Anda di halaman 1dari 13

INDIKATOR MUTU PELAYANAN

KEPERAWATAN
Pendahuluan
• Mutu asuhan kesehatan sebuah rumah sakit akan selalu
terkait dengan struktur, proses, dan outcome sistem
pelayanan RS tersebut.
• Mutu asuhan pelayanan RS juga dapat dikaji dari tingkat
pemanfaatan sarana pelayanan oleh masyarakat, mutu
pelayanan dan tingkat efisiensi RS.
• Secara umum aspek penilaian meliputi evaluasi, dokumen,
instrumen, dan audit (EDIA) (Nursalam, 2014).
Aspek struktur (input)
Struktur adalah semua input untuk sistem pelayanan sebuah
RS yang meliputi
• M1 (tenaga),
• M2 (sarana prasarana),
• M3 (metode asuhan keperawatan),
• M4 (dana),
• M5 (pemasaran), dan lainnya.
Ada sebuah asumsi yang menyatakan bahwa jika struktur
sistem RS tertata dengan baik akan lebih menjamin mutu
pelayanan. Kualitas struktur RS diukur dari tingkat kewajaran,
kuantitas, biaya (efisiensi), dan mutu dari masing-masing
komponen struktur.
Proses
• Proses adalah semua kegiatan dokter, perawat,
dan tenaga profesi lain yang mengadakan interaksi
secara professional dengan pasien. Interaksi ini
diukur antara lain dalam bentuk penilaian tentang
penyakit pasien, penegakan diagnosis, rencana
tindakan pengobatan, indikasi tindakan,
penanganan penyakit, dan prosedur pengobatan.
Outcome
Outcome adalah hasil akhir kegiatan dokter, perawat, dan tenaga profesi
lain terhadap pasien.
a. Indikator-indikator mutu yang mengacu pada aspek pelayanan
meliputi:
• Angka infeksi nosocomial: 1-2%
• Angka kematian kasar: 3-4%
• Kematian pasca bedah: 1-2%
• Kematian ibu melahirkan: 1-2%
• Kematian bayi baru lahir: 20/1000
• NDR (Net Death Rate): 2,5%
• ADR (Anasthesia Death Rate) maksimal 1/5000
• PODR (Post Operation Death Rate): 1%
• POIR (Post Operative Infection Rate): 1%
Outcome
b. Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS:
• Biaya per unit untuk rawat jalan
• Jumlah penderita yang mengalami decubitus
• Jumlah penderita yang mengalami jatuh dari tempat tidur
• BOR: 70-85%
• BTO (Bed Turn Over): 5-45 hari atau 40-50 kali per satu tempat
tidur/tahun
• TOI (Turn Over Interval): 1-3 hari TT yang kosong
• LOS (Length of Stay): 7-10 hari (komplikasi, infeksi nosocomial;
gawat darurat; tingkat kontaminasi dalam darah; tingkat kesalahan;
dan kepuasan pasien)
• Normal tissue removal rate: 10%
Outcome
c. Indikator mutu yang berkaitan dengan kepuasan pasien dapat diukur
dengan jumlah keluhan pasien/keluarganya, surat pembaca dikoran,
surat kaleng, surat masuk di kotak saran, dan lainnya.
d. Indikator cakupan pelayanan sebuah RS terdiri atas:
• Jumlah dan presentase kunjungan rawat jalan/inap menurut jarak
RS dengan asal pasien.
• Jumlah pelayanan dan tindakan seperti jumlah tindakan
pembedahan dan jumlah kunjungan SMF spesialis.
• Untuk mengukur mutu pelayanan sebuah RS, angka-angka
standar tersebut di atas dibandingkan dengan standar (indicator)
nasional. Jika bukan angka standar nasional, penilaian dapat
dilakukan dengan menggunakan hasil penacatatan mutu pada
tahun-tahun sebelumnya di rumah sakit yang sama, setelah
dikembangkan kesepakatan pihak manajemen/direksi RS yang
bersangkutan dengan masing-masing SMF dan staff lainnya yang
terkait.
Outcome
e. Indikator mutu yang mengacu pada keselamatan pasien:
• Pasien terjatuh dari tempat tidur/kamar mandi
• Pasien diberi obat salah
• Tidak ada obat/alat emergensi
• Tidak ada oksigen
• Tidak ada suction (penyedot lendir)
• Tidak tersedia alat pemadam kebakaran
• Pemakaian obat
• Pemakaian air, listrik, gas, dan lainnya
BOR
• BOR (Bed Occupancy Ratio = Angka penggunaan tempat tidur)
Menurut Depkes RI (2005), BOR adalah prosentase pemakaian tempat
tidur pada satuan waktu tertentu. Indikator ini memberikan gambaran
tinggi rendahnya tingkat pemanfaatan tempat tidur rumah sakit.Nilai
parameter BOR yang ideal adalah antara 60-85% (Depkes RI, 2005).
• Rumus :
(jumlah hari perawatan di rumah sakit) × 100%
(jumlah tempat tidur × jumlah hari dalam satu periode)
ALOS
• LOS (Average Length of Stay = Rata-rata lamanya pasien dirawat)
• ALOS menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata lama rawat seorang
pasien. Indikator ini disamping memberikan gambaran tingkat efisiensi,
juga dapat memberikan gambaran mutu pelayanan, apabila diterapkan
pada diagnosis tertentu dapat dijadikan hal yang perlu pengamatan
yang lebih lanjut.Secara umum nilai ALOS yang ideal antara 6-9 hari
(Depkes, 2005).
• Rumus :
(jumlah lama dirawat)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
TOI
• TOI (Turn Over Interval = Tenggang perputaran)
• TOI menurut Depkes RI (2005) adalah rata-rata hari dimana tempat
tidur tidak ditempati dari telah diisi ke saat terisi berikutnya.Indikator ini
memberikan gambaran tingkat efisiensi penggunaan tempat
tidur.Idealnya tempat tidur kosong tidak terisi pada kisaran 1-3 hari.
• Rumus :
((jumlah tempat tidur × Periode) − Hari Perawatan)
(jumlah pasien keluar (hidup + mati))
BTO
• BTO (Bed Turn Over = Angka perputaran tempat tidur)
• BTO menurut Depkes RI (2005) adalah frekuensi pemakaian tempat
tidur pada satu periode, berapa kali tempat tidur dipakai dalam satu
satuan waktu tertentu.Idealnya dalam satu tahun, satu tempat tidur
rata-rata dipakai 40-50 kali.
• Rumus :
Jumlah pasien dirawat (hidup + mati)
(jumlah tempat tidur)
Indikator Utama Kualitas Pelayanan
Kesehatan Di Rumah Sakit

Menurut Nursalam (2014)


• Keselamatan pasien (patient safety), yang meliputi: angka
infeksi nosokomial, angka kejadian pasien
jatuh/kecelakaan, dekubitus, kesalahan dalam pemberian
obat, dan tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
kesehatan
• Pengelolaan nyeri dan kenyamanan
• Tingkat kepuasan pasien terhadap pelayanan
• Perawatan diri Kecemasan pasien
• Perilaku (pengetahuan, sikap, dan keterampilan) pasien.

Anda mungkin juga menyukai