Anda di halaman 1dari 3

Definisi Phlegmone / Angina Ludwigs

Selulitis difus yang paling sering dijumpai adalah Phlegmone / Angina Ludwigs .
Angina Ludwigs merupakan suatu selulitis difus yang mengenai spasia sublingual, submental
dan submandibular bilateral, kadang-kadang sampai mengenai spasia pharingeal (Berini,
Bresco & Gray, 1999 ; Topazian, 2002). Selulitis dimulai dari dasar mulut. Seringkali
bilateral, tetapi bila hanya mengenai satu sisi/ unilateral disebut Pseudophlegmon.

Biasanya infeksi primer dari selulitis berasal dari gigi molar kedua dan ketiga bawah,
penyebab lainnya (Topazian, 2002): sialodenitis kelenjar submandibula, fraktur mandibula
compund, laserasi mukosa lunak mulut, luka yang menusuk dasar mulut dan infeksi sekunder
dari keganasan oral.
Gejala klinis dari Phlegmon (Pedlar, 2001), seperti oedema pada kedua sisi dasar
mulut, berjalan cepat menyebar ke leher hanya dalam beberapa jam, lidah terangkat, trismus
progressif, konsistensi kenyal kaku seperti papan, pembengkakan warna kemerahan, leher
kehilangan anatomi normalnya, seringkali disertai demam/kenaikkan temperatur tubuh, sakit
dan sulit menelan, kadang sampai sulit bicara dan bernafas serta stridor.
Angina Ludwigs memerlukan penangganan sesegera mungkin, berupa: rujukan untuk
mendapatkan perawatan rumah sakit, antibiotik intravenous dosis tinggi, biasanya untuk
terapi awal digunakan Ampisillin dikombinasikan dengan metronidazole, penggantian cairan
melalui infus, drainase through and through, serta penangganan saluran nafas, seperti
endotracheal intubasi atau tracheostomi jika diperlukan.
Diagnosa ,Gejala Klinis dan Prognosa
Diagnosis ditegakkan dari riwayat penyakit atau anamnesa dan pemeriksaan klinis
(inpeksi, palpasi & auskultasi intraoral dan ekstraoral), yang lebih jauh menegakkan diagnosa
selulitis tersebut berasal dari gigi. Pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan radiologis,
umumnya periapikal foto dan panoramik foto, walaupun banyak kasus dilaporkan selulitis
dapat didiagnosa dengan MRI (Berini, Bresco & Gay, 1999) .
Gejala lokal antara lain pembengkakkan mengenai jaringan lunak/ikat longgar, sakit,
panas dan kemerahan pada daerah pembengkakkan, pembengkakan disebabkan oedem,
infiltrasi selular dan kadang karena adanya pus, pembengkakkan difus, konsistensi kenyal
keras seperti papan, kadang-kadang disertai trismus dan kadang-kadang dasar mulut dan lidah
terangkat.

Gejala sistemik seperti temperatur tinggi, nadi cepat dan tidak teratur, malaise,
lymphadenitis, peningkatan jumlah leukosit, pernafasan cepat, muka kemerah-merahan, lidah
kering, delirium terutama malam hari, disfagia dan dispnoe, serta stridor Prognosa untuk
kasus selulitis fasialis tergantung pada uimur penderita, kondisi pasien datang pertama ke
poliklinik dan juga tergantung pada kondisi sistemik pasien. Pada umumnya ad bonam jika
segefra ditangani dengan cepat dan benar. Ad bonam, jika segera ditangani
Terapi dan komplikasi
Apabila terdapat tanda-tanda seperti kondisi sistemik seperti malaise dan demam
tinggi, adanya disfagia atau dispnoe, dehidrasi atau pasien kurang minum, diduga adanya
penurunan resistensi terhadap infeksi, toksis septikemia dan infiltrasi ke daerah anatomi yang
berbahaya serta memerlukan anestesi umum untuk drainase, diperlukan penanganan serius
dan perawatan di rumah sakit sesegera mungkin.
Jalan nafas harus selalu dikontrol, intubasi endotracheal atau tracheostomi jika
diperlukan. Empat prinsip dasar perawatan infeksi (Falace, 1995), yaitu: menghilangkan
causa (Jika keadaan umum pasien mungkinkan segera dilakukan prosedur ini, dengan cara
pencabutan gigi penyebab), drainase (Insisi drainase bisa dilakukan intra maupun extra oral,
ataupun bisa dilakukan bersamaan seperti kasus-kasus yang parah. Penentuan lokasi insisi
berdasarkan spasium yang terlibat).
Dalam pemberian antibiotik perlu diperhatikan apakah pasien mempunyai riwayat
alergi terhadap antibiotik tertentu, terutama bila diberikan secara intravena untuk itu perlu
dilakukan skin test terlebih dahulu. Antibiotik diberikan selama 5-10 hari (Milloro, 2004)
Suppotive Care, seperti istirahat dan nutrisi yang cukup, pemberian analgesik &
antiinflamasi (analgesik-antiinflamasi nonsteroid seperti Diklofenak (50 mg/8 jam) atau
Ibuprofen (400-600 mg/8 jam) dan jika Kortikosteroid diberikan, perlu ditambahkan
analgesik murni, seperti Paracetamol antiinflamasi diberikan dalam (650 mg/4-6 jam)
dan/atau Opioid rendah seperti Kodein (30 mg/6 jam)), pemberian aplikasi panas eksternal
(kompres panas) maupun peroral (melalui obat kumur saline) dapat memicu timbulnya
pernanahan. Komplikasi yang seringkali menyertai selulitis fasial antara lain: obstruksi
pernafasan, septik syok, dan septikemia.

Anda mungkin juga menyukai