Anda di halaman 1dari 16

Unsur Output

1. Efisiensi Ruang Rawat

Kajian Teori

Efisien pelayanan meliputi 4 indikator mutu pelayanan kesehatan yang meliputi

(BOR, LOSE, TOI, BTO)

a) BOR (Bed Occupancy Rate) merupakan indikator untuk menilai seberapa

efektivitas pemakaian tempat tidur yang ada di suatu ruangan atau rumah

sakitdalam jangka waktu tertentu. Standar nasional untuk RSU dalam 1 tahun

adala sekitar (60-85%)

BOR = Jumlah hari perawatan x 100%


Jumlah TT x hari perawatan

b) LOS (Length Of Stay), adalah efisiensi yang menunjukkan lama waktu


pasien tinggal. Semakin pendek Length of Stay pasien semakin baik, menurut
standart yang baik adalah sekitar 7-10 hari.

LOS = Lama hari perawatan x 100%


Jumlah pasien keluar hidup atau mati

c) TOI (Turn Over Internal), merupakan indikator mutu pelayanan keperawatan


yang menunjukkan rata-rata tempat tidur kosong atau waktu antara tempat
tidur ditinggalkan pasien sampai diisi kembali. Standart nasional adalah 1–3
hari.
TOI = Jumlah hari rawat x 100%
Jumlah tempat tidur

d) BTO (Bed Turn Over), merupakan indikator yang menunjukkan pemakaian


tempat tidur di suatu rumah sakit dalam satu satuan waktu. Standar nasional
BTO adalah 5–45 kali. Semakin banyak BTO di suatu rumah sakit akan lebih
baik.

BTO= Jumlah pasien keluar


Jumlah tempat tidur

Kajian Data

Indikator Efisiensi Ruang Rawat Di Ruang A RS X


Tahun 2019

No. Indikator Standar DEPKES


1 BOR 60-85%
2 LOS 7-10%
3 TOI 1-3 Hari
4 BTO 5-45 Kali

Indikator Efisiensi Ruang Rawat Di Ruang A RS X


Bulan Januari – Desember 2019
No Bulan Tahun Indikator
BOR LOS TOI BTO
1 Januari 2019 65,1 1,9 1,1 10,5
2 Februari 2019 64,7 1 0,9 10,5
3 Maret 2019 67,9 2 0,9 10,5
4 April 2019 60,4 1,7 1,1 10,6
5 Mei 2019 49,8 1,9 1,9 8,1
6 Juni 2019 53,1 1,9 1,7 8,2
7 Juli 2019 49,0 1,7 1,7 8,8
8 Agustus 2019 58,4 1,6 1,1 10,9
9 September 2019 64,2 1,7 0,9 10,9
10 Oktober 2019 67,3 1,8 0,9 11,0
11 November 2019 63,3 1,7 1 10,9
12 Desember 2019 60,2 1,9 1,3 9,4
Jumlah 723,4 20,8 14,5 120,3
Rata-rata pertahun 60,3 1,8 1,2 10
Standar 60 - 85 7 - 10 1-3 5 - 45
1. BOR di ruang A RS X selama satu tahun terakhir pada tahun 2019 yaitu : 60,3 %

jika dibandingkan dengan standar maka dapat disimpulkan BOR dalam kategori

baik (memenuhi standar : 60-85%)

2. LOS di ruang A RS X selama satu tahun terakhir pada tahun 2019 yaitu : 1,8 %

standar ketentuan hari maka dapat disimpulkan bahwa lama rata-rata hari perawatan

dalam kategori cukup (standar: 7-10 %)

3. TOI di ruang A RS X selama satu tahun terakhir pada tahun 2019 yaitu : 1,2

hari jika dibulatkan menjadi satu hari, bila dibandingkan dengan standar RS yaitu 1-

3 hari, maka disimpulkan bahwa mutu pelayanan RS menunjukkan rata-rata tempat

tidur kosong atau waktu antara tempat tidur ditinggalkan pasien sampai diisi

kembali masuk dalam kategori cukup.

4. BTO di ruang A RS X selama satu tahun terakhir pada tahun 2019 adalah 10 kali

bila dibandingkan dengan standar nasional RS yaitu dalam satu tahun terakhir

masuk dalam kategori baik karena memenuhi standar yang sudah ditentukan.
2. Mutu Asuhan Keperawatan

a) Kajian Instrumen A

Kajian Teori
Asuhan keperawatan adalah rangkaian kegiatan pada praktek keperawatan
yang diberikan secara langsung kepada pasien diberbagai tatanan pelayanan
kesehatan.
Mutu asuhan keperawatan yang merupakan hasil dari kegiatan asuhan
keperawatan adalah terjadinya penetapan standar asuhan keperawatan yang
dilakukan oleh perawat berdasarkan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan,
tindakan, dan evaluasi.
Keberhasilan suatu asuhan keperawatan kepada klien sangat ditentukan
oleh pemilihan metode pemberian asuhan keperawatan yang profesional.
Dengan semakin meningkatnya kebutuhan masyarakat akan pelayanan
keperawatan dan tuntutan perkembangan IPTEK, maka metode sistem
pemberian asuhan keperawatan harus efektif dan efisien.
Komponen dokumentasi keperawatan:
1) Pengkajian: meliputi pengumpulan data, pengorganiasaian data.
pengumpulan data dari hasil wawancara, observasi pemeriksaan fisik dan
penunjang.
2) Diagnosa keperawatan: menggambarkan masalah pasien baik actual
maupun potensial berdasarkan hasil pengkajian data.
3) Rencana keperawatan: menentukan prioritas, tujuan, kemungkinan
pemecahan, metode pendekatan pemecahan masalah.
4) Implementasi: pemberian tindakan keperawatan, aktifitas
keperawatan.
5) Evaluasi: memeriksa kembali hasil pengkajian awal dan intervensi
awal untuk mengidentifikasi masalah dan rencana keperawatan pasien termasuk
strategi keperawatan yang telah diberikan untuk memecahkan masalah pasien
Kajian Data

Tabel 01. Nilai rata – rata instrumen A Di Ruang A RS X Tahun 2020


No Aspek yang Hasil % Keterangan
dinilai
1 Pengkajian 56,66%Aspek pengkajian yang dilakukan masuk
(cukup)
pada kategori cukup (56,66%), dan
masih terdapat 43,33% pencatatan data
yang belum dilakukan perawatan
ruangan
2 Diagnosa 50% Diagnosa keperawatan yang
(kurang) dimunculkan
Dikategorikan kurang (50%). Sebanyak
50% pengkajian belum merumuskan
diagnosa keperawatan berdasarkan
masalah keperawatan yang ditegakkan.
Ada beberapa diagnosa yang belum
mencantumkan tentang masalah
psikososial dan belum mencakup
masalah tentang kurangnya pengetahuan
klien.
3 Perencanaan 100% Rencana asuhan keperawatan yang
(baik) dibuat termasuk dalam kategori baik
(100%). pelaksanaan tindakan
keperawatan sudah sesuai dengan
rencana yang ada menyangkut bio-psiko-
sosio-spritual klien.
4 Implementasi 60% Implementasi rencana asuhan
(Cukup) keperawatan yang telah dilakukan
termasuk dalam kategori cukup (60%),
dan sebanyak 40% implemantasi yang
tidak dilakukan oleh perawat diruangan
yaitu tidak mendokumentasikan tindakan
pendidikan kesehatan serta tidak
mencantumkan respon pasien terhadap
tindakan asuhan keperawatan yang telah
dilakukan.
5 Observasi 83,33% Observasi dalam tindakan keperawatan
(baik) termasuk dalam kategori baik (83,33%),
sebanyak 16,67% observasi tindakan
belum berdasarkan dengan tujuan yang
dicantumkan seperti diagnosis
keperawatan yang sudah teratasi terlihat
dalam dokumentasi, perawat tidak
mencantumkan itu dalam dokumentasi
6 Catatan Asuhan 60% Catatan asuhan keperawatan termasuk
Keperawatan (cukup) dalam kategori cukup (60%) dan 40%
Pencatatan tidak dilakukan sesuai
dengan tindakan yang dilaksanakan serta
pencatatan tidak ditulis dengan jelas,
ringkas, istilah yang baku dan benar .
Analisa Data :

Berdasarkan tabel evaluasi asuhan keperawatan dengan instrument A diketahui

bahwa nilai rata-rata asuhan keperawatan di Ruang A RS X yaitu 68,3 %. Nilai

rata rata tersebut tergolong dalam kategori Cukup menurut Arikunto (2006). Hasil

evaluasi yang telah dilakukan menunjukkan pengkajian yang ada di ruang A

termasuk dalam kategori cukup dan penulisan komponen asuhan keperawatan

belum dilakukan oleh perawat yaitu sekitar 32 % . Hasil yang didapatkan ini masuk

dalam kategori cukup (55-75%) menurut Arikanto (2006), ini artinya ruangan harus

meningkatkan lagi dalam hal kelengkapan isi rekam medis pasien, terutama data

psikososio-spiritual klien dan kelengkapan data yang dilakukan dalam waktu 24

jam setelah klien masuk.

Diagnosa menggambarkan masalah pasien baik actual, risiko maupun potensial

berdasarkan hasil pengajian data. Diagnose dirumuskan berdasarkan data status

kesehatan pasien, dianalisa, dibandingkan dengan fungsi normal kehidupan pasien.

Diagnosis keperawatan yang tepat berdasarkan NANDA yang berhubungan dengan

faktor berhubungan (etiologi) dan sesuai batasan karakteristik (tanda dan gejala)

(Herdman, 2011). Hasil observasi dokumentasi keperawatan didapatkan dalam

diagnosa keperawatan belum mencerminkan tentang masalah psikososial dan

mencakup masalah tentang kurangnya pengetahuan klien dan keluarga.

Perencanaan keperawatan sebagai pengembangan strategi desain untuk

mencegah, mengurangi, atau mengoreksi masalah yang telah diidentifikasi pada

diagnosis keperawatan (Iyer, dkk, 1996 Cit Nursalam 2011). Perencanaan

keperawatan di ruang A RS X tergolong baik, pelaksanaan tindakan keperawatan

sudah sesuai dengan rencana yang ada menyangkut bio-psiko-sosio-spritual klien.

Perawat mengimplementasikan tindakan yang diidentifikasi dalam rencana


asuhan keperawatan. Pelaksanaan tindakan keperawatan harus sesuai dengan

rencana yang ada menyangkut bio-psiko-sosio-spiritual pasien (Nursalam, 2011).

Dalam pelaksanaan tindakan keperawatan di Ruang A RS X tergolong dalam

kategori cukup (60%) karena ada beberapa tindakan yang tidak dilakukan oleh

beberapa perawat ruangan yaitu perawat tidak mendokumentasikan tindakan

pendidikan kesehatan serta tidak mencantumkan respon pasien terhadap tindakan

asuhan keperawatan yang telah dilakukan.

Dalam melakukan evaluasi perawat seharusnya memiliki pengetahuan dan

kemampuan dalam memahami respons terhadap intervensi keperawatan, kemampuan

menggambarkan kesimpulan tentang tujuan yang dicapai serta kemampuan dalam

tindakan keperawatan pada kriteria hasil (Nursalam, 2012). Dalam evalusi sudah

mengandung unsur SOAP dan setiap evaluasi sudah ditulis tetapi belum menunjukkan

bahwa masalah keperawatan yang sudah di berikan tindakan teratasi atau belum.
b) Kajian Instrumen B

1) Persepsi Kepuasan Pasien

Salah satu indikator mutu asuhan keperawatan adalah dilihat dari persepsi

klien tentang mutu asuhan keperawatan yang diberikan dan untuk mengevaluasi

hal ini juga diperlukan suatu instrumen yang baku. Instrumen yang digunakan

dalam mengetahui mutu yaitu Instrumen B, Menurut Depkes RI.

Kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan rumah sakit.

Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, manajemen rumah sakit, dapat

melakukan peningkatan mutu pelayanan. Presentase pasien yang menyatakan

puas terhadap pelayanan berdasarkan terhadap hasil survey dengan instrument

yang baku (indicator kerja Rumah sakit, Depker RI Tahun 2005 : 31 dalam

Nursalam, 2016).

Tabel 02. Instrumen Evaluasi Hasil Mutu Asuhan Keperawatan :

Berdasarkan Persepsi Pasien Terhadap Mutu Pelayanan Ruang A RS X


No Krieria (n)=6
Ya % Tidak %
(1) (0)
1 Apakah perawat selalu 4 2,6% 2 1,3%
memperkenalkan diri
2 Apakah perawat melarang anda / 5 3,3% 1 0,6%
pengunjung merokok di ruangan
3 Apakah perawat selalu 4 2,6% 2 1,3%
menanyakan bagaimana pantagan
dalam hal makanan anda /keluarga
anda
4 Apakah perawat pernah 6 4% 0 0%
menanyakan pantangan dalam hal
makanan anda/keluarga anda
5. Apakah perawat menanyakan 3 2% 3 2%
memperhatikan berapa jumlah
makanan dan minuman yang biasa
anda /keluarga anda habiskan
6. Apabila anda / keluarga anda tidak 0 0% 6 4%
mampu makan sendiri apakah
perawat membantu menyuapinya
7. Pada saat anda/keluarga anda 0 0% 6 4%
dipasang infus, apakah perawat
selalu memeriksa cairan/tetesanya
dan area sekitar pemasangan
jarum infus
8. Apabila anda /keluarga anda 4 2,6% 2 1,3%
mengalami kesulitan buang air
besar apakah perawat
menganjurkan makan buah-
buahan, sayuran, minum yang
cukup, banyak bergerak.
9. Pada saat perawat membantu 6 4% 0 0%
anda/keluarga anda waktu buang
air besar-buang air kecil, apakah
perawat memasang
sampiran/selimut. Menutup
jendela/pintu, mempersilahkan
pengunjung keluar ruangan.
10. Apakah ruangan tidur 6 4% 0 0%
anda/keluarga anda selalu dijaga
kebersihannya dengan disapu dan
diapel setiap hari
11. Apakah lantai amar mandi/ WC 6 4% 0 0%
Analisa Data :

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa nilai dari data primer, persepsi klien

terhadap mutu pelayanan di ruang A RS X didapatkan nilai 71,7% yang berarti

masuk dalam kategori Cukup. Nilai cukup (55-75%) seperti yang dikemukakan

oleh Arikunto (2006). Hal ini disebabkan karena ada beberapa perawat di Ruang A

RS X yang belum melakukan pelayanan sesuai dengan poin yang telah ditentukan.

Menurut Nursalam (2016), menyatakan bahwa kepuasan pasien berhubungan

dengan mutu pelayanan rumah sakit. Masih terdapat mutu pelayanan yang perlu

diperhatikan dan ditingkatkan seperti memenuhi kebutuhan dasar mandi, makan,

menggosok gigi, mengganti pakaian, menyisir rambut klien dan cairan/tetesan infus

serta memeriksa area sekitar pemasangan infus dan pasien yang membutuhkan

penanganan khusus.

2) Kepuasan Kerja Perawat

Salah satu sumber daya manusia yang memiliki peran vital dalam

memberikan pelayanan di rumah sakit adalah perawat yang merupakan jumlah

terbesar dari seluruh petugas kesehatan. Hal yang perlu diperhatikan dalam

pemeliharaan hubungan tersebut adalah mengenai kepuasan kerja yang

merupakan bagian dari banyak faktor yang dapat mempengaruhi produktifitas

seorang karyawan. Kepuasan kerja mencerminkan perasaan seseorang terhadap

pekerjannya dari segala sesuatu yang dihadapi di lingkungan kerjanya (Harapan,

2004 dalam Argapati dkk (2013). Perawat yang merasa puas dalam pekerjaannya

akan memberikan pelayanan lebih baik dan bermutu kepada pasien rumah sakit

sehingga kepuasan pasien dan keluarga pasien juga terpenuhi, yang pada akhirnya

meningkatkan citra dan pendapatan rumah sakit (Crose, 1999) dalam Argapati

dkk (2013).
Pengukuran kepuasan kerja tenaga perawat tidak hanya penting untuk

mengetahui kinerja rumah sakit terutama bidang ketenagaannya, tetapi juga untuk

menentukan strategi manajemen dimasa mendatang. Hal ini menunjukan betapa

pentingnya kepuasan kerja perawat untuk kemajuan rumah sakit kedepannya.

Misalnya, seorang perawat yang merasa tidak puas dalam melakukan

pekerjaannya akan sering mangkir dalam bekerja. Tingkat kehadiran ini dapat

menyebabkan beban kerja perawat yang lain meningkat. Ketika beban kerja

perawat meningkat, maka hasil kerja perawat tersebut menjadi tidak maksimal,

sehingga dapat mempengaruhi kinerja organisasi, dan kinerja rumah sakit. Oleh

karena itu, pandangan dan juga perasaan perawat terhadap pekerjaannya harus

tetap terjaga pada sisi positif.

Tabel 02. Observasi Kepuasan Kerja Perawat

Aplikasi Kebutuahn A Maslow Nursalam Di Ruang A RS X (n=13)


No Pertanyaan Puas Tidak
Puas
1 Jumlah gaji yang diterima 0 13
dibandingkan pekerjaan yang saudara
lakukan
2 Sistem penggajian yang dilakukan 1 12
institusi tempat saudara bekerja
3 Jumlah gaji yang diterima 0 13
dibandingkan dengan pendidikan
saudara
4 Pembagian insentif tambahan atau 0 13
sesuai prestasi atau pekerjaan ekstra
5 Tersedianya peralatan dan 13 0
perlengkapan yang mendukung
pekerjaan
6 Tersedianya fasilitas penunjang 13 0
seperti 0kamar mandi, tempat parkir
dan kantin
7 Kondisi ruangan kerja terutama yang 13 0
berkaitan dengan ventilasi udara,
kebisingan dan kebersihan
8 Adanya jaminan kesehatan 13 0
keselamatan kerja
9 Perhatian institusi rumah sakit 13 0
terhadap saudara
10 Hubungan antar karyawan dalam 13 0
kelompok kerja
11 Kemampuan dalam bekerjasama antar 13 0
karyawan
12 Sikap teman-teman sekerja terhadap 13 0
saudara
13 Kesesuaian antara pekerjaan dan latar 13 0
belakang pendidikan saudara
14 Kemampuan dalam menggunakan 13 0
0waktu bekerja dengan penugasan
yang diberikan
15 Kemampuan supervisi/pengawasan 13 0
dalam membuat keputusan
16 Perlakuan atasan selama saya bekerja 12 1
di sini
17 Kebebasan melakukan metode sendiri 12 1
dalam menyelesaikan pekerjaan
18 Kesempatan untuk meningkatkan 2 11
kemampuan kerja melalui pelatihan
atau pendidikan tambahan
19 Kesempatan untuk mendapatkan 10 3
posisi yang lebih tinggi
20 Kesempatan untuk membuat suatu 10 3
prestasi dan mendapatkan kenaikan
pangkat
Jumlah 190 70
(73,07%) (26,93%)
Analisa Data :

Berdasarkan tabel di atas diketahui bahwa untuk persentase tertinggi pada

kepuasan perawat adalah merasa puas sebanyak 73,07%, yang merasa tidak

puas 26,93%. Dari hasil penilaian di atas didapatkan bahwa dari 20 pertanyaan

yang diajukan pada 13 orang karyawan di Ruang A RS X, didapatkan bahwa

sebagian besar perawat puas dengan kinerja kerja mereka.

Identifiksi Masalah Unsur Output

No. Analisa Data Masalah


1 Berdasarkan tabel efisiensi ruang rawat Efisiensi ruang rawat di

didapatkan : Ruang A, LOS dan TOI

a. BOR 60,3% berada dibawah standar

b. LOS 1,8 % dan masuk dalam kategori

c. TOI 1 hari cukup. Sedangkan untuk

d. BTO 10 kali BOR dan BTO sudah

memenuhi standar dan

masuk dalam kategori baik


2 Dari Hasil Studi dokumentasi asuhan kurang optimalnya

keperawatan du ruangan didapatkan : mengenai merumuskan

a. Pengkajian 56,66% (cukup) diagnosa berdasarkan

b. Diagnosa 50% (kurang) masakah keperawatan

c. Perencanaan 100% (baik) yang ditegakkan, beberapa

d. Implemetasi 60% (cukup) pengkajian yang tidak

e. Observasi 83,33% (baik) dilakukan untuk

f. Catatan asuhan keperawatan 60% (cukup) melengkapi data, kurang

optimalnya dalam tindakan


pendokumentasian.
3 Berdasarkan evaluasi Hasil Mutu Asuhan a. Terdapat beberapa

Keperawatan : poin pertanyaan

a. Nilai kepuasan pasien dari 25 aspek : 71,7% dengan hasil dibawah

b. Nilai Kepuasan Perawat dari 20 aspek : standar yaitu perawat

- Puas (73,07%) tidak membantu

- Tidak puas (26,93%) pasien untuk

mandi/ADL serta

tidak memeriksa

tetesan infus dan tidak

memeriksa area

sekitar pemasangan

infus.

b. Dari kepuasan perawat

terhadap kerja terdapat

73,07% yang puas

terhadap kerjanya,

namun terdapat

26,93% yang tidak

puas terhadap

kerjanya hal ini

disebabkan jumlah

gaji tidak sebanding

dengan pekerjaan dan

pendidikan,

pembagian insentif
tambahan tidak sesuai

dengan prestasi atau

pekerjaan ekstra, dan

jarang diberikan

kesempatan untuk

meningkatkan

kemampuan kerja

melalui pelatihan atau

pendidikan tambahan.

Anda mungkin juga menyukai