah sistem pencatatan
kegiatan sekaligus pelaporan semua kegiatan asuhan
keperawatan sehingga terwujud data yang lengkap, nyata dan
tercatat bukan hanya tingkat kesakitan dari pasien, tetapi
juga jenis, kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan
dalam memenuhi kebutuhan pasien. Dokumentasi keperawatan
merupakan suatu yang mutlak yang harus ada untuk
perkembangan keperawatan, khususnya proses profesionalisme
keperawatan serta upaya untuk membina dan mempertahankan
akuntabilitas perawat dan keperawatan. Dalam membuat
dokumentasi harus memperhatikan aspek-aspek:

1. Keakuratan data
2. Breavity (ringkas)
3. Legibility (mudah dibaca)
Komponen Dokumentasi Keperawatan :

1. Pengkajian: meliputi pengumpulan data, pengorganisasian


data. Pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik dan penunjang dari data pengkajian bisa
diketahui masalah yang dialami klien, sehingga merupakan
dasar untuk merumuskan diagnosa keperawatan.
2. Diagnosa keperawatan: menggambarkan masalah pasien baik
aktual maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian
data. Perumusan diagnosa didasarkan pada data status
kesehatan klien dianalisa untuk kemudian dibandingkan
dengan fungsi normal kehidupan klien. Diagnosa
keperawatan mengandung unsur problem, penyebab dari
masalah serta sindrom atau tanda dan gejala dari masalah
yang dialami klien. Dalam proses keperawatan dikenal tiga
macam diagnosa yaitu diagnosa untuk masalah keperawatan
aktual, potensial dan resiko.
3. Rencana keperawatan: menentukan prioritas, tujuan,
kemungkinan pemecahan, metode pendekatan pemecahan
masalah. Menurut NIC (Nursing Intervension Clasification)
tujuan terdiri dari label tujuan dan kriteria hasil.
4. Implementasi/tindakan: pemberian tindakan keperawatan.
Ini merupakan pelaksanaan dari rencana intervensi yang
sudah disusun.
5. Evaluasi: memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan
intervensi awal untuk mengidentifikasi masalah dan
rencana keperawatan pasien termasuk strategi keperawatan
yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien.
evaluasi dilaksanakan secara periodik, sistematis, dan
berencana untuk menilai perkembangan pasien dan sejauh
mana keberhasilan pencapaian tujuan yang sudah
ditetapkan. Evaluasi juga bermanfaat untuk menentukan
perencanaan berikutnya sesuai dengan kondisi klien .
6. Catatan Asuhan Keperawatan: pencatatan merupakan data
tertulis tentang kesehatan pasien dan perkembangan pasien
selama dalam pemberian asuhan keperawatan. Selain itu
catatan merupakan data otentik tindakan yang sudah
dilakukan perawat terhadap klien.
2) Kajian Data
3) Analisa Data

B. Instrumen B
1. Kajian Teori
Instrumen B mengevaluasi tentang persepsi pasien
terhadap mutu asuhan keperawatan. Salah satu indikator mutu
asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi klien
tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan. Dan untuk
mengevaluasi hal ini juga perlu suatu instrument yang baku.
2. Kajian Data
3. Analisa Data

C. Instrumen C
1. Kajian Teori
Instrumen C yaitu evaluasi tentang pedoman observasi
tindakan keperawatan. Dalam melakukan tindakan keperawatan
yang baik harus sesuai dan mengacu pada protap-protap atau
standar yang telah ditetapkan dengan hasil tindakan
mencapai 100%. Sebagai dasar penilaian tindakan keperawatan
yang mengacu pada instrumen evaluasi penerapan standar
asuhan keperawatan di rumah sakit yang telah ditetapkan
oleh Depkes dan Komite Keperawatan dan Kelompok Kerja
Fungsional Keperawatan RSUD Kota Mataram.

2. Kajian Data
3. Analisa data

3. Kepuasan Kerja Karyawan


a. Kajian Teori
Menurut McGregor (cit Swansburg 1995) kepuasan kerja
karyawan dapat diukur dengan pengaplikasian ilmu yang
diperoleh. Kepuasan berhubungan dengan motivasi.
Kepuasan adalah tingkat kepuasan seseorang setelah
membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan
dengan harapannya (Sutono, 2001). Kepuasan dipengaruhi oleh
Sumber Daya Pendidikan, Pengetahuan, Sikap, Gaya hidup,
Demografi, Budaya, Sosial Ekonomi, Keluarga dan situasi yang
dihadapi. Pada Survey di Texas (Wandel et al, 1981), menunjukan
bahwa sebab utama ketidakpuasan kerja adalah

(1) Upah Kerja Insentif (jasa pelayanan) yang tidak setimpal


dengan beban kerja (lebih kecil/dipukulratakan dengan
ruang perawatan lain),

(2) Pekerjaan menulis yang terlalu banyak atau beban kerja yang
tidak sesuai dengan jumlah ketenagaan,

(3) penunjang administrasi/peralatan operasional yang kurang


serta rusak dan kurangnya pendidikan yang menunjang karir,

(4) Hubungan yang buruk dengan profesi lain,

(5) Sulitnya mendapat jam dinas yang teratur akhirnya beberapa


perawat meninggalkan rumah sakit dengan berhenti kerja.

Wesley dan Yukl (1977) juga mengatakan bahwa faktor-faktor


yang mempengaruhi kepuasan kerja dari kondisi sebenarnya
adalah:

1) Kompensasi : Sikap pekerja terhadap pembayaran yang


diterimanya setelah ia membandingkannya dengan rekan lain
baik didalam maupun di luar organisasi tempat ia bekerja.
2) Supervisi : Tanggapan bahwahan terhadap perilaku atasan
diwaktu memberikan bimbingan
3) Pekerjaan itu sendiri : Signifikansi pekerjaan, umpan balik
dari pekerjaan itu sendiri (informasi langsung dan jelas
diperoleh dari pekerja atas efektifitas dan hasil kerjanya).
4) Rekan sekerja : Perilaku rekan sekerja terhadap individu
pekerja yang lain
5) Keamanan Kerja : Kepuasan pekerja dalam menduduki
pekerjaannya selama ia mau termasuk imbalan gaji, pinjaman,
hari libur, fasilitas kesehatan, pensiunan dihari depannya.
6) Kesempatan pengembangan diri : Kesempatan untuk maju atau
berprestasi dalam jenjang karir.
Menurut Djojodibroto (1997), untuk memperoleh pelayanan
asuhan keperawatan baik diperlukan staf yang mempunyai dedikasi
tinggi dan komitmen terhadap tugas-tugas yang diberikan.
Disamping komitmen yang ada pada staf, diperlukan juga kepuasan
kerja yang akan mendorong staf melaksanakan komitmennya itu
secara baik. Karena kepuasan kerja karyawan dapat mempengaruhi
hasil mutu asuhan keperawatan yang diberikan.

Pekerja yang baik tentu harus mendapat imbalan yang baik


pula. System penggajian RS haruslah :

1) Memenuhi ketentuan upah minimum


2) Sesuai dengan kemampuan anggaran rumah sakit
3) Adil, merupakan pengakuan bahwa ada hubungan antara imbalan
jasadengan pekerjaan yang dilakukan dan juga dengan prestasi
kerja untuk itu harus ada gaji dasar.
4) Mampu mempertahankan tenaga yang baik
5) Mampu menarik tenaga yang baik dari luar
6)Sumber daya manusia (SDM)/tenaga kerja adalah unsur
terpenting dalam institusi rumah sakit mutu pengelolaan dan
pelayanan rumah sakit dapat dipastikan akan rendah. Cara
untuk meningkatkan mutu tenaga kerja dipenuhi dengan :

a) Penempatan tenaga yang sesuai


b) Pemberian penghargaan yang wajar berdasarkan prestasi
kerja
c) Hubungan kerja yang manusiawi
d) Adanya usaha untuk peningkatan mutu SDM
e) Kejelasan siapa atasan fungsional dan siapa atasan
struktural
b. Kajian Data
c. Analisa:
4. Kepuasan Pasien
a. Kajian Teori
Menurut oliver (Supratno 2001) mendefinisikan kepuasan sebagai
tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau
hasil yang dirasakannya dengan harapannya. Tingkat kepuasan
merupakan fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dan
harapan
Kepuasan pasien adalah persasaan senang, puas individu karena
terpenuhinya harapan atau keinginan dalam menerima jasa pelayanan
kesehatan (Budi astuti 2002)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut budi
astuti 2002
1. Kualitas produk atau jasa
2. Kualitas pelayanan
3. Faktor emosional
4. Biaya

Aspek-aspek yang mempengaruhi kepuasan pasien menurut Grivihith


1987
1. Sikap pendekatan staf kepada pasien
2. Kualitas perawatan yang diterima
3. Prosedur administrasi yang mudah
4. Waktu kunjungan keluarga
5. Fasilitas umum yang tersedia
6. Fasilitas ruang inap untuk pasien rawat inap
7. Hasil trethment atau perawatan yang diterima

b. Kajian Data
Berdasarkan hasil pengkajian data kepada 11 pasien yang
dirawat di ruang IRNA II RSUD Kota Mataram pada tanggal 10-11
Januari 2017 didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 3.24. Distribusi Kepuasan Pasien Terhadap Kinerja Perawat
diruang IRNA II RSUD Kota Mataram (N=)
No Item pertanyaan Ya % Kadang- % Tidak %
kadang
1 2 3 4 5 6 7 8
1 Perawat memperkenalkan
diri kepada anda
2 Dalam melayani pasien
perawat bersikap sopan dan
ramah
3 Perawat menjelaskan
peraturan atau tata tertib
rumah sakit saat pertama
kali anda masuk rumah
sakit
1 2
4 Perawat menjelaskan
fasilitas yang tersedia di
Rumah Sakit pada pasien
baru
5 Perawat menjelaskan dimana
tempat-tempat yang penting
untuk kelancaran perawatan
(kamar mandi, ruang
perawat, tata usaha dan
lain-lain)
6 Perawat menjelaskan tujuan
perawatan pada pasien.
7 ada perawat atau Kepala
Ruangyang menunjukkan
kepada pasien tentang
perawat yang
bertanggungjawab kepada
pasien
8 Perawat memperhatikan
keluhan pasien
9 Perawat menanggapi
keluhan dari pasien
10 Perawat memberikan
keterangan tentang masalah
yang dihadapi oleh pasien

1 2
11 Perawat memberikan
penjelasan sebelum
melakukan tindakan
keperawatan
12 Perawat meminta
persetujuan kepada pasien
atau keluarga sebelum
melakukan tindakan
13 Perawat menjelaskan
prosedur tindakan yang
akan dilakukan sebelum
melakukan tindakan
14 Perawat menjelaskan resiko
atau bahaya suatu tindakan
pada pasien sebelum
melakukan tindakan
15 Perawat memberikan
keterangan atau penjelasan
dengan lengkap dan jelas
16 Perawat selalu memantau
atau mengobservasi keadaan
pasien secara rutin
17 Perawat selalu menjaga
kebersihan rumah sakit
18 Perawat melakukan
tindankan keperawatan
dengan terampil dan
percaya diri

1 2
19 Dalam melakukan tindakan
keperawatan, perawat
selalu berhati-hati
20 Setelah melakukan tindakan
keperawatan, perawat
selalu menilai kembali
keadaan anda
Sumber : Observasi kepuasan pasien

c. Analisa

Anda mungkin juga menyukai