Anda di halaman 1dari 3

ARCHIVE FOR THE ‘PENJALARAN INFEKSI ODONTOGEN’ CATEGORY

Pola Perjalanan (Penyebaran) Abses Odontogen

Posted: Juni 14, 2010 in Mari Belajar!, Penjalaran Infeksi Odontogen

Seperti yang sudah dibahas pada materi sebelumnya, bahwa pola penyebaran abses dipengaruhi
oleh 3 kondisi, yaitu virulensi bakteri, ketahanan jaringan, dan perlekatan otot. Virulensi bakteri
yang tinggi mampu menyebabkan bakteri bergerak secara leluasa ke segala arah, ketahanan jaringan
sekitar yang tidak baik menyebabkan jaringan menjadi rapuh dan mudah dirusak, sedangkan
perlekatan otot mempengaruhi arah gerak pus.

Dalam skema yang ada dibawah ini, mari kita mencoba membayangkan bahwa cavum oris manusia
adalah sebuah peta perjalanan, dimana kita pasti akan bertemu pertigaan, perempatan, lampu
merah, dan rambu lalu lintas lainnya. Lalu apa korelasinya? Yaitu bahwa “peta” yang saya buat di
bawah ini adalah prakiraan logis tentang lokasi abses, darimana arah pus, akan kemana, dan kira-kira
akan menjadi kondisi seperti apa. Mari membahasnya!

Apabila terjadi sebuah kondisi abses periapikal pada sebuah gigi yang mengalami proses infeksi,
maka pada prinsipnya, pus yang terkandung harus dikeluarkan, namun jika tidak dikeluarkan, maka
ia pun dapat mencari jalan keluar sendiri, eits… tunggu dulu… jangan berasumsi “kalau gitu dibiarin
aja!”, karena pada proses perjalanannya, pasti sakit… dengan intensitas yang berbeda di tiap
individu.

Kali ini, kita membayangkan jika abses periapikal tidak dirawat dengan baik agar dapat terdrainase,
tentunya pus masih akan berkutat di regio periapikal. Seperti yang sempat disebutkan diatas tadi,
sesuai dengan pola penyebaran abses yang dipengaruhi oleh 3 kondisi :

Virulensi bakteri,

Ketahanan jaringan,

dan perlekatan otot.

Kondisi-kondisi yang tertulis di bawah ini adalah berkaitan dengan poin ke-2 dan ke-3, karena
ketahanan jaringan dan letak perlekatan otot mempengaruhi sampai dimana arah gerak pus. Dengan
adanya faktor-faktor tersebut, maka akan tercipta kondisi-kondisi seperti yang tertera pada gambar,
dengan syarat dan ketentuan yang berlaku :
a. Abses Submukosa (Submucous Abscess)

Disebut “submukosa” karena memang dikarenakan pus terletak dibawah lapisan mukosa, akan
tetapi, jika berbeda tempat, berbeda pula namanya. Ada 4 huruf “a” yang tertera pada gambar,
kesemuanya merupakan abses submukosa, namun untuk yang terletak di palatal, disebut sebagai
Abses Palatal (Palatal Abscess). Yang terletak tepat dibawah lidah dan diatas (superior dari)
perlekatan otot Mylohyoid disebut abses Sublingual (Sublingual Abscess). Yang terletak di sebelah
bukal gigi disebut dengan Abses vestibular, kadangkala sering terjadi salah diagnosa karena letak dan
secara klinis terlihat seperti Abses Bukal (Buccal Space Abscess), akan tetapi akan mudah dibedakan
ketika kita melihat arah pergerakan polanya, jika jalur pergerakan pusnya adalah superior dari
perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah),
maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur pergerakan pusnya adalah inferior dari
perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari perlekatan otot maseter (rahang bawah),
maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.

b. Abses Bukal (Buccal Space Abscess)

Abses Bukal (Buccal Space Abscess) dan Abses Vestibular kadang terlihat membingungkan keadaan
klinisnya, akan tetapi akan mudah dibedakan ketika kita melihat arah pergerakan polanya, jika jalur
pergerakan pusnya adalah superior dari perlekatan otot masseter (rahang atas) dan inferior dari
perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Bukal, namun jika jalur
pergerakan pusnya adalah inferior dari perlekatan otot maseter (rahang atas) dan superior dari
perlekatan otot maseter (rahang bawah), maka kondisi ini disebut Abses Vestibular.

c. Abses Submandibular (Submandibular Abscess)

Kondisi ini tercipta jika jalur pergerakan pus melalui inferior (dibawah) perlekatan otot Mylohyoid
dan masih diatas (superior) otot Platysma.

d. Abses Perimandibular

Kondisi ini unik dan khas , karena pada klinisnya akan ditemukan tidak terabanya tepian body of
Mandible, karena pada region tersebut telah terisi oleh pus, sehingga terasa pembesaran di region
tepi mandibula.

e. Abses Subkutan (Subcutaneous Abscess)

Sesuai namanya, abses ini terletak tepat dibawah lapisan kulit (subkutan). Ditandai dengan terlihat
jelasnya pembesaran secara ekstra oral, kulit terlihat mengkilap di regio yang mengalami
pembesaran, dan merupakan tahap terluar dari seluruh perjalanan abses. Biasanya jika dibiarkan,
akan terdrainase spontan, namun disarankan untuk melakukan insisi untuk drainase sebagai
perawatan definitifnya.

f. Sinusitis Maksilaris

Sebenarnya ini merupakan sebuah kelanjutan infeksi yang lumayan ekstrim, karena letak akar palatal
gigi molar biasanya berdekatan dengan dasar sinus maksilaris, maka jika terjadi infeksi pada
periapikal akar palatal gigi molar, jika tidak tertangani dari awal, maka penjalran infeksi
dimungkinkan akan berlanjut ke rongga sinus maksilaris dan menyebabkan kondisi sinusitis.

Dari penjelasan mengenai tata letak persebaran abses ini, saya bertujuan membuka jalur berpikir
kita, bahwa pola perjalanan ini bisa dilogika, bisa dipahami, dan bisa diprediksi, darimana asal
absesnya.. akan kemana setelah ini.. kapan seharusnya mulai melakukan tindakan.. tindakan apa
yang tepat jika di lokasi tertentu.. semua merupakan kesatuan yang logis. Jadi pesan saya adalah..
teruslah memahami setiap permasalahan secara teratur, dan kita akan menemukan solusinya.
Semoga bermanfaat.

Anda mungkin juga menyukai