Anda di halaman 1dari 14

APLIKASI MANAJEMEN DI RUMAH SAKIT

ORGANISASI
Sesuai Kepmenkes No. 134 Menkes/SK/IV/78 :
Pasal 1 : Rumah Sakit Umum adalah organisasi di lingkungan Depkes yang
berada dibawah dan bertanggung jawab langsung kepada Dirjen
Yanmed.
Pasal 2 : Rumah Sakit Umum mempunyai tugas melaksanakan pelayanan
kesehatan(caring) dan penyembuhan (curing) penderita serta
pemulihan keadaan cacat badan dan jiwa (rehabilitation).
Pasal 3 : Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Rumah Sakit mempunyai
fungsi :
a. Melaksanakan usaha pelayanan medik
b. Melaksanakan usaha rehabilitasi medik
c. Usaha pencegahan komplikasi penyakit dan peningkatan pemulih
an kesehatan
d. Melaksanakan usaha perawatan
e. Melaksanakan usaha pendidikan dan latihan medis dan paramedis
f. Melaksanakan sistem rujukan
g. Sebagai tempat penelitian
Pasal 4 : a. Rumah Sakit Umum yang dimaksud dalam keputusan ini adalah RS
kelas A,
kelas B, kelas C
b. Rumah Sakit Umum kelas A adalah RSU yang melaksanakan
pelayan an kesehatan spesialistik dan sub spesialistik yang luas
c. Rumah Sakit Umum kelas B adalah RSU yang melaksanakan
pelayan
an kesehatan spesialistik yang luas
d. Rumah Sakit Umum kelas C adalah RSU yang melaksanakan
pelayanan kesehatan spesialistik yang paling sedikit 4 spesialis dasar
yaitu Panyakit
Dalam, Penyakit Bedah, Penyakit Kebidanan/Kandungan, dan
Kesehatan
Anak
• PERENCANAAN
 Perencanaan pengadaan obat dan logistik (ATK, bahan lab dll)
 Perencanaan tenaga

Terdapat dua pendekatan untuk merencanakan pangadaan obat dan logistik :


a. Pola konsumsi
Dasar :
> Jumlah barang yang masih tersedia pada akhir tahun
> Kebutuhan tahun lalu
> Kecenderungan-kecenderungan yang akan terjadi dimasa
mendatang
b. Pola epidemiologi
Dasar :
> Jumlah kunjungan
> Jenis penyakit yang dilayani pada tahun sebelumnya
> Standar terapi
> ALOS (Average Length of Stay) untuk masing-masing penyakit
• Perencanaan tenaga
Tenaga yang dimaksud meliputi tenaga medis, paramedis, penunjang medis dan
staf administrasi.
Dasar :
> Kebutuhan tenaga baru
> Tenaga yang sudah ada
> Tenaga yang pensiun
> Tenaga yang akan pensiun
Kebutuhan tenaga RS diatur dalam peraturan pemerintah No. 5 tahun 1976
Pertimbangan :
-> Jenis pekerjaan yang dilaksanakan (tenaga medis, paramedis, penunjang
medis
-> Sifat dari pekerjaan (pekerjaan resiko tinggi- rontgent, IGD, ICU,ICCU)
-> Perkiraan beban tugas masing-masing pekerjaan
-> Perkiraan kapasitas pegawai yang mampu ditampung oleh RS
-> Jenis dan peralatan medis yang ada
• FUNGSI PERGERAKAN DAN PELAKSANAAN (ACTUATING)
RS merupakan organisasi yang sangat kompleks  manajemen spt hotel
Bedanya – pada pengujungnya (orang sakit dan keluarganya) – ada beban sosio-
psikologis

Kompleksitas fungsi actuating dipengaruhi oleh dua aspek :


1. Orientasi sifat pelayanan pada costumer services
apapun hasil pelayanan  kepuasan pasien
2. Keragaman profesi tenaga-tenaga yang bekerja di RS

Keragaman profesi tenaga kerja ini  Kepemimpinan partisipatif


Penerapan fungsi actuating tergantung pada empat faktor :
 Kepemimpinan direktur RS
 Koordinasi yang dikembangkan oleh maisng-masing Wakil Direktur, Ka SMF dan
Ka instalasi
 Komitmen dan profesionalisme tenaga kerjanya
 Pemahaman pengguna jasa pelayanan tentang jenis pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan RS
Indikator mutu pelayanan untuk mengukur tingkat efisiensi RS :
1. BOR (Bed Occupation Rate) –> 75 – 85%
Presentase pemakaian tempat tidur pada satu satuan waktu tertentu
(memberikan gambaran tinggi rendahnya pemanfaatan tempat tidur RS)

2. ALOS (Average Length of Stay)  7-10 hari


Rata-rata lamanya pasien dirawat

3. BTO (Bed Turn Over)  5 – 45 hari


Frekuensi pemakaian tempat tidur dalam satuan waktu tertentu

4. TOI (Turn Over Interval)  1-3 hari


Rata-rata hari tempat tidur tidak ditempati dari saat ke saat sampai terisi
berikutnya
BOR
Jumlah hari perawatn RS dlm waktu tertentu
X 100%
Jumlah tempat tidur x jumlah hari dalam satu satuan waktu

ALOS
Jumlah hari perawatan pasien keluar rumahsakit
Jumlah pasien keluar (hidup+mati)

BTO
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
Jumlah tempat tidur

TOI
(Jumlah TT x hari) – hari perawatan RS
Jumlah pasien keluar (hidup + mati)
• Untuk mengukur mutu pelayanan kesehatan terdapat beberapa indikator :
1. Angka infeksi nosokomial  1-2%

2. Angka kematian kasar (Gross Death Rate)  < 3%

3. Kematian ibu melahirkan (Maternal Death Rate)  < 0,25%

4. Kematian bayi baru lahir (Infant Death Rate)  < 2%

5. NDR (Net Death Rate diatas 48 jam) < 2,5%

6. ADR (Anasthesia Death Rate)  1/5000

7. PODR (Post Operation Death Rate)  < 1%


• hidup & mati >48 jam dlm periode waktu yang sama

Gross Death Rate


Jumlah pasien mati seluruhnya yang dirawat
X 100%
Jumlah pasien keluar rumah sakit (hidup + mati)

Net Death Rate


Total kematian > 48 jam dalam periode waktu tertentu X 100%
Total pasien keluar hidup & mati >48 jam dlm periode waktu yg

Net Infection Rate


Total penderita infeksi yg didapat diRS dlm periode tertentu
Jumlah pasien keluar hidup & mati dalam periode yg sama X 100%

Maternal Death Rate


Jumlah pasien kebidanan yg meninggal dlm periode tertentu
X 100%
Jumlah pasien kebidanan yg keluar hidup+mati
Fetal Death Rate
Jumlah kematian bayi dengan UK >20 minggu
X 100%
Jumlah semua kelahiran dalam periode tertentu

Post Operative Death Rate


Total kematian operasi dlm periode tertentu
X 100%
Total pasien yg dioperasi dalam periode yg sama

Anasthesia Death Rate


Total kematian anasthesia pada periode tertentu
X 100%
Total pasien yg mendapat anasthesia dlm periode yg sama
MASALAH PELAYANAN KESEHATAN
DAN
PROSES PEMECAHANNYA

• Masalah komunikasi, informasi dan edukasi (KIE)


Komunikasi penting dalam sosialisasi kegiatan program kesehatan
• Masalah pada sistem informasi (Pencatatan dan Pelaporan)
Pencatatan dan pelaporan yang baik menjadi dasar untuk pengambilan keputusan
untuk mengembangkan program kesehatan
• Masalah dibidang personal dan pelatihan
Keberadaan SDM yang handal akan mempermudah organisasi dalam melaksanakan
tugas-tugasnya
• Masalah dibidang logistik
Logistik diperlukan untuk menunjang pelayanan kesehatan. Kekurangan dalam
penyediaan logistik akan mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan
• Masalah di bidang pengawasan
Pengawasan penting dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan program
pelayanan kesehatan telah dilaksanakan
PEMECAHAN MASALAH
• Mengidentifikasi, memilih dan mendifisikan masalah
 Memilih masalah – pilih mulai dari yang ringan dulu
 Mendifinisikan masalah secara operasional
- apa yg menjadi masalah
- apa akibat dari masalah tsb
- berapa lama kondisi yg dimasalahkan sudah terjadi
- reaksi staf bila masalah tsb sudah diatasi
 Membentuk kelompok kerja
Mengikutsertakan staf yang memahami masalah tersebut untuk mendapatkan
jalan pemecahannya
• Pelajari dengan seksama proses yang terjadi dari segala aspek
 Mulailah dengan apa yang sudah diketahui, jelaskan pemahaman pimpinan
mengenai apa yang terjadi
 Analisis dan jawab pertanyaan : Siapa, apa, kapan dan dimana masalah terjadi
• Tentukan sebab masalah yang pokok yang
 tentukan semua sebab potensial yaitu hal-hal yg berpotensi menjadi penyebab
 kembangkan teori mengenai penyebab masalah
 kumpulkan data untuk menguji teori tentang sebab munculnya masalah

• Identifikasi semua solusi yang mungkin


 cari saran sebanyaknya
 klarifikasi setiap saran dg baik
 libatkan staf lain yg mempunyai tugas sama dengan masalah tsb

• Pilih dan laksanakan cara pemecahan


 Periksa kriteria dan kendalanya (biaya, kesulitan, efek samping, waktu)
 Ambil keputusan setelah diskusi dg kelompok

• Melaksanakan pemecahan masalah yang berkualitas


 Plan – rencanakan solusinya
 Do -- laksanakan solusi tsb
 Check – cek hasil pelaksanaan solusi
 Action – lanjutkan pelaksanaan bisa dg modifikasi, mencari solusi yg lain

Anda mungkin juga menyukai