Anda di halaman 1dari 15

A.

PROFIL INDIKATOR MUTU KLINIS

1. PELAYANAN RAWAT INAP

Pemberi Pelayanan Di Rawat Inap oleh tenaga yang berkompeten

Judul Pemberi Pelayanan Di Rawat Inap oleh tenaga yang berkompeten


Dasar pemikiran Permenkes tentang Puskesmas, PMK No. 43 tahun 2019
Peraturan tentang akreditasi puskesmas, No. 34 tahun 2022
Dimensi mutu Kompetensi tehnis
Tujuan Tersedianya Pelayanan rawat inap oleh tenaga yang kompeten
Definisi operasional Pemberi Pelayanan rawat inap adalah dokter, perawat, bidan dan tenaga teknis
lainnya sesuai dengan peraturan
Jenis indikator Hasil
Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jumlah tenaga dokter dan perawat, bidan dan tenaga teknis lainnya yang
memberi pelayanan di ruang rawat inap yang sesuai dengan ketentuan
Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat, bidan dan tenaga teknis lainnya,
yang bertugas di rawat inap
Target capaian 100 %
Kriteria Kriteria inklusi: semua tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan di rawat
inap
Kriteria eksklusi: 1. Tenaga non kesehatan
2. tenaga kesehatan di rawat jalan, yang tidak melakukan pelayanan dirawat inap
Formula Jumlah tenaga kesehatan yang berkompeten di rawat inap x 100%
Jumlah seluruh tenaga kesehatan yang tersedia di rawat inap
Metode Hasil observasi
pengumpulan data
Sumber data Data SDM kepegawaian
Instrumen Data sekunder
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Total sampel
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Semesteran, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Kepegawaian
pengumpul data

II. POLI UMUM

Waktu tunggu rawat jalan

Judul Waktu tunggu rawat jalan


Dasar pemikiran 1. Undang-Undang tentang puskesmas
2. Puskesmas harus menjamin ketepatan pelayanan kesehatan termasuk di unit
rawat jalan. Walaupun tidak dalam kondisi gawat maupun darurat namun tetap
harus dilayani dalam waktu yang ditetapkan.
Hal ini untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan pasien akan rencana diagnosis
dan pengobatan.
Waktu tunggu yang lama dapat menyebabkan ketidak puasan pasien dan
keterlambatan diagnosis maupun pengobatan pasien.
Dimensi mutu Berorientasi pada pasien, tepat waktu
Tujuan Tersedianya Pelayanan rawat jalan di Puskesmas pada hari kerja yang lebih
mudah diakses, efisien dan tepat watu
Definisi operasional Waktu tunggu adalah waktu yang diperlukan mulai rekam medik diantarkan ke
poli sampai pasien masuk kedalam poli
Jenis indikator Proses
Satuan pengukuran Waktu
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu pasien rawat jalan yang diobservasi ≤ 15 menit
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang di observasi
Target capaian ≤ 15 menit
Kriteria Kriteria inklusi: pasien yang berobat di rawat jalan
Kriteri eksklust: pasien rujukan, pasien rawat inap, pasien yg ada tindakan
sebelum pasien tersebut
Formula Jumlah pasien rajal dengan waktu tunggu ≤15 menit x100% Jumlah pasien rajal
yang diobservasi
Metode Retrospektif
pengumpulan data
Sumber data Catatan pendaftaran pasien rawat jalan
Instrumen Formulir waktu tunggu rawat jalan
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Random simple
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Bulanan, semesteran, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab PJ UKP
pengumpul data

III. POLI GIGI

Informed consent pada pasien yang mendapatkan tindakan

Judul Informed consent pada pasien yang mendapatkan tindakan


Dasar pemikiran Undang-undang Kesehatan
Dimensi mutu Efektifitas dan keselamatan
Tujuan Tergambarnya persetujuan/penolakan pasien untuk suatu tindakan medik sebagai
kelengkapan dalam informasi rekam medik
Definisi operasional Informed consent adalah persetujuan/ penolakan pasien terhadap suatu tindakan
medik
Jenis indikator Lembar proses
Satuan pengukuran Presentase
Numerator Jumlah tindakan yang dilakukan informed consent yang disurvei dalam 1 bulan
Denominator Jumlah semua tindakan yang disurvei dalam 1 bulan
Target capaian 100 %
Kriteria Knitena inklusi: semua Tindakan pada pasien gigi
Kriteria ekakluse: tindakan diluar pasien gigi
Formula Tindakan gigi yang dilengkapi informed consent x 100 seluruh tindakan gigi di
puskesmas Wirabangun
Metode Data sekunder
pengumpulan data
Sumber data Catatan informed consent pada RM pasien gigi yang dilakukan tindakan
Instrumen Lembar/form informed consent
pengambilan data
Besar sampel Total kegiayaan
Cara pengambilan Total sample
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Bulanan
pelaporan data
Pertanggungjawab PJ UKP
pengumpul data

IV. POLI KIA

Judul Ibu Hamil yang Mendapatkan Pelayanan ANC Sesuai Standar


Dasar pemikiran 1. Undang-Undang tentang puskesmas.
2. Peraturan Presiden mengenai RPJMN.
3. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pelayanan Kesehatan Ibu.
4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
5. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Puskesmas.
6. Hasil SUPAS 2015 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AK1) 305/100.000
kelahiran hidup (KH) sedangkan target pada RPJMN 2020-2024 adalah
183/100.000 KH dan pada akhir SDGs 2030 adalah 131/100.000 KH.
7. Jika ibu hamil mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar, maka risiko pada
kehamilan dapat sejak awal diketahui dan dilakukan tata laksana, schingga
faktor risiko dapat dikurangi agar tidak terjadi komplikasi.
8. ANC sangat penting dilakukan untuk kelangsungan hidup baik bagi ibu maupun
bayi serta bayi dapat lahir sehat, berkualitas dan tercegah dari risiko stunting.
Dimensi mutu Efektif, keselamatan, berorientasi pada pasien/pengguna layanan
Tujuan 1. Mendorong penurunan angka kematian ibu di Indonesia
2. Mendapatkan gambaran pelayanan ANC yang sesuai standar
Definisi operasional 1. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar adalah ibu hamil
yang telah bersalin serta yang mendapatkan pelayanan ANC lengkap sesuai
dengan standar kuantitas dan standar kualitas selama periode kehamilan di
wilayah kerja Puskesmas pada tahun berjalan.
2. Standar kuantitas adalah kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4)
terdiri dari:
a. 1 (satu) kali kunjungan sedini mungkin pada trimester ke-1 (satu)/ 0-12
minggu,
b. 1 (satu) kali kunjungan pada trimester ke- 2 (dua) / > 12-24 minggu, dan
c. 2 (dua) kali kunjungan pada trimester ke-3 (tiga) / 24 minggu-sampai
dengan kelahiran
3. Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10T meliputi:
a. Timbang berat badan dan tinggi badan
b. Ukur tekanan darah
c. Nilai status gizi (ukur LIA)
d. Ukur tinggi fundus uteri (setelah kehamilan 24 minggu)
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
f. Skrining status imunisasi dan berikan suntikan tetanus toksoid (TT) bila
diperlukan.
g. Beri tablet tambah darah
h. Pemeriksaan laboratorium meliputi:
1) Golongan darah
2) Kadar Hemoglobin
3) Gluko-Protein urin
4) termasuk pemeriksaan HIV
i. Tata laksana
j. Temu wicara/ konseling
4. Waktu pemeriksaan 10T mengikuti daftar pemeriksaan ANC sesuai ketentuan
yang berlaku.
5. Sasaran Indikator adalah semua ibu bersalin yang telah mendapatkan
pelayanan ANC sesuai standar pada masa kehamilan pada tahun berjalan
Jenis indikator Hasil
Satuan pengukuran Presentase
Numerator Jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ANC lengkap sesuai standar
di wilayah kerja Puskesmas pada tahun berjalan
Denominator Jumlah seluruh ibu hamil yang telah bersalin yang mendapatkan pelayanan ANC
di wilayah kerja puskesmas pada tahun berjalan
Target capaian 100 %
Kriteria Kriteria Inklusi:
Seluruh ibu hamil yang telah bersalin di wilayah kerja Puskesmas pada tahun
berjalan
Kriteria Eksklusi:
1. Ibu hamil dengan K1 bukan di trimester 1|
2. Ibu hamil yang pindah domisili (drop out)
3. Ibu hamil yang tidak menyelesaikan kehamilan (abortus)
4. Ibu hamil pindahan yang tidak memilki catatan riwayat kehamilan lengkap
5. Ibu hamil meninggal sebelum bersalin
6. Ibu hamil yang bersalin sebelum menyelesaikan K4 (premature)
Formula Jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ANC lengkap sesuai standar
di wilayah kerja Puskesmas pada tahun berjalan x 100 % Jumlah seluruh ibu
hamil yang telah bersalin yang mendapatkan pelayanan ANC di wilayah kerja
Puskesmas pada tahun berjalan
Metode Observasional retrospektif
pengumpulan data
Sumber data Kohort ibu, kartu ibu, PWS KIA, Buku Register Ibu
Instrumen Data sekunder
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Total sampel
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab PJ kesga
pengumpul data

V. POLI MTBS

Pencatatan formulir MTBS

Judul Pencatatan formulir MTBS


Dasar pemikiran Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan dan
Permenkes no. 25 tahun 2014 tentang Upaya Keschatan Anak
Dimensi mutu Kesinambungan pelayanan, efektifitas, dan keselamatan
Tujuan Untuk meningkatkan pelayanan kesehatan, pengetahuan dan keterampilan ibu
serta pengasuh anak dalam perawatan anak serta pencarian pertolongan
Kesehatan, Tergambarnya tanggung jawab petugas kesehatan dalam
kelengkapan pencatatan MTBS dalam rekam medik
Definisi operasional MTBS adalah Manajemen Terpadu Balita Sakit merupakan suatu pendekatan yang
terpadu dalam tatalaksana balita sakit dengan fokus keschatan anak usia 2 bulan
sampai 5 tahun secara menyeluruh
Jenis indikator Pencatatan Formulir MTBS
Satuan pengukuran Presentasi
Numerator Jumlah formulir MTBS yang tercatat pada pasien poli MTBS yang disurvei dalam 1
bulan
Denominator Jumlah pasien yang dilayani di poli MTBS yang disurvei dalam 1 bulan
Target capaian 90 %
Kriteria Kriteria inklusi: seluruh balita sakit yang berkunjung ke puskesmas
Formula Jumlah kunjungan balita sakit yang dicatat dalam form MTBS × 100% Jumlah
seluruh kunjungan balita sakit
Metode Observasi
pengumpulan data
Sumber data RM dan form MTBS
Instrumen Data primer
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Table
Periode analisis dan Bulanan, semesteran dan tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Penanggung jawab program kesga
pengumpul data

VI. PERSALINAN

Tersedianya Pelayanan persalinan normal oleh tenaga yang kompeten

Judul Tersedianya Pelayanan persalinan normal oleh tenaga yang kompeten


Dasar pemikiran Undang-undang no. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan
Permenkes no. 43 tahun 2019 tentang puskesmas
Permenkes no 34 tahun 2022 tentang akreditasi Persalinan yang dilakukan olch
tenaga yang kompeten sangat penting diperhatikan demi kelangsungan hidup
baik bagi ibu maupun bayi serta bayi dapat lahir sehat, berkualitas.
Dimensi mutu Kompetensi tehnis Efektif, keselamatan, Berorientasi pada Pasien/Pengguna
Layanan
Tujuan Tersedianya Pelayanan persalinan normal olch tenaga yang kompeten
Menurunkan angka kematian ibu dan balita
Definisi operasional Pemberi Pelayanan persalinan normal adalah bidan yang memiliki STR dan SIPB
aktif
Jenis indikator Hasil
Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jenis tenaga yang memberikan persalinan normal
Denominator Tidak ada
Target capaian 100 %
Kriteria Kriteria inklusi: tenaga bidan yang melkukan pelayanan persalinan
Kriteria ekslusi: tenaga bidan yang tidak melakukan pelayanan persalinan
Formula Jml Bidan memiliki STR/SIPB akuif melayan persalinan Jumlah bidan yang
melayani persalinan x 100%
Metode Observasi
pengumpulan data
Sumber data TU Kepegawaian
Instrumen Data sekunder
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Deskriptif
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Bulanan, triwulan, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Koordinator ruang bersalin, kepegawaian
pengumpul data

VII. LABORATORIUM

Pelaporan hasil kritis laboratorium

Judul Pelaporan hasil kritis laboratorium


Dasar pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan Pasien.
2. Kecepatan dan ketepatan hasil sangat penting kelanjutan kritis pelaporan
laboratorium dalam tata laksana menunjukkan kondisi pasien. Hasil kritis
pasien yang membutuhkan keputusan klinis yang segera untuk upaya
pertolongan pasien dan mencegah komplikasi akibat keterlambatan
Dimensi mutu Ketepatan waktu, keselamatan
Tujuan I. Tergambarnya kecepatan pelayanan laboratorium.
2. Tergambarnya sistem bagaimana nilai yang menunjukkan| kritis dilaporkan dan
didokumentasikan untuk menurunkan risiko keselamatan pasien.
Definisi operasional 1. Hasil kritis adalah hasil pemeriksaan yang termasuk kategori kritis sesuai
kebijakan rumah sakit dan memerlukan penatalaksanaan segera.
2. Waktu lapor hasil kritis laboratorium adalah waktu yang dibutuhkan sejak hasil
pemeriksaan keluar dan telah dibaca oleh dokter/analis yang diberi
kewenangan hingga dilaporkan hasilnya kepada dokter yang meminta
pemeriksaan.
3. Standar waktu lapor hasil kritis laboratorium adalah waktu pelaporan s 30
menit.
Jenis indikator Proses
Satuan pengukuran Presentase
Numerator Jumlah hasil kritis laboratotium yang dilaporkan ≤ 30 menit
Denominator Jumlah hasil kritis laboratotium yang di observasi
Target capaian 100 %
Kriteria Kriteria inklusi: semua hasil pemeriksaan laboratorium yang memenuhi kategori
hasil kritis
Formula Jumlah hasil kritis laboratorium yang dilaporkan ≤ 30 menit
x 100 % jumlah hasil kritis laboratorium yang diobservasi
Metode Retrospektif
pengumpulan data
Sumber data Data sekunder dari: Catatan Data Laporan Tes Kritis Laboratorium

Judul Pelaporan hasil kritis laboratorium


Instrumen Form pelaporan hasil kritis laboratorium
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Simple random sampling
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Bulanan, semesteran, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Koordinator laboratorium
pengumpul data

VIII. FARMASI

Kepatuhan penggunaan formularium nasional


Judul Kepatuhan penggunaan formularium nasional
Dasar pemikiran 1. Keputusan Menteri Keschatan mengenai Formularium
Nasional.
2. Kepatuhan terhadap formularium dapat meningkatkan efisiensi dalam
penggunaan obat-obatan.
3. Formularium puskesmas disusun berdasarkan masukan-masukan pemberi
layanan, dan pemilihannya berdasarkan kepada mutu obat, rasio risiko dan
manfaat, berbasis bukti, efektivitas dan efisiensi. Pengadaan obat-obatan di
puskesmas,mengacu pada formularium puskesmas.
Dimensi mutu Efisien dan efektifitas
Tujuan Terwujudnya pelayanan obat kepada pasien yang efektif dan efisien berdasarkan
daftar obat yang mengacu pada formularium nasional
Definisi operasional 1. Formularium Nasional merupakan daftar obat terpilih yang dibutuhkan
digunakan penulisan pada sebagai pelaksanaan acuan pelayanan kesehatan
dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan.
2. Kepatuhan Penggunaan Formularium Nasional adalah peresepan obat (R/:
recipe dalam lembar resep) oleh DPJP kepada pasien sesuai Formularium
Nasional daftar obat dalam penyelenggaraan program jaminan kesehatan
Jenis indikator Proses
Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jumlah R/ recipe dalam lembar resep yang sesuai dengan formularium nasional
Denominator Jumlah R/ recipe dalam diobservasi
Target capaian ≥ 80%
Kriteria Kriteria inklusi: resep yang dilayani
Kriteria eksklusi: 1. Obat yang diresepkan di luar Fornas tetapi dibutuhkan pasien
dan telah disetujui tim formularium puskesmas
1. Bila dalam resep terdapat obat di lur fornas karena stok obat nasional
berdasarkan e-katalog habis/ kosong
Formula Jumlah R/ recipe dalam lembar resep yang sesuai dengan formularium nasional
x 100 % Jumiah R/ recipe dalam lembar resep yang diobservasi
Metode Retrospektif
pengumpulan data
Sumber data Lembar resep di instalasi farmasi
Instrumen Formularium kepatuhan penggunaan formularium nasional
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Sampel random
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Bulanan, triwulan, semesteran, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Koordinator Farmasi
pengumpul data

IX. REKAM MEDIK

Pemberi pelayanan rekam medis

Judul Pemberi pelayanan rekam medis


Dasar pemikiran Permenkes mengenai ketenagaan di puskesmas
Dimensi mutu Keselamatan dan kesinambungan pelayanan
Tujuan Tersedianya tenaga yang kompeten dalam pelayanan rekam medis
Definisi operasional Pemberi pelayanan rekam medis adalah tenaga yang mempunyai kompetensi
sesuai yang dipersyaratkan untuk pelayanan rekam medis
Jenis indikator Income
Satuan pengukuran Indeks
Numerator Jumlah dan jenis tenaga yang bekerja di unit rekam medis
Puskesmas
Denominator Tidak ada
Target capaian Sesuai dengan permenkes
Kriteria Kriteria inklusi tenaga yang bekerja di unit rekam medis
Formula Total tenaga yang bekerja di unit RM
Metode Observasi
pengumpulan data
Sumber data Data pegawai
Instrumen Form data pegawai
pengambilan data
Besar sampel Sesuai permenkes puskesmas
Cara pengambilan Sampel total
sampel
Periode Semesteran
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Semesteran tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Koordinator rekam medis
pengumpul data

X. PELAYANAN GAWAT DARURAT

Pemberi Pelayanan Kegawatdaruratan Yang Berkompeten

Judul Pemberi Pelayanan Kegawatdaruratan Yang Berkompeten


Dasar pemikiran 1. Undang-undang praktek kedokteran
2. Undang- undang mengenai pelayanan publik
3. Permenkes tentang puskesmas
4. Peraturan mengenai akreditasi puskesmas
Dimensi mutu Kompetensi tehnis
Tujuan Tersedianya pelayanan gawat darurat oleh tenaga yang kompeten dalam bidang
kegawatdaruratan
Definisi operasional Tenaga kompeten adalah tenaga pember pelayanan gawat darurat yang sudah
memiliki sertifikat pelatihan ATLS/BTLS/ACLS/PPGD/GELS yang masih berlaku
Jenis indikator Ketenagaan/SDM
Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jumlah tenaga yang bersertifikat ATLS/BTLS/ACLS/PPGD/GELS yang masih
berlaku
Denominator Jumlah tenaga yang memberikan pelayanan kegawat daruratan
Target capaian 100 %
Kriteria Kriteria inklusi: seluruh tenaga yang memberi pelayanan di UGD
Kriteria eksklusi: tenaga kesehatan yang di pelayanan rawat jalan
Formula Jumlah nakes pelayanan UGD yg memiliki sertifikat pelatihan x 100% Jumlah
nakes pemberi pelayanan di UGD
Metode Restospektif
pengumpulan data
Sumber data Data kepegawaian
Instrumen Form pegawai puskesmas
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Berdasarkan unit pelayanan UGD
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Periode analisis dan Bulanan, tribulanan, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Koordinator UGD ranap
pengumpul data

XI. KEPUASAN PELANGGAN/PASIEN

Judul Kepuasan pelanggan/pasien


Dasar pemikiran 1. Undang-Undang mengenai pelayanan publik
2. Peraturan Menteri Puskesmas.
Dimensi mutu Kenyamanan, berorientasi kepada pasien
Tujuan Mengukur tingkat kepuasan masyarakat sebagai dasar upaya terselenggaranya
peningkatan dan pelayanan mutu unit yang mampu memberikan kepuasan
pasien.
Definisi operasional Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pasien terhadap pelayanan yang
diberikan
1. Kepuasan pasien adalah hasil pendapat dan penilaian pasien terhadap kinerja
pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Responden adalah pasien yang pada saat survei sedang berada di lokasi unit
pelayanan, atau yang pernah menerima pelayanan.
3. Besaran sampel ditentukan dengan jumlah pengunjung yang menerima
pelayanan.
4. Survei Kepuasan Pasien adalah kegiatan pengukuran secara komprehensif
tentang tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas layanan yang diberikan
oleh fasilitas pelayanan keschatan kepada pasien.
5. Unsur pelayanan adalah faktor atau aspek yang terdapat dalam
penelenggaraan pelayanan sebagai variabel penyusunan survei kepuasan
untuk mengetahui kinerja unit pelayanan.
6. Unsur survei kepuasan pasien dalam hal ini meliputi: PUAS/TIDAK PUAS
terhadap:
a. Persyaratan.
b. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur.
c. Waktu Penyelesaian.
d. Biaya/Tarif.
e. Produk Spesifikasi Jenis Pelavanan.
f. Kompetensi Pelaksana.
g. Perilaku Pelaksana.
h. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan.
i. Sarana dan prasarana.
Pada tiap-tiap unit pelayanan yang tersedia di puskesmas
7. Indeks Kepuasan adalah hasil pengukuran dari kegiatan
pengumpulan/penjumiahan koin Kepuasan.
Jenis indikator Outcome
Satuan pengukuran Indeks
Numerator Jumlah koin kepuasan pasien Gawat Darurat yang di survei (puas/ tidak puas)
Denominator Jumlah seluruh koin kepuasan pasien Gawat Darurat yang di survey (minimal
n=20)
Target capaian ≥ 76,61%
Kriteria Kriteria Inklusi: Seluruh pasien
Kriteria Eksklusi:
Pasien yang tidak kompeten dan/atau tidak ada keluarga yang mendampingi.

Formula Total jumlah koin puas/tidak puas responden


Total koin seluruh responden/pengunjung
Metode Jumlah poin kepuasan pada kotak kepuasan
pengumpulan data
Sumber data Hasil koin survei kepuasan
Instrumen Koin kepuasan
pengambilan data
Besar sampel Jumlah pengunjung
Cara pengambilan Sejumlah pengunjung yang bersedia menjadi responden
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Table
Periode analisis dan Semesteran, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Tim mutu
pengumpul data

B. PROFIL INDIKATOR MUTU NASIONAL

a. Kepatuhan kebersihan tangan

Judul Kepatuhan kebersihan tangan


Dasar pemikiran 1. Peraturan Menteri Keschatan mengenai Keselamatan Pasien:
2. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3. Puskesmas harus memperhatikan kepatuhan seluruh pemberi pelayanan dalam
melakukan kebersihan tangan sesuai dengan ketentuan WHO.
Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi layanan keschatan sebagai dasar untuk
memperbaiki dan meningkatkan kepatuhan agar dapat menjamin keselamatan
Petugas pasien /pengguna dan layanan dengan cara mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Definisi operasional 1. Kebersihan tangan dilakukan dengan mencuci tangan menggunakan sabun
dan air mengalir bila tangan tampak kotor alal menggunakan alkohol cairan
(alcohol-tubuh,based atau handrubs) dengan kandungan alkohol 60-80% bila
tangan tidak tampak kotor.
2. Kebersihan adalah tangan yang dilakukan kebersihan dengan benar tangan
sesuai indikasi dan langkah kebersihan tangan sesuai rekomendasi WHO.
3. Indikasi adalah alasan mengapa kebersihan tangan dilakukan pada saat
tertentu sebagai upaya untuk menghentikan penularan mikroba selama
perawatan.
4. Lima indikasi (five moment) kebersihan tangan terdiri
a. Sebelum kontak dengan pasien yaitu sebelum menyentuh
tubuh/permukaan tubuh pasien.
b. Sesudah kontak dengan pasien yaitu setelah menyentuh tubuh/permukaan
tubuh pasien.
c. Sebelum melakukan prosedur aseptik yaitu kebersihan tangan yang
dilakukan sebelum melakukan tindakan steril atau aseptik, seperti:
pemasangan intra vena kateter (infus), perawatan luka, pemasangan
kateter suctioning.
pemberian suntikan dan lain-lain.
d. Setelah bersentuhan dengan cairan tubuh pasien seperti muntah, darah,
nanah, urin, feses, produksi arain, setelah melepas sarung tangan steril
dan setelah melepas APD.
e. Setelah bersentuhan dengan lingkungan pasien yaitu melakukan
kebersihan tangan setelah tangan petugas menyentuh permukaan, sarana
prasarana, dan alat kesehatan yang ada di lingkungan pasien, seperti:
menyentuh tempat tidur pasien, linen yang terpasang di tempat tidur,
alat-alat di sekitar pasien atau peralatan lain yang digunakan pasien.
5. Peluang adalah periode di antara indikasi di mana tangan terpapar kuman
setelah menyentuh permukaan (lingkungan atau pasien) atau tangan
menyentuh zat yang terdapat pada permukaan.
6. Tindakan kebersihan tangan yang dilakukan adalah kebersihan tangan yang
dilakukan sesuai peluang yang dindikasikan.
7. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga kesehatan.
8. Penilaian penilaian kepatuhan kebersihan kepatuhan tangan pelayanan adalah
melakukan kebersihan tangan dengan benar.
9. Observer adalah orang yang melakukan observasi atau penilaian kepatuhan
dengan metode dan tool yang telah ditentukan.
10. Periode observasi adalah kurun waktu yang digunakan untuk
mendapatkan minimal 200 peluang kebersihan tangan di setiap unit atau
Puskesmas sesuai dengan waktu yang ditentukan untuk melakukan observasi
dalam satu bulan.
11. Sesi adalah waktu yang dibutuhkan untuk melakukan observasi maksimal
20 menit (rerata 10 menit).
12. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi adalah jumlah pemberi
pelayanan yang diobservasi dalam satu periode observasi.
13. Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi pada waktu observasi tidak
boleh lebih dari 3 orang mencatat semua indikasi dapat Kegiatan yang
dilakukan.

Jenis indikator Proses


Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan
Denominator Jumlah total peluang kebersihan tangan yang scharusnya dilakukan dalam
periode observasi
Target capaian ≥ 85%
Kriteria Kriteria Inklusi: Seluruh peluang yang dimiliki oleh pemberi pelayanan terindikasi
harus melakukan kebersihan tangan
Kriteria Eksklusi: Tidak ada
Formula Jumlah tindakan kebersihan tangan yang dilakukan × 100 %
Jumlah total peluang kebersihan tangan yang seharusnya dilakukan dalam
periode observasi
Metode Observasi
pengumpulan data
Sumber data Hasil observasi
Instrumen Formulir kepatuhan kebersihan tangan
pengambilan data
Besar sampel Minimal 200 peluang
Cara pengambilan Non probability Sampling - Consecutive sampling
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data f Tabel
f Run chart
Periode analisis dan Bulanan, triwulanan, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Penanggungjawab mutu
pengumpul data
b. Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD)

Judul Kepatuhan penggunaan alat pelindung diri (APD)


Dasar pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan Pasien.
2. Peraturan Menteri Keschatan mengenai Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
Di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
3. Keputusan Menteri Kesehatan mengenal penanggulangan penyakit yang dapat
Menimbulkan wabah atau kedaruratan kesehatan masyarakat.
4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenal Keselamatan dan Keschatan Kerja di
Pasiltas Pelayanan Kesehatan.
5. Pedoman Teknis Pencegahan dan Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan
Tingkat Pertama.
6. Petunjuk Teknis Alat Pelindung Diri (APD).Puskesmas harus memperhatikan
kepatuhan pemberi pelayanan dalam menggunakan APD sesuai dengan
prosedur.
Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan 1. Mengukur kepatuhan petugas Puskesmas dalam menggunakan APD.
2. Menjamin keselamatan petugas dan pengguna layanan dengan cara
mengurangi risiko infeksi.
Definisi operasional 1. Alat pelindung diri (APD) adalah perangkat alat yang dirancang sebagai
penghalang terhadap penetrasi zat, partikel padat, cair, atau udara untuk
melindungi pemakainya dari cedera atau transmisi infeksi atau penyakit.
2. Kepatuhan APD adalah petugas dalam menggunakan APD kepatuhan dengan
sesuai dengan indikasi ketika melakukan tindakan yang memungkinkan tubuh
atau membran mukosa terkena atau terpercik darah atau cairan tubuh atau
cairan infeksius lainnya berdasarkan transmisi (kontak, droplet dan airborne).
3. Penilaian kepatuhan penggunaan APD adalah penilaian petugas dalam
menggunakan APD sesuai indikasi dengan tepat saat memberikan pelayanan
kesehatan Pada periode observasi.
4. Petugas adalah seluruh tenaga yang terindikasi menggunakan APD, contoh
dokter, dokter gigi, bidan, perawat, petugas laboratorium.
5. Observer adalah orang yang melakukan observasi atau penilaian kepatuhan
dengan metode dan toof yang telah ditentukan.
6. Periode observasi adalah waktu yang ditentukan sebagai periode yang
ditetapkan dalam proses observasi penilaian kepatuhan.
Jenis indikator Proses
Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jumlah petugas yang patuh menggunakan APD sesuai indikasi dalam periode
observasi
Denominator Jumlah seluruh petugas yang terindikasi menggunakan APD dalam periode
observasi
Target capaian 100%
Kriteria Kriteria Inklusi: Semua petugas yang menggunakan APD
Kriteria Eksklusi: Tidak ada
Formula Jumlah petugas yang patuh APD sesuai indikasi dalam periode observasi ×100%
Jumlah seluruh petugas yang terindikasi menggunakan APD dalam periode
observasi
Metode Observasi
pengumpulan data
Sumber data Hasil observasi
Instrumen Formulir Observasi Kepatuhan Penggunaan APD
pengambilan data
Besar sampel 1. Total sampel (apabila jumiah populasi ≤ 30)
2. Rumus Slovin (apabila jumlah populasi > 30)
Cara pengambilan Non Probability Sampling - Consecutive Sampling
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Run chart
Periode analisis dan Bulanan, triwulanan, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Penanggungjawab mutu
pengumpul data

c. Kepatuhan identifikasi pasien

Judul Kepatuhan identifikasi pasien


Dasar pemikiran 1. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Keselamatan Pasien.
2. Ketepatan identifikasi menjadi sangat penting untuk menjamin keselamatan
pasien selama proses pelayanan dan mencegah insiden keselamatan pasien.
3. Untuk menjamin ketepatan identifikasi pasien maka diperlukan indikator yang
mengukur dan memonitor tingkat kepatuhan pemberi pelayanan dalam
melakukan proses identifikasi. Dengan adanya indikator tersebut pemberi
pelayanan akan diharapkan menjadikan identifikasi sebagai proses rutin dalam
proses pelayanan.
Dimensi mutu Keselamatan
Tujuan Mengukur kepatuhan pemberi pelayanan melakukan identifikasi pasien dalam
melakukan tindakan pelayanan
Definisi operasional 1. Pemberi pelayanan terdiri dari tenaga medis dan tenaga kesehatan.
2. Identifikasi pasien secara benar adalah proses Identifikasi dilakukan pelayanan
dengan menunakin penal penanda identitas seperti: nama lengkap, tanggal
lahir, nomor rekam medik, NIK sesuai dengan yang ditetapkan di Puskesmas.
3. Identifikasi dilakukan dengan cara visual (melihat) dan atau verbal (lisan).
4. Pemberi pelayanan melakukan identifikasi pasien secara benar pada setiap
keadaan terkait tindakan intervensi pasien seperti:
a. Pemberian pengobatan:pemberian obat, pemberian cairan intravena.
b. Prosedur tindakan: imunisasi,pencabutan gigi, pemasangan kontrasepsi,
persalinan, dan alat tindakankegawatdaruratan.
c. Prosedur diagnostik: pengambilan sampel.
5. Identifikasi pasien dianggap benar jika pemberi pelayanan melakukan
identifikasi seluruh dilakukan tindakan intervensi yang dengan benar.
Jenis indikator Proses
Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jumiah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar
dalam periode observasi.
Denominator Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi dalam periode observasi.
Target capaian 100 %
Kriteria Kriteria Inklusi: Semua pemberi pelayanan yang memberikan pelayanan
kesehatan.
Kriteria Eksklusi:Tidak ada
Formula Jumlah pemberi pelayanan yang melakukan identifikasi pasien secara benar
dalam periode observasi x 100% Jumlah pemberi pelayanan yang diobservasi
dalam periode observasi
Metode Observasi
pengumpulan data
Sumber data Hasil Observasi
Instrumen Formulir Observasi Kepatuhan Identifikasi Pasien
pengambilan data
Besar sampel 1. Total sampel (apabila jumlah populasi s 30)
2. Rumus Siovin (apabila jumlah populasi > 30)
Cara pengambilan Non Probability Sampling - Consecutive Sampling
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data Tabel
Run chart
Periode analisis dan Bulanan, triwulanan, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Penanggungjawab mutu
pengumpul data

d. Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis (TB) Semua Kasus Sensitif Obat (SO)

Judul Keberhasilan Pengobatan Pasien Tuberkulosis (TB) Semua Kasus Sensitif Obat
(SO)
Dasar pemikiran 1. Peraturan Presiden mengenai RPJMN.
2. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Penanggulangan Tuberkulosis.
3. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Puskesmas.
4. Angka keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus minimal 90% dengan
memperhatikan upaya penurunan angka putus berobat, gagal, meninggal dan
pasien tidak dilakukan evaluasi.
Dimensi mutu Efisien, Efektif, Tepat Waktu
Tujuan Untuk mengetahui jumlah keberhasilan pengobatan pasien TB semua kasus
sensitif obat dan mengurangi angka penularan penyakit TB
Definisi operasional a. Tuberkulosis yang selanjutnya disingkat TB adalah penyakit menular Yang
disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang paru
dan organ lainnya.
b. TB Sensitif Obat (SO) adalah penderita TB yang berdasarkan hasil
pemeriksaan bakteriologis atau Tes Cepat Molekuler (TCM) menunjukkan
hasil masih sensitif terhadap Obat Anti Tuberculosis (OAT) lini 1 (pertama).
c. OAT lini 1 adalah obat anti tuberculosis yang terdiri dari Isoniazid (H),
Rifampisin (R), Pirazinamid Etambutol (E) dan Streptomisin (S).
d. Keberhasilan pengobatan pasien TB adalah angka yang menunjukkan
persentase semua pasien yang sembuh dan pengobatan lengkap di antara
semua pasien TB yang diobati dan dilaporkan sesual dengan periodisasi
waktu pengobatan ТВ. Angka ini merupakan penjumlahan dari angka
kesembuhan semua kasus dan angka pengobatan lengkap semua kasus yang
menggambarkan kualitas pengobatan TB.
e. Sembuh adalah pasien TB paru dengan hasil Pemeriksaan bakteriologis
positif pada awal pengobatan yang hasil pemeriksaan bakteriologis pada
akhir pengobatan menjadi negatif dan pada salah satu pemeriksaan
sebelumnya.
f. Pengobatan lengkap adalah pasien TB yang telah menyelesaikan pengobatan
secara lengkap di mana pada salah Satu pengobatan pemeriksaan sebelum
akhir hasilnya negatif dan di akhir pengobatan tidak ada bukti hasil
pemeriksaan bakteriologis (tidak dilakukan bakteriologis di akhir
pengobatan).
g. Upaya peningkatan mutu keberhasilan pengobatan pasien TB dilihat menurut
alur pengobatan mulai dari pasien dinyatakan positif sebagai pasien TB
berdasarkan hasil pemeriksaan baktenologis atau TCM sampai dengan
dinyatakan sembuh dan pengobatan lengkap.
h. Upaya peningkatan mutu tersebut meliputi:
 Pemeriksaan dahak yang tepat dan benar dengan hasil terdokumentasi.
 Pelaksanaan Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) TB kepada pasien TB
dan keluarga, pembuatan kesepakatan pasien dalam menjalankan
pengobatan TB termasuk penunjukan Pengawas Minum Obat (PMO).
 Pemberian regimen dan dosis obat yang
 Pemantauan kemajuan pengobatan termasuk penanganan efek samping
obat.
i. Pencatatan rekam medis (medical record) secara lengkap dan benar di setiap
tahapan pengobatan
Jenis indikator Hasil
Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jumlah semua pasien TB SO yang sembuh dan pengobatan lengkap pada tahun
berjalan di wilayah kerja Puskesmas
Denominator Jumlah semua kasus TB SO yang diobati pada tahun berjalan di wilayah kerja
Puskesmas
Target capaian 90 %
Kriteria Kriteria Inklusi:
Semua pasien TB SO yang dinvatakan sembuh dan menjalani pengobatan secara
lengkap di wilayah kerja Puskesmas pada tahun berjalan.
Kriteria Eksklusi:
1. Pasien TB pindahan yang tidak dilengkapi dengan TB.09 dan hasil pengobatan
pasien TB pindahan dengan TB.10
2. Pasien TB dengan hasil positif pada bulan ke 5 atau bulan ke 6
3. Pasien TB meninggal sebelum berakhir masa pengobatan
Formula Jumlah semua pasien TB SO yang sembuh dan pengobatan lengkap pada tahun
berjalan di wilayah kerja Puskesmas x 100 % Jumlah semua kasus TB SO yang
diobati pada tahun berjalan di wilayah kerja
Metode Retrospektif
pengumpulan data
Sumber data Formulir TB/Sistem Informasi TB (SITB)
Instrumen Data sekunder
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Total sampel
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data f tabel
f Run chart
Periode analisis dan Triwulanan, semesteran, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Penanggungjawab program TB
pengumpul data
e. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar

Judul Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan Ante Natal Care (ANC) sesuai standar
Dasar pemikiran 1. Peraturan Presiden mengenai RPJMN.
2. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Pelayanan Kesehatan Ibu.
3. Peraturan Menteri Kesehatan mengenal Standar Pelayanan Minimal Bidang
Kesehatan.
4. Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Puskesmas.
5. Hasil SUPAS 2015 menyebutkan Angka Kematian Ibu (AKI) 305/100.000
kelahiran hidup sedangkan target pada RPJMN 2020-2024 adalah 183/100.000
KH dan pada akhir SDGs 2030 adalah 131/100.000 KH.
6. Jika ibu hamil mendapatkan pelayanan ANC sesuai standar, maka risiko pada
kehamilan dapat sejak awal diketahui dan dilakukan tata laksana, schingga
faktor risiko dapat dikurangi agar tidak terjadi komplikasi.
7. ANC sangat penting dilakukan untuk kelangsungan hidup baik bagi ibu maupun
bayi serta bayi dapat lahir sehat, berkualitas dan tercegah dari risiko stunting.
Dimensi mutu Efektif, Keselamatan, Berorientasi pada Pasien/Pengguna Layanan
Tujuan 1. Mendorong penurunan angka kematian ibu di Indonesia
2. Mendapatkan gambaran pelayanan ANC yang Dipindai dengan CamScanner
sesuai standar
Definisi operasional 1. Ibu hamil yang mendapatkan pelayanan ANC sesual standar adalah ibu hamil
yang telah bersalin serta yang mendapatkan pelayanan ANC lengkap sesuai
dengan standar kuantitas dan standar kualitas selama periode kehamilan di
wilayah kerja Puskesmas pada tahun berjalan.
2. Standar kuantitas adalah kunjungan 4 kali selama periode kehamilan (K4)
terdiri dari :
a. 1 (satu) kali kunjungan sedini mungkin pada trimester ke-1 (satu)/ 0-12
minggu,
b. 1 (satu) kali kunjungan pada trimester ke- 2 (dua)/ > 12-24 minggu, dan
c. 2 (dua) kali kunjungan pada trimester ke-3 (tiga)/ 24 minggu-sampai
dengan kelahiran
3. Standar kualitas yaitu pelayanan antenatal yang memenuhi 10T meliputi:
a. Timbang berat badan dan tinggi badan
b. Ukur tekanan darah c.
c. Nilai status gizi (ukur LILA)
d. Ukur tinggi fundus uteri (setelah kehamilan 24 minggu)
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin
f. Skrining status imunisasi dan berikan suntikan tetanus toksoid (TT) bila
diperlukan.
g. Beri tablet tambah darah
h. Pemeriksaan laboratorium meliputi:
1) Golongan darah
2) Kadar Hemoglobin
3) Gluko-Protein urin
4) termasuk pemeriksaan HIV
i. Tata laksana
j. Temu wicara/ konseling
4. Waktu pemeriksaan 10T mengikuti daftar pemeriksaan ANC sesuai ketentuan
yang berlaku.
5. Sasaran Indikator adalah semua ibu bersalin yang telah mendapatkan
pelayanan ANC standar pada masa kehamilan pada tahun berjalan.
Jenis indikator Hasil
Satuan pengukuran Persentase
Numerator Jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ANC lengkap sesuai standar
di wilayah kerja Puskesmas pada tahun berjalan
Denominator Jumlah seluruh ibu hamil yang telah bersalin yang mendapatkan pelayanan ANC
di wilayah kerja puskesmas pada tahun berjalan
Target capaian 100 %
Kriteria Kriteria Inklusi:
Seluruh ibu hamil yang telah bersalin di wilayah kerja Puskesmas pada tahun
berjalan
Kriteria Eksklusi:
1. Ibu hamil dengan K1 bukan di trimester 1
2. Ibu hamil yang pindah domisili (drop out)
3. Ibu hamil yang tidak menyelesaikan masa kehamilan (abortus)
4. Ibu hamil riwayat kehamilan lengkap pindahan yang tidak memiliki catatan
5. Ibu hamil meninggal sebelum bersalin
6. Ibu hamil yang bersalin menyelesaikan K4 (premature)
Formula Jumlah ibu hamil yang telah mendapatkan pelayanan ANC lengkap sesuai standar
di wilayah kerja Puskesmas pada tahun berjalan x 100 % Jumlah seluruh ibu
hamil yang telah bersalin yang mendapatkan pelayanan ANC di wilayah kerja
Puskesmas pada tahun berjalan
Metode Obsevasional retrospektif
pengumpulan data
Sumber data 1. Kohort Ibu, Kartu Ibu, PWS KIA, Buku Register Ibu
2. e-Kohort
Instrumen Data sekunder
pengambilan data
Besar sampel Total sampel
Cara pengambilan Total sampel
sampel
Periode Bulanan
pengumpulan data
Penyajian data f tabel
f run chart
Periode analisis dan Bulanan, triwulanan, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Penanggungjawab program KIA
pengumpul data

f. Kepuasan pasien

Judul Kepuasan pasien


Dasar pemikiran Undang-Undang mengenai pelayanan publik
Peraturan Menteri Reformasi Birokrasi mengenal Pedoman Fenyusuman Survei
Pendayagunaan Aparatur Negara
Kepuasan Masyarakat Unit Penyelenggara Pelayanan Publik
Peraturan Menteri Kesehatan mengenai Puskesmas
Dimensi mutu Berorientasi kepada pasien
Tujuan Mengukur tingkat kepuasan masyarakat sebagai dasar upaya peningkatan mutu
dan terselenggaranya pelayanan di unit yang mampu memberikan kepuasan
pasien.
Definisi operasional 1. Kepuasan pasien adalah hasil pendapat dan penilaian pasien terhadap kinerja
pelayanan yang diberikan oleh fasilitas pelayanan kesehatan.
2. Responden adalah pasien yang pada saat survei sedang berada di lokasi unit
pelayanan, atau yang pernah menerima pelayanan.
3. Besaran sampel ditentukan dengan menggunakan sampel dari Krejcie dan
Morgan.
4. Survei Kepuasan Pasien adalah kegiatan pengukuran secara komprehensif
tentang tingkat kepuasan pasien terhadap kualitas layanan yang diberikan oleh
fasilitas pelayanan kesehatan kepada pasien.
5. Unsur pelayanan adalah faktor atau aspek yang terdapat dalam
penyelenggaraan pelayanan sebagai variabel penyusunan survei kepuasan
untuk mengetahui kinerja unit pelayanan.
6. Unsur survei kepuasan pasien dalam peraturan ini meliputi:
a. Persyaratan.
b. Sistem, Mekanisme, dan Prosedur.
c. Waktu Penyelesaian.
d. Biaya/Tarif.
e. Produk Spesifikasi Jenis Pelayanan.
f. Kompetensi Pelaksana.
g. Perilaku Pelaksana.
h. Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan.
i. Sarana dan prasarana.
7. Indeks Kepuasan adalah hasil pengukuran dari kegiatan Survei Kepuasan
berupa angka
Jenis indikator Outcome
Satuan pengukuran Indeks
Numerator Tidak ada
Denominator Tidak ada
Target capaian ≥ 76.61
Kriteria Kriteria Inklusi:
Seluruh pasien
Kriteria Eksklusi:
Pasien yang tidak kompeten dalam mengisi kuesioner dan/atau tidak ada
keluarga yang mendampingi
Formula Total nilai persepsi seluruh responden x 25 Total unsur yang terisi dari seluruh
responden
Metode Survei
pengumpulan data
Sumber data Hasil survei
Instrumen Kuisioner
pengambilan data
Besar sampel Sesuai tabel sampel krejcie dan morgan
Cara pengambilan Stratified random sampling
sampel
Periode Semesteran
pengumpulan data
Penyajian data f tabel
f run chart
Periode analisis dan Semesteran, tahunan
pelaporan data
Pertanggungjawab Penanggungjawab mutu
pengumpul data

Anda mungkin juga menyukai