Tabel 1.1 Data jumlah ruang rawat inap, jumlah perawat dan jumlah tempat tidur
di Rumah Sakit Kabupaten Gresik Tahun 2010
Rumah Jumlah Jumlah Jumlah Perbandingan
Tipe Standar
Sakit Ruangan Perawat TT Perawat:TT
RSUD
B 10 145 210 1:1,45 2:3-4
Ibnu Sina
RS
C 9 97 130 1:1,34 1:1
Semen Gresik
RS
C 4 56 104 1:1,85 1:1
Petrokimia Gresik
RS
Muhammadiyah C 4 37 70 1:1,89 1:1
Gresik
Sumber : Data statistik Rumah Sakit di Kabupaten Gresik yaitu RSUD Ibnu Sina, Rumah Sakit
Semen Gresik, RS Petrokimia Gresik dan RS Muhamadiyah Gresik Tahun 2010.
Tabel 1.2 Data indikator layanan unit rawat inap di RSUD Gresik Tahun 2008
sampai 2010
Indikator Layanan 2008 2009 2010 Keterangan
TT Tersedia 205 205 210 Naik 2010
Jumlah Ruangan 10 10 10 Tetap
Jumlah Pasien 6.007 6.462 15.044 Naik
Jumlah Hari dirawat 24.968 28.945 60.774 Naik 2010
BOR (standar:60-85%) 63,94 33,84 77,79 Naik
ALOS (standar:6-9 hr) 4,16 4,48 4.04 Standar
TOI (standar:1-3 hr) 2,24 7,64 1,04 <Standar
BTO (standar:40-50 hr) 29,30 31,52 71,64 Naik 2010
Sumber : Data statistik RSUD Gresik Tahun 2010.
Tabel 1.3 Data indikator layanan unit rawat inap di Rumah Sakit Semen Gresik
Tahun 2008 sampai 2010
Indikator Layanan 2008 2009 2010 Keterangan
Berikut adalah data indikator layanan unit rawat inap di Rumah Sakit
Petrokimia Gresik Tahun 2008 sampai 2010.
Tabel 1.4 Data indikator layanan unit rawat inap di Rumah Sakit Petrokimia
Gresik Tahun 2008 sampai 2010
Tabel 1.5 Data Indikator layanan unit rawat inap di Rumah Sakit Muhamadiyah
Gresik Tahun 2008 sampai 2010.
Indikator Layanan 2008 2009 2010 Keterangan
TT Tersedia 78 78 78 Tetap
Jumlah Ruangan 4 4 4 Tetap
Jumlah Perawat 51 53 54 Naik
Jumlah Pasien 4.110 4.062 4.085 Turun
BOR (standar:60-85%) 55,40 55,35 55,63 < standar
ALOS (standar:6-9 hr) 3,46 3,47 3,48 < standar
TOI (standar:1-3 hr) 2,76 2,78 2,76 standar
BTO (standar:40-50hr) 58,75 58,66 58,73 standar
Sumber : Data statistik Rumah Sakit Muhamadiyah Gresik Tahun 2010.
Tabel 1.6 Data hasil penilaian asuhan keperawatan Rumah Sakit Kabupaten
Gresik Tahun 2008 sampai 2010
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Pengembangan model mutu asuhan keperawatan berdasarkan analisis kinerja
perawat dan kepuasan kerja perawat serta kepuasan pasien.
2. Tujuan Khusus
Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan, maka tujuan khusus dalam
penelitian ini adalah:
a. Menganalisis pengaruh karakteristik organisasi (budaya organisasi dan tipe
kepemimpinan kepala unit rawat inap) terhadap karakteristik individu
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritik
a. Menambah ruang lingkup kajian ilmu keperawatan, dalam bentuk temuan
teori, ide, model baru yang dapat dikembangkan oleh perawat dan dapat
memperkaya pilihan metode kinerja perawat dalam melaksanakan mutu
asuhan keperawatan di unit rawat inap rumah sakit.
b. Sebagai bahan pertimbangan dan kajian dalam penyusun standar asuhan
keperawatan dan standar kinerja profesional perawat di unit rawat inap
rumah sakit.
2. Manfaat praktis
a. Bagi Rumah Sakit
Rumah Sakit dapat menata mutu asuhan keperawatan (standar asuhan
keperawatan dan standar kinerja profesional perawat) di unit rawat inap,
serta menjadi perhatian setiap usaha yang bergerak di bidang jasa atau
layanan, khususnya bagi rumah sakit dan memberikan rekomendasi
kepada rumah sakit untuk memberikan pelayanan mutu asuhan
keperawatan secara optimal. Sebagai acuan rumah sakit untuk menata tipe
budaya organisasi dan tipe kepemimpinan kepala unit rawat inap dan
kinerja perawat secara profesional di unit rawat inap rumah sakit.
A. Rumah Sakit
1. Pengertian Rumah Sakit
Rumah sakit merupakan sarana atau penyedia layanan kesehatan yang
paling utama dan merupakan bagian dari mata rantai rujukan layanan
kesehatan yang sangat dibutuhkan masyarakat, dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan masyarakat secara umum. WHO dalam Hilman (2001),
mendefinisikan rumah sakit adalah merupakan bagian integral dari suatu
organisasi sosial dan kesehatan dengan fungsi menyediakan pelayanan
kesehatan paripurna, kuratif, dan preventif kepada masyarakat dan pelayanan
rawat jalan yang diberikannya menjangkau keluarga di rumah. Rumah sakit
juga merupakan pusat pendidikan dan latihan tenaga kesehatan dan pusat
studi bio-medik.
B. Keperawatan
1. Pengertian Keperawatan
Keperawatan adalah tindakan mandiri perawat profesional atau ners
melalui kerjasama yang bersifat kolaborasi baik dengan klien maupun tenaga
kesehatan lain dalam upaya memberikan asuhan keperawatan yang holistik
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab pada berbagai tatanan
pelayanan, termasuk praktik keperawatan individu dan berkelompok
(Nursalam, 2003).
Pelayanan keperawatan adalah pelayanan berupa bantuan yang
diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan
pengetahuan, serta kurangnya kemauan menuju kepada kemampuan
melaksanakan kegiatan hidup setiap hari secara mandiri (Potter dan Perry,
2005).
Pelayanan kesehatan di rumah sakit merupakan bentuk pelayanan yang
diberikan kepada klien oleh suatu tim multi disiplin termasuk tim keperawatan.
Tim keperawatan merupakan anggota tim kesehatan garda depan yang
menghadapi masalah kesehatan klien selama 24 jam secara terus menerus
(Palestin, 2007).
3. Teori Keperawatan
Berikut ini beberapa teori atau model ilmu keperawatan yang dapat
dijadikan sebagai dasar untuk memahami permasalahan dalam penelitian ini.
a. Teori Ilmu Keperawatan (Gilles, 1989)
Pengertian tentang ilmu keperawatan adalah mencakup ilmu dasar
(ilmu alam, ilmu sosial, dan ilmu perilaku), ilmu biomedik, ilmu kesehatan
masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas, dan
ilmu keperawatan klinik yang aplikasinya menggunakan pendekatan dan
metode menyelesaikan masalah secara ilmiah dalam memberikan
pelayanan secara menyeluruh meliputi: bio, psiko, sosial, spiritual,
ditujukan kepada individu, keluarga, dan masyarakat.
C. Kinerja Perawat
1. Definisi Kinerja (Performance)
Kinerja atau performance menurut Harlon dalam Supriyanto (2010)
adalah efforts (upaya atau aktivitas) ditambah achievements (hasil kerja atau
pencapai hasil upaya).
Kinerja berasal dari kata to perform artinya: 1. Melakukan,
menjalankan dan melaksanakan (to do or carry of execute), 2. Memenuhi atau
melaksanakan kewajiban suatu niat (to discharge of fulfill), 3. Melaksanakan
atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an
understanding), 4. Melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau
mesin (to do what is expected of a person, machine).
Robbins (2002) mendefinisikan kinerja sebagai fungsi interaksi antara
kemampuan (A = ability), motivasi (M = motivation), dan kesempatan (O =
opportunity).
2. Teori Mutu
Beberapa pakar dan organisasi mendefinisikan mutu berdasarkan sudut
pandangnya masing - masing :
a. Performance to the standard expected by the customer
b. Meeting the customer’s needs first time and every time
c. Providing our customers with product and services that consistenly meet
their needs and expectations
d. Doing the right thing in the right the time, always striving for
improvement, and always satisfying the customers
e. A pragmatic system of continual improvement, a way to successfully
organized man and machine
f. The meaning of excellence
3. Kebijakan Mutu
Menurut Deming dalam Tjiptono, (1995) kebijakan tentang mutu
intinya adalah perbaikan secara berkesinambungan pada sebuah sistem yang
stabil.
Definisi ini menjelaskan 2 hal:
a. Semua sistem administrasi, perencanaan, produksi dan sistem penjualan
harus stabil yang dibuktikan dengan data-data statistik. Kestabilan ini dapat
dilihat dari angka variansi (variance) yang tetap dan terjadi pada angka
rata-rata yang juga tetap.
b. Perbaikan secara berkesinambungan untuk mengurangi penyimpangan dan
mendapatkan yang lebih baik untuk pemuasan pelanggan.
4. Sistem Mutu
Sistem mutu menurut ISO 9000 mencakup :
a. Mutu adalah gambaran dan karakteristik menyeluruh produk atau jasa,
yang menunjukkan kemampuannya dalam memenuhi kebutuhan yang
ditentukan (tersurat) maupun yang (tersirat).
b. Kebijakan mutu adalah keseluruhan maksud dan tujuan organisasi
(perusahaan) yang berkaitan dengan mutu yang secara formal dinyatakan
oleh pimpinan puncak.
c. Manajemen mutu adalah seluruh aspek fungsi manajemen yang
menetapkan dan melaksanakan kebijakan mutu yang telah dinyatakan oleh
pimpinan puncak.
d. Pengendalian mutu, teknik dan kegiatan operasional yang digunakan untuk
memenuhi persyaratan umum. Pengendalian mutu meliputu monitoring
suatu proses, melakukan tindakan koreksi bila ada ketidaksesuaian dan
5. Dimensi Mutu
Dimensi mutu terhadap pelayanan keperawatan (Irawan, 2003) antara lain:
a. Dimensi tangible (bukti langsung)
b. Dimensi reliability (kehandalan)
c. Dimensi responsiveness (ketanggapan)
d. Dimensi assurance (jaminan)
e. Dimensi emphaty (empati)
E. Kepuasan
1. Pengertian Kepuasan
Kepuasan adalah persepsi terhadap produk atau jasa yang telah
memenuhi harapannya. Jadi kepuasan pelanggan adalah hasil dari akumulasi
konsumen atau pelanggan dalam menggunakan produk atau jasa (Irawan,
2003).
Kepuasan adalah model kesenjangan antara harapan (standar kinerja
yang seharusnya) dengan kinerja aktual yang diterima pelanggan (Woodruff
dan Gardial, 2002).
8. Kepuasan Perawat
Kepuasan pelanggan terjadi apabila kebutuhan, keinginan, harapan
pelanggan dapat dipenuhi. Kepuasan adalah tingkat keadaan yang dirasakan
seseorang yang merupakan hasil dari membandingkan penampilan atau
outcome produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan harapan
seseorang. Dengan demikian tingkat kepuasan adalah suatu fungsi dari
perbedaan antara penampilan yang dirasakan dan harapan.
Kepuasan dapat dilihat dari tiga aspek yaitu 1. Aspek puas untuk
penyelenggara pelayanan (medis dan perawat), 2. Puas untuk manajemen
rumah sakit, 3. Puas untuk aspek pengguna jasa atau klien (Supriyanto dan
Wulandari, 2011).
F. Kepemimpinan
1. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah sebuah seni untuk membuat orang lain mau
melakukan keinginan kita, sehingga seolah-olah itu adalah kehendak mereka
sendiri. Seperti yang dikatakan oleh Douglas Eisenhower dari Amerika
Serikat, ‘Leadership is the art of getting someone else to do something you
want done, because you want to do it’ (Supriyanto, 2010).
Menurut Gardner dalam Supriyanto (2010) “The first and last task of a
leader is to keep the hope alive. The hope that we can finally find our way
through to be better world”. Tugas pertama dan terakhir dari seorang
pemimpin adalah senantiasa menghidupkan harapan kita sehingga kita bisa
mencapai kesuksesan melalui semua kesulitan dan kegagalan.
2. Teori Kepemimpinan
Umumnya ada dua pendapat bahwa budaya pemimpin itu dilahirkan
(leaders are born) dan pemimpin itu dibuat (leaders are made). Umumnya
para pakar setuju (teori perkembangan) bahwa kepemimpinan ditentukan oleh:
a. Teori sifat (traitist theory) dan karakteristik pemimpin (fisik, intelegensia,
kepribadian, karakterstik, sosial).
b. Teori perilaku (behavioral theory), kemampuan yang dimiliki pemimpin
(kemampuan sosial, teknis, dan kemampuan umum berkomunikasi).
c. Kemampuan situational (contingency theory; situational theory).
d. Kepemimpinan transformasi.
e. Kemampuan visioner.
3. Fungsi kepemimpinan
Fungsi dan tugas pemimpin yaitu sebagai berikut;
a. Mampu memberikan harapan kepada bawahannya bahwa kita akan mampu
melewati masa-masa susah. Secara aplikatif, dalam kegiatan operasional
sehari-hari, leadership adalah cara menggerakkan teman kita menuju pada
titik tujuan bersama yang baik.
b. Memberikan kontribusi yang besar dalam berhasil atau tidaknya sebuah
usaha. Seorang pemimpin yang baik harus berani mengambil risiko.
Sebagai ilustrasi, ada sekumpulan macan yang dipimpin seekor domba dan
berperang maka kelompok ini akan kalah jika bertanding melawan
sekumpulan domba yang dipimpin seekor macan (Supriyanto, 2010).
G. Budaya Organisasi
1. Pengertian Budaya Organisasi
Hakikat budaya organisasi akan bersifat dinamis, dan terjadi perubahan
bilamana dilakukan beberapa hal, yakni: (1) melakukan identifikasi berbagai
masalah yang menjadi perhatian banyak orang (felt need); (2) mempunyai
komitmen tentang perubahan budaya organisasi merupakan proses panjang,
A. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual kajian disusun berdasarkan kajian teoritis dan kajian
empiris yang memiliki relevansi dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
KARAKTERISTIK
ORGANISASI
1. Pengawasan
KARAKTERISTIK 2. Fasilitas
PEKERJAAN 3. Gaji
PERAWAT 4. Hubungan kerja
5. Promosi
1. Umpan balik 6. Kesesuaian
pekerjaan
2. Variasi pekerjaan
3. Beban kerja
4. Jadwal kerja
B. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, tujuan dan kerangka konseptual penelitian
ini maka hipotesis yang diangkat adalah:
1. Karakteristik organisasi (budaya organisasi dan tipe kepemimpinan kepala unit
rawat inap) berpengaruh terhadap karakteristik perawat (motivasi, sikap,
komitmen dan mental model atau kemandirian kerja perawat).
2. Karakteristik pekerjaan perawat (umpan balik dan variasi pekerjaan perawat)
berpengaruh terhadap karakteristik perawat (motivasi, sikap, komitmen dan
mental model atau kemandirian kerja perawat).
3. Karakteristik perawat (motivasi, sikap, komitmen dan mental model atau
kemandirian kerja perawat) berpengaruh terhadap mutu asuhan keperawatan
(standar asuhan keperawatan, standar kinerja profesional perawat, kepuasan
kerja perawat dan kepuasan pasien).
A. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian survey, yaitu penelitian yang
diterapkan dengan mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan
kuesioner sebagai instrumen pengumpulan data pokok. Ditinjau dari dimensi
waktu penelitian ini menggunakan disain cross-sectional dengan sifat penelitian
yakni penelitian penjelasan (explanatory research), berdasarkan persepsi dan
responden, yaitu menjelaskan hubungan kausal antara variabel berdasarkan
jawaban responden melalui pengujian hipotesis (Maholtra, 2003).
Tabel 4.1 Tahap pendahuluan tipe budaya dan tipe kepemimpinan Kepala
Unit Rawat Inap Rumah Sakit di Kabupaten Gresik, Tahun 2011
No Rumah Sakit Unit Rawat Budaya Tipe Kepemimpinan
Inap Organisasi
RSUD Gresik
1 Ruang A Clan Coaching
2 Ruang B Market Coaching
3 Ruang C Hirarki Coaching
4 Ruang D Clan Coaching
5 Ruang F Hirarki Coaching
6 Ruang G Mix Coaching
7 Ruang H Market Mix
8 Ruang WK Clan Directing
9 Ruang NICU Clan Directing
10 Ruang ICU Clan Partisipasi
RS. Semen
Gresik
Sampel penelitian adalah seluruh kepala unit rawat inap, perawat dan
pasien di ruang rawat inap rumah sakit di Kabupaten Gresik dengan kriteria
inklusi: memiliki salah satu dari 3 tipe budaya (clan, market dan hirarki) dan
memiliki salah satu dari 2 tipe kepemimpinan coaching dan directing.
Sedangkan yang memiliki budaya dan kepemimpinan yang mix tidak
diikutkan pada sampel penelitian. Dari kriteria inklusi yang memenuhi syarat
adalah RSUD Gresik dan Rumah Sakit Semen Gresik.
C. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
1. Variabel eksogen, yaitu faktor karakteristik organisasi, faktor karakteristik
pekerjaan perawat yang meliput: faktor karakteristik organisasi (X1), faktor
karakteristik pekerjaan perawat (X2).
2. Variabel endogen, yaitu faktor karakteristik individu perawat (X3), standar
asuhan keperawatan (Y1), standar kinerja profesional perawat (Y2), kepuasan
kerja perawat (Y3.1) dan kepuasan pasien (Y3.2).
2. Karakteristik
Pekerjaan (X2)
Umpan balik Diteliti adalah pengawasan, Kuesioner Ordinal
pekerjaan (X2.1) pembinaan dan supervisi. Upaya Nilai skor:
pengawasan dan pembinaan guna -Tidak ada
peningkatan kinerja perawat. -3 bentuk
Parameter; yang jumlah umpan ->3 bentuk
balik 1-2 bentuk
3 Karakteristik
Individu (X3)
Motivasi (X3.3) Kondisi yang berperan dalam Kuesioner skala Ordinal
membangkitkan, mengarahkan, likert 1 s/d 5
dan memelihara perilaku dalam (sangat tidak
menyelesaikan tugasnya. setuju s/d sangat
Dibedakan menjadi faktor setuju).
intrinsik dan ekstrinsik. Nilai Skor:
Tinggi: 35.0- 50.0
Sedang: 20.0-34,9
Rendah: 5.0-19.9
Sikap (X3.4) Respon terhadap pekerjaan Kuesioner skala Ordinal
yang saat ini menjadi tanggung likert 1 s/d
jawabnya atau tidak menjadi 5(sangat tidak
tanggung jawabnya. Paremeter suka s/d sangat
sikap berupa reaksi emosional suka)
suka atau senang. Nilai Skor:
Baik :15.0-20.0
Cukup: 9.0-14.9
Kurang: 4.0-8.9
E. Instrumen Penelitian
Instrumen untuk budaya organisasi menggunakan instrumen OCAI dari
Cameron dan Quinn, (2006), sedangkan untuk instrumen kepemimpinan
situasional menggunakan instrumen Hersey & Balnchard (dalam Supriyanto,
2010).
Instrumen dengan skala likert digunakan untuk varibel karakteristik
pekerjaan (umpan balik dan variasi pekerjaan), karakteristik individu (motivasi,
sikap, komitmen dan mental model kerja perawat), mutu asuhan keperawatan
(standar asuhan keperawatan, standar kinerja perawat, kepusaan kerja perawat dan
kepuasan pasien) dengan menggunakan instrumen skala likert.
3. Evaluasi Model
Model evaluasi PLS berdasarkan pada pengukuran prediksi yang
mempunyai sifat non-parametrik. Evaluasi model terdiri atas dua bagian
evaluasi, yaitu evaluasi model pengukuran dan evaluasi model structural:
a. Evaluasi Model Pengukuran atau outer model.
Model pengukuran atau outer model dengan indikator reflektif dievaluasi
berdasarkan hasil validity dan reliability dari indikator.
Dalam penelitian ini semua variabel merupakan variabel laten dengan
indikator reflektif, sehingga evaluasi model pengukuran adalah sebagai
berikut:
1) Validity
Bagian pertama dari pengujian outer model adalah convergent validity.
Indikator dianggap valid jika memiliki nilai outer loading diatas 0,5 dan
nilai T-Statistic di atas 1,96.
2) Reliability
Yaitu menguji nilai reliabilitas indikator dari konstruk yang
membentuknya.
b. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji statistik t (t-test). Kalau dalam
pengujian ini diperoleh t-value > 1.96 (alpha 5%), berarti pengujian
signifikan, dan sebaliknya kalau t-value < 1.96 (alpha 5%), berarti tidak
signifikan. Bilamana hasil pengujian hipotesis pada outer model signifikan,
hasil ini menunjukkan bahwa indikator dipandang dapat digunakan sebagai
instrument pengukur variabel laten. Sementara, bilamana hasil pengujian
pada inner model adalah signifikan, maka dapat diartikan bahwa terdapat
pengaruh yang bermakna variabel laten satu terhadap variabel laten
lainnya.
X1.2
Y3..2.1
H1
Y3.2.2
X3.1
H3 H3 H3 Y3.2.3
X3.2 KEPUASAN
STANDAR STANDAR
KARAKTERISTIK PASIEN
ASKEP KINERJA
INDIVIDU (Y3.2) Y3.2.
X3.3 (Y1) (Y2)
(X3)
Y3.2.5
X3.4
H3 Y3.2.6
H4
H2
KEPUASAN
X2.1 PERAWAT
KARAKTERISTIK (Y3.1)
PEKERJAAN
(X2)
X2.2
BUDAYA &
H3.1: Koef:
KEPEMIM 0,845(S)
H1. Koef:0,189 (NS)
PINAN H3.2:
Koef:0,818 (S) H3.4: Koef:
(X1) 0,736 (S)
KARAKTERISTIK STANDAR STANDAR KEPUASAN
INDIVIDU
(X3) AS KINERJA PASIEN
KEP H4 (Y2)
Koef: 0,152 (S)
H2: Koef:.0,688 (Y1 (Y3.2)
H3.3 S: KEPUASAN
(S) )
Koef:0,833 (S)
UMPAN BALIK
PERA
& VARIASI
PEKERJAAN
WAT
(X2)
(Y3.1)
Gambar 5.2 Hasil Uji Hipotesis
Berdasarkan Gambar 5.2 hasil uji hipotesis dijelaskan sebagai berikut:
1. Budaya organisasi dan kepemimpinan kepala unit rawat inap tidak
berpengaruh signifikan terhadap karakteristik perawat (motivasi, sikap,
komitmen dan mental model atau kemandirian kerja perawat).
(X2) (Y3.1)
b. Kepuasan Perawat
Bentuk kinerja dapat berupa kecepatan, kemudahan, dan kenyamanan
bagaimana perawat dalam memberikan jasa pengobatan terutama keperawatan
pada waktu penyembuhan yang relatif cepat, kemudahan dalam memenuhi
kebutuhan pasien dan kenyamanan yang diberikan dengan memperhatikan
kebersihan, keramahan dan kelengkapan peralatan rumah sakit.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepuasan perawat lebih
dipengaruhi penerapan standar asuhan keperawatan dapat dilaksanakan
dibandingkan adanya dukungan organisasi (fasilitas, gaji, promosi dan
keseuaian jenis pekerjaan). Nilai yang dirasakan perawat pada penerapan
standar asuhan keperawatan dalam pengkajian, diagnosis, perencanaan adalah
tinggi (100% dapat dilaksanakan dengan baik), sedangan untuk impelemtasi
dan evaluasi belum bisa dilaksanak 100%. Dukungan organisasi dirasakan oleh
perawat sampai sebatas cukup puas.
Hasil diatas mengindikasikan bahwa perawat masih perlu di
tingkatkan kemampuan melaksanakan standar asuhan keperawatan melalui
peningkatan kompetensi (knowledge and skill). Demikian pula dukungan
B. Saran
1. Budaya clan dan pasar menjadi budaya organisasi keperawatan tim di semua
rumah sakit.
2. Pendidikan berlanjutan diperlukan bagi seorang perawat untuk mengubah
mindset (pola pikir dalam memberi keperawatan kepada pasien). Minimal
sarjana dan profesi Ners.
As’ad, M, 1998. Psikologi industri; Seri ilmu sumber daya manusia, Edisi ke-3,
Liberti, Yogyakarta.
Asiah, H.S, Laode, B, 2007. Organization culture and mindset of lung TB prevention
staff through the public health Center, Jurnal Manajemen pelayanan, Volume
10, No.01 Maret, 2007.
Bondan, P, 2007. Asuhan keperawatan bermutu di rumah sakit, EGC, Jakarta.
Boshoff C., dan Mels G., 1995. A causal model to evaluate the relationship among
supervision, role stress, organizational commitment, and internal service
quality, European Journal of Marketing, Vol. 29 No. 2 p. 23-42.
Cameron, K.S., Quinn, R.E., 1999, Diagnosing and Changing Organizational
Culture, Based on The Competing Values Framework, New York: Addison
Wesley Publishing Company Inc., pp 28-54.
Cameron, K.S., dan Quinn R.E., 2006. Diangnosis and changing organizational
cultur, john wiley and sona, Inc, San fransisco.
Carpenito, L.J., 2009. Buku saku diagnosa keperawatan, EGC, Jakarta.
Depkes, 2004. Pedoman penilaian peningkatan kerja rumah sakit, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia.
Depkes, 2005. Standar tenaga keperawatan di rumah sakit, Departemen Kesehatan
Republik Indonesia.
Depkes, 2010. Klasifikasi rumah sakit umum dan pemerintahan, Menteri Kesehatan
Republik Indonesia.
Diana, Sulianti K.L., Tobing, 2009. Pengaruh komitmen organisasional dan kepuasan
kerja terhadap kinerja karyawan PT. Perkebunan Nusantara III di Sumatera
Utara, Thesis, Universitas Jember.
Donabedian, A., 1980. Aspects of medical care administration, Harvad University,
Press.
Fachry, A., Asiah, I, 2010. Hubungan budaya organisasi dengan komitmen pelayanan
perawat di instalasi rawat inap RSU Haji Makasar, The Indonesian of Public
Health, Volume 6, No.4, Hal. 191-252, Oktober 2010, Makasar.
Gibson, J., L., John, M., Ivancevich dan James H., Donnely, 1996. Organisasi dan
manajemen, Erlangga, Jakarta.
Gilles, D.A., 1989. Management a systems approach, Philadelphia:W.B. Saunders.
Company.
Gozali, I, 2008. Structural equation modeling metode alternatif dengan partial least
square- PLS. Edisi 2, penerbit Universitas Diponegoro, Semarang.
Hair, J.F. et. al., 2010. Multivariate data analysis, 4 th-ed., Prentice Hall International,
Inc., New Jersey.
Nama : ………………………………………..……...……………….
Ruang Keperawatan : ………………………….……………………………………..
Rumah Sakit : ..................................................................................................
Pendidikan Terakhir : ...................................................................................................
Skor item (A,B,C,D) untuk tiap aspek yang dinilai adalah nilai rating item dibagi jumlah total rating
x 100.
Total 100
Total 100
Total 100
Total 100
Total 100
11. Anda telah dipromosikan pada posisi A. Ambil langkah untuk mengarahkan kelompok
pemimpin. Pemimpin sebelumnya kearah bekerja dengan cara sebaik mungkin.
Scoring your self-assessment: Circle the responses from your self-assessment Situation question on the
scoring sheet below. Add up each column to determine your
preferred leadership style according to the Hersey and
Blanchard model.
Karakteristik Responden
Nama : ……………………………………………………...…
Umur : …. ……………………………………………...tahun
Ruangan RSUD Gresik : A (Anak), B (Bedah), C (Intern), D (Bedah),
F (Intern), H (Intern), N ICU
*(coret yang sesuai)
RS. Semen : Intern 1, Intern 2, Bedah, Obgin & Neonatus, ICU, Paviliun
1, Paviliun 2.
*(coret yang sesuai)
Lama kerja diruangan ini :..………………………………………………………..
Tugas Utama : …………………………………………………...……
Tugas Tambahan : 1)……………………………………………..……….
2) ……………………………….…………………….
Pendidikan Terakhir : SPK, AKPER, S1, S2, *(coret yang sesuai)
Tahun Lulus : …………………
Status Kepegawaian : PNS, Honorer, Kontrak, Magang *(coret yang sesuai)
Lampiran 2.b Kuesioner Karakteristik Pekerjaan (X2)
Bagaimana tentang Umpan Balik Pekerjaan Anda (pilih yang paling sesuai)
2. Accountability (kemampuan/kopetensi)
3 Authority (kepatuhan/ketaatan)
1. Monoton
2. Sedikit bervariasi
3 Bervariasi
1. Komitmen (X3.1)
Petunjuk: Beri tanda X pada kolom tanggapan, sesusuai dengan pernyataan yang ada
1. Sangat Kurang Setuju
2. Kurang Setuju
3. Agak Setuju
4. Setuju
5. Sangat Setuju
3. Merasa bangga sebagai perawat dan bangga atas segala sesuatu yg dicapai di ruang 1 2 3 4 5
inap.
1. Anda akan menyelesaikan hampir setiap tugas yang diberikan ruang rawat inap 1 2 3 4 5
yang menjadi tangung jawab
3. Ruang rawat inap memberi peluang kepada anda untuk mengembangkan karer 1 2 3 4 5
No Pernyataan Tanggapan
3. Kepemimpinan ruang rawat ianap menjadi inspirator anda untuk dalam bekerja 1 2 3 4 5
3. Pemimpinan ruang rawat inap menjadi menambah rasa percaya diri anda 1 2 3 4 5
No Pernyataan Tanggapan
1. Anda menemukan bahwa nilai nilai yang anda yakini sama dgn nilai nilai yang 1 2 3 4 5
berlaku di ruang rawat inap ini
1 2 3 4 5
3 Caring
a. Komunikasi (lengkap, akurat, cepat dan menyenagkan)
b. Activitas (dapat dilakukan, tanggap dan empati)
c. Evaluasi/Review (Wajar, ada pembenarannya, ada
pertimbanganan)
d. Pendidikan pasien (sesuai komitmen, bersifat
akademik,didasarkan hasil penelitian)
Berapa % yang menjadi tugas mandiri perawat ..…..% dan berapa untuk tugas
tambahan diluar kewenangan atau tugas mandiri perawat (tambahan sebagai
pelimpahan, tugas dokter) ….….%
No Pernyataan Tanggapan
1 2 3 4 5
1 Saya merasa bangga dengan prestasi saya
2 Pimpinan memberikan pujian/sanjungan terhadap pekerjaan
yang saya lakukan
3 Saya bersedia bertanggung jawab terhadap pekerjaan (tugas
pokok dan diluar tugas pokok) yang telah dibebankan kepada
saya
4 Saya merasa senang dan menikmati pekerjaan saya
5 Rumah sakit mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan saya
Isilah pada kolom tanggapan dari pernyataan Standar Asuhan Keperawatan 3 bulan terakhir di ruangan
yang Anda bekerja, dengan sejujurnya. Beri tanda V pilihan Anda
Petunjuk pengisian pada kolom tanggapan
1. Tidak pernah dilaksanakan
2. Kadang kadang dilaksanakan
3. Sebagian dilaksanakan
4. Sering dilaksanakan
5. Selalu dilaksanakan
1 2 3 4 5
Pengkajian
I
1 Mencatat identitas pasien
2 Riwayat penyakit saat sebelumnya
II Diagnosis
III Perencanaan
IV Tindakan
16 Tindakan yang dilaksanakan mengacu pada perencanaan
keperawatan
V Evaluasi
24 Pencatatan ditulis dengan jelas, ringkas, istilah yang baku dan benar
4 KECEPATAN RESPON
a. Saya dalam memberikan pelayanan selalu cepat dan tepat.
b. Kecepatan saya dalam memberikan pelayanan membutuhkan waktu
tunggu yang pendek.
5 COURTESY
a. Saya sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat dan
tim kesehatan lain.
b. Saya menggargai pasien, keluarga pasien, tim sejawat perawat dan tim
kesehatan lain.
6 SINCERETY
a. Saya jujur antara pikiran dan tindakan.
b. Saya bertanggungjawab atas tindakan dan menjaga kerahasian pasien.
No PERNYATAAN STP TP CP P SP
A. Gaji
Jumlah
1 gaji yang diterima dibandingkan pekerjaan yang Saudara
lakukan saat ini
Sistem
2 penggajian yang dilakukan institusi tempat Saudara
bekerja
Jumlah
3 gaji yang diterima dibandingkan pendidikan Saudara
Pemberian
4 insentif tambahan atas suatu prestasi atau kerja ekstra
B. Fasilitas
Tersedianya
5 peralatan dan perlengkapan yang mendukung
pekerjaan
Tersedianya
6 fasilitas penunjang seperti kamar mandi, tempat
parkir, kantin
Kondisi
7 ruangan kerja terutama berkaitan dengan ventilasi udara,
kebersihan dan kebisingan
Adanya
8 jaminan atas kesehatan/keselamatan kerja
Perhatian
9 institusi rumah sakit terhadap Saudara
C. Hubungan Kerja
Hubungan
1 antar karyawan dalam kelompok kerja
0
Kemampuan
1 dalam bekerjasama antar karyawan
1
Sikap
1 teman-teman sekerja terhadap Saudara
2
D. Kesesuaian Kerja
Kesesuaian
1 antara pekerjaan dan latar belakang pendidikan
3 Saudara
Kemampuan
1 dalam menggunakan waktu bekerja dengan
4 penugasan yang diberik
E. Pengawasan
Kemampuan
1 supervisi/pengawas dalam membuat keputusan
5
Perlakuan
1 atasan selama saya bekerja di sini
6
Kebebasan
1 melakukan suatu metoda sendiri dalam
7 menyelesaikan pekerjaan
RS. Semen : Intern 1, Intern 2, Bedah, Obgin & Neonatus, ICU, Paviliun 1,
Paviliun 2.
*(coret yang sesuai)
PETUNJUK PENGISIAN
VALUE JUDGMENT (PENILAIAN) KEPUASAN
1. Sangat tidak setuju (Sts) 1. Sangat tidak puas (Stp)
2. Tidak setuju (Ts) 2. Tidak puas (Tp)
3. Setuju (S) 3. Puas (P)
4. Sangat setuju (Ss) 4. Sangat puas (Sp)
S T S SS T P S
TS S S T P P
P
1. Caring
Perawat mudah dihubungi dan selalu memberikan perhatian
kepada klien, memperhatikan keluhan pasien (sebagai mahkluk
individu dan sosial keluarga dan masyarakat)
a. Perawat siap tanggap bila pasien membutukan dan perawat
mudah di hubungi perawat.
b. Perawat memperhatikan keluhan pasien
2. Kolaborasi
Perawat memotivasi, bersama sama menyelesaikan masalah
pasien
4 Empati
pemberian layanan secara individual dengan penuh perhatian
dan sesuai kebutuhan/harapan pasien. Petugas mau
mendengarkan keluhan, memperhatikan dan membantu
menyelesaikan; petugas acuh dan acuh tak acuh
a. Perawat dalam memberikan pelayanan cepat dan
tepat.
b. Kecepatan perawat dalam memberikan pelayanan
membutuh kan waktu tunggu yang pendek.
5 Courtesy
Perilaku perawat yang sopan dengan menghargai pasien, tenaga
kesehatan lain dan sesama perawat
a. Perawat sopan terhadap pasien, keluarga pasien, tim
sejawat perawat dan tim kesehatan lain.
b. Perawat menggargai pasien, keluarga pasien, tim sejawat
perawat dan tim kesehatan lain.
6 Sincerity
Kondisi Kualitas perawat yang didasarkan pada kejujuran
antara pikiran dan tindakannya
a. Perawat jujur antara pikiran dan tindakannya.
b. Perawat bertanggung jawab atas tindakan nya dan bias
menjaga kerahasian pasien.
DATA PRIBADI
KURSUS / WORKSHOP:
1. Lokakarya Applied Approach (AA), Universitas Airlangga Surabaya 14-18
Februari 2005.
2. Seminar Sehari Keperawatan Peran Organisasi PPNI dalam Revitalisasi Asuhan
Keperawatan Keluarga, Surabaya 19 Maret 2009.
3. Pelatihan Perawat Home Care, PPNI Surabaya 25-26 Agustus 2006.
4. Pelatihan Pembuatan Proposal Penelitian bagi Dosen, STIKES Majapahit
Mojokerto 30 Maret 2007.
5. Seminar Keperawatan Nasional Penanganan Penyalahgunaan NAPZA Secara
Komprehensif, PPNI Surabaya 08 September 2007.
6. Workshop Pengajuan Akreditasi Program Studi BAN-PT Bagi Perguruan Tinggi
Swasta Kopertis wilayah VII Jawa Timur, Surabaya 12 Maret 2008.
7. Internasional Conference and Workshop on Nursing in Collaboration Between
School of Nursing Airlangga University and Auckland University of
Technology New Zealand, International Nursing Conference, Surabaya 22
Oktober 2008.
8. Desiminasi Penyusunan Hasil Penelitian, STIKES Hang Tuah Surabaya 15
November 2008.
9. Workshop Kepala Bidang Keperawatan Rumah Sakit Se-Jatim Meningkatkan
Kualitas Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit Melalui Penerapan Sistem
Pelayanan Keperawatan Profesional, PPNI Surabaya 25-26 Juli 2009.
10. Kegiatan Pelatihan Penyusunan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) Bagi
Dosen Perguruan Tinggi Swasta Kopertis Wilayah VII jawa Timur Tahun 2009,
Sidoarjo 13-14 Agustus 2009.
11. Profesional Nursing: New Concept and New challenges, STIKES Majapahit
Mojokerto 9 Mei 2010.
BUKU:
1. Komunikasi Dalam Keperawatan Teori dan Aplikasi, Salemba Medika, 2010.
2. Dasar-Dasar Keperawatan Jiwa Pengantar dan Teori, Salemba Medika, 2011.
3. Dasar Penelitian Kesehatan, 2012.
A. Latar Belakang
Manajemen keperawatan di Indonesia perlu mendapatkan prioritas utama
dalam pengembangan keperawatan dimasa depan. Hal ini berkaitan dengan tuntutan
profesi dan tuntutsan global bahwa setiap perkembangan dan perubahan
memerlukan pengelolaan secara profesional dengan memperhatikan setiap
perubahan yang terjadi di Indonesia.
Pelayanan asuhan keperawatan yang optimal akan terus sebagai suatu
tuntutan bagi organisasi pelayanan kesehatan. Saat ini adanya suatu keinginan untuk
merubah sistim pemberian pelayanan kesehatan ke sistim desentralisasi. Dengan
meningkatnya pendidikan bagi perawat, diharapkan dapat memberikan arah
terhadap pelayanan keperawatan berdasarkan pada issue di masyarakat.
Sebagai mana kita ketahui bahwa sistim pelayanan kesehatan mengalami
perubahan mendasar dalam memasuki abat ke 21 ini. Perubahan tersebut sebagai
dampak dari perubahan sosial – politik- ekonomi, kependudukan serta
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dari ketiga perubahan tersebut
membawa implikasi terhadap perubahan sistim pelayanan kesehatan / keperawatan
sebagai tantangan bagi tenaga keperawatan Indonesia dalam proses profesionalisasi.
Keperawatan Indonesia sampai saat ini masih berada dalam proses mewujudkan
keperawatan sebagai profesi, yaitu suatu proses berjangka panjang yang ditujukan
untuk memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat Indinesia.
Pengembangan dalam berbagai aspek keperawatan bersifat saling
berhubungan, saling bergantung, saling mempengaruhi dan saling berkepentingan.
Oleh karena itu inofasi dalam pendidikan keperawatan, praktek keperawatan, ilmu
keperawatan dan kehidupan keprofesian merupakan fokus utama keperawatan
Indonesia dalam prosesa profesionalisasi. Keadaan ini akan bisa dicapai apabila
perawat Indonesia menguasai pengelolaan keperawatan secara profdesional saat ini
dan yang akan datang.Manajemen keperawatan harus dapat diaplikasikan dalam
tatanan pelayanan nyata, yaitu di rumah sakit dan komunitas sehingga perawat perlu
memahami konsep dan langkah-langkah operasional dari manajemen keperawatan.
C. Manfaat
1. Tercapainya tingkat kepuasan kerja yang optimal
2. Terbinanya hubungan baik antara perawat dengan perawat, perawat dengan tim
kesehatan lain, dan perawat dengan pasien serta keluarga.
3. Tercapainya kepuasan klien yang optimal.
4. Tercapainya pengalaman dalam pengelolaan suatu ruang rawat sehingga dapat
memodifikasi metode penugasan yang akan dilaksanakan.
5. Tumbuh dan terbinanya akuntabilitas dan disiplin diri perawat.
B. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data dilakukan tanggal 17 – 19 April 2017, meliputi ketenagaan
(M1), sarana dan prasarana (M2) dan Metode pemberian asuhan keperawatan (M3).
Kepala Ruang
Hari Suprayitno, S.Kep
10. Teguh Susilo, Perawat D III 5 thn PNS 1. Penanggulangan Penderita 2010
AMdK Pelaksana Gawat Darurat
2. Askep Profesional Jiwa 2014
3. PPI 2016
4. Work Shop Tim Paduan 2017
Suara
11 Wahyu Catur Perawat D III 3 thn PNS 1. Askep Jiwa 2016
A., AMdK Pelaksana 2. PPI 2016
12 Saiful Huda, Perawat D III 7 thn Kontr 1. Askep Jiwa 2016
AMdK Pelaksana ak 2. PPI 2016
AxBxC F
= =H
(C – D) x E G
Keterangan :
A = rata-rata jumlah jam perawatan/klien/hari
B = rata-rata jumlah klien per hari
C = jumlah hari per tahun
D = hari libur masing-masing perawat
E = jumlah jam kerja masing-masing perawat
F = jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahun
G = jumlah jam perawatan yang diberikan pertahun
H = jumlah perawat yang dibutuhkan unit tersebut
Dari hasil observasi dan sensus harian selama Januari, Pebruari, Maret 2017 di
ruangan Garuda di RSJ dr Radjiman W Lawang yang berkapasitas 34 tempat
tidur, BOR 97,05 % atau 33 tempat tidur. Klasifikasi klien berdasarkan tingkat
ketergantungan adalah perawatan mandiri 26 orang, parsial 7 orang, dan
perawatan total 0 orang. Hari kerja efektif adalah 6 hari per minggu.
Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga
keperawatan di ruang tersebut, adalah sebagai berikut :
1) Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan klien per hari :
Keperawatan Langsung :
Mandiri 26 orang klien X 2 Jam = 52 jam
Pendidikan Kesehatan
33 orang X 0, 25 jam = 8,25 jam
Total keseluruhan = 114,25 jam
2) Menentukan jumlah total jam keperawatan yang dibutuhkan klien/hari
114,25: 37 = 3,46 jam
3) Menentukan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan di ruangan menggunakan
Rumus Gillies diatas :
3 x 33 x 365 36135
= = 21,5 orang (22 orang)
(365–126) x 7 1673
+ 20 % koreksi = 22 + 4 = 26 orang
Kamar Mandi
Nursing
Ka Station 2 Nursing
m Station 1
ar
M
an Kamar Tidur Kamar Tidur
di
Ruang
Kegiatan
Keterangan : Tempat
Cuci
Piring
= Meja
= Kursi
Jalan
Ruang Makan
= Tempat Tidur
= Pintu
= Almari
Obat / alat
No Nama Barang Jumlah ED / Kondisi
1 Inj. Dexametason 5 mg 2 amp Juni 2019
2 Ringer Laktat Infus Fls 500 ml 2 flas Nop 2020
3 Glukosa 5% (D – 5) Infus 500 ml 2 flas Sep 2019
4 Spuit 3 cc 5 bh Des 2020
5 IV Kateter 2 bh Mei 2018
6 Infus Set Dewasa 1 bh Mei 2018
7 Penyangga Leher Kerasa 1 bh Baik
8 Mayo 60 mm 1 bh Baik
9 Mayo 70 mm 1 bh Baik
10 Mayo 120 mm 1 bh Baik
e. Administrasi penunjang
Nama-nama buku
1) Buku timbang terima
2) Buku injeksi
3) Buku Inventaris
4) Buku suhu dan nadi
5) Buku Supervisi
6) Buku penerimaan obat pasien
7) Buku salinan resep
8) Buku Timbang BB
b. Timbang Terima
Operan dilakukan pada tiap pergantian shift yaitu jam 07.00, 13.30, dan
20.30. Diikuti oleh semua perawat yang telah dan akan dinas. Pada pagi hari
ditambah dengan adanya mahasiswa praktik keperawatan. Kegiatan ini
dipimpin oleh kepala ruang atau kepala dinas. Untuk hal-hal yang perlu
dipersiapkan dalam timbang terima, perawat dapat menyebutkan dengan
benar hal-hal yang akan dibutuhkan, meliputi catatan perkembangan kondisi
pasien, buku operan dan lain-lain. Dalam timbang terima ada klarifikasi
langsung , tanya jawab dan validasi terhadap semua hal yang dioperkan.
Namun cara penyampaian, isi timbang terima belum terungkap secara
komprehensif, meliputi : isi timbang terima (masalah keperawatan pasien
lebih fokus pada keadaan umum pasien saja), dilakukan lisan dengan
pendokumentasian, rencana tindakan yang belum ada sudah dilakukan tidak
ditulis, dan hal-hal penting masih ada yang terlewati untuk disampaikan.
c. Ronde Keperawatan
Selama ini belum pernah dilakukan karena masih merupakan hal yang baru
bagi sebagian besar staf keperawatan. Pada dasarnya perawat mau dan ingin
berubah dalam pelaksanaan ronde. Diskusi yang berkaitan dengan masalah
yang terjadi di ruangan telah dilakukan tapi tidak rutin dan tidak formal. Hal
f. Discharge Planing
Discharge Planning sudah dilaksanakan, dan dilaksanakan apabila pasien
akan pulang berupa pendidikan kesehatan tentang obat, jadwal kontrol,
support system keluarga dan lingkungan serta pendidikan kkesehatan tentang
diagnosa keperawatan yang diderita pasien.. 80% perawat menyatakan
mengerti hal-hal apa saja yang dilakukan dalam discharge planning dan
bersedia melakukannya. Proses ini dilakukan oleh perawat yang sedang
berdinas, secara lisan, menggunakan bahasa Indonesia sehingga tidak ada
kendala dari hal bahasa. Pihak PKMRS sudah menyediakan leaflet berbagai
masalah kesehatan pasien secara lengkap yang bisa digunakan untuk
pendidikan kesehatan. Format baku untuk discharge planning sudah ada, dan
didokumentasikan secara terintegrasi di format yang telah disediakan. Salah
satu kendala dalam pelaksanaan discharge planning adalah minimnya waktu
g. Dokumentsi Keperawatan
Sistem pendokumentasian yang dilakukan di ruang Garuda selama ini adalah
SOR (Source Oriented Record) yaitu sistem pendokumentasian yang
berorientasi pada lima komponen ( lembar penilaian berisi biodata, lembar
order dokter, lembar riwayat medis atau penyakit, catatan perawat, catatan
dan laporan). Sistem pendokumentasian sebagian sudah terkomputerisasi.
Seperti Assesmen awal pasien rawat inap maupun rawat jalan, penulisan
Catatan Perkembangan Perawatan Terintegrasi ( CPPT), tranfer pasien baik
tranfer keluar rumah maupun dalam rumah sakit (antar ruangan), resume
pasien pulang
Sebanyak 75% perawat menyatakan mengerti cara pengisian setiap format
dengan benar. Sebanyak 70 % perawat menyatakan melakukan
pendokumentasian tindakan segera setelah melakukan tindakan. Sebanyak
75% perawat mengatakan bahwa format yang ada cukup sederhana dan
memudahkan. Adanya Clinical Pathway sebenarnya cukup mengakomodasi
tapi dari segi keperawatan kurang representatif.
Maret 2017
Diagnosa Keperawatan Jumlah Prosentase
Perilaku Kekerasan 6 orang 11 %
Halusinasi 49 orang 86 %
Waham 0 orang 0%
Defisit Perawatan Diri 1 orang 2%
Isolasi Sosial 0 orang 0%
Harga Diri Rendah 0 orang 0%
Risiko Bunuh Diri 1 orang 2%
Jumlah 57 orang
MRS
IPCU
(Rg. Perkutut, Rg. Camar,
Rg. Mawar)
Ruang Intermediate
1. Rawat Jalan
2. Rawat Inap
3. IGD ( Instalasi Gawat Darurat )
4. IPU ( Instalasi Pelayanan Umum )
5. Poli Gigi
6. Elektro Medik ( Radiologi, ECG, ECT, Brain Mapping ( EEG ))
7. Psikologi
8. Laboratorium
9. Tindakan Medik
10. Rehabilitasi Mental
11. Rehabilitasi Fisik (Fisioterapi)
12. Pelayanan Psikiatri Fisik
13. Medikolegal
14. Pemulasaraan Jenazah
15. Poli Kulit
16. Foto Aura
17. Ambulance
18. DIKLAT ( Pendidikan dan Pelatihan )
19. Lain - lain
Updated : 01 Juli 2014
Karcis Pendaftaran
1. Pasien Psikiatri Rp. 10.000
2. Pasien Non Psikiatri (Fisik) Rp. 5.000
Dokumen Medik Psikiatri
Keterangan
Biaya pemeriksaan penunjang diagnostik, tindakan medik, obat dan terapi serta
pelayanan rehabilitasi medik, apabila ada harus terpisah dari biaya akomodasi
Biaya akomodasi di IPCU dan NAPZA sudah termasuk visite dokter, TAK atau
Asuhan Keperawatan (Total Care)
Karcis Pendaftaran
Konsultasi / Pemeriksaan
c. Perawatan Luka
1. Kecil Rp 23.000
2. Besar Rp 38.000
m. Suction Rp 16.000
q. ECG Rp 47.000
r. Injeksi IV / IM Rp 11.000
s. Fixasi Rp 21.000
Keterangan
Biaya tindakan tidak termasuk biaya obat - obatan dan alat kesehatan
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP 135
TARIF PELAYANAN 2014
IPU ( Instalasi Pelayanan Umum )
Rumah Sakit Jiwa Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
B. RAWAT INAP
1. Room Observasi Intensif (ROI) 300.000
2. ICU 520.000
C. TINDAKAN MEDIK DI KAMAR BEDAH
D. KEMOTERAPI 4.000.000
TINDAKAN Tarif
Konsultasi/ Pemeriksaan
Pencabutan :
Konservasi :
1. Devitalisasi 40.000
2. Sterilisasi 43.000
3. Pengisian Saluran Akar 49.000
Perawatan Saluran Akar Anterior 124.000
(One Visit)
Bedah Mulut :
Dental Laboratorium
1. Full Denture 350.000
2. Partial Denture
a. Selfcure 78.000
b. Hatcure 125.000
3. Penambahanan gigi berikutnya 18.000
4. Reparasi
a. Penambahan gigi 50.000
b. Penambahan Klamer 20.000
c. Retak/Patah(full/partial dentur ) 50.000
d. Rebassing Full Denture 80.000
e. Rebassing Partial Denture 60.000
Pelayanan Gigi Tiruan Lepasan
1. Cetak Ra/Rb 21.000
2. Full Denture Ra/Rb 2.500.000
3. Partial Denture
a. Selfcure 175.000
b. Heatcure 225.000
4. Penambahan Gigi Berikutnya 50.000
5. Reparasi
a. Penambahan gigi 100.000
b. Penambahan Klamer 50.000
c. Retak / Patah Full Dentur 90.000
d. Retak / Patah Partial Dentur ) 75.000
e. Rebassing Full Denture 150.000
f. Rebassing Partial Denture 100.000
TINDAKAN Tarif
Radiologi
Skull AP + LAT 150.000
Thorax/BOF/Pelvis/Waters 110.000
Lumbal Sacral AP + LAT 150.000
Vertb Thorax AP + LAT 150.000
Cervical AP + LAT + OBL 215.000
Extrimitas Atas 120.000
Extrimitas bawah 120.000
IVP 30 menit (tarip baru) 360.000
IVP 60 menit (tarip baru) 400.000
Panoramic 125.000
Rontgen Foto Dental 80.000
USG
- USG Abdomen 150.000
- USG Urology 150.000
- USG Testis 150.000
- USG Thyroid 150.000
- USG Mamae 150.000
- USG Superficial 150.000
- USG Obsgyn / Kandungan 125.000
- USG Obsgyn 4 D 400.000
- USG Transvaginal 175.000
ECG 45.000
ECT
ECT Konvensional 100.000
HITOP Therapy 85.000
BRAIN MAPPING / EEG 250.000
Paket Hitop Therapy (10x terapi) 425.000
TINDAKAN Tarif
D. Psikometri Individu :
1. Test Kecerdasan
a. IST 30.000
b. Stanfort Binet 30.000
c. WISC 30.000
d. WAIS 30.000
e. SPM 15.000
f. DAP IQ 10.000
2. Test Kepribadian
a. MMPI 50.000
b. TAT 30.000
c. Ronchach 30.000
d. Grafis 20.000
e. Warteg 15.000
3. Bakat / Minat
a. GATB 25.000
b. DISC 25.000
c. PAPI COSTIC 25.000
d. RMIB 15.000
4. Evaluasi Psikologi / Catatan Perkembangan 21.000
5. Test lengkap (1 Paket) 135.000
140 Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
TINDAKAN Tarif
6. Test Khusus
a. WWQ 10.000
b. Bourdon 10.000
c. Bender Gestal 10.000
d. BDI 10.000
e. MMSE 10.000
f. T-Mas 10.000
g. MOCA INA 10.000
7. Intervensi
a. Konseling 15.000
b. Relaksasi 15.000
c. Hipnoterapi 35.000
d. Psikoterapi 50.000
E. Stress Test 65.000
F. Fit and Proper Test
1. Setingkat Eselon IV 150.000
2. Setingkat Eselon III 250.000
3. Setingkat Eselon II 350.000
4. Pejabat Publik (Legislatif dan Eksekutif Puncak) 450.000
TINDAKAN Tarif
SEDERHANA
Hematologi :
Darah Lengkap 40.000
Gambaran Darah Tepi 32.500
Malaria 19.500
Golongan Darah 16.000
Urine :
Urine Lengkap 19.000
Fungsi Hati :
Bilirubin Total 25.000
Bilirubin Direck 25.000
Alkali Phospatase 25.000
SGOT 25.000
SGPT 25.000
Total Protein 25.000
Albumin 25.000
Globulin 25.000
Anti HCV 25.000
Gamma GT 70.000
Gula Darah
Kadar Gula Darah Puasa 25.000
Kadar Gula 2 Jam PP 25.000
Kadar Gula Sesaat 25.000
Lemak Darah
CANGGIH
Triglyserida 29.000
TINDAKAN Tarif
a. Sederhana
Keterangan
Biaya tidak termasuk biaya obat-obatan dan alat kesehatan
Tarip pelayanan rehabilitasi mental pasien rawat jalan ditetapkan sama dengan
tarip sejenis pasien rawat inap kelas III.
Tarip pelayanan rehabilitasi mental pasien rawat jalan yang berasal dari rujukan
swasta ditetapkan sama dengan tarip sejenis dari tarip pasien rawat inap kelas II.
Tarip Pelayanan rehabilitasi mental diselenggarakan per paket terdiri dari 14 kali
tindakan yaitu :
a Seleksi pertama 1 kali tindakan
b Terapi kerja 5 kali tindakan
c Latihan Kerja percobaan 4 kali tindakan d. Latihan kerja pengarahan /
bengkel kerja terlindung 3 kali tindakan
e Seleksi kedua/evaluasi 1 kali tindakan
TINDAKAN Tarif
Fisioterapi
SWD 20.500
Electrical Stimulasi :
1) Sedang 20.500
2) Canggih 22.500
Traksi :
1) Servical 20.500
2) Lumbal 20.500
Ultra Sound 22.500
Infra Red 17.500
Execise :
1) Dengan Alat 21.000
2) Manual ( tanpa alat ) 26.000
Massage 26.000
Topra Therapy 22.500
Parafin Bath 22.500
Nebulizer 22.500
Terapi Laser 28.000
Vacuum terapi 20.500
Tindakan Tarif
Keterangan
TINDAKAN Tarif
Keterangan
MUSLIM TARIF
NON MUSLIM
Keterangan
Khusus untuk Non Muslim, apabila keluarga menghendaki fasilitas lain, akan
disesuaikan
Keterangan
Tarif berlaku Non Kelas, Tarif adalah tarif 1 kali perawatan, tarif paket sesuai
dengan daftar paket perawatan kulit terlampir.
TINDAKAN TARIF
Tarip Foto Aura untuk Undangan dari Instansi Lain per orang Rp. 100.000,-
ditambah biaya akomodasi dan transportasi
Undangan dari Instansi Lain dengan Paket 10 org Rp. 1.000.000,- ditambah
biaya akomodasi dan transportasi
Undangan dari Instansi Lain dengan Paket 25 org Rp. 2.000.000,- ditambah
biaya akomodasi dan transportasi
Tarip Foto Aura untuk keperluan pameran yang diselenggarakan atau yang
bekerjasama dengan RSJ Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang disesuaikan
dengan kebijakan yang ditetapkan. Petugas akan mendapatkan Uang Harian
sesuai dengan peraturan yang berlaku
TARIF
Sewa Ambulance dalam kota/luar kota (max 20 km) 200.000
Keterangan
TARIF
Akomodasi Keluarga Pasien VIP / orang / hari 75.000
Keterangan
Biaya termasuk penginapan dan makan ( khusus untuk keluarga pasien yang
menggunakan fasilitas penginapan).
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP 151
TARIF PELAYANAN PENDIDIKAN DAN PENELITIAN
RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang
Dalam rangka untuk meningkatkan dan kelancaran pelayanan Diklit di RSJ Dr. Radjiman Wediodiningrat Lawang, maka diputuskan tarif
yang berlaku mulai tanggal 1 Maret 2012 adalah sebagai berikut :
52
152 Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
JUMLAH
JENIS PELAYANAN RINCIAN BIAYA /orang/hari KETERANGAN
BIAYA
JASA JASA
KUNJUNGAN PENDIDIKAN ( kunjungan sehari )
SARANA PELAYANAN
SETINGKAT AKADEMI / D III 20.000 75.000 95.000
SETINGKAT STRATA 1 40.000 90.000 130.000
SETINGKAT STRATA 2 50.000 120.000 170.000
54
154 Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
5. Pemasaran / (M5 – Market)
BULAN
No INDIKATOR MUTU Rata-
JAN PEB MAR
rata
6 INDIKATOR MUTU
Pasien yang dilakukan asesmen awal rawat
1 0 0 0 0
inap
Jumlah pasien transfer dari ruangan lain
2 27 21 26 25
(misalnya perkutut)
Pasien yang dilakukan re-asesmen awal
3 rawat inap (pasien pindahan/transfer dari 27 21 26 25
ruangan lain)
Pasien yang dilakukan re-asesmen risiko
4 2691 2427 2763 2627
jatuh (3 SHIFT)
Pada bab ini akan dijelaskan analisa situasi Ruang Garuda berdasar pendekatan
SWOT untuk masing-masing kegiatan keperawatan, diagram layang, identifikasi masalah,
prioritas masalah dan strategi manajemen untuk mengatasi masalah tersebut.
A. ANALISA SWOT
Skor
No Faktor Strategis Bobot Rating Ket
terbobot
1. Man (Ketenagaan)
a. Internal faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Sebanyak 75% perawat menyatakan bahwa 0.10 2 0.20
struktur organisasi yang ada sesuai dengan
kemampuan perawat
2. Sebanyak 75 % perawat menyatakan 0.10 2 0.20
pembagian tugas sesuai dengan struktur
organisasi yang ada
3. Sebanyak 60% perawat menyatakan kepala 0.20 2 0.40 S-W
ruangan sudah optimal dalam melakukan = 0.20
tugasnya
4. Jenis ketenagaan: 0.20 4 0.80
- S1 Keperawatan-Nurse : 2 orang
- S1 Keperawatan : 1 orang
- D III Keperawatan : 8 orang (2 perawat
menjalani pendidikan S1 Keperawatan)
- SPKSJ : 1 orang
5. R. Garuda adalah ruang intermediate dengan 0.20 4 0.80
beban kerja sedang
6. Perawat berkesempatan mengikuti seminar, 0.20 3 0.60
work shop, pelatihan.
Total 1 3.00
WEAKNESS
1. Kurang disiplinnya pegawai 0.25 3 0,75
2. Tidak seimbangnya tenaga keperawatan yang 0.25 3 0.75
ada dengan (12) orang dengan tenaga
keperawatan yang di butuhkan (19 )
berdasarkan rumus Douglas.
3. Pembagian tugas di ruangan masih belum jelas 0.20 2 0.40
4. Masih ada perawat berlatar belakang SPKSJ 0.30 3 0.90
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP 157
Skor
No Faktor Strategis Bobot Rating Ket
terbobot
Total 1 2.80
b. Eksternal Faktor (EFAS)
OPPORTUNITY
1. Sebanyak 80% perawat mempunyai kemauan 0,25 3 0.75
untuk melanjutkan pendidikan
2. Adanya kesempatan melanjutkan pendidikan 0.20 4 0.80
dan pelatihan dari pihak rumah sakit O -T =
3. RSJ sebagai RS Pendidikan menjadi lahan 0.15 3 0,45 0,65
praktik klinik maupun manajemen keperawatan
4. Adanya kebijakan pemerintah tentang 0.15 3 0.45
profesionalisasi perawat
5. Sistem pengembangan mutu RSJ berupa 0.25 3 0,75
KARS, dan ISO menuntut perawat
meningkatkan performa kerja
Total 1 3.20
THREATENED
1. Adanya tuntutan tinggi dari masyarakat untuk 0.30 3 0.90
pelayanan yang lebih profesional
2. Makin tingginya kesadaran masyarakat tentang 0.25 3 0.75
hukum
3. Mulai bermunculannya rumah sakit dan 0.25 2 0.50
yayasan rehabilitasi yang menawarkan
pelayanan jiwa
4. Adanya kebijakan pemerintah tentang klaim 0.20 2 0.40
jamkesmas/jamkesda
Total 1 2.55
2. M2 (Sarana dan Prasarana)
1.1 Internal faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Mempunyai sarana dan prasarana untuk pasien 0.25 4 1.00
maupun tenaga kesehatan, meliputi Nurse
Station, Kamar Makan, Kamar Tidur dan
Kamar Mandi yang proporsional dengan jumlah
pasien
2. Terdapat administrasi penunjang 0.25 3 0.75
3. Perawat mempunyai inisiatif untuk menciptakan 0.20 3 0.60
suasana lingkungan yang mendukung dengan
membuat ruang santai, kolam, lahan berkebun.
4. Tersedia fasilitas teknologi informasi, misal : 0.30 3 0.90 S-W
internet, billing system, millis =-0.15
Total 1 3.25
158 Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
Skor
No Faktor Strategis Bobot Rating Ket
terbobot
WEAKNESS
1. Belum terpakainya setiap ruang sesuai 0.25 3 0.75
fungsinya, misal di Nurse Station II
2. Beberapa alkes belum memenuhi jumlah 0.40 4 1.60
proporsional untuk pasien misal : tensimeter,
stetoskop dan termometer 1.05
3. Sebanyak 60% perawat belum mampu 0.35 3
menggunakan fasilitas IT yang ada
Total 1 3.40
WEAKNESS
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP 159
Skor
No Faktor Strategis Bobot Rating Ket
terbobot
1. Kurangnya kemampuan perawat dalam 0.30 3 0.90
menerapkan model yang ada
2. Kurangnya jumlah tenaga yang menunjang 0.30 3 0.90
aplikasi pelaksanaan model yang ada
3. Perawat tidak melakukan pekerjaan sesuai
tupoksi-nya masing-masing 0.25 3 0.75
4. Tidak semua perawat ruangan mengerti visi,
misi maupun motto layanan perawatan yang 0.15 2 0.30
dianut
Total 1 2.85
WEAKNESS
1. Format yang ada belum terintegrasi antar 0.35 3 1.05
profesi
2. Berdasar hasil observasi terlihat bahwa tidak 0.35 3 1.05
setiap shift jaga dilakukan pendokumentasian
catatan perkembangan keperawatan, elum
semua tindakan keperawtan didokumentasikan.
3. Tidak ada alokasi pasien harian yang 0.30 4 1.20
mencerminkan penanggung jawab perawatan
termasuk dalam hal pendokumentasian
Total 1 3.30
THREATENED
1. Kesadaran masyarakat akan tanggung jawab 0.45 3 1.35
dan tanggung gugat semakin tinggi
2. Sistem Manajemen Mutu (KARS, ISO maupun 0.55 4 2.2
JCI) mensyaratkan sistem dokumentasi yang
benar dan lengkap
3.55
Total 1
Ronde Keperawatan
b. Internal faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Adanya kasus yang memerlukan perhatian 0.30 4 1.20 S-W
khusus oleh perawat ruangan, misalnya : pasien
=0.30
gelandang psikotik dan korban pasung
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP 161
Skor
No Faktor Strategis Bobot Rating Ket
terbobot
2. Perawat ruangan mempunyai pengalaman kerja 0.50 3 1.50
tinggi dilihat dari masa kerja
3. Kemauan perawat untuk berubah 0.20 3 0.60
Total 1 3.30
WEAKNESS
1. Tidak adanya perawat konselor 0.30 3 0.90
2. Perawat belum pernah melakukan ronde karena 0.50 3 1.50
belum mengerti pentingnya ronde keperawatan
3. Belum ada tim untuk pelaksanaan ronde 0.20 3 0.60
keperawatan
Total 1 3 3.00
THREATENED
1. Tuntutan masyarakat akan layanan perawatan 0.45 3 1.35
yang lebih baik
2. Tuntutan akreditasi/sertifikasi RS terhadap 0.55 1.65
layanan perawatan
Total 1 3.00
Sentralisasi Obat
a. Internal faktor (IFAS)
STRENGTH
1. 80% perawat menyatakan mengerti tentang 0.55 4 2.20 S-W
sentralisasi obat =0.70
2. 80% perawat menyatakan bahwa sentralisasi 0.45 3 1.35
obat diperlukan di ruangan
Total 1 3.55
162 Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
Skor
No Faktor Strategis Bobot Rating Ket
terbobot
WEAKNESS
1. Belum ada penanggung jawab untuk 0.30 3 0.90
sentralisasi obat
2. Dalam distribusi obat tidak dilakukan 0.20 3 0.60
dokumentasi atas jumlah obat yang ada
3. Tidak ada ruangan atau tempat khusus obat 0.15 2 0.30
sehingga obat mudah diakses siapa saja
4. Belum ada persetujuan keluarga atas 0.35 3 1.05
sentralisasi obat akibat minimnya kontak
dengan keluarga
Total 1 2.85
THREATENED
1. Tuntutan masyarakat akan pelayanan yang 0.40 3 1.20
profesional
2. Tuntutan atas tanggung jawab perawat dalam
0.60 3 1.80
hal penggunaan obat-obatan jiwa (yang sifatnya
cenderung rawan penyalahgunaan oleh orang-
orang yang tidak bertanggungjawab)
Total 3.00
1
WEAKNESS
1. Belum ada uraian yang jelas sebagai panduan 0.45 3 1.35
supervisi
2. Belum ada format baku/instrumen untuk 0.55 2 1.10
kegiatan supervisi
Total 1 2.45
THREATENED
1. Tuntutan masyarakat atas layanan jiwa yang 1 3 3.00
diberikan
TIMBANG TERIMA
a. Internal faktor (IFAS)
STRENGTH
1. Semua perawat sudah mengerti cara operan 0.30 3 0.90 S-W
yang benar =0.15
164 Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
Skor
No Faktor Strategis Bobot Rating Ket
terbobot
2. Ada buku khusus untuk pelaporan timbang 0.35 3 1.05
terima
3. Adanya legalitas timbang terima ditandai 0.15 3 0.45
penandatanganan oleh yang menyerahkan dan
yang menerima overan
4. Sarana dan prasarana (ruangan maupun 0.20 3 0.60
administrasi ) menunjang kegiatan operan
Total 1 3.00
WEAKNESS
1. Perawat kurang disiplin, sehingga overan tidak 0.25 3 0.75
diikuti semua perawat yang berkepentingan
2. Overan dilakukan secara tidak formal, tidak ada 0.35 3 1.05
observasi langsung terhadap pasien yang
berkebutuhan khusus
3. Masalah lebih fokus pada aspek medis, 0.25 3 0.75
sedangkan kebutuhan keperawatan kurang
dijelaskan
4. Tidak melibatkan mahasiswa praktikan 2 0.30
0.15
Total 1 2.85
THREATENED
1. Adanya tuntutan yang tinggi dari masyarakat 0.45 2 0.90
atas layanan profesional
2. Kesadaran masyarakat atas tanggung jawab dan 0.55 3 1.65
tanggung gugat perawat sebagai pemberi
asuhan keperawatan
Total 1 2.55
WEAKNESS
1. Belum ada format baku untuk discharge 0.35 3 1.05
planning
2. Tidak tersedianya media (brosur/leaflet) untuk 0.45 3 1.35
pasien saat melakukan perencanaan pulang
3. Minimnya kontak dengan keluarga
pasien/penanggung jawab pasien 0.20 3 0.60
Total 1 3.00
THREATENED
1. Adanya tuntutan masyarakat untuk 0.30 0.60
2
mendapatkan pelayanan perawatan profesional
2. Masyarakat makin kritis akan kesehatan dan 0.40 3 1.20
hukum O-T
3. Kepuasan pasien dan keluarga menjadi tolak 0.30 2 0.60 = 0.60
ukur pelayanan yang diberikan
Total 1 2.40
WEAKNESS
1. Sistem keuangan sentralisasi 0.40 2 0.80
2. Pegawai kurang memahami tentang bagaimana 0.60 3 1.80
tata kelola pendapatan RS sehingga berisiko
menurunkan kepuasan kerja
Total 1 2.60
THREATENED
3 2.50
1. Peraturan tentang klaim Jamkesmas/Jamkesda 0.60
2 1.80
yang ketat
2. Mulai munculnya layanan jiwa swasta maupun 0.40 0.80
pemerintah di daerah-daerah
Total 1 2.60
Gambar 2.1 : Diagram Layang Analisis SWOT di Ruang Garuda 17 - 19 April 2017
OPPORTUNITY
1,2
1,0
0,8
0,6 M1 ( 0,20;0,65 )
M ( -0,15;0,60) RK ( 0,30;0,45 )
DK (- 0,05;0,30 0,4
) TT ( 0,15;0,45 )
MAKP ( 0,40;0,30 )
0,2
0 0
WEAKNESS 0 0,4 0,6 0,8 1,0 1,2 STRENGHT
-0,2
SV ( 0,30;-0,30 )
-0,4
SO ( 0,70;-0,55)
DP (- 0,35;-0,60-0,6
)
-0,8
-1,0
-1,2
THREATENED
Keterangan :
TT : Timbang Terima ( 0,15 ;0,45)
M1 : Man ( 0,20;0,65)
SV : Supervisi ( 0,30;-0,30)
SO : Sentralisasi Obat ( 0,70;-0,55 )
MAKP : Model Asuhan Keperawatan Profesional (0,40;0,30 )
RK : Ronde Keperawatan ( 0,30;0,45)
DK : Dokumentasi keperawatan ( -0,05;-0,30)
M : Material ( -0,15;0,60 )
DP : Discharge Planning ( -0,35;-0,60)
3. Keuangan (M4)
Sistem keuangan sentralisasi
Pegawai kurang memahami tentang bagaimana tata kelola pendapatan RS
sehingga berisiko menurunkan kepuasan kerja
4. M1 (Ketenagaan)
a. Kurang disiplinnya pegawai
b. Tidak seimbangnya tenaga perawat yang ada dengan yang dibutuhkan
c. Pembagian tugas di ruangan masih belum jelas
d. 8% perawat masih berlatar belakang SPKSJ dan masih ada gap competency
D. RENCANA STRATEGI
Minggu II :
Penerapan MPKP, aplikasi peran, pendelegasian tugas
Penyempurnaan format pengkajian dan dokumentasi keperawatan.
Penyelenggaraan supervisi keperawatan
Penyelenggaraan ronde keperawatan.
Pelaksanaan sistem timbang terima, sentralisasi obat
Persiapan penyelenggaraan rotasi dinas.24 jam
Minggu III :
Penerapan MPKP, aplikasi peran, pendelegasian tugas, penerapan semua
program.
Penyelenggaraan rotasi dinas 24 jam.
Minggu IV :
Evaluasi penerapan MPKP
Penyusunan laporan
Pelaksanaan seminar
Revisi.
Pada bab ini disajikan mengenai pelaksanaan kegiatan praktek-praktek keperawatan yang
meliputi penentuan jumlah kebutuhan tenaga keperawatan berdasar tingkat ketergantungan,
pelaksanaan Model Asuhan Keperawatan Primer dengan kegiatan-kegiatannya, faktor yang
mendukung dan hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan program kerja.
2). Pelaksanaan
1. Mengumpulkan data mengenai jumlah penderita beserta tingkat ketergantungan
pada pagi, siang dan malam.
2. Mengadakan tabulasi data dan melaksanakan perhitungan jumlah kebutuhan
tenaga berdasarkan tingkat ketergantungan.
3. Melakukan perhitungan jumlah tenaga yang bertugas dalam sehari, jumlah
tenaga yang melakukan shift pagi, siang dan malam.
PERAWAT PERAWAT
PRIMER PRIMER
PERAWAT PERAWAT
ASSOCIATE ASSOCIATE
KLIEN KLIEN
Keterangan:
: Garis Komando
: Garis Koordinasi
2). Pelaksanaan
Penerapan MAKP model asuhan keperawatan primer dilaksanakan mulai tanggal
01 –13 Mei 2017. Pembagian peran sebagai Kepala Ruang, Perawat Primer dan
Perawat Asosiate dengan pembagian shift dan memerankan peranannya masing-
masing selama 2 minggu dengan pembagian yang merata antar peran agar setiap
anggota kelompok mempunyai pengalaman atas setiap peran.
Pada minggu ke 1 pembagian peran sudah diikuti dengan pembagian jadwal dinas
sif pagi dan sore. Sedangkan pada minggu ke-2 MAKP hanya dilaksanakan 50%
pada sif pagi karena dilaksanakan ujian dan deseminasi akhir pada minggu tersebut.
Karu menjalankan tugasnya diantaranya mengevalusai perawat primer dan perawat
assosiate atas tugas yang dijalankan, menghitung jumlah tenaga perawat,
menentukan tingkat ketergantungan pasien, dan mengidentifikasi mutu pelayanan.
Sedangkan perawat primer menjalankan tugasnya antara lain melakukan
penerimaan pasien pindahan dari ruang IPCU dan mengkaji kebutuhan klien secara
komprehensif, membuat tujuan dan merencanakan intervensi keperawatan,
melaksanakan discharge planning, mengkomunikasikan dan mengkoordinasikan
pelayanan yang diberikan kepada tim medis lain. Untuk perawat associate,
Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP 173
menjalankan tugasnya diantaranya melaksanakan asuhan keperawatan, memberikan
kebutuhan dasar klien, mendokumentasikan tindakan yang telah dilakukan.
Evaluasi terhadap pelayanan MAKP Primer dilakukan pada minggu ke-2 sampai
dengan merekap lembar kepuasan pasien dan hasilnya pasien kelolaan
menyatakanpuas terhadap pelayanan yang diberikan.
3). Hambatan
Metode primer adalah hal baru bagi kelompok, karena selama ini yang digunakan
di rumah sakit ini adalah metode tim. Dikarenakan adanya perbedaan prinsip dari
dua metode ini, maka disepakati untuk tidak melakukan praktik metode primer ini
oleh anggota kelompok saja tanpa memasukkan perawat ruangan dalam struktur
organisasi. Akan tetapi beberapa kegiatan dalam perawatan akan tetap terintegrasi
antara praktikan dan perawat ruangan. Minimnya pengalaman tentang metode
primer membuat pelaksanaan sedikit terhambat karena kelompok masih harus
mencari modifikasi yang tepat untuk bisa melakukan metode ini di ruangan. Pada
dasarnya 22 anggota kelompok sudah memenuhi perhitungan kebutuhan perawat
untuk ruangan ini dengan tingkat ketergantungan yang ada. Sebagaimana
perhitungan jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang ini adalah 19 orang, dan
secara teori idealnya seorang perawat primer mengelola 4-6 pasien saja. Jika ingin
benar-benar menerapkan metode ini, maka ketenagaan menjadi syarat utama yang
harus dipenuhi agar beban kerja PP maupun PA menjadi proporsional.
Selain itu, seorang PP dituntut mempunyai pengalaman dan pengetahuan memadai
(tentu saja lebih baik dibandingkan PA), berkepribadian asertif, self direction,
mampu mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan klinis, penuh
pertimbangan serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu. Untuk
memenuhi banyaknya kriteria seperti ini, tentu saja tidak cukup ditentukan dengan
senioritas saja (meskipun pengalaman bekerja juga menjadi salah satu
pertimbangan). Perlu dilakukan fit and proper test dan bahkan diperlukan uji minat
agar komitmtn yang diberikan nantinya lebih kuat.
E. Supervisi Keperawatan
1. Persiapan
Supervisi atau pengawasan adalah proses memastikan kegiatan dilaksanakan
sesuai dengan tujuan organisasi dengan cara melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan kegiatan tersebut. Supervisi dilakukan untuk memastikan kegiatan
yang dilaksanakan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Supervisi
dilaksanakan secara optimal untuk menjamin kegiatan pelayanan sesuai dengan
standar mutu professional yang telah ditetapkan. Supervisi dilakukan oleh
perawat yang memiliki kompetensi baik dalam manajemen maupun asuhan
keperawatan serta menguasasi pilar-pilar profesionalisme. Untuk itu pengawasan
berjenjang dilakukan sebagai berikut:
F. Discharge Planning
1. Persiapan
1) Menentukan penanggung jawab discharge planning
2) Menetapkan waktu untuk pelaksanaan discharge planning.
3) Menyusun pengorganisasian pelaksanaan discharge planning.
178 Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
4) Menyusun alur discharge planning sesuai alur yang ada.
5) Menyusun proposal kegiatan, leaflet, dan discharge planning card.
6) Mengidentifikasi pasien yang akan pulang setiap harinya.
2. Pelaksanaan
Pelaksanaan discharge planning dimulai dari minggu ke-2 sampai minggu ke- 3
yang dilakukan oleh PP, antara lain:
a. PP memperkenalakan diri, perawat-perawat lain yang akan merawat, dokter,
mengorientasikan ruangan, dan memberikan HE (Health Education) pada
pasien baru, PP juga memberikan HE pada pasien yang akan pulang atau
yang direncanakan pulang meliputi: minum obat, jadwal kontrol, aktivitas
dirumah, apa saja yang akan dibawa pulang dan yang dibawa kontrol serta
hal-hal yang harus diperhatikan.
b. Selain memberikan penjelasan secara lisan keluarga juga diberikan kartu
perencanaan pulang dan leaflet sesuai dengan diagnosa penyakit pasien dan
kebutuhan atau perawatan saat dirumah.
c. Kegiatan role playdischarge planning dilaksanakan pada hari Jumat tanggal
19 Mei 2017 jam 10.00 WIB pada pasien Tn. Sl dengan diagnosa medis
Skizoprenia Hebefrenik Berkelanjutan dan diagnosa keperawatan : Perilaku
Kekerasan. Pelaksanaan discharge planning dilaksanakan pada minggu ke-2
sampai dengan ke–3 pada saat ada pasien kelolaan yang akan keluar rumah
sakit. Kegiatan discharge planning dilaksanakan oleh PP, diketahui oleh
kepala ruangan, dan dibantu PA.
3. Hambatan
Pelaksanaan discharge planning ada beberapa hambatan :
1) Penetapan pasien role play yang terlalu mendadak karena jadwal KRS yang
tidak menentu, sehingga PP harus selalu siap dengan kasus yang belum
direncanakan sebelumnya.
4. Dukungan
Pelaksanaan discharge planning di ruangan selama ini tidak mengalami kendala
di antaranya sudah ada leaflet yang mewakili jumlah 7 kasus terbanyak di
ruangan, bahasa yang dimengerti oleh pasien. Dukungan pembimbing selama
kegiatan sangat baik dengan memberikan saran dan masukan untuk kegiatan
discharge planning.
I. Dokumentasi Keperawatan
1. Persiapan
Persiapan pendokumentasian asuhan keperawatan dilakukan pada tanggal 13 –
14 Mei 2017, kemudian dilakukan penambahan dan perbaikan format
dokumentasi asuhan keperawatan pada tanggal 16 Mei 2017 berdasarkan hasil
konsul sebelumnya. Format asuhan keperawatan yang dipersiapkan terdiri dari
pengkajian / assesmen awal rawat inap, reassesmen (assesmen ulang), rencana
tindakan keperawatan, catatan perkembangan keperawatan, catatan
perkembangan terintegarasi, dan lembar pengobatan.
L. Money (M4)
Di Ruang Garuda telah dilakukan pengembangan dalam bidang pemasaran dengan
berbagai cara yaitu dengan meningkatkan fasilitas yang ada di ruangan, dan
peningkatan mutu pelayanan dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusia
(SDM) yang ada sehingga diharapkan tercapainya kepuasan pasien dan keluarga.
Kepuasan pasien dan keluarga merupakan modal yang dimiliki untuk dapat
menumbuhkan rasa percaya masyarakat terhadap pelayanan yang bermutu dari
Ruang Garuda sehingga masyarakat akan kembali berobat dan mau dirawat di Ruang
Garuda khususnya dan RS Jiwa Dr Radjiman Wediodiningrat Lawang pada
umumnya. Fasilitas yang sudah ditingkatkan di Ruang Garuda adalah perbaikan
ruangan seperti penggunaan ubin keramik di seluruh ruangan, kamar madni ada 2
buah dan WC ada 5 buah untuk meningkatkan privasi pasien, penataan ruangan
tampak baik dan rapi, dan kenyaman pasien dapat menciptakan kepuasan bagi
pasien. Peningkatan kualitas SDM perawat dilakukan dengan mengikutkan pelatihan,
memberikan kesempatan untuk meningkatkan jenjang pendidikan berkelanjutan
untuk meningkatkan kompetensi dan pengalaman serta memberikan tugas untuk
mereview materi keperawatan sehingga meningkatkan asuhan keperawatan yang
dilakukan kepada pasien.
Mahasiswa manajemen keperawatan Stikes Majapahit Mojokerto yang praktik di
Ruang Garudamendapatkan34 pasien kelolaan yang keseluruhannya merupakan
pasien laki-laki kelas 3 sedangkan mahasiswa manajemen keperawatan terdiri dari 22
orang. Upaya untuk meningkatkan pemasaran dilakukan dengan beberapa cara yaitu
dengan melengkapi segala keperluan pasien selain yang terdapat diruangan,
melaksanakan asuhan keperawatan sesuai dengan teori, menerapkan komunikasi
terapeutik, lebih care terhadap pasien dan keluarga dan lebih dapat memantau
perkembangan pasien. Kelengkapan pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien
adalah dengan memberikan nomer, foto serta tanggal lahir pada masing-masing
A. Kesimpulan
1. Pelaksanaan MAKP model Primer belum sesuai diterapkan di Ruang Garuda.
Ditinjau dari aspek M1 (Ketenagaan), jumlah perawat yang dinas di Ruang Garuda
belum memenuhi kebutuhan tenaga perawat yang ideal, baik untuk model
keperawatan Tim maupun model keperawatan Primer. Dari segi kompetensi sudah
bisa untuk menerapkan model Tim, tapi belum sesuai untuk model keperawatan
primer karena belum ada yang memenuhi kualifikasi sebagai perawat Primer.
2. Dokumentasi Keperawatan dengan menggunakan metode format terintegrasi
prinsip SBAR masih belum dirasakan dampak positifnya karena masih terbatasnya
kemampuan untuk menerapkan metode tersebut. Jika setiap personil sudah
memahami tentang prinsip-prinsip catatan terintegrasi, sebenarnya format ini
adalah pilihan terbaik untuk mendapatkan hasil dokumentasi perawatan yang
komprehensif.
3. Sentralisasi Obat bisa dilaksanakan dengan metode yang dimodifikasi untuk
kekhasan rumah sakit jiwa akibat dari minimnya kontak dengan keluarga pasien,
satu hal yang tidak bisa dihindari karena memang keluarga tidak menunggu pasien
selama dirawat.
4. Pelaksanaan Timbang Terima pasien berbasis SBAR yang sudah berjalan belum
dapat berjalan dengan baik jika dilihat dari segi materi/substansi belum
sepenuhnya memenuhi kaidah metode SBAR. Hal ini dikarenakan pengetahuan
dan pengalaman tentang metode SBAR masih sangat minim terutama tentang
perawatan jiwa dengan tindakan keperawatannya yang berbeda dengan tindakan
keperawatan di layanan keperawatan fisik.
5. Ronde keperawatan adalah hal sangat penting untuk dilakukan untuk mencari jalan
keluar dari permasalahan perawatan pasien dengan langkah-langkah yang ilmiah,
namun demikinan masih sulit direalisasi karena membutuhkan hubungan
kemitraan yang kondusif antar perawat, dokter maupun profesi kesehatan lain. Hal
ini yang belum tercipta di institusi ini.
6. Supervisi keperawatan sangat diperlukan dalam tatanan praktek keperawatan,
mengingat pelayanan keperawatan yang profesional perlu dijaga, dimonitor dan
B. Saran
1. Untuk memenuhi pelayanan keperawatan yang optimal berdasarkan tingkat
ketergantungan pasien di ruangan sangat diperlukan sumber daya manusia yang
memadai. Bidang Perawatan perlu mempertimbangkan untuk realisasi kebutuhan
tenaga perawat dan kompetensi perawat sesuai dengan perhitungan yang telah
dilakukan.
2. Dokumentasi perawatan dengan model catatan perkembangan terintegrasi sudah
dikembangkan dan tindakan keperawatan bisa dilihat secara komprehensif. Tentu
saja harus ada sosialisasi khusus dalam pelaksanannya sehingga perawat maupun
tim kesehatan lain bisa mendapatkan manfaatnya secara nyata.
3. Perlu ditetapkan penanggungjawab sentralisasi obat di ruangan agar dalam
pelaksanaannya benar-benar termonitor dengan baik, karena layanan jiwa sangat
rawan terhadap kasus patient safety terkait obat-obatan yang harus diwaspadai
sesuai pedoman keselamatan pasien internasional.
4. Kegiatan timbang terima perlu ditingkatkan ke arah teknik dan materi yang benar
tentang timbang terima keperawatan dengan prinsip SBAR sesuai kaidah
keselamatan pasien internasional. Kepala Ruang disarankan benar-benar
mengevaluasi berkala kegiatan ini sebagai sarana komunikasi efektif perawatan.
5. Ronde keperawatan perlu disosialisasikan dan dilaksanakan diruangan. Kepala
Ruangan perlu menciptakan hubungan profesional yang kondusif dengan tim
keehatan lain misalnya dokter, psikolog, gizi, tim rehabilitasi maupun tim lain
yang terkait perawatan pasien agar mau berpartisipasi dalam ronde keperawatan.
Selain itu perawat juga harus memperkaya diri dengan pengetahuan baru tentang
dunia perawatan umum maupun jiwa.
6. Supervisi keperawatan dalam organisasi ruangan perlu dikembangkan agar setiap
tindakan yang diberikan efektif karena sesuai standarnya. Kekurangan instrumen
supervisi bisa disiasati dengan menggunakan Standar Operasional Prosedur yang
sudah ada.
198 Model Mutu Asuhan Keperawatan dan MAKP
7. Penerapan discharge planning yang telah berjalan perlu ditingkatkan dengan
menggunakan media yang disiapkan PKMRS maupun teknologi informasi yang
ada, selain itu perlu juga didokumentasikan sesuai standar sebagai bukti tindakan
keperawatan telah dilakukan.
3. MAKP
a. Pelaksanaan MAKP model Primer belum sesuai diterapkan di Ruang
Garuda. Ditinjau dari aspek M1 (Ketenagaan), jumlah perawat yang dinas
di Ruang Garuda belum memenuhi kebutuhan tenaga perawat yang ideal,
baik untuk model keperawatan Tim maupun model keperawatan Primer.
Dari segi kompetensi sudah bisa untuk menerapkan model Tim, tapi belum
sesuai untuk model keperawatan primer karena belum ada yang memenuhi
kualifikasi sebagai perawat Primer.
b. Dokumentasi Keperawatan dengan menggunakan metode format
terintegrasi prinsip SBAR masih belum dirasakan dampak positifnya
karena masih terbatasnya kemampuan untuk menerapkan metode tersebut.
Jika setiap personil sudah memahami tentang prinsip-prinsip catatan
terintegrasi, sebenarnya format ini adalah pilihan terbaik untuk
mendapatkan hasil dokumentasi perawatan yang komprehensif.
c. Sentralisasi Obat bisa dilaksanakan dengan metode yang dimodifikasi
untuk kekhasan rumah sakit jiwa akibat dari minimnya kontak dengan
B. Saran
1. Budaya clan dan pasar menjadi budaya organisasi keperawatan tim di semua
rumah sakit.
2. Pendidikan berlanjutan diperlukan bagi seorang perawat untuk mengubah
mindset (pola pikir dalam memberi keperawatan kepada pasien). Minimal
sarjana dan profesi Ners.
3. Pelaksanaan MAKP model Primer belum sesuai diterapkan di Ruang Garuda.
Ditinjau dari aspek M1 (Ketenagaan), jumlah perawat yang dinas di Ruang
Garuda belum memenuhi kebutuhan tenaga perawat yang ideal, baik untuk
model keperawatan Tim maupun model keperawatan Primer. Dari segi
kompetensi sudah bisa untuk menerapkan model Tim, tapi belum sesuai untuk
model keperawatan primer karena belum ada yang memenuhi kualifikasi
sebagai perawat Primer.
4. Dokumentasi Keperawatan dengan menggunakan metode format terintegrasi
prinsip SBAR masih belum dirasakan dampak positifnya karena masih
terbatasnya kemampuan untuk menerapkan metode tersebut. Jika setiap
personil sudah memahami tentang prinsip-prinsip catatan terintegrasi,
sebenarnya format ini adalah pilihan terbaik untuk mendapatkan hasil
dokumentasi perawatan yang komprehensif.