Anda di halaman 1dari 52

PENGENDALIAN

MUTU
- Fitriya Handayani-
I. KONSEP MUTU
PELAYANAN KESEHATAN
MUTU ???
• Tingkat kesempurnaan dari penanpilan sesuatu yg sedang
diamati (Winston Dictionary, 1956)
• Totalitas dari wujud serta ciri suatu barang/jasa yg di dalamnya
terkandung pengertian rasa aman, atau pemenuhan kebutuhan
para pengguna (Din ISO, 1986)
Kualitas Pelayanan Kesehatan
• Suatu hal yg menunjukkan tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan
dalam menimbulkan rasa puas pada diri setiap pasien (Azwar, 2006)
• Makin sempurna kepuasan pasien, makin baik kualitas pelayanan
kesehatan.
• Pelayanan keperawatan menjamin adanya asuhan keperawatan yg
berkualitas, dgn terus menerus terlibat dalam program pengendalian
kualitas rumah sakit.
II. DIMENSI MUTU
PELAYANAN KESEHATAN
Dimensi Mutu Pelayanan Keperawatan
• Dimensi mutu pokok yg dapat digunakan utk mengukur persepsi
pelanggan tentang mutu pelayanan kesehatan (aspek mutu/kualitas
pelayanan):
Keandalan • Mampu memberikan pelayanan dgn segera, akurat,
(reliability) memuaskan, jujur, aman, tepat waktu

Ketanggapan • Ingin membantu klien & memberi pelayanan dgn


tanggap terhadap kebutuhan klien, cepat
(responsiveness) memperhatikan, & mengatasi kebutuhan
Jaminan • Kemampuan, pengetahuan, kesopanan, & sifat dapat
dipercaya, memiliki kompetensi, bebas dari bahaya/risiko
(assurance) & keraguan, percaya diri

• Mudah melakukan hubungan komunikasi yg baik,


Empati/Kepedulian memahami kebutuhan klien (terwujud dlm penuh
(emphaty) perhatian), melayani dgn ramah, berkomunikasi yg baik &
benar

Bukti Langsung/Berwujud • Meliputi fasilitas fisik, peralatan pegawai, kebersihan,


ruangan yg baik & teratur rapi, berpakaian rapi/serasi, alat
(tangibles) komunikasi
III. PRINSIP MANAJEMEN
MUTU TERPADU
• Suatu pendekatan manajemen yg merupakan suatu system yg
terstruktur untuk menciptakan partisipasi menyeluruh (total
participation) di seluruh jajaran organisasi dalam
merencanakan & menetapkan proses peningkatan untuk
memenuhi harapan pelanggan/klien,
Manajemen mutu terpadu berfokus pd
peningkatan proses dgn memperhatikan prinsip:
• Setiap orang terlibat dalam menentukan, memahami, &
meningkatkan proses yg berada di bawah kendali & tanggung
jawabnya
• Setiap orang memiliki komitmen utk memuaskan pelanggan
• Peningkatan mutu dgn menggunakan pendekatan ilmiah, dgn
data yg valid, statistic dgn melibatkan semua orang
Cont…
• Adanya pemahaman & sifat variasi
• Kerja sama tim dalam berbagai bentuk (part time/full time)
• Mendorong & mewujudkan partsisipasi setiap orang
• Adanya program latihan & pendidikan yg dipandang sbg
investasi
IV. INDIKATOR MUTU
ASUHAN KEPERAWATAN
Indikator ?
• Upaya utk menilai mutu dari hasil asuhan keperawatan
• Indikator: pengukuran tidak langsung suatu peristiwa/kondisi

Variabel yg menunjukkan satu kecenderungan system yg dapat


dipergunakan untuk mengukur perubahan
Proses

• Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat,


dan tenaga profesi lain yang mengadakan interaksi
secara professional dengan pasien. Interaksi ini
diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana
tindakan pengobatan, indikasi tindakan,
penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.
Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi
lain terhadap pasien.
a. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan
meliputi:
• Angka infeksi nosocomial: 1-2%
• Angka kematian kasar: 3-4%
• Kematian pasca bedah: 1-2%
• Kematian ibu melahirkan: 1-2%
• Kematian bayi baru lahir: 20/1000
• NDR (Net Death Rate): 2,5%
• ADR (Anasthesia Death Rate) maksimal 1/5000
• PODR (Post Operation Death Rate): 1%
• POIR (Post Operative Infection Rate): 1%
Outcome
b.Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
• Biaya per unit untuk rawat jalan
• Jumlah penderita yang mengalami decubitus
• Jumlah penderita yang mengalami jatuh dari tempat tidur
• BOR: 70-85%
• BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
• TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
• LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosocomial; gawat
darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan; dan kepuasan
pasien)
• Normal tissue removal rate: 10%
Outcome
c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur
dengan jumlah keluhan pasien/keluarganya, surat pembaca dikoran,
surat kaleng, surat masuk di kotak saran, dan lainnya.
d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:
• Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak
RS dengan asal pasien.
• Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan
pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis.
• Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka
standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indicator)
nasional. Jika bukan angka standar nasional, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan hasil penacatatan mutu pada
tahun-tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah
dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/direksi RS yang
bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staff lainnya yang
terkait.
Outcome
e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
• Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
• Pasien diberi obat salah
• Tidak ada obat/alat emergensi
• Tidak ada oksigen
• Tidak ada suction (penyedot lendir)
• Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
• Pemakaian obat
• Pemakaian air, listrik, gas, dan lainnya
BOR

• BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)


Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
• Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
ALOS

• LOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)


• ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila
diterapkan pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu
pengamatan yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal
antara 6-9 hari (Depkes, 2005).
• Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
TOI

• TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)


• TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
• Rumus : ((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari
Perawatan) (jumlah pasien keluar (hidup + mati))
BTO

• BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)


• BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali.
• Rumus : Jumlah pasien dirawat
(hidup + mati) (jumlah tempat tidur)
Indikator Utama Kualitas Pelayanan
Kesehatan Di Rumah Sakit
Menurut Nursalam (2014)
• Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka
infeksi nosokomial, angka kejadian pasien
jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan dalam pemberian
obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan
• Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
• Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
• Perawatan diri Kecemasan pasien
• Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.
Indikator Klinik Keperawatan
• Indikator klinik keperawatan: suatu variabel untuk mengukur
dan mengevaluasi kualitas pelayanan keperawatan dan
berdampak terhadap pelayananan kesehatan.
Indikator Klinik Mutu Pelayanan
Keperawatan Klinik

1. Keselamatan pasien (patient safety)


2. Keterbatasan Perawatan Diri
3. Kepuasan pasien
4. Kecemasan
5. Kenyamanan
6. Pengetahuan
KESELAMATAN PASIEN
A. Angka Kejadian Dekubitus
Dekubitus adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
gangguan integritas kulit. Terjadi akibat tekanan, gesekan dan atau
kombinasi di daerah kulit dan jaringan di bawahnya.

x 100%
KESELAMATAN PASIEN
A. Angka Kejadian Dekubitus
• Jumlah kejadian dekubitus adalah yang merupakan jumlah kejadian
baru dekubitus yang terjadi selama periode waktu tertentu.
• Pengumpulan data dilakukan setiap hari
• Pelaporan dilakukan setiap bulan
KESELAMATAN PASIEN
A. Angka Kejadian Dekubitus
Pasien yang berisiko terjadi dekubitus adalah pasien baru setelah dilakukan
pengkajian memiliki satu atau lebih faktor resiko sbb:
 Usia lanjut
 Ketidakmampuan bergerak pada bagian tertentu dari tubuh tanpa bantuan, seperti
pada cedera medula spinalis atau cedera kepala atau mengalami penyakit
neuromuskular
 Malnutrisi / status gizi
 Berbaring lama, mengalami penekanan dis alah satu/lebih area tubuh lebih dari 2 jam
di TT / penggunaan kursi roda
 Mengalami kondisi kronik seperti DM, Penyakit vaskuler.
 Inkontinen urine dan feses, yang dapat menyebabkan iritasi kulit akibat kulit yang
lembab
DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN
DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN
B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat
• Kejadian nyaris cedera (KNC) pada pasien (near miss), kejadian ini
sebagai tanda bahwa adanya kekurangan dalam sistem pengobatan
pasien dan mengakibatkan kegagalan dalam keamanan pasien
• Kejadian tidak diharapkan (KTD) (adverse event) adalah : suatu
kejadian salah pemberian obat yang mengakibatkan cedera yang tidak
diharapkan, karena suatu tindakan atau karena tidak bertindak.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN

B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat


 Angka KTD dalam pemberian obat

 Angka KNC dalam pemberian obat

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN
B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat
Kejadian salah pemberian obat : Sesuai dengan 6 Benar
 Salah pasien :
Dikarenakan salah nama dan tidak sesuai identitas pada medical record
 Salah waktu :
a) Terlambat pemberian obat (30 menit setelah jadwal)*
b) Pemberian obat yang terlalu cepat (30 menit sesudah jadwal)*
c) Obat stop tetap dilanjutkan

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN
B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat
Salah cara pemberian/ route :
adalah salah cara memberikan obat (oral, intravena, intra musculer, subcutan,
supositoria, drip). Misal: pemberian intramuskuler diberikan secara intravena, dll.
Salah Dosis :
• Dosis berlebih : adalah jika obat diberikan melebihi dosis obat yang
diresepkan dokter.
• Dosis kurang adalah jika dosis obat yang diberikan kurang dari dosis
yang diresepkan dokter.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN

B. Angka Kejadian Kesalahan pada Pemberian Obat oleh Perawat


Salah obat : adalah obat yang diberikan kepada pasien tidak sesuai
dengan yang diresepkan oleh dokter
Salah dokumentasi : adalah dokumentasi yang dilakukan tidak sesuai
dengan pelaksanaan.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN
C. Angka Kejadian Pasien Jatuh
• Pasien Jatuh adalah jatuhnya pasien di unit perawatan pada saat istirahat
maupun saat pasien terjaga yang tidak disebabkan oleh serangan stroke,
epilepsy, seizure, bahaya karena terlalu banyak aktivitas.
• Angka Kejadian Pasien Jatuh adalah presentasi jumlah insidensi pasien
jatuh yang terjadi di unit perawatan pada periode waktu tertentu setiap
bulan.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN
C. Angka Kejadian Pasien Jatuh

x 100%

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN
D. Angka Kejadian Cedera Akibat Restrain
 Cedera akibat restrain adalah cedera berupa lecet pada kulit, terjatuh,
atau aspirasi yang diakibatkan oleh pemasangan restrain.
 Pengecualiannya adalah semua pasien yang sudah cidera sebelum
dilakukan pemasangan restrain, seperti lecet atau luka.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KESELAMATAN PASIEN
D. Angka Kejadian Cedera Akibat Restrain

x 100%

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KETERBATASAN PERAWATAN DIRI
• Angka TIDAK terpenuhinya kebutuhan mandi, berpakaian, toileting
(eliminasi) yang disebabkan oleh keterbatasan perawatan diri
• Keterbatasan diri dibagi menjadi keterbatasan sebagian dan total, sehingga
menyebabkan tingkat ketergantungan sebagian dan total pada asuhan
keperawatan.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KETERBATASAN PERAWATAN DIRI
x 100%

Sub Indikator terpenuhinya perawatan diri adalah


• Mandi : kulit, gigi, mata, rambut, tidak bau badan, perineum bersih.
• Berpakaian dan berpakaian: Baju bersih dan kering, rambut rapi, wajah segar
• Toileting: berkemih (BAK) dan defekasi (BAB) pola normal

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap Pelayanan
Keperawatan

Kepuasan pasien adalah :


• Terpenuhinya kebutuhan pasien/keluarga terhadap pelayanan
keperawatan yang diharapkan.
• Presentase kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap Pelayanan
Keperawatan

• Angka kepuasan :

x 100%

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap Pelayanan
Keperawatan

• Elemen indikator terdiri dari:


 kelengkapan dan ketepatan informasi
 penurunan kecemasan
 perawat trampil profesional
 pasien merasa nyaman
 terhindar dari bahaya
 perawat ramah dan empati
Tingkat Kepuasan Pasien dan Keluarga terhadap pelayanan
keperawatan

• Kriteria pasien yang dilakukan survey adalah setiap pasien baru yang telah
dirawat :
• selama 3 hari
• tidak pulang paksa
• pulang hidup

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KENYAMANAN

A. Angka Tatalaksana Pasien Nyeri


Tujuan
• Paling sedikit 90% askep yang terdokumentasi akan mencakup skala
nyeri yang dialami pasien seperti yang didefinisikan dalam standar
nyeri.
• Paling sedikit 90% tindakan yang dilakukan perawat adalah respon
terhadap nyeri yang dikemukakan oleh pasien untuk mencapai kriteria
nyaman/ nyeri terkontrol.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KENYAMANAN
A. Angka Tatalaksana Pasien Nyeri
• Persentase pasien dengan nyeri yang terdokumentasi dalam askep:
x 100%

• Persentase tatalaksana pasien nyeri:


x 100%

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KENYAMANAN

B. Angka Kenyamanan Pasien


• Pasien merasa nyaman: Pasien dengan rasa nyeri terkontrol
• Nyeri adalah suatu kondisi yang lebih dari sekadar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu, bersifat subjektif dan sangat individual
• Pasien dengan nyeri terkontrol adalah pasien yang menunjukkan skala nyeri di
bawah 4 sampai dengan 0 pada skala 0-10 atau dengan gold standard: pasien
menyatakan tidak merasakan nyeri, tidak ada ketakutan, kecemasan dan depresi
setelah diberikan tindakan keperawatan selama periode waktu tertentu.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
KENYAMANAN
B. Angka Kenyamanan Pasien

x 100%

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
ANGKA KEJADIAN CEMAS
• Cemas adalah perasaan was-was, kuatir atau tidak nyaman seakan-akan
terjadi suatu yang dirasakan sebagai ancaman.
• Angka Kejadian Pasien Cemas adalah presentase jumlah prevalensi pasien
cemas (dari rata-rata identifikasi aspek: materi pendidikan/penyuluhan
kepada pasien yang diberikan/diulang/review oleh pasien, materi
pendidikan/penyuluhan direview kembali oleh perawat dan dilakukan tanya
jawab, informasi yang cukup diberikan untuk mengurangi cemas) yang
dirawat di sarana kesehatan selama periode waktu tertentu setiap bulan.

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
Angka Kejadian Cemas
• Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Umum
x 100%

• Angka Kejadian Cemas pada Ruang Rawat Psikiatri


x 100%

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
PENGETAHUAN
A. Pengetahuan tentang Perawatan Penyakitnya
 Pengetahuan adalah kemampuan pasien mengetahui informasi tentang
perawatan penyakitnya

x 100%

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
PENGETAHUAN
B. Perencanaan Pasien Pulang
 Discharge Planning adalah suatu proses yang dipakai sebagai pengambilan
keputusan dalam hal memenuhi kebutuhan pasien untuk kesempurnaan
kepindahan pasien dari satu tempat perawatan ke tempat lainnya.
 Perencanaan pemulangan dimulai sejak pasien masuk, bahkan dapat
dilakukan sebelumnya, contoh: untuk pasien yang akan dilakukan operasi,
dokter telah memberikan penjelasan berapa lama pasien akan dirawat

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008
PENGETAHUAN
B. Perencanaan Pasien Pulang (Discharge Planning)

x 100%

DIREKTORAT BINA PELAYANAN KEPERAWATAN


DIREKTORAT JENDERAL BINA PELAYANAN MEDIK DEPKES RI TAHUN 2008

Anda mungkin juga menyukai