Kelompok 8
UNIVERSITAS PADJADJARAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
JATINANGOR
2018
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Daging merupakan salah satu bahan pangan yang paling sering dikonsumsi
oleh manusia. Daging yang umumnya diperjualbelikan dan dikonsumsi adalah
daging sapi, kambing, babi, ayam, bebek, dan ikan. Daging biasa didapatkan
melalui usaha peternakan kemudian disembelih di Rumah Pemotongan Hewan
(RPH) dan selanjutnya disalurkan ke pasar-pasar untuk dijual kepada pembeli.
Daging memiliki banyak kandungan gizi yang bermanfaat bagi tubuh, di
antaranya adalah protein yang berfungsi untuk membangun jaringan tubuh seperti
otot dan tulang, selain membangun jaringan, protein juga membentuk antibodi
alami agar tubuh tidak mudah terserang penyakit. Selain protein, kandungan
nutrisi lain seperti zat besi yang berfungsi untuk membentuk sel darah merah,
vitamin A, B, dan D yang bermanfaat untuk memelihara sistem saraf, serta lemak
yang berguna sebagai sumber energi dan membantu enzim dalam membentuk
protein pada tubuh.
Kandungan nutrisi dan air yang tinggi dalam daging menjadikan daging
mudah mengalami kerusakan sehingga daging digolongkan sebagai perishable
food. Kerusakan pada daging umumnya disebabkan oleh kontaminasi
mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri patogen dan pembusuk melakukan
pertumbuhan dan perkembangbiakkan pada daging yang disimpan pada suhu
ruang di tempat yang sanitasinya kurang terjaga. Kerusakan yang ditimbulkan
oleh mikroorganisme akan mengubah sifat organoleptik dan kandungan gizi
sehingga menurunkan kualitas dan nilai jual daging.
Proses biokimia tetap berlangsung meskipun hewan sudah mengalami
kematian sehingga penanganan daging harus dilakukan secara tepat agar
kerusakan pada komoditas dapat diminimalisasi. Penanganan tersebut meliputi
pemeliharaan hewan, penyembelihan, pemotongan, pendistribusian, penyimpanan,
dan pengolahan. Penanganan yang tepat akan menjaga penampilan, cita rasa,
aroma, tekstur, dan nutrisi daging tetap baik sehingga bernilai jual tinggi dan
aman dikonsumsi.
Tanggal Praktikum : 12 November 2018
Tanggal Pengumpulan : 21 November 2018
Asisten : Mikael Situmorang
1.2. Tujuan
Melihat dan mengamati perubahan fisik, kimia, dan fungsional pasca
penyembelihan atau pemotongan hewan pada daging yang dihasilkan meliputi
pengamatan suhu, pH, tekstur, dan daya ikat air (Water Holding Capacity)
III. METODOLOGI
3.1. Alat
Alat-alat gelas laboratorium
pH meter
Sentrifuse
Termometer
3.2. Bahan
Air destilat
Ikan Hidup
3.3. Prosedur
1. Pengukuran pH
1) Ambil 5 gram daging dari ikan yang telah disembelih/dipotong
2) Tambahkan air destilata (pH 7) sebanyak 5 ml
3) Gunakan mortar untuk mencampur daging dan air
4) Baca nilai pH-nya menggunakan pH meter
5) Lakukan pembacaan setiap 10 menit selama 2 jam
6) Baca pH pada daging ikan yang disimpan pada suhu kamar dan suhu
refrigerasi.
Tanggal Praktikum : 12 November 2018
Tanggal Pengumpulan : 21 November 2018
Asisten : Mikael Situmorang
2. Pengukuran Suhu
1) Lakukan pengukuran suhu pada daging ikan dengan menusukkan
termometer ke badan ikan yang telah disembelih
2) Baca suhu setiap 10 menit selama 1 jam.
DAPUSS
Bahar, B. 2006. Panduan Praktis Memilih dan Menangani Produk Perikanan.
Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Buckle, K. A., R. A. Edwards, G. H. Fleet, dan M. Wotton. 1987. Ilmu Pangan.
Terjemahan oleh Hari Purnomo dan Adiono. Penerbit Universitas Indonesia
(UI-Press). Jakarta.
Eskin, M.N.A. 1990. Biochemistry of Foods. Penerbit Academic Press, Inc San
Diego. California.
Tjahjadi, C. dan H. Marta. 2014. Pengantar Teknologi Pangan: Volume 1.
Penerbit Jurusan Teknologi Industri Pangan Fakultas Teknologi Industri
Pertanian Universitas Padjadjaran. Jatinangor.