Oleh
Putri Dalem Nuning Stiti (161200093)
Putu Agus Andi Dharma (161200094)
Putu Ita Yuliana Wijayanti (161200095)
Putu Ryan Mahardika (161200096)
Sang Ayu Nyoman Wahyu Astika Dewi (161200097)
Vincent Gunawan (161200098)
Oleh
Putri Dalem Nuning Stiti (161200093)
Putu Agus Andi Dharma (161200094)
Putu Ita Yuliana Wijayanti (161200095)
Putu Ryan Mahardika (161200096)
Sang Ayu Nyoman Wahyu Astika Dewi (161200097)
Vincent Gunawan (161200098)
i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING
ii
HALAMAN PENETAPAN PANITIA PENGUJI
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penyusun sembahkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat-Nya proposal ini dapat diselesaikan tepat waktu. Proposal yang berjudul
“Pola Penggunaan Obat Kortikosteroid Pada Pasien Asma Anak di Apotek Anugerah
S.O.S” ini disusun dalam rangka memenuhi tugas kelompok dalam menempuh mata
kuliah Metodelogi Penelitian yang diampu oleh ibu Dewi Puspita Apsari, S.Farm.,
M.Farm., Apt pada Semester Genap Tahun Akademik 2019.
Dalam penyusunan proposal ini penyusun mengalami banyak rintangan dan
hambatan. Akan tetapi, berkat adanya bantuan dari semua pihak, rintangan dan
hambatan tersebut dapat diatasi sehingga terwujudlah proposal ini. Terkait hal itu,
penyusun mengucapkan terima kasih yang setulus-tulusnya.
Penyusun menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari yang
sempurna. Hal ini disebabkan oleh terbatasnya pengetahuan dan pengalaman
penyusun dalam menyusun makalah ini. Oleh karena itu, segala kritik dan saran
perbaikan sangat diharapkan demi kesempurnaan proposal dan karya-karya penyusun
berikutnya.
Penulis
iv
ABSTRAK
Asma merupakan salah satu penyakit saluran napas yang banyak dijumpai,
baik pada anak-anak maupun dewasa. Menurut Survei Kesehatan Nasional
(Surkesnas) tahun 2001, penyakit saluran napas merupakan penyakit penyebab
kematian terbanyak kedua di Indonesia setelah penyakit gangguan pembuluh
darah. Berdasarkan data dari WHO (2002) dan GINA (2011), diseluruh dunia
diperkirakan terdapat 300 juta orang menderita asma dan tahun 2025 diperkirakan
jumlah pasien mencapai 400 juta. Jumlah ini dapat saja lebih besar mengingat
asma merupakan penyakit yang underdiagnosed. Angka kejadian asma paling
tinggi ditemukan pada anak yaitu sebanyak 14% anak menderita asma di seluruh
dunia (Global Asthma Report, 2014). Prevalensi asma pada anak tahun 2013 di
kawasan Asia Pasifik semakin meningkat jika dibandingkan 6 sampai 7 tahun
sebelumnya yaitu sebesar 12,6% pada anak usia 13 sampai 14 tahun dan 11,4% pada
anak 6 sampai 7 tahun. Asma masa anak-anak sangat terkait dengan alergi, tetapi
beberapa hal juga dapat memicu asma seperi asap rokok, udara, dan infeksi saluaran
pernapasan. Indonesia menempati urutan ke-6 dengan prevalensi asma anak pada usia
13 sampai 14 tahun sebesar 12,6% dan anak usia 6 sampai 7 tahun sebesar 4,8%
(Wong dkk, 2013). Angka prevalensi asma di Bali menempati urutan ke-5 yaitu
sebesar 6,2% (Riskesdas, 2013).
v
DAFTAR ISI
vi
BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP PENELITIAN, DAN HIPOTESIS
PENELITIAN 16
3.1 Kerangka Berpikir 16
3.2 Kerangka Konsep penilitian 17
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 18
4.1 Rancangan Penelitian 18
4.2 Populasi dan Sampel 18
4.2.1 Populasi 18
4.2.2 Sampel 18
4.2.3 Kriteria Inklusi 19
4.2.4 Kriteria Eksklusi 19
4.2.5 Teknik Sampling 19
4.3 Instrumen Penelitian 19
4.4 Tempat dan Waktu Penelitian 19
4.5 Definisi Operasional 20
4.6 Metode Pengumpulan Data 21
4.7 Analisis Data 21
DAFTAR PUSTAKA 22
vii
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Jenis-Jenis Obat Asma ......................................................... 13
Tabel 2. Ciri-Ciri Tingkatan Asma .................................................... 14
viii
DAFTAR SINGKATAN DAN TANDA
ix
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
3
4
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Penyakit Asma
2.1.1 Definisi Asma
Asma berasal dari kata “Ashtma” yang diambil dari bahasa Yunani yang
berarti “sukar bernafas”. Menurut NAEPP (National Asthma Education and
Prevention Program) pada NIH (National Institute of Health) asma didefinisikan
sebagai penyakit inflamasi kronik pada paru yang dikarekteristik oleh obstruksi
saluran napas yang bersifat reversibel, inflamasi jalan napas dan peningkatan respon
jalan napas terhadap berbagai rangsangan (Ikawati, 2006). Proses inflamasi kronik
ini menyebabkan saluran pernapasan menjadi hiperesponif, sehingga
memudahkan terjadinya bronkokonstriksi, edema, dan hipersekresi kelenjar, yang
menghasilkan pembatasan aliran udara di saluran pernapasan dengan manifestasi
klinik yang bersifat periodk berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat, batuk-
batuk terutama pada malam hari atau dini hari/subuh. Gejala ini berhubungan
dengan luasnya inflamasi, yang derajatnya bervariasi dan bersifat reversible
secara spontan maupun dengan atau tanpa pengobatan. (GINA. 2011)
5
6
prevalensi sebesar 4,7%. Prevalensi asma pada anak yang tertinggi di usia 5-14 tahun
sebesar 3,9%.3 Prevalensi asma pada anak telah meningkat di sebagian negara maju,
meskipun prevalensi telah mulai menurun di negara-negara barat. Etiologi dari asma
sampai saat ini masih belum jelas tetapi terdapat berbagai faktor-faktor risiko yang
dapat menyebabkan terjadinya asma. Asma masa anak-anak sangat terkait dengan
alergi, tetapi beberapa hal juga dapat memicu asma seperi asap rokok, udara, dan
infeksi saluaran pernapasan. (Indri,dkk.2016)
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain
alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Serangan
asma terjadi apabila terpajan alergen sebagai pencetus. Pajanan alergen tersebut
menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema dan hipersekresi saluran napas
dengan hasil akhir berupa obstruksi saluran napas bawah sehingga terjadi gangguan
ventilasi berupa kesulitan napas pada saat ekspirasi (air trapping).
Terperangkapnya udara saat ekspirasi mengakibatkan peningkatan tekanan
CO2 dan pada akhirnya menyebabkan penurunan tekanan O2 dengan akibat
penimbunan asam laktat atau asidosis metabolik. Adanya obstruksi juga akan
menyebabkan terjadinya hiperinflasi paru yang mengakibatkan tahanan paru
meningkat sehingga usaha napas meningkat. Usaha napas terlihat nyata pada saat
ekspirasi sehingga dapat terlihat ekspirasi yang memanjang atau wheezing. Adanya
peningkatan tekanan CO2 dan penurunan tekanan O2 serta asidosis dapat
menyebabkan vasokonstriksi pulmonar yang berakibat pada penurunan surfaktan.
Penurunan surfaktan tersebut dapat menyebabkan keadaan atelektasis. Selain itu,
hipersekresi akan menyebabkan terjadinya sumbatan akibat sekret yang banyak
(mucous plug) dengan akibat atelektasis. (TitaMenawati.2014)
7
hari > 1x seminggu dan hasil pembacaan aliran puncaknya 60%-80% dengan
variabilitas > 30%), asma persisten berat (gejala terus-menerus, aktivitas fisik
terbatas, eksaserbasi sering, gejala malam hari sering dan pembacaan aliran
puncaknya ≤ 60% dengan variabilitas > 30%) (Crockett, 1997).
3) Klasifikasi berdasarkan pola waktu serangan :
a) Asma intermiten
Penderita jenis ini diperkirakan mempunyai hasil pembacaan aliran puncak
paling sedikit 80% dengan variabilitas kurang dari 20%. Mereka memerlukan
pengobatan simtomatik yang minimal sesuai dengan yang dibutuhkan
(Crockett, 1997).
b) Asma persisten
Penderita jenis ini mengalami eksaserbasi satu atau dua kali dalam seminggu,
dengan gejala malam hari yang lebih sering, dan gejala-gejala terjadi hampir
sepanjang hari. Hasil pembacaan aliran puncak diperkirakan hanya 60%
sampai 80%, tetapi akan kembali normal atau mendekati normal setelah
menggunakan suatu bronkodilator. Penderita jenis ini membutuhkan
pengobatan antiinflamasi secara teratur (Crockett, 1997).
c) Brittle asthma
Penderita jenis ini mengalami gejala setiap hari disertai gejala malam hari dan
sering terjadi eksaserbasi. Aliran puncak diperkirakan akan lebih kecil dari
60% dengan variabilitas lebih dari 30% dan tidak akan pernah mencapai
tingkat yang diharapkan walaupun dengan pengobatan yang optimal.
Penderita jenis ini membutuhkan rangkaian pengobatan steroid oral setiap hari
(Crockett, 1997).
9
aminofilin IV (bolus atau drip). Apabila β2 agonis kerja cepat tidak tersedia
dapat doberikan dengan adrenalin subkutan. Pada serangan asma yang
mengancam jiwa langsung dirujuk ke ICU.
Pemberian obat-obat bronkodilator diutamakan dalam bentuk inhalasi
menggunakan nebuliser. Bila tidak ada dapat menggunakan IDT (MDI) dengan
alat bantu (spacer).
2. Penatalaksanaan Asma Jangka Panjang
Penatalaksanaan asma jangka panjang bertujuan untuk mengontrol asma
dan mencegah serangan. Pengobatan asma jangka panjang disesuaikan
dengan klasifikasi beratnya asma. Prinsip pengobatan jangka panjang
meliputi : 1) Edukasi, 2) Obat asma (pengontrol dan pelega), dan menjaga
kebugaran.
1. Edukasi
Edukasi yang diberikan mencakup :
Kapan pasien berobat/mencari pertolongan
Mengenali gejala serangan asma secara dini
Mengetahui obat-obat pelega dan pengontrol serta cara dan waktu
penggunaannya
Mengenali dan menghindari faktor pencetus\
Kontrol teratur
Alat edukasi untuk dewasa yang dapat digunakan oleh dokter dan pasien
adalah pelangi asma, sedangkan pada anak digunakan lembaran harian.
2. Obat Asma
Obat asma terdiri dari obat pelega dan pengontrol. Obat pelega diberikan
pada aat serangan asma, sedangkan obat pengontrol ditujukan untuk
pencegahan serangan asma dan diberikan dalam jangka panjang dan terus
menerus. Untuk mengontrol asma digunakan anti inflamasi
(kortikosteroid inhalasi). Pada anak kontrol lingkungan mutlak dilakukan
sebelum diberikan kortikosteroid dan dosis diturunkan apabila dua sampa
tiga bulan kondsi telah terkontrol.
13
Indonesia yang teratur, asma terkontrol akan tetap terjaga, sedangkan pada
anak dapat menggunakan olahraga lain yang menunjang kebugaran.
Dengan melaksanakan ketiga hal tersebut diharapkan tercapai tujuan
penanganan asma, yaitu asma terkontrol. Berikut adalah ciri-ciri asma
terkontrol, terkontrol sebagian, dan tidak terkontrol.
salah satu obat antiinflamasi yang poten dan banyak digunakan dalam
penatalaksanaan asma. Obat ini diberikan baik yang bekerja secara topikal maupun
secara sistemik (Yunus, 1998).
Pada asma kronik, kortikosteroid inhalasi digunakan dalam dosis yang rendah
untuk menangani asma yang ringan dan sedang dan dengan dosis yang lebih tinggi
(lebih dari 800 mikrogram/hari pada orang dewasa) untuk asma yang lebih berat.
Kortikosteroid juga mengendalikan inflamasi yang mendasari dan dengan demikian
dapat mengurangi keparahan dan frekuensi dari serangan akut. Dosis dapat
ditingkatkan untuk sementara waktu agar dapat memberikan proteksi tambahan pada
saat resiko meningkat, seperti pada waktu terjadi selesma (Crockett, 1997
BAB III
16
17
- Nama Obat Golongan Kortikosteroid Ada atau tidaknya terjadi ESO pada Obat
- Jumlah Obat Golongan Kortkosteroid Golongan Kortikosteroid
- Dosis Obat Golongan Kortikosteroid
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
18
19
Data pasien yang meliputi jenis kelamin, usia, faktor resiko, dan
status pembayaran.
Runtuwene, Indri K.T., dkk. 2016. ”Prevalensi dan faktor-faktor risiko yang
menyebabkan asma pada anak di RSU GMIM Bethesda Tomohon
periode Agustus 2011 – Juli 2016” :Fakultas Kedokteran Universitas
Sam Ratulangi Manado, vol 4 no 2
Wong, D,dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Volume 1.Penerbit Buku
Kedokteran EGC : Jakarta
22