Kromium PDF

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 9

KROMIUM (III) OKSIDA

CHROMIUM (III) OXIDE

1. N a m a

1.1. Golongan
Oksida logam

1.2. Sinonim /nama dagang


Chromium oxide; Chromic oxide; Dichromium trioxide; Chrome oxide;
Anadomis green; Casalis green pigment; Chromia; Chromium;
sesquioxide; Green rouge; Chromium (III) oxide (2:3); Chromium (3+)
trioxide; Chromium oxide pigment; Chromium acid green;

1.3. Nomor Identifikasi


No. OHS : 05060
No. CAS : 1308-160-9
No. EINECS : 215-160-9
No. RTECS : GB6475000

2. Sifat Fisika Kimia

2.1. Nama bahan Ind onesia


Chromium (III) Oxide

2.2. Deskripsi
Berbentuk Kristal, war hijau, tidak berbau. Rumus kimia Cr2 -O3; Brat
molkeul 151,99; titik didih 72332°F (4000°C); titik lebur 4415°F (2435°C);
kerapatan relatif (air=1) 5,21; tidak larut dalam air; tidak larut dalam
asam, alkali, alkohol dan aseton.

2.3. Frasa Risiko, Frasa Keamanan dan Tingkat Bahaya

Peringkat NFPA ( Skala 0 – 4 ) :

Kesehatan 1 = tingkat keparahan rendah

Kebakaran 0 = tidak dapat terbakar

Reaktivitas 0 = tidak reaktif


3. Penggunaan

Digunakan sebagai Chromium plating; cooper stripping, fotografi, oksidator


kimia organic, gelas keramik, pewarna gelas, pembersih logam, tinta, cat,
pembersih minyak dan acetylene.

4. Identifikasi Bahaya

4.1. Risiko utama dan sasaran organ


Bahaya utama terhadap kesehatan : belum ada target efek yang berarti
yang dilaporkan.

Sasaran organ : belum tersedia informasi

4.2. Rute paparan


Paparan jangka pendek
Terhirup
Iritasi, nyeri dada

Kontak dengan kulit


Tidak ada informasi tentang efek merugikan yang berarti

Kontak dengan mata


Iritasi

Tertelan
Gangguan pencernaan, tumor.

Paparan jangka panjang

Terhirup
Kerusakan paru-paru, tumor

Kontak dengan kulit


Sama dengan efek yang dilaporkan bila terkena kulit untuk jangka
pendek

Kontak dengan mata


Belum tersedia informasi
Tertelan
Belum ada informasi efek merugikan yang berarti
5. Stabilitas dan Reaktifitas

Reaktivitas : stabil pada suhu dan temperature normal


Kondisi yang dihindari : Belum dilaporkan

Tancampurkan dengan : halogen, logam, bahan yang mudah terbakar,


oksidator, logam carbide.

Chromium (III) oxide :


Chlorin trifluoride : reaksi hebat dan mungkin terbakar
Copper chromite : mungkin reaksi terbakar
Glycerol : reaksi cenderung meledak
Lithium : reaksi exomthermic kuat pada suhu 180°C
Nitroalkanes : reaksi cenderung meledak
Oksidator : tancampurkan
Oxygen difluoride : reaksi dahsyat
Rubidium acetylide : reaksi exothermic
Bahaya Peruaraian : Produk dekomposisi termal : bermacam-macam produk,
dekomposisi
Polimerisasi : tidak terpolimerisasi

6. Penyimpanan

• Simpan dan tangani sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan


standard yang berlaku
• Simpan terpisah dari bahan-bahan yang tidak tercampurkan

7. Toksikologi
7.1. Toksisitas
Data pada binatang
TCLo inhi-tikus, intermittent 150 mg/m3/4 jam – 6 minggu
Tambahan data:
- Chromium (III) oxide : Penelitian pada binatang menunjukkan adanya
penyerapan dari paru-paru secara lambat setelah pemberian melalui
intratracheal. Pemberian ini menginduksi peningkatan incidence
sarcoma, tumor dan sarcoma sel retikulum paru-paru tikus.
- Dilaporkan meningkatkan incidence fibroadenoma mamae pada tikus
yang diberikan dalam diet.
- Iritasi pada bronchus dan parenchyma aru-paru, perubahan dystropic
hati dan ginjal, pulmonary adenomas dilaporkan terjadi pada binatang.
Dilaporkan efek merugikan macrophage pada kelinci yang terpapar
selama 4-6 inggu.
- Pemberian pada tikus 0,45-25 bpj/1 tahun dalam air minum tidak toksik
7.2. Data tumorigenik
TDLo intraperitoneal – tikus 90mg/kg; TDLo intrapleural – tikus 45 mg/kg;
TDLo intratracheal – tikus 90 mg/kg.

7.3. Data mutagenic


Mutasi mikroorganisme – Salmonella typhimurium 10 ug/lempeng (+S9);
Perbaikan DNA – Bacillus subtilis 10 mmol/L; Sistem test mutasi lainnya –
paru-paru, tupai 100 mg/L; Pertukaran chromatid bersaudara – paru –paru,
tupai 34 mg/L; Mutasi cell somatic mammalian – paru-paru, tupai 50 mg/L

7.4. Data Ekologi


Belum tersedia informasi

7.5. Data tambahan


Mungkin menembus plasenta

8. Efek Klinis

8.1. Keracunan akut


Terhirup
Reaksi alergi terutama pada orang yang sebelumnya pernah terpapar.
Mungkin menyebabkan iritasi, batuk dan rasa tidak enak di dada.

Kontak dengan kulit


Chromium (III) oxide : Dapat menyebabkan dermatitis kontak. Reaksi
alergi terutama pada orang yang sebelumnya perna terpapar.
Kontak dengan mata
Chromium (III) oxide : Mungkin menyebabkan iritasi

Tertelan
Chromium (III) oxide : Paparan berulang menyebabkan sensitisasi. Telah
dilaporkan adanya pneumoconiosis.

8.2. Keracunan kronik


Terhirup
Chromium (III) oxide : Papara berulang menyebabkan sensitisasi. Telah
dilaporkan adanya pneumoconiosis.
Kontak dengan kulit
Chromium (III) oxide : Paparan berulang dapat menyebabkan dermatitis
dan sensitisasi

Kontak dengan mata


Chromium (III) oxide : Belum tersedia data
Tertelan
Chromium (III) oxide : Belum tersedia data

9. Pertolongan Pertama

9.1. Terhirup
Segera singkirkan korban dari pemaparan. Jika diperlukan, gunakan
masker berkatup atau peralatan serupa untuk melakukan pernafasan
buatan (pernafasan penyelamatan). Segera bawa ke rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.

9.2. Kontak dengan kulit


Segera lepaskan pakaian, perhiasan dans epatu yang terkontaminasi.
Cuci kulit yang terkontaminasi dengan sabun atau detergen ringan
kemudian bilas dengan air yang banyak. Sapai tidak ada lagi bahan kimia
yang tersisa (± 5-20 menit). Bila perlu segera bawake rumah sakit atau
fasilitas kesehatan terdekat.

9.3. Kontak dengan mata


Segera cuci mata dengan air yang banyak atau larutan garam fisiologis
(NACl 0.9% b/v),sekurangnya satu liter tiap mata dan sekali-seklai buka
kelopak mata bagian atas dan bawah hingga tidak ada lagi bahan kimia
yang tersisa. Segera bawa ke rumah sakit aau fasilitas kesehatan
terdekat.

9.4. Tertelan
Beri minum air atau susu untuk pengenceran dalam rangka meringankan
efek korosif. Jangan menginduksi muntah karena berpotensi
menimbulkan cedera korosiv. Jika terjadi muntah, letakkan posisi kepala
lebih rendah dari panggul untuk mencegah aspirasi. Bila perlu segera
bawa ke rumah sakit atau fasilitas kesehatan terdekat.

10. Penatalaksanaan

10.1. Stabilisasi
a. Penatalaksanaan jalan nafas yaitu : membebaskan jalan nafas
untuk menjamin pertukaran udara
b. Penatalaksanaan fungsi pernafasan : ventilasi dan oksigenasi.
Yaitu memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan
pernafasan buatan untuk menjamin cukupnya kebutuhan oksigen
dan pengeluaran karbon dioksida.
Bila terinhalasi isarankan berikan oksigen
c. Penatalaksanaan sirkulasi, bertujuan mengembalikan fungsi
sirkulasi darah.

10.2 Dekontaminasi

Dekontaminasi yang dilakukan sedini mungkin dapat mencegah bahaya


dan menyelamatkan nyawa.
a. Dekontaminasi mata
Dilakukan sebelum membersihkan kulit :
- Posisi pasien duduk atau berbaring dengan kepala tengadah dan
miring ke sisi mata yang terkena atau terburuk kondisinya.
- Secara perlahan bukalah kelopak mata yang terkena dan
sejumlah air bersih dingin atau larutan NaCl 0,9% perlahan
selama 15-20 menit.
- Hindari bekas air cucian mengenai wajah atau mata lainnya.
- Jika masih belum yakin bersih, cuci kembali selama 10 menit.
- Jangan biarkan pasien menggosok matanya.
- Tutuplah mata dengan kain kassa steril dan segera kirim/konsul
ke dokter mata.

b. Dekontaminasi kulit ( termasuk rambut dan kuku )


- Bawa segera pasien ke air pancuran terdekat.
- Cuci segera bagian kulit yamg terkena dengan air mengalir air
dingin atau hangat dan sabun minimal 10 menit.
- Jika tidak ada air, sekalah kulit dan rambut pasien dengan kain
atau kertas secara lembut. Jangan digosok.
- Lepaskan pakaian, arloji dan sepatu yang terkontaminasi atau
muntahannya dan buanglah dalam wadah/plastik tertutup.
- Penolong perlu dilindungi dari percikan, misalnya dengan
menggunakan sarung tangan, masker hidung dan apron. Hati-hati
untuk tidak menghirupnya.
- Keringkan dengan handuk yang kering dan lembut.

c. Dekontaminasi gastrointestinal
Emesis : Jangan merangsang muntah, karena beresiko serangan
mendadak/epilepsy/Seizures) dan koma.
Kumbah lambung : dapat dilakukan segera setelah tertelan bahan,
atau korban yang koma atau yang beresiko kejang/ konvulsi.
Jagalah/lindungi jalan nafas dengan posisi/letak trendelenburg dan
left lateral decubitus position atau dengan cuffedendotracheal
intubation.
Arang aktif/katartika : Minumkan arang aktif dalam air atau
campuran dengan larutan garam katartika atau sorbitol . dianjurkan
30 gr arang aktif dalam 240 ml pelarut. Umumnya kadar arang aktif
adalah 30 sampai 100 gr untuk dewasa dan 15 sampai 30 gram
untuk anak-anak (1 sampai 2 gr/kg BB untuk bayi ).

10.3. Antidotum

- Penggunaan Dimercaporol dapat dicoba, meskipun efektifitasny


diragukan.

BAL (Dimercaprol) diberikan 3 mg/kg secara deep i.m setiap 4-6 jam
selama 2 hari, selanjutnya setiap 12 jam sampai 7 – 10 hari bila
geala keracunan masih ada. Seandainya korban telah stabil dan
mampu mengabsorbsi formula oral, maka berikan oral succimer
atau oral unithiol.

Catatan : Unithiol (DMPS) intravena memiliki index therapeutic yang


lebih baik dari BAL dan merupakan pilihan yang disukai untuk
keraunan akut merkuri dan arsen. Dosis Unithiol intra vena adalah
3-5 mg/kg telah stabil dapat ditunjukan dengan pemberian oral 4-8
mg/kg setiap 6-8 jam.

- Acetyl Cystein pernah digunakan pada seseorang penderita


keracunan dichromate. Dosis oral awal 140mg/kgbb dalam larutan
10% atau 20% selanjutnya 70 mg/kg bb setiap 4 jam.

11. Batas paparan dan alat pelindung diri


Batas pemaparan:
0,5 mg/m3 OSHA TWA (larut dalam garam)
1 mg/m3 OSHA TWA (tidak larut dalam garam)
0,5 mg/m3 ACGIH TWA
0,5 mg/m3 NIOSH rekomendasi TWA 10 jam

Ventilasi : sediakan system penghisap udara setempat. Peralatan ventilasi


yang dibutuhkan harus tahan terhadap ledakan jika terjadi konsentrasi bahan
yang meledak. Pastikan dipatuhinya batas paparan yang yang ditentukan.

Proteksi mata : gunakan kaca mata pengaman tahan percikan. Sediakan


keran pencuci mata keadaan darurat (emergency eye wash fountain) dan
semprotan air deras (quick drench shower) dekat dengan area kerja.
Pakaian : kenakan pakaian yang sesuai tahan bahan kimia.
Sarung tangan : pakailah sarung tangan yang sesuai tahan bahan kimia.
Respirator : respirator dan konsentrasi maksimum yang digunakan sesuai
anjuran NIOSH dan OSHA. Peralatan respirator harus mendapat sertifikat
NIOSH/MSHA.
2,5 mg/m3
Setiap respirator denu dank abut
5 mg/m3
Setiap respirator pemasok udara
12,5 mg/m3
Setiap respirator pemasok udara
Setiap mesin, respirator pembersih udara disertai penyaring debu dan kabut
25 mg/m3
Setiap respirator pembersih udara dengan pelindung wajah penuh dan
penyaring partikel efisiensi tinggi.
Setiap mesin, respirator pembersih udara dengan pelindung wajah penuh dan
penyaring partikel efisiensi tinggi.
Setiap alat pernafasan serba lengkap degan pelindungwajah penuh.
Setiap respirator pemasok –udara dengan pelindung wajah penuh
Setiap respirator pemasok udara dengan pelindung wajah penuh yang
dioperasikan dalam suatu mode tekanan negatif atau positif.
Setiap alat pernafasan serba lengkap yang memiliki pelindung wajah penuh
dan dioperasikan dalam suatu mode tekannan negatif atau positif.

Untuk konsentrasi yang tidak diketahui atau sangat berbahaya bagi kehidupan
dan kesehatan :
Setiap respirator pemasok udara dengaan pelindung wajah penuh dan
dioperasikan dalam suatu mode tenanan negatif atau tekanan positif lain
digabungkan dengan pasokan pelepas terpisah ( separate escape supply ).

12. Manajemen pemadam kebakaran

Bahaya ledakan dan kebakarn : bahaya kebakaran dapat diabaikan


Media pemadam : gunakan bahan pemadam yang tepat di sekitar api
Pemadaman api : Pindahkan wadah dari daerah kebakaran jika mungkin
dilakukan tanpa risiko. Hindari terhisapnya bahan atau produk hasil
pembakaran. Bertahan di tempat arah angina dan menghindar dari tempat
yang lebih rendah.
13. Manajemen tumpahan

Kumpulkan bahan yang tumpah dalam container yang tepat untuk kemudian
dimusnahkan. Jauhkan dari aliran dan persediaan air. Bila mungkin orang-
orang yang tidak berkepentingan dilarang masuk, isolasi daerah bahaya dan
dilarang masuk.

14.Daftar Pustaka

• “OHS”, MDL Information System, Inc, 1420 Donelson Pike, Nashville,


1997.

• Susan Budavari (Ed), “The Merck Index”, An Encyclopedia of Chemical,


Drugs and Biological, 13th edition, Merck & Co, Inc. Rahway. N.J, USA,
2001, p. 387
• Olson KR, “Poisoning & Drug Overdose”, Fourth Edition, Mc Graw- Hill
Companies, Inc, United States, 2004, p. 552t.

Anda mungkin juga menyukai