Anda di halaman 1dari 10

PEMANFAATAN CITRA PLEIADES DAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

UNTUK PEMETAAN WILAYAH RAWAN KECELAKAAN LALU LINTAS


DI PERKOTAAN PURWOKERTO

Fauziah Almunawaroh
fauziah.almunawaroh@mail.ugm.ac.id
R. Suharyadi
suharyadir@ugm.ac.id

INTISARI

Tujuan penelitian ini adalah: 1)mengetahui tingkat ketelitian Citra Pleiades dalam
mengidentifikasi parameter – parameter penyebab kecelakaan, 2)melakukan pemodelan spasial
kerawanan kecelakaan lalu lintas dan 3)memberikan rekomendasi untuk mencegah kecelakaan.
Parameter yang digunakan diturunkan dari faktor penyebab kecelakaan yaitu faktor pejalan kaki, faktor
jalan, dan faktor lingkungan. Pemodelan yang digunakan adalah pemodelan kuantitatif berjenjang
tertimbang.
Akurasi hasil interpretasi pada parameter – parameter, yaitu : 71.4% pada penggunaan
lahan,91.4% pada radius belokan,91.4% pada fasilitas penyeberangan jalan,100% pada perlintasan
kereta api,91.4% pada jarak pandang bebas,94.2% pada pola arus,48.5% pada trotoar,91.4%
pada pengendalian persimpangan, dan 74.2% pada marka jalan. Tingkat kerawanan tinggi pada
Jalan Senopati, kerawanan sedang pada Jalan Dukuhwaluh-Kembaran, Jalan Menteri Supeno, dan
Jalan Suparjo Rustam, serta kerawanan rendah pada 31 ruas jalan yang lain. Akurasi hasil
pemodelan sebesar 80%. Rekomendasi manajemen lalu lintas yang sesuai yaitu : penambahan fasilitas
penyeberangan jalan,penambahan median jalan,penambahan pengendalian
persimpangan,penambahan trotoar,perbaikan marka jalan,dan penambahan rambu lalu lintas.

Kata Kunci : Pemodelan Spasial, Kerawanan Kecelakaan Lalu Lintas, Citra Pleiades,
Perkotaan Purwokerto, Rekomendasi manajemen lalu lintas

ABSTRACT

This study aims to: (1)discover the accuracy of Pleiades Imagery for identifying the caused
parameters of traffic accidents,(2)visualize the vulnerability of traffic accidents with
spatial modelling,and (3)provide traffic management recommendations. The parameters in this
study are from factors :pedestrian,road,and environment. The quantitative modelling with
weight of evidence is used.
The result indicate that the accuracy of map from each parameter is:71.4% in
landuse,91.4% in radius of curvature, 91.4% in pedestrian crossing,100% in train
railway,91.4% in sight distance,94.2% in traffic flow,48.5% in sidewalk, 91.4% in intersection
control,and 74.2% in line marking. The high vulnerability is located at Senopati Street while the
medium vulnerabilities are located on Dukuhwaluh-Kembaran Street,Menteri Supeno Street,and
Suparjo Rustam Street. The low vulnerabilities are located on another 31 streets in Purwokerto
Urban. The accuracy of the model is 80%. Traffic management recommendations are
adding pedestrian cross facilities, adding road medians,adding intersection
controls,adding sidewalks,improving the road markings,and adding the road signs.

Keywords : Spatial Modelling, Vulnerability of Traffic Accidents, Pleiades Imagery, Purwokerto


Urban, Traffic Management Recommendations.
1. Pendahuluan d. GPS
Transportasi merupakan sarana untuk e. Meteran
menghubungkan suatu wilayah dengan wilayah yang f. Printer
lain yang dapat dilakukan melalui jalur darat, udara, g. Alat pencatat kendaraan
dan laut. Transportasi yang dilakukan dalam suatu Bahan yang digunakan dalam penelitian ini
perkotaan biasanya menggunakan jalur darat. Hal ini sebagai berikut :
karena tipe kendaraan pada jalur darat dapat a. Data kecelakaan lalu lintas tahun 2014
dilakukan secara individu maupun kelompok. b. Kabupaten Banyumas dalam Angka
Penggunaan kendaraan bermotor sangat sering 2013 dan 2014
dijumpai di perkotaan karena penggunaannya yang c. Citra Pleiades cakupan Perkotaan
praktis dan cepat. Purwokerto
Purwokerto merupakan ibukota Kabupaten d. Peta Rupabumi Indonesia
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Perkembangan e. Data hasil lapangan
perkotaan Purwokerto ditandai dengan pertumbuhan
2.2. Data Penelitian
fasilitas kota, sarana dan prasarana serta sistem
2.2.1. Data Primer
transportasi (Wibowo, dkk, 2015). Seiring dengan
Data primer yang diperoleh langsung dari
perkembangan perkotaan, terjadi juga peningkatan
interpretasi Citra Pleiades adalah sebagai
jumlah kendaraan bermotor dari tahun 2008 sebanyak
berikut :
51.926 hingga 262.983 kendaraan pada tahun 2012.
a. Jaringan jalan Perkotaan Purwokerto
Peningkatan jumlah kendaraan bermotor ini tidak
b. Penggunaan lahan di sepanjang sisi
diimbangi dengan ruas dan panjang jalan karena
jalan
berdasarkan data dalam angka tahun 2014 dari
c. Radius belokan
beberapa kecamatan di Perkotaan Purwokerto yaitu
d. Fasilitas penyeberangan jalan
Kecamatan Purwokerto Utara, Purwokerto Timur,
e. Perlintasan kereta api
Purwokerto Selatan, dan Purwokerto Barat, yang
f. Jarak pandang bebas
menunjukkan bahwa dari tahun 2009 hingga 2013
g. Pola arus lalu lintas
panjang jalan di Perkotaan Purwokerto tetap.
h. Trotoar
Stagnannya kondisi jalan dapat menimbulkan
i. Pengendalian persimpangan
masalah transportasi, diantaranya adalah kemacetan
j. Marka jalan
dan kecelakaan lalu lintas. Berdasarkan data dari
Data primer yang bersumber dari
Satlantas Polres Banyumas, jumlah kejadian
pengambilan langsung di lapangan
kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Banyumas tahun
meliputi :
2014 adalah 1.059, dan 202 diantaranya terjadi di
a. Parkir di sisi jalan
Perkotaan Purwokerto. Hal ini menunjukkan sekitar
b. Kecepatan rata – rata
19% kecelakaan lalu lintas di Kabupaten Banyumas
c. Tingkat pelayanan jalan
terjadi di Perkotaan Purwokerto.
d. Rambu lalu lintas
Penginderaan jauh dan sistem informasi
e. Hambatan samping
geografis dapat digunakan untuk kajian transportasi,
2.2.2. Data Sekunder
khususnya dalam hal ini adalah mengenai kecelakaan
Data sekunder yang diperlukan adalah
lalu lintas. Pencegahan kecelakaan lalu lintas harus
jumlah penduduk Perkotaan Purwokerto
dilaksanakan dengan cepat dan tepat untuk mencegah
tahun 2013 dan 2014.
korban meninggal dunia dan kerugian yang
ditimbulkan. Salah satu langkah awal dalam 2.3. Pengolahan Data
pencegahan kecelakaan lalu lintas adalah penentuan Parameter yang digunakan berjumlah 14
lokasi rawan kecelakaan. Tujuan penelitian ini yaitu parameter yang dihasilkan dari pengolahan citra
untuk mengetahui Pleiades, data sekunder, dan data lapangan.
Setiap parameter memiliki beberapa kelas dan
2. Metodologi Penelitian setiap kelas diberikan harkat. Kelas pada suatu
2.1. Alat dan Bahan Penelitian parameter memiliki harkat antara 1 hingga 5
Alat yang digunakan dalam penelitian ini yang menunjukkan nilai pengaruh terhadap
sebagai berikut : penyebab kecelakaan lalu lintas. Parameter
a. Laptop kondisi jalan dan lingkungan yang
b. Alat tulis diperhitungkan dalam pemodelan tingkat
c. Software AcrGIS 10.1
kerawanan kecelakaan lalu lintas ini adalah penyebrangan jalan
sebagai berikut : sepanjang 46 meter
a. Penggunaan lahan di sepanjang sisi jalan 2. Kawasan non komersil, 3
Penggunaan lahan berhubungan dengan aktivitas tidak ada fasilitas
manusia atau kegiatan ekonomi pada lahan yang penyebrangan jalan
spesifik (Lillesand dan Kiefer, 2004). Klasifikasi sepanjang 46 meter
penggunaan lahan dan pengharkatannya dapat 3. Kawasan komersil, tidak 5
dilihat pada tabel berikut ini. ada fasilitas penyebrangan
Tabel 2.1. Jenis Penggunaan Lah an jalan sepanjang 46 meter
No. Jenis Penggunaan Lahan Harkat Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005
1 Permukiman, hampir tidak 1 d. Perlintasan kereta api
ada kegiatan Perlintasan kereta api dan jalan raya dapat
2 Permukiman, beberapa 2 terletak sebidang maupun berbentuk overpass
angkutan umum, dll. dan underpass. Tabel harkat perlintasan kereta
3 Daerah industri dan 3 api sebidang dapat dilihat pada tabel berikut.
perkantoran dengan toko- Tabel 2.4. Perlintasan Kereta Api
toko di sisi jalan No. Perlintasan Kereta Api Harkat
4 Daerah niaga dengan 4 1. Tidak ada perlintasan 1
aktivitas sisi jalan yang kereta api sebidang
tinggi 2. Ada perlintasan kereta 5
5 Daerah niaga dan aktivitas 5 api sebidang
pasar sisi jalan yang sangat Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005
tinggi e. Jarak pandang bebas
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, Jarak pandang merupakan jangkauan pandangan
1997 pengemudi terhadap gerakan lalu-lintas yang
b. Radius belokan berlawanan. Klasifikasi jarak pandang dengan
Radius belokan merupakan jari – jari dari suatu harkatnya dapat dilihat pada tabel berikut ini.
tikungan pada suatu jalan. Tabel keterangan Tabel 2.5. Jarak Pandang Bebas
radius belokan dan harkatnya dapat dilihat pada No. Jarak Pandang Bebas Harkat
tabel berikut ini. 1. Pandangan ke depan tidak 1
Tabel 2.2. Radius Belokan terhalang oleh bangunan
No. Radius Belokan/ Harkat atau obyek lain
Tikungan 2. Pandangan ke depan 5
1. Jalan lurus (Bukan Belokan) 1 terhalang oleh bangunan
2. Lurus kemudian belokan 2 atau obyek lain
transisi Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005
3. Belokan Melingkar 3 f. Pola arus lalu lintas
o
4. Belokan bersudut > 90 4 Pola arus lalu lintas menunjukkan jumlah jalur
5. Belokan bersudut = 90o 5 dan ada tidaknya pembatas (median) pada setiap
Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005 lajur. Klasifikasi pola arus lalu lintas dengan
c. Fasilitas penyeberangan jalan harkatnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Fasilitas penyebrangan jalan yang dimaksud Tabel 2.6. Pola Arus Lalu Lintas
adalah berupa zebra cross, pelican crossing, No. Pola Arah Lalu Lintas Harkat
jembatan penyeberangan, dan terowongan 1. Satu arah dengan median 1
penyeberangan bagi para pejalan kaki. 2. Satu arah tanpa median 2
Pemberian harkat dan keterangan tentang 3. Dua arah dengan lebih dari 3
fasilitas penyeberangan jalan dapat dilihat pada satu median
tabel berikut ini. 4. Dua arah dengan satu 4
Tabel 2. 3. Fasilitas Penyeberangan Jalan median
No. Fasilitas Penyeberangan Harkat 5. Dua arah tanpa median 5
Jalan Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005
1. Kawasan komersil 1 g. Trotoar
maupun non komersil Trotoar adalah bagian jalan disediakan untuk
dengan fasilitas pejalan kaki yang biasanya sejajar dengan jalan
dan dipisahkan dari jalur jalan oleh kereb (MKJI, 1. Tidak ada parkir 0
1997). Klasifikasi pola arus lalu lintas dengan o
2. Parkir dengan sudut 0 1
harkatnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 3. Parkir dengan sudut 30o 2
Tabel 2.7. Trotoar 4. Parkir dengan sudut 45o 3
No. Trotoar Harkat 5. Parkir dengan sudut 60o 4
1. Ada trotoar yang bebas 1 6. Parkir dengan sudut 90 o
5
halangan Sumber : Warpani, 1990
2. Ada trotoar tetapi sudah 3 k. Kecepatan rata – rata
berubah fungsi Kecepatan adalah kemampuan untuk menempuh
3. Tidak ada trotoar 5 jarak tertentu dalam satuan waktu, dinyatakan
Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005 dalam kilometer per jam . Klasifikasi kecepatan
h. Pengendalian persimpangan rata – rata kendaraan dengan harkatnya dapat
Pengendalian persimpangan merupakan dilihat pada tabel berikut ini.
pengaturan arus lalu lintas yang melewati Tabel 2. 1. Kecepatan Rata – Rata Kendaraan
persimpangan tersebut memecahkan masalah No. Kecepatan Rata – Rata Harkat
kemacatan di persimpangan (Hariyanto, 2004). Kendaraan (Km/Jam)
Klasifikasi pengendalian persimpangan dengan 1. < 32 1
harkatnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 2. 32 – 48 2
Tabel 2.8. Pengendalian Persimpangan 3. 49 – 64 3
No Pengendalian persimpangan Harkt 4. 65 – 80 4
1. Persimpangan tidak seimbang, 1 5. > 80 5
atau bukan persimpangan Sumber : Malkhamah, 1995
2. Persimpangan sebidang 3 kaki 2 l. Tingkat pelayanan jalan
dengan pengendalian Tingkat pelayanan jalan merupakan ukuran
3. Persimpangan sebidang 4 kaki 3 kualitatif untuk menerangkan kondisi
dengan pengendalian operasional dalam arus lalu-lintas dan
4. Persimpangan sebidang banyak 4 penilaiannya oleh pemakai jalan. Klasifikasi
kaki dengan pengendalian tingkat pelayanan jalan dengan harkatnya dapat
maupun bunderan dilihat pada tabel berikut ini.
5. Persimpangan tanpa 5 Tabel 2.12. Tingkat Pelayanan Jalan
pengendalian Nilai
Karakteristik Arus
Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005 No. V/C
Lalu Lintas
Harkat
i. Marka jalan Ratio
Marka jalan merupakan suatu tanda yang berada Arus lalu lintas
di atas jalan seperti garis-tengah, garis menerus, bebas, volume lalu
marka lajur, marka sisi perkerasan dan lintas rendah,
0,00 –
sebagainya (MKJI, 1997). Klasifikasi marka kepadatan jalan
0,19
jalan dengan harkatnya dapat dilihat pada tabel 1. rendah, pengemudi 1
(Level
di bawah ini. dapat memilih
A)
Tabel 2.9. Marka Jalan kecepatan yang
No. Marka Jalan Harkat dikehendaki tanpa
1. Ada marka jalan yang jelas 1 hambatan
dan sesuai standar Arus lalu lintas
2. Tidak ada marka atau marka 5 stabil, tetapi
jalan yang kurang sesuai kecepatan operasi
dengan standar mulai dibatasi oleh
0,20 –
Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005 kondisi lalu lintas
0,44
j. Parkir di Sisi jalan 2. akibat peningkatan 2
(Level
Terdapat beberapa pola parkir yang telah dikenal volume lalu lintas,
B)
yaitu parkir dengan sudut 0o, 30o, 45o, 60o, dan pengembudi masih
90o. Klasifikasi parkir dengan harkatnya dapat memiliki kebabasan
dilihat pada tabel di bawah ini yang cukup untuk
Tabel 2. 10. Parkir di Sisi Jalan memilih kecepatan
No. Parkir di Sisi Jalan Harkat
Arus lalu lintas Rasio ketersediaan dengan
stabil, tetapi 5. kebutuhan minimal rambu 0 – 5
kecepatan dan gerak 20%
0,45 –
kendaraan Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005
0,69
3. dikendalikan oleh 3 n. Hambatan samping
(Level
volume lalu lintas, Hambatan samping adalah interaksi antara arus
C)
pengemudi dibatasi lalu-lintas dan kegiatan di samping jalan yang
dalam memilih menyebabkan pengurangan terhadap arus jenuh
kecepatan di dalam pendekat (MKJI, 1997). Klasifikasi
Arus lalu lintas hambatan samping dan harkatnya dapat dilihat
mendekati tidak pada tabel berikut ini.
0,70 – stabil, kecepatan Tabel 2.14. Hambatan Samping
0,84 masih dikendalikan No. Hambatan Samping Harkat
4. 4
(Level dan terkadang 1. Kendaraan lambat 1
D) terhenti, volume 2. Pejalan kaki 2
lalu lintas masih 3. Kendaraan masuk dan keluar 3
dapat ditolerir di samping jalan
Arus lalu lintas 4. Kendaraan umum/ kendaraan 4
tidak stabil, lain berhenti (parkir)
kecepatan rendah Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia,
dan terkadang 1997
>=
terhenti, volume Setiap parameter memiliki bobot yang berbeda –
0,85
5. lalu lintas berada 5 beda. Perbedaan dalam pemberian bobot disebabkan
(Level
atau dibawah oleh pengaruh parameter terhadap kerawanan
E – F)
kapasitas, terjadi kecelakaan lalu lintas yang berbeda. Keseluruhan
hambatan – nilai bobot parameter dapat dilihat pada tabel di
hambatan yang bawah ini.
besar Tabel 2.15. Bobot Parameter
Sumber : Manual Kapasitas Jalan Indonesia, No. Parameter Bobot
1997 1. Penggunaan lahan di sisi jalan 2
m. Rambu lalu lintas 2. Radius belokan 2
Rambu lalu lintas adalah bagian perlengkapan 3. Fasilitas penyebrangan jalan 1
jalan yang berfungsi sebagai peringatan, 4. Perlintasan kereta api 1
larangan, perintah, atau petunjuk bagi pengguna 5. Jarak pandang bebas 2
jalan. Klasifikasi ketersediaan rambu lalu lintas
6. Pola arus lalu lintas 2
dan harkatnya dapat dilihat pada tabel di bawah
7. Trotoar 1
ini.
8. Pengendalian persimpangan 2
Tabel 2.13. Rambu Lalu Lintas
9. Marka jalan 2
Presentase Ketersediaan
No. Harkat 10. Kecepatan rata – rata 3
Rambu
11. Tingkat pelayanan jalan 3
Rasio ketersediaan dengan
1. kebutuhan minimal rambu 80 1 12. Parkir 2
– 100% 13. Rambu lalu lintas 2
Rasio ketersediaan dengan 14. Hambatan samping 3
2. kebutuhan minimal rambu 60 2 Sumber : Primananda dan Suharyadi, 2005 dengan
– 80% modifikasi
Rasio ketersediaan dengan Harkat total diperoleh dengan rumus :
3. kebutuhan minimal rambu 40 3 Harkat total = (Harkat A x pembobot A) + (Harkat B
– 60% x pembobot B) + .......(harkat n x pembobot n)
Rasio ketersediaan dengan Rumus di atas menghasilkan harkat total yang
4. kebutuhan minimal rambu 20 4 kemudian dilakukan klasifikasi terhadap tingkat
– 40% kerawanan kecelakaan lalu lintas, sebagai berikut :
Tabel 2.16. Kelas Tingkat Kerawanan Lalu Lintas 3. Hasil dan Pembahasan
Harkat Kelas Kerawanan kecelakaan lalu intas dapat diketahui
Keterangan dengan pendekatan faktor – faktor kerawanan
Total Kerawanan
Potensi terjadinya kecelakaan lalu lintas yang meliputi faktor manusia,
28 – 65 Rendah kejadian kecelakaan faktor jalan, dan faktor lingkungan. Penelitian ini
rendah menggunakan faktor lingkungan dan faktor jalan
Potensi terjadinya dalam identifikasi kerawanan kecelakaan lalu lintas
66 – 102 Sedang kejadian kecelakaan dengan data dari citra penginderaan jauh dan data
sedang survei lapangan. Kedua data tersebut digunakan
Potensi terjadinya untuk membangun pemodelan spasial kerawanan
103 - 140 Tinggi kejadian kecelakaan kecelakaan lalu lintas. Akurasi hasil pemodelan
tinggi diketahui dengan membandingkan hasil pemodelan
Sumber : Hasil perhitungan dan data kecelakaan lalu lintas dari pihak kepolisian.
2.4. Diagram Alir Penelitian 3.1. Identifikasi Parameter Berdasarkan Interpretasi
Citra
Parameter penggunaan lahan diinterpretasi
dengan beberapa unsur – unsur interpretasi, yaitu
pola, warna, ukuran, situs, asosiasi, dan bentuk. Kelas
penggunaan lahan dibedakan menjadi lima macam,
yaitu pertama pemukiman dengan hampir tidak ada
kegiatan. Penggunaan lahan ini merupakan
penggunaan lahan dengan mayoritas tanah pertanian
dan permukiman yang tidak dilalui kendaraan umum
seperti angkutan kota atau bus. Selain itu, biasanya
jenis jalan yang ada pada pemukiman dengan hampir
tidak ada kegiatan merupakan jalan lokal atau jalan
lain. Pengunaan lahan ini terletak di sebagian Jalan
Gunung Tugel dan wilayah yang tidak dilalui oleh
jalan arteri maupun kolektor.
Penggunaan lahan kedua merupakan
permukiman dengan beberapa angkutan umum.
Interpretasi penggunaan lahan ini serupa dengan
pemukiman tidak ada kegiatan. Perbedaannya adalah
untuk penggunaan lahan ini ditambah informasi dari
trayek angkutan umum maupun data lapangan untuk
mengetahui kondisi sebenarnya di lapangan.
Penggunaan lahan ini terletak pada beberapa sisi
jalan, antara lain Jalan Kaliori-Patikraja, Jalan Sunan
Ampel, Jalan Tambaksogra – Sumbang, dan Jalan
Gambar 2.1. Diagram Alir Penelitian Sunan Bonang.
Jenis penggunaan lahan berikutnya adalah
2.5. Cara Penelitian daerah industri dan perkantoran dengan toko
Lokasi penelitian yang dipilih adalah Perkotaan disekitarnya. Daerah industri yang dimaksud dapat
Purwokerto sebagai ibukota Kabupaten Banyumas berupa pabrik maupun gudang – gudang penyimanan
dengan teknik sampling yang digunakan adalah dimana banyak kendaraan yang keluar masuk
Purposive Sampling. Sampel digunakan untuk bangunan tersebut. Ruas jalan yang terdapat daerah
menguji interpretasi citra dalam peta tentatif yang industri maupun perkantoran terdapat pada Jalan Yos
dihasilkan dan untuk mendapatkan data lapangan. Uji Sudarso, Jalan DI. Pandjaitan, dan Jalan Gunung
akurasi dilakukan untuk menguji seberapa benar peta Tugel.
yang dihasilkan dari penelitian ini. Data yang Jenis penggunaan keempat yaitu daerah niaga
diujiakurasikan adalah peta tentatif dari interpretasi dengan aktivitas jalan yang tinggi. Penggunaan lahan
citra dan data hasil lapangan. ini meliputi kawasan supermarket, komplek ruko, dan
minimarket. Beberapa terdapat pada Jalan Jend.
Sudirman, Jalan Jend. Suprapto, dan Jalan Overste
Isdiman. Salah satu kunci interpretasi yang digunakan Jalan Purwokerto – Patikraja, Jalan S. Parman, Jalan
dalam hal ini adalah ukuran. Kenampakan bangunan Senopati, Jalan Sunan Ampel, Jalan Suparjo Rustam,
untuk daerah niaga umumnya lebih besar jika Jalan Suwatio, Jalan Yos Sudarso, dan Jalan DI.
dibandingkan dengan bangunan pemukiman Pandjaitan, hanya memiliki 1 hingga 3 titik zebra
penduduk. Penggunaan lahan kelima yaitu cross.Terdapat juga jalan yang tidak memiliki zebra
penggunaan lahan berupa daerah niaga dan aktivitas cross maupun jenis fasilitas penyeberangan yang
pasar sisi jalan yang sangat tinggi. Aktivitas pasar lainnya, yaitu Jalan Dr. Gumbreg, Jalan Gerilya, Jalan
pada penggunaan lahan ini menyebabkan hambatan HOS. Notosuwiryo, Jalan Menteri Supeno, Jalan
samping bertambah banyak. Penggunaan lahan ini Moh. Besar, Jalan Moh. Yamin, Jalan Purwokerto –
terdapat pada Jl. Jend. Sudirman dan di Jl. Pattimura. Baturaden, Jalan SMP 5, Jalan Sultan Agung, Jalan
Akurasi interpretasi untuk parameter penggunaan Sultan Bonang, Jalan Kalijaga, Jalan Supriadi, Jalan
lahan sebesar 71.4%. Veteran, Jalan Wahid Hasyim, Jalan Dukuhwaluh –
Interpretasi radius belokan dengan Citra Pleiades Kembaran, Jalan Kaliori – Patikraja, dan Jalan
dilakukan per segmen jalan. Segmen jalan paling Tambaksogra – Sumbang. Akurasi interpretasi untuk
banyak di Perkotaan Purwokerto berupa jalan lurus, fasilitas penyeberangan jalan sebesar 91.4%.
sedangkan segmen jalan paling sedikit berupa Perlintasan kereta api yang terletak di Perkotaan
belokan melingkar atau bundaran. Belokan melingkar Purwokerto merupakan jenis perlintasan kereta api
atau bundaran banyak terdapat pada ujung ruas jalan sebidang. Hal ini dapat diinterpretasi dari Citra
dan merupakan bagian dari persimpangan jalan. Pleiades. Perlintasan kereta api tersebut diinterpretasi
Terdapat 3 (tiga) macam bundaran di Perkotaan dari bentuknya yang memanjang lurus. Sebagian
Purwokerto, salah satunya adalah Bundaran besar jalan di Perkotaan Purwokerto tidak dilalui oleh
Margono. Interpretasi jalan lurus ditunjukkan dengan perlintasan kereta api. Hanya terdapat dua ruas jalan
bentuk jalan yang lurus dan memanjang, dan marka yang dilalui oleh rel kereta api yaitu sebagian Jalan
jalan berupa garis putus - putus. Belokan >90o Jend. Sudirman dan Jalan Veteran. Kedua perlintasan
merupakan belokan yang agak tajam dan pada kereta api tersebut sudah dilengkapi dengan palang
belokan ini biasanya terdapat marka garis tengah pintu dan rambu lalu lintas sebagai alat bantu untuk
jalan berupa garis tanpa putus. Belokan = 90o keamanan pengguna jalan. Akurasi interpretasi untuk
tergolong belokan yang tajam sehingga pengemudi perlintasan kereta api sebidang sebesar 100%.
kendaraan harus berhati – hati ketika melintasi Interpretasi parameter jarak pandang bebas
belokan ini. Jalan yang memiliki banyak belokan juga dilakukan dengan melakukan pendekatan dengan
dipengaruhi oleh kondisi topografinya, contohnya memperhatikan bentuk ruas jalan dan bangunan di
Jalan Purwokerto – Patikraja dan Jalan Gunung Tugel sisi jalan. Ruas jalan yang berkelok - kelok akan
yang topografinya lebih bervariasi dibandingkan memiliki jarak pandang yang lebih sempit
dengan jalan lainnya di Perkotaan Purwokerto. dibandingkan dengan jalan yang lurus. Bangunan di
Akurasi interpretasi radius belokan adalah sebesar sisi jalan yang tinggi juga dapat mengurangi jarak
91.4 %. pandang bebas bagi pengendara. Pandangan ke arah
Fasilitas penyeberangan jalan berguna untuk depan yang terganggu karena adanya obyek lain yang
meningkatkan keamanan bagi pejalan kaki ketika menghalangi dari depan dapat menyebabkan
menyeberang. Jenis fasilitas penyeberangan jalan kecelakaan lalu lintas karena pengendara tidak terlalu
yang ada di Perkotaan Purwokerto berupa zebra cross dapat melihat pengendara lain yang akan melintas.
yang diketahui dari interpretasi citra. Interpretasi Interpretasi jarak pandang bebas dengan Citra
dilakukan dengan menggunakan warna (warna putih) Pleiades menghasilkan akurasi sebesar 91.4%.
dan pola (garis melintang dengan jalan). Hambatan Identifikasi pola arus dengan citra penginderaan
yang ditemui pada saat interpretasi yaitu ketika jauh dengan cara memperhatikan median dan marka
fasilitas penyeberangan tersebut tertutup oleh pohon, jalan. Median jalan di Perkotaan Purwokerto terdapat
ataupun pengaruh dari citra yang terdapat awan. pada jalan dengan jumlah kendaraan yang tergolong
Sebaran fasilitas penyeberangan jalan di tinggi yaitu pada Jalan Gerilya, Jalan S. Parman, dan
Perkotaan Purwokerto tidak merata. Jalan Jend. Jalan Yos Sudarso. Selain jalan yang telah disebutkan
Sudirman merupakan jalan yang memiliki fasilitas di atas, jalan lainnya merupakan jalan tanpa median.
penyeberangan jalan (berupa zebra cross) paling Berdasarkan hasil interpretasi dan survei lapangan
banyak yaitu sebanyak 24 titik zebra cross. Jalan yang tidak terdapat jalan dengan dua median di Perkotaan
lainnya, yaitu Jalan Adipati Mersi, Jalan Gunung Purwokerto. Arah arus lalu lintas tergolong sulit
Tugel, HR. Bunyamin, Jalan Jend. Suprapto, Jalan diinterpretasi secara langsung dari Citra Pleiades
Jend. Sutoyo, Jalan Overste Isdiman, Jalan Pahlawan, sehingga diperlukan cek lapangan untuk
mengetahuinya. Local knowledge juga dapat Marka jalan merupakan parameter yang dapat
membantu dalam menentukan arah arus lalu lintas diinterpretasi dari Citra Pleiades dengan melihat rona
sehingga dapat meningkatkan akurasi interpretasi. dan bentuknya. Kelas marka jalan dibedakan menjadi
Semua arah arus jalan di Perkotaan Purwokerto 2 (dua) yaitu ada marka yang jelas dan sesuai standar
merupakan jalan dengan dua arah, kecuali pada Jalan dan tidak ada marka atau marka kurang sesuai
Jend. Suprapto yang merupakan jalan satu arah (one standar. Tidak semua marka jalan di Perkotaan
way). Akurasi interpretasi parameter pola arus Purwokerto terlihat jelas dan sesuai standar. Marka
sebesar 94.2% yang kurang sesuai standar ditunjukkan dengan garis
Trotoar merupakan fasilitas jalan yang marka yang tidak terlihat jelas dan belum dicat ulang.
diperuntukkan bagi pejalan kaki ketika menggunakan Terdapat juga jalan yang tidak memiliki marka,
jalan tersebut. Interpretasi trotoar agak sulit dilakukan seperti pada Jalan Kaliori – Patikraja. Akurasi
dengan Citra Pleiades karena trotoar sulit dibedakan parameter marka jalan sebesar 74.2% dengan jumlah
dengan jalan karena kemampuan citra yang kurang sampel interpreasi benar sebanyak 26 sampel dan
tinggi. Selain itu, banyak obyek lain seperti atap sampel salah sebanyak 9 sampel.
bangunan dan pepohonan di tepi jalan. Trotoar yang Tingkat pelayanan jalan menunjukkan kondisi
bebas halangan terdapat pada 7 ruas jalan, yaitu Jalan operasional dalam arus lalu-lintas dan penilaiannya
Jend. Sudirman, Jalan S. Parman, Jalan Pahlawan, oleh pemakai jalan. Komponen yang termasuk dalam
Jalan Yos Sudarso, Jalan Overste Isdiman, Jalan HR. tingkat pelayanan jalan yaitu lebar jalan, kapasitas
Bunyamin, dan Jalan Suwatio. Trotoar bebas dasar jalan, pembagian arah, jumlah penduduk, dan
halangan berarti trotoar tersebut hanya difungsikan volume kendaraan. Tingkat pelayanan yang paling
untuk pejalan kaki saja. Trotar yang telah mengalami baik, yaitu kelas A, terdapat pada Jalan Moh. Besar,
perubahan fungsi terdapat pada Jalan Jend. Suprapto. Jalan Sultan Agung, dan Jalan Senopati. Tingkat
Perubahan fungsi yang terjadi adalah trotoar tersebut pelayanan jalan yang paling rendah di Perkotaan
menjadi tempat parkir kendaraan bermotor roda dua. Purwokerto yaitu kelas D, terdapat pada Jalan
Sebanyak 26 ruas jalan di Perkotaan Purwokerto tidak Overste Isdiman, Jalan Raden Patah, Jalan Menteri
memiliki trotoar. Salah satu jalan yang tidak memiliki Supeno.
trotoar yaitu Jalan Sunan Ampel. Akurasi interpretasi Sebanyak 22 ruas jalan di Perkotaan Purwokerto
terhadap trotoar tergolong cukup rendah, yaitu hanya memiliki tingkat pelayanan jalan kelas B yang berarti
mencapai 48.5%. Salah satu hal yang mempengaruhi arus lalu lintas stabil dan kecepatan kendaraan masih
kesalahan interpretasi adalah, adanya kemiripan dapat diatur sesuai keinginan pengemudi, walaupun
antara trotoar dan bahu jalan yang masih belum volume kendaraan lebih banyak dibandingkan
diperkeras. dengan kelas A. Jalan dengan tingkat pelayanan jalan
Interpretasi parameter pengendalian kelas C masih memiliki arus lalu lintas stabil seperti
persimpangan melalui citra penginderaan jauh pada kelas B, tetapi kecepatan dan gerak kendaraan
tergolong mudah. Hal ini karena perpotongan antar dikendalikan oleh volume lalu lintas sehingga
jalan terlihat secara jelas sehingga memudahkan pengemudi dibatasi dalam memilih kecepatan. Kelas
interpretasi. Persimpangan dengan pengendalian C ini terjadi pada 6 ruas jalan, yaitu Jalan Pahlawan,
berarti persimpangan tersebut sudah dilengkapi Jalan Jend. Sutoyo, Jalan HR. Bunyamin, Jalan Sunan
dengan lampu dan rambu lalu lintas. Hal ini bertujuan Bonang, Jalan Sunan Ampel, dan Jalan Moh. Yamin.
untuk mengatur lalu lintas sehingga persimpangan Tingkat pelayanan jalan kelas E atau F tidak terdapat
menjadi lebih teratur dan terkendali. Mayoritas di Perkotaan Purwokerto yang berarti bahwa tidak
persimpangan di Perkotaan Purwokerto merupakan adanya hambatan – hambatan yang besar maupun
persimpangan dengan pengendalian. Persimpangan kemacetan yang parah.
berupa bundaran di Perkotaan Purwokerto terdapat
3.2. Idenfitikasi Parameter Berdasarkan Survei
pada 3 (tiga) titik. Salah satunya berada di Bundaran
Lapangan
Margono yang menghubungkan antara Jalan Jend.
Parameter yang menggunakan data lapangan
Sudirman, Jalan Dr, Gumbreg, dan Jalan Suparjo
yaitu parameter parkir, kecepatan rata – rata, rambu
Rustam. Sebanyak 6 jenis persimpangan di Perkotaan
lalu lintas, dan hambatan samping. Parameter parkir
Purwokerto merupakan persimpangan tanpa
yang digunakan merupakan parkir kendaraan roda 4
pengendalian. Salah satunya merupakan
(empat) atau lebih yang terletak di sisi jalan. Parkir
persimpangan antara Jalan Moh. Besar dengan Jalan
yang berada di basement gedung ataupun kantong
Purwokerto – Baturaden. Akurasi interpretasi untuk
parkir tidak dipertimbangkan. Parameter parkir ini
pengendalian persimpangan sebesar 91.4%.
diketahui dari survei lapangan tanpa melalui
interpretasi citra satelit. Hampir seluruh ruas jalan di
Perkotaan Purwokerto memiliki pola parkir berupa 0o berikutnya yaitu pejalan kaki yang terjadi di Jl.
yang sejajar dengan jalan. Pola parkir 0o ini Gunung Tugel, Jl. Jend.Sutoyo, dan Jl. Sunan
menunjukkan bahwa ruang parkir di Perkotaan Bonang.
Purwokerto masih banyak tersedia. Ruas jalan yang
3.3. Pembuatan Model Kerawanan Kecelakaan Lalu
tidak ditemukan kendaraan yang terparkir pada saat
Lintas
survei yaitu Jalan Gunung Tugel dan Jalan Suparjo
Model kerawanan kecelakaan lalu lintas dibuat
Rustam.
dengan cara menyusun 14 macam parameter
Kecepatan rata – rata kendaraan menunjukkan
penyebab kecelakaan lalu lintas dan mengolahnya
laju kendaraan dalam menempuh jarak tertentu
dengan sistem informasi Geografis (SIG). Pemodelan
dengan waktu tertentu. Kecepatan rata – rata tertinggi
yang digunakan adalah pemodelan berjenjang
yaitu di Jalan Soeparjo Rustam, yaitu 54.15 Km/Jam.
tertimbang sehingga setiap parameter memiliki
Hal ini dapat disebabkan karena kondisi jalan yang
harkat dan bobot berdasarkan pengaruhnya terhadap
lurus, lebar jalan, hambatan yang relatif sedikit, dan
kejadian kecelakaan lalu lintas.
terletak di pinggiran perkotaan. Kecepatan rata – rata
Tingkat kerawanan rendah terdapat pada Jalan
kendaraan terendah terletak di Jalan Overstate
Jend. Sudirman, Jalan Kaliori-Patikraja, Jalan
Isdiman yaitu 28,39 Km/Jam. Hal ini dapat
Gunung Tugel, Jalan Wahid Hasyim, Jalan S.
disebabkan karena terdapat komplek pertokoan,
Parman, Jalan Pahlawan, Jalan Jend. Sutoyo, Jalan
sekolah, dan pom bensin dan banyaknya hambatan
Jend. Suprapto, Jalan Adipati Mersi, Jalan Supriyadi,
seperti kendaraan keluar masuk jalan.
Jalan Yos Sudarso, Jalan Veteran, Jalan Pattimura,
Rambu lalu lintas adalah suatu alat pelengkap
Jalan Overste Isdiman, Jalan HR. Bunyamin, Jalan
jalan yang berupa lambang, huruf, angka, kalimat
Raden Patah, Jalan Tambaksogra-Sumbang, Jalan
dan/atau perpaduannya yang diperuntukkan bagi
Sunan Bonang, Jalan Sunan Ampel, Jalan Moh.
pengguna jalan untuk menunjukkan larangan,
Besar, Jalan Purwokerto-Baturaden, Jalan SMP 5,
peringatan, perintah, dan petunjuk tentang jalan.
Jalan Moh. Yamin, Jalan DI. Pandjaitan, Jalan HOS
Kebutuhan rambu terpenuhi paling tinggi terdapat
Notosuwiryo, Jalan Dr. Gumbreg, Jalan Sultan
pada Jalan Veteran dengan sebanyak 92.3%
Agung, Jalan Suwatio, Jalan Sunan Kalijaga, Jalan
kebutuhan rambu telah terpenuhi. Kebutuhan rambu
Gerilya, dan Jalan Purwokerto-Patikraja. Tingkat
terpenuhi paling sedikit pada Jalan Tambaksogra –
kerawanan sedang terdapat pada Jalan Dukuhwaluh-
Sumbang, yaitu hanya sebanyak 10.3%. Jenis rambu
Kembaran, Jalan Menteri Supeno, dan Jalan Suparjo
yang banyak diperlukan pada Jalan Tambaksogra-
Rustam. Tingkat kerawanan tinggi terdapat pada
Sumbang adalah rambu peringatan dikarenakan tidak
Jalan Senopati.
tersedianya rambu peringatan tikungan/ belokan,
peringatan persimpangan jalan, peringatan lampu lalu
lintas, maupun rambu peringatan lainnya. Rata – rata
rambu lalu lintas terpenuhi di Perkotaan Purwokerto
adalah sebanyak 55.69% yang tergolong cukup
rendah.
Parameter hambatan samping diteliti langsung
saat survei lapangan yaitu meliputi pejalan kaki,
kendaraan lambat (becak, sepeda, dan lain – lain),
kendaraan berhenti (parkir), dan kendaraan keluar
masuk di samping jalan. Hambatan samping yang
paling banyak terjadi di Perkotaan Purwokerto adalah
kendaraan keluar/ masuk di samping jalan yang
terjadi pada ruas 27 jalan. Jenis hambatan samping ini
banyak dipengaruhi oleh penggunaan lahan yang
berada di sisi jalan, terutama pada daerah niaga.
Kendaraan lambat merupakan hambatan samping
kedua yang banyak terjadi di Perkotaan Purwokerto.
Sebanyak 5 jalan, yaitu Jl. S. Parman, Jl. Supriyadi,
Jl. Tambaksogra – Sumbang, Jl. Sunan Kalijaga, dan
Jl. Menteri Supeno, mengalami hambatan samping
yang berupa kendaraan lambat seperti sepeda, becak,
gerobak, dan sebagainya. Hambatan samping Gambar 3.1. Peta hasil pemodelan
3.4. Uji Validasi Pemodelan Purwokerto-Baturaden, Jalan SMP 5, Jalan Moh.
Uji validasi dilakukan pada hasil klasifikasi Yamin, Jalan DI. Pandjaitan, Jalan HOS
pemodelan tingkat kerawanan kecelakaan lalu lintas Notosuwiryo, Jalan Dr. Gumbreg, Jalan Sultan
dengan tujuan agar peta yang dihasilkan diketahui Agung, Jalan Suwatio, Jalan Sunan Kalijaga,
tngkat ketelitiannya. Uji validasi ini melibatkan hasil Jalan Gerilya, dan Jalan Purwokerto-Patikraja.
pemodelan dengan data kecelakaan lalu lintas yang Tingkat kerawanan sedang terdapat pada Jalan
diperoleh dari Polres Banyumas tahun 2014. Dukuhwaluh-Kembaran, Jalan Menteri Supeno,
dan Jalan Suparjo Rustam. Tingkat kerawanan
tinggi terdapat pada Jalan Senopati. Akurasi
hasil pemodelan dengan data kecelakaan lalu
lintas dari kepolisian adalah sebesar 80%.
c. Rekomendasi yang dapat diberikan pada sistem
transportasi darat di Perkotaan Purwokerto
Berdasarkan hasil pemodelan nilai akurasi yang dikategorikan berdasarkan tingkat kerawanan
diperoleh sebesar 80%. Nilai akurasi ini diperoleh kecelakaan lalu lintasnya. Rekomendasi tersebut
dari jumlah hasil pemodelan dengan data kecelakaan meliputi penambahan fasilitas penyeberangan
lalu lintas yang sesuai dan dibandingan dengan jalan, penambahan median jalan, pengendalian
jumlah keseluruhan jalan. Hal ini menunjukkan pada persimpangan tanpa pengendalian,
sebesar 80 % kejadian kecelakaan di Perkotaan penambahan trotoar jalan untuk pejalan kaki,
Purwokerto dipengarhui oleh faktor kondisi jalan dan perbaikan marka jalan, penambahan rambu lalu
lingkungan dan 80% sisanya dapat dipengaruhi oleh lintas, dan penambahan rambu untuk kecepatan
faktor lainnya, misalnya faktor pengemudi dan faktor maksimal.
kendaraan.

4. Kesimpulan DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan proses dan hasil penelitian yang telah
diperoleh, maka dapat diambil beberapa kesimpulan Badan Pusat Statistik. 2014. Kabupaten Banyumas
sebagai berikut : dalam Angka 2014.
a. Tingkat akurasi hasil interpretasi pada parameter Lillesand, Thomas M; Ralph W. Kiefer; Jonathan
– parameter yang digunakan, yaitu : 71.4% pada W. Chipman. 2004. Remote Sensing and Image
parameter penggunaan lahan, 91.4% pada Interpretation, 5th ed. USA : John Wiley & Sons
parameter radius belokan, 91.4% pada parameter Hariyanto, Joni. 2004. Sistem Pengendalian Lalu
fasilitas penyeberangan jalan, 100% pada Lintas pada Pertemuan Jalan Sebidang. Medan
parameter perlintasan kereta api sebidang, : Fakultas Teknik, Universitas Sumatra Utara
91.4% pada parameter jarak pandang bebas, Malkhamah, Siti. 1995. Manajemen Lalulintas Kota
94.2% pada parameter pola arus, 48,5% pada secara Terpadu, untuk Pelestarian Lingkungan,
parameter trotoar, 91.4% pada parameter untuk Keselamatan Lalulintas
pengendalian persimpangan, dan 74.2% pada Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI). 1997.
parameter marka jalan. Jakarta : Direktorat Bina Jalan Kota, Direktorat
b. Hasil pemodelan spasial menunjukkan di Bina Marga RI dan SWEROAD
Perkotaan Purwokerto terdapat 3 (tiga) macam Primananda, Aktifa dan Suharyadi. 2005. Pemodelan
tingkat kerawanan kecelakaan lalu lintas. Spasial Tingkat Kerawanan Kecelakaan Lalu
Tingkat kerawanan rendah terdapat pada Jalan Lintas di Surabaya Pusat dengan Memanfaatkan
Jend. Sudirman, Jalan Kaliori-Patikraja, Jalan Foto Udara. Prosiding. PIT MAPIN XIV :
Gunung Tugel, Jalan Wahid Hasyim, Jalan S. Surabaya
Parman, Jalan Pahlawan, Jalan Jend. Sutoyo, Warpani, Sujarwoko. 1990. Merencanakan Sistem
Jalan Jend. Suprapto, Jalan Adipati Mersi, Jalan Perangkutan. Bandung : ITB
Supriyadi, Jalan Yos Sudarso, Jalan Veteran, Wibowo, Awal; Chatarina Muryani; Suwarto. 2015.
Jalan Pattimura, Jalan Overste Isdiman, Jalan Studi tentang Struktur Kota Sistem Transportasi
HR. Bunyamin, Jalan Raden Patah, Jalan dan Mobilitas Penduduk di Kota Purwokerto.
Tambaksogra-Sumbang, Jalan Sunan Bonang, Jurnal GeoEco Vol. 1, No. 2 (Juli 2015) Hal. 222
Jalan Sunan Ampel, Jalan Moh. Besar, Jalan – 233 ISSN:2460-076

Anda mungkin juga menyukai