Anda di halaman 1dari 21

TUGAS BAHASA INDONESIA

JURNAL

PENTINGNYA LAYANAN BUS KOTA SEBAGAI


PENYUSUN INTERAKSI TIMBAL BALIK ANTARA POLA TATA GUNA LAHAN
DENGAN SISTEM TRANSPORTASI

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA MELALUI PEMBELAJARAN


APRESIASI SASTRA DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA

HERNA PUJI ASTUTIK


I0110056

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET


SURAKARTA
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perubahan fungsi lahan yang terus meningkat yang salah satunya diakibatkan dari pembangunan
baru, mengakibatkan perubahan fungsi lahan dari kawasan lindung, budidaya pertanian,
tangkapan air manjadi kawasan hunian yang berdampak terhadap perubahan tata air alamiah.
Perubahan lahan tersebut telah memperluas lapisan kedap air, sehingga berkurangnya
kesempatan air untuk berinfiltrasi kedalam tanah dan memperbesar limpasan permukaan air yang
jatuh ke bawah.
Pendekatan umum untuk menahan dan mempertahankan kelebihan limpasan air bertujuan untuk
mengurangi jumlah permukaan lapisan permukaan kedap air yang ditambahkan ke sebuah situs
dan, dengan demikian mengurangi kelebihan limpasan air hujan. Instalasi beton berpori di parkir
atau jalan raya lalu lintas rendah adalah salah satu teknik memanfaatkan pendekatan ini
(Wanielista, 2007)

Sebagai upaya mengurangi limpasan air dan menambah infiltrasi kedalam tanah maka teknologi
drainase berwawasan lingkungan seperti beton lulus air yang dapat kita dapatkan dari pervious
concrete karena pervious concrete dapat dimungkinkan menghasilkan beton lolos air atau sering
disebut porous concrete. Untuk menggantikan peresapan alami yang hilang atau berkurang
akibat meluasnya lahan pembangunan yang menjadi kedap tertutup bangunan atau jalan. Pada
saat ini penggunan pervious concrete banyak digunakan sebagai area parkir, rumah kaca, trotoar
pejalan kaki dan perkerasan untuk jalur lalu lintas dengan tingkat kepadatan yang rendah.(888-
84NRMCA, 2004) Beton ini juga telah digunakan sebagai beban dinding bantalan di rumah-
rumah (Tanvir, 2012). Kedepannya pervious concrete akan menjadi salah satu beton yang sering
digunakan dikota-kota besar untuk menambah infiltrasi ke tanah sebagai upaya mendukung
green engineering.

Berbagai material untuk mendukung isu green engineering ini telah banyak diteliti dan
diupayakan, salah satu dari berbagai jenis material yang tersedia di sekitar kita, dan belum
termanfaatkan secara maksimal adalah limbah pecahan gerabah. Limbah pecahan gerabah
memiliki sifat mudah menyerap air,memiliki pori pori material yang lebih besar dibanding batu
sehingga mudah meneruskan dan meluluskan jalanya air ke dalam tanah. Sebagai agregat
campuran, limbah pecahan gerabah pada pervious concrete memiliki kelebihan tersendiri.
Karena pervious concrete merupakan bentuk sederhana dari jenis beton ringan, yang dalam
pembuatannya tidak menggunakan agregat halus (pasir). Tidak adanya agregat halus dalam
campuran menghasilkan beton yang berpori sehingga beratnya berkurang (Tjokrodimulyo,
2009). Cara membuat pervious concrete semuanya tergantung adanya rongga udara dalam
agregat atau pembentukan rongga udara dalam beton. Sedangkan kuat tekan beton non pasir
dipengaruhi oleh :

1. Faktor air semen


2. Rasio volume aggregat dengan semen
3. Jenis aggregatnya

Porositas beton merupakan sifat yang dibutuhkan untuk membuat beton porous. Namun
demikian sifat-sifat beton yang lain juga perlu ditinjau termasuk kuat tekan beton.Tinjauan kuat
tekan beton ini penting karena jumlah pori (porositas) yang tinggi menyebabkan rendahnya
kepadatan beton sehingga kuat tekan dan ketahanan terhadap abrasi menjadi rendah.

Sedang kuat tekan merupakan salah satu parameter utama mutu beton. Kuat tekan adalah
besarnya beban per satuan luas, yang dapat ditahan sampai dengan menyebabkan benda uji
hancur bila dibebani dengan gaya tekan tertentu. Kuat tekan merupakan sifat yang diperlukan
dalam aplikasi beton sebagai elemen struktur. Namun demikian sifat-sifat beton yang lain juga
perlu ditinjau termasuk porositas dan permeabilitas beton. Tinjauan porositas dan permeabilitas
beton ini penting karena jumlah pori (porositas) yang tinggi menyebabkan rendahnya kepadatan
beton sehingga kuat tekan dan ketahanan terhadap abrasi menjadi lebih rendah.
Beton berpori sangat jarang digunakan dalam pembangunan infrastruktur. Kegunaan beton
berpori adalah untuk media resapan air yang memegang peranan penting di masa depan.

Oleh karena itu, penelitian tentang tinjauan kuat tekan porositas dan permeabilitas untuk
mendapatkan komposisi material yang baik dari pervious concrete dengan campuran agregat
limbah gerabah sebagai bahan konstruksi diperlukan sebagai material alternatif pada lapisan
permukaan tanah.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana nilai kuat tekan, permeabilitas dan porositas pervious concrete dengan bahan
tambah agregrat pecahan limbah gerabah?
2. Bagaimana hubungan antara nilai kuat tekan terhadap porositas pervious concrete dengan
bahan tambah agregrat pecahan limbah gerabah?
3. Bagaimana hubungan nilai permeabilitas terhadap porositas pervious concrete dengan
bahan tambah agregrat pecahan limbah gerabah ?

1.3 Batasan Masalah

Agar penelitian ini dapat berjalan secara sistematis, maka permasalahan yang ada perlu dibatasi
dengan batasan-batasan sebagai berikut:
1. Faktor air semen yang digunakan adalah 0,35.
2. Semen yang digunakan adalah Semen Portland.
3. Agregat yang digunakan kerikil dan limbah pecahan gerabah.
4. Presentase gerabah yang digunakan dalam campuran adalah 0 %, 25%, 50%, 100% dari
jumlah total kebutuhan agregrat.
5. Pecahan limbah industri gerabah dengan besaran agregat minimal nomor saringan no. 4
( 4,75 mm) dan maksimal adalah ¾’ (20 mm).
1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui nilai kuat tekan, permeabilitas dan porositas pervious concrete dengan
bahan tambah agregrat pecahan limbah gerabah.
2. Untuk mengetahui hubungan antara nilai kuat tekan terhadap porositas pervious concrete
dengan bahan tambah agregrat pecahan limbah gerabah.
3. Untuk mengetahui hubungan nilai permeabilitas terhadap porositas pervious concrete
dengan bahan tambah agregrat pecahan limbah gerabah.

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Manfaat Teoritis

a. Menambah pengetahuan tentang besarnya nilai kuat tekan, permeabilitas dan porositas
pervious concrete dengan campuran pecahan limbah industri gerabah.
b. Memberikan konstribusi bagi perkembangan ilmu bahan dan struktur.

1.5.2 Manfaat Praktis

Penelitian dengan campuran pecahan limbah industri gerabah pada pervious concrete
diharapkan akan menunjukan hasil nyata terhadap perbaikan karakteristik beton
(permeabilitas dan kuat tekan) pada jenis pervious concrete, sehingga dengan
karakteristik tersebut mampu meningkatkan perkembangan mutu pervious concrete.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Pervious concrete adalah tipe khusus dari beton dengan porositas tinggi digunakan untuk
aplikasi flatwork beton yang memungkinkan air dari curah hujan dan sumber-sumber lain untuk
melewati beton tersebut, sehingga mengurangi limpasan air dari situs dan menambah pengisian
air ke tanah.(Obla, 2010) Besarnya porositas pervious concrete didapatkan dari besarnya
presentase ruang-ruang kosong atau besarnya kadar pori yang terdapat dari beton tersebut.

Telah banyak riset tentang beton, salah satunya adalah replacement agregat. Replacement
agregrat yang biasanya digunakan dalam beton konvensional sangat beragam jenisnya. Misalnya
pemakaian abu terbang (fly ash), blast furnace slags, steroform, genteng, dan limbah padat
pabrik sebagai pengganti agregrat. Namun untuk replacement pada pervious concrete hanya
sedikit peneliti yang menelitinya, kebanyakan dari penelitian mengarah kepada variasi ukuran
gradasi agregrat yang digunakan. Dalam hal ini agregrat pecahan limbah gerabah memiliki
kelebihan dalam beton jenis pervious concrete dibandingkan agregrat batu. Gerabah mempunyai
jumlah pori dan ukuran pori lebih besar dibandingkan batuan dibuktikan dengan pengujian scan
electron microscopy (SEM) pada gambar 2.5. Sehingga penggunaan agregat limbah gerabah
mengakibatkan penambahan jumlah ruang kosong dalam beton tersebut. Banyaknya ruang
kosong pada penggunaan agregrat gerabah mengakibatkan agregrat tersebut memiliki nilai
porositas lebih besar dibandingkan agregrat batuan. Porositas merupakan suatu karakteristik fisik
yang menunjukan kemampuan suatu bahan untuk menyerap air sampai jenuh. Dengan semakin
tingginya porositas maka akan semakin banyak ruang-ruang kosong atau rongga didalam badan
gerabah.(Roziafanto, 2008)
2.2 Landasan Teori

2.2.1. Pervious Concrete

Beton berpori (pervious concrete) merupakan tipe perkerasan pembangunan yang permeabel,
yaitu campuran beton berpori yang tidak menggunakan pasir atau hanya dalam jumlah kecil,
sehingga menghasilkan beton dengan pori kira-kira 20%. Ruang pori tersebut membuat air dapat
mengalir di dalam perkerasan ke lapisan batuan berukuran seragam di bawahnya, lalu ke dalam
tanah sehingga mengurangi atau menghilangkan aliran air di atas permukaan perkerasan. Adapun
bentuk penampang previous concrete seperti dilihat dalam Gambar 2.1

(Sumber: Ferdian, 2011)


Gambar 2.1 Beton berpori

Komposisi yang digunakan untuk beton berpori tidak jauh berbeda seperti beton normal.
Perbedaan yang ada adalah dalam pembuatan beton berpori tidak atau sedikit sekali digunakan
agregat halus pada campuran betonnya, dikarenakan beton berpori yang terbentuk memiliki
rongga-rongga untuk porositas air, serta faktor air semen (FAS) memiliki peranan yang sangat
penting, dengan tujuan agar rongga-rongga yang ada pada beton nantinya tidak tertutup oleh
pasta semen pada saat mengeras. Selain itu juga bertujuan untuk mengikat agregat agar tidak
mudah terlepas. Semakin kecil faktor air semen yang digunakan semakin tinggi nilai kuat tekan
beton yang dihasilkan.
2.2.5 Kuat Tekan Beton

Kuat tekan beton merupakan gambaran mutu beton, karena biasanya kenaikan kuat tekan beton
akan diikuti oleh perbaikan sifat beton yang lainnya. Menurut SNI 03-1974-1990 yang dimaksud
dengan kuat tekan beton adalah besarnya beban persatuan luas, yang menyebabkan benda uji
beton hancur bila dibebani dengan gaya tertentu, yang dihasilkan oleh mesin uji tekan. Pengujian
kuat tekan beton dilakukan dengan cara memberi gaya tekan aksial secara bertahap terhadap
benda uji silinder, sampai benda uji mengalami keruntuhan. Besarnya kuat tekan beton dapat
dihitung dengan cara membagi beban maksimum pada saat benda uji hancur dengan luas
penampang benda uji. Kuat tekan beton tersebut dapat dicari dengan menggunakan persamaan
2.1 :

Pmax
f ' c= …………………………………………………………..(2.1)
Ac
Keterangan:
f' c = kuat tekan beton, MPa.
Pmak = beban maksimum, N.
Ac = luas penampang, mm2 . (Suarnita, 2011)

2.2.6 Porositas

Porositas adalah besarnya persentase ruang-ruang kosong atau besarnya kadar pori yang terdapat
pada beton dan merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi kekuatan beton. Pori-
pori beton biasanya berisi udara atau berisi air yang saling berhubungan dan dinamakan dengan
kapiler beton. Kapiler beton akan tetap ada walaupun air yang digunakan telah menguap,
sehingga kapiler ini akan mengurangi kepadatan beton yang dihasilkan.

Dalam penelitian ini percobaan menggunakan uji porositas VIM (Voids in Mix).

VIM (Voids In Mix) merupakan volume pori dalam campuran yang telah dipadatkan atau
banyaknya rongga udara yang berada dalam campuran beton porus. Dalam hal ini perhitungan
volume sampel tidak dilakukan dengan perendaman sampel dalam air dikarenakan berat kering
permukaan jenuh (SSD) pada beton porus tidak akan terjadi sebagai akibat dari porusnya
campuran, sehingga nilai porositas/VIM dinyatakan dalam bilangan satu angka dibelakang koma
atau dalam persen (%) terhadap campuran mengalirkan air. Besarnya porositas dapat diperoleh
dengan persamaan 2.3 :

Dengan :

D
[ ]
VIM= 1−
SGmix
. x 100 %........................................................................( 2.3)

VIM = porositas (VIM) specimen (%).

D = Densitas benda uji yang dipadatkan ( gr/cm3).

SGmix = Specific gravity campuran (gr/cm3). (Arsyad, 2012)

2.7 Permeabilitas Beton

Permeabilitas adalah kemudahan cairan untuk melewati beton, sedangkan serapan (absorbsi)
adalah masuknya cairan ke beton melalui pipa-pipa kapiler yang terdapat pada beton itu sendiri.
Permeabilitas dipengaruhi oleh porositas beton. Permeabilitas menjadi penting untuk diketahui
karena beton berpori selain berfungsi untuk menahan beban saat digunakan sebagai perkerasan
kaku juga berfungsi untuk sarana agar air hujan dapat meresap kelapisan dibawah lapis
perkerasan beton berpori.

Permeabilitas dapat dihitung dengan persamaan 2.4:

......................................................................( 2.4)
BAB III
METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam uraian ini adalah metode ekperimental yaitu dengan mengadakan
suatu percobaan secara langsung untuk mendapatkan suatu data atau hasil yang menghubungkan
antara variable-variabel yang diselidiki. Metode eksperimental dapat dilakukan didalam maupun
diluar labolatorium. Penelitian ini dilakukan didalam labolatorium Fakultas Teknik Universitas
Sebelas Maret.

Permasalahan yang ditinjau pada penelitian ini diutamakan pada komposisi agregat
gerabah sebagai bahan campur yang digunakan pada pervious concrete yang sangat
berpengaruh terhadap hasil kuat tekan, porositas dan permeabilitas dari pervious concrete.
Gambaran umum penelitian ini adalah pembuatan beton berpori dari mulai menentukan
komposisi campuran, pengujian kuat tekan, porositas dan permeabilitas.

3.1 Pembuatan Agregrat Limbah Gerabah

Limbah gerabah biasanya berbentuk utuhan, karena limbah gerabah merupakan gerabah yang
pecah atau retak ketika proses pembakaran selesai, dan gerabah tersebut tidak layak jual.
Pembuatan limbah gerabah ialah dengan menghancurkan gerabah tersebut hingga membentuk
suatu agregat kasar sesuai kebutuhan penelitian, seperti proses pembuatan agregrat batu pecah.
Prosesnya ialah:
1. Gerabah yang rusak diambil
2. Memecah limbah tersebut hingga membentuk butiran atau pecahan-pecahan sesuai ukuran
3, Mengambil pecahan limbah gerabah sesuai ukuran yang dibutuhkan untuk digunakan
sebagai campuran
3.2 Pengujian Awal Bahan Dasar Pervious Concrete

3.2.1 Pengujian Specific Gravity Agregat Kerikil dan Pecahan Limbah Gerabah

Agregat kasar yang digunakan dalam penelitian adalah kerikil berdiameter maksimum 20 mm
dan pecahan limbah gerabah berdiameter minimum 4,75mm maksimum 20 mm. Standar
pengujian yang digunakan adalah ASTM C127. Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui :
1) Bulk specific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dan pecahan limbah gerabah
dalam kondisi kering dengan volume kerikil dan pecahan limbah gerabah total.
2) Bulk specific gravity SSD, yaitu perbandingan antara berat kerikil dan pecahan limbah
gerabah jenuh dalam kondisi kering permukaan dengan volume kerikil dan pecahan limbah
gerabah total.
3) Apparent specific gravity, yaitu perbandingan antara berat kerikil dan pecahan limbah
gerabah dalam kondisi kering dengan volume butir kerikil.
4) Absorbtion, yaitu perbandingan antara berat air yang diserap dengan berat kerikil dan
pecahan limbah gerabah kering.
Untuk menganalisis hasil pengujian dengan Persamaan (3.1) s/d (3.4) sebagai berikut :

f
=
Bulk Specific Gravity g−h ............................................................... (3.1)

g
=
Bulk Specific Gravity SSD g−h ............................................................... (3.2)

f
=
Apparent Specific Gravity f −h .............................................................. (3.3)

g−h
= ×100 %
Absorbtion h ........................................................................... (3.4)
Dengan :
f = berat agregat kasar (3000 gram)
g = berat agregat kasar setelah direndam 24 jam dan dilap (gram)
h = berat agregat kasar jenuh (gram)

3.2.2 Pengujian Gradasi Agregat Kerikil Dan Pecahan Limbah Gerabah

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui variasi diameter butiran kerikil, persentase dan
modulus kehalusannya
Pengujian gradasi agregat kasar menggunakan standar pengujian ASTM C 136.
Modulus kehalusan pasir dihitung menggunakan Persamaan (3.5) :

m
Modulus ke h alusankerikil= ................................................................ (3.5)
n

Dengan :
m = Σ persentase komulatif berat kerikilr yang tertinggal selain dalam pan
n = Σ persentase komulatif berat kerikil yang tertinggal

3.2.3 Pengujian Abrasi Agregrat Kerikil dan Pecahan Limbah Gerabah

Pengujian ini bertujuan untuk menentukan persentase keausan agregat kasar. Standar pengujian
abrasi pada agregrat kerikil dan pecahan limbah gerabah menggunakan ASTM C 131, dengan
menggunakan mesin Los Angeles. Keausan agregat tidak boleh lebih dari 50%. Persentase berat

yang hilang dihitung dengan menggunakan Persamaan (3.6) :

i− j
Prosentase berat yang h ilang= x 100 %
i

i− j i− j
Persentase berat yang h ilang= x 100 %Prosentase berat yang h ilang= x 100 % ..............
i i
........................... (3.6)

Dengan:
i = berat agregat kasar kering oven yang telah dicuci, sebelum pengausan (gram)
j = berat agregat kasar kering oven yang tertahan ayakan 2,3 mm dan telah dicuci, setelah
pengausan (gram)evious
3.2.4 Absorbsi

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan agregat dalam menyerap air. Besar
presentase absorbsi dihitung dengan persamaan (3.4):
g−h
= ×100 %
Absorbtion h ……………………………………………(3.4)
dimana:
g = berat agregat kasar setelah direndam 24 jam dan dilap (gram)
h = berat agregat kasar jenuh (gram)

3.2.5 Pengujian Porositas Agregat Limbah Gerabah

Pada pengujian ini bertujuan untuk mengetahui angka porositas dari agregrat limbah gerabah
tersebut. Adapun langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah dengan :
1. Menyiapkan benda uji lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100oC selama 24 jam.
2. Benda uji dikeluarkan dari oven dan diangin-anginkan pada suhu kamar (25 oC) kemudian
ditimbang dan didapatkan berat agregrat limbah gerabah kondisi kering oven (C).
3. Benda uji dialiri air sampai semua benda uji benar-benar terendam air. Perendaman benda
dilakukan selama 24 jam. Setelah perendaman selama 24 jam kemudian ditimbang dalam air
dan didapatkan berat agregrat limbah gerabah dalam air (A).
4. Benda uji dikeluarkan dari dalam air dan dilap permukaannya untuk mendapatkan kondisi
SSD kemudian sampel ditimbang dan didapatkan berat beton berpori kondisi SSD setelah
perendaman (B).
Dari hasil pengujian diatas kemudian dihitung besarnya porositas benda uji dengan rumus
sebagai berikut:
B−C
Porositas = x 100% ………………………………………………(3.7)
B− A

Dengan, A : berat sampel dalam air, W water (gram)


B : berat sampel kodisi SSD, W saturation (gram)
C : berat sampel kering oven, W dry (gram)

3.2.6 Pengujian Nilai Slump

Menurut SK-SNI M-12-1989-F, cara pengujian nilai slump beton konvensional menggunakan
kerucut abram adalah sebagai berikut :
1) Membasahi cetakan dan pelat.
2) Meletakkan cetakan di atas pelat dengan kokoh.
3) Mengisi cetakan sampai penuh dengan 3 lapisan, tiap lapis berisi kira-kira 1/3 isi cetakan,
kemudian setiap lapis ditusuk dengan tongkat pemadat sebanyak 25 kali tusukan secara
merata.
4) Segera setelah selesai penusukan, ratakan permukaan benda uji dengan tongkat dan semua
sisa benda uji yang ada di sekitar cetakan harus disingkirkan.
5) Mengangkat cetakan perlahan-lahan tegak lurus ke atas.
6) Mengukur slump yang terjadi.
7) Pengujian nilai slump yang terjadi pada adukan beton dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Pengujian nilai slump kerucut abram


3.3 Bahan dan Benda Uji Penelitian

Benda Uji pada penelitian ini berupa silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm.
Faktor air semen yang digunakan adalah 0,35.

Pada pengujian permeabilitas dan porositas ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan semen
portland pada nilai permeabilitas dan porositas pervious concrete sebagai bahan pengikat, maka
dibuat sempel tanpa campuran semen sebagai bahan pengikat. Selanjutnya untuk sempel akan
diberikan perlakuan khusus dengan memberikan cetakan khusus yang tidak akan mempengaruhi
angka permeabilitas maupun porositas pada pervious concrete.

Tabel 3.2 Benda uji untuk pengujian permeabilitas tanpa semen portland

Kode Prosentase Agregat


Jumlah (Sample) Umur (Hari)
Gerabah (%)

RH-0 0 3 28

RH-1 25 3 28

RH-2 50 3 28

RH-3 100 3 28

Jumlah 12

Keterangan:
RH -0 : Benda uji permeabilitas dengan campuran agregrat limbah gerabah 0% dari jumlah total
kebutuhan agregat kasar.
RH -1 : Benda uji permeabilitas dengan campuran agregrat limbah gerabah 25% dari jumlah total
kebutuhan agregat kasar.
RH -2 : Benda uji permeabilitas dengan campuran agregrat limbah gerabah 50% dari jumlah total
kebutuhan agregat kasar.
RH -3 : Benda uji permeabilitas dengan campuran agregrat limbah gerabah 100% dari jumlah
total kebutuhan agregat kasar.
Tabel 3.3 Benda uji untuk pengujian permeabilitas dengan semen portland

Kode Prosentase Agregat


Jumlah (Sample) Umur (Hari)
Gerabah (%)

RHS-0 0 3 28

RHS-1 25 3 28

RHS-2 50 3 28

RHS-3 100 3 28

Jumlah 12

Keterangan:
RHS -0 : Benda uji permeabilitas dengan campuran agregrat limbah gerabah 0% dari jumlah
total kebutuhan agregat kasar.
RHS -1 : Benda uji permeabilitas dengan campuran agregrat limbah gerabah 25% dari jumlah
total kebutuhan agregat kasar.
RHS -2 : Benda uji permeabilitas dengan campuran agregrat limbah gerabah 50% dari jumlah
total kebutuhan agregat kasar.
RHS -3 : Benda uji permeabilitas dengan campuran agregrat limbah gerabah 100% dari jumlah
total kebutuhan agregat kasar.
Tabel 3.4 Benda uji untuk pengujian porositas

Kode Prosentase Agregat Jumlah


Umur (Hari)
Gerabah (%) (Sample)

PSR-0 0 3 28

PSR-1 25 3 28

PSR-2 50 3 28

PSR-3 100 3 28

Jumlah 9

Keterangan:
PSR -0 : Benda uji porositas dengan campuran agregrat limbah gerabah 0 % dari jumlah total
kebutuhan agregat kasar.
PSR -1 : Benda uji porositas dengan campuran agregrat limbah gerabah 25 % dari jumlah total
kebutuhan agregat kasar.
PSR -2 : Benda uji porositas dengan campuran agregrat limbah gerabah 50% dari jumlah total
kebutuhan agregat kasar.
PSR -3 : Benda uji porositas dengan campuran agregrat limbah gerabah 100 % dari jumlah total
kebutuhan agregat kasar.
3.4 Alat Uji Penelitian

Alat –alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain:

a. Timbangan dengan kapasitas 2 kg dan 50 kg yang digunakan untuk mengukur berat bahan
campuran beton.
b. Ayakan dengan ukuran diameter saringan 25 mm; 19 mm; 12,5; 9,5 mm; 4,75 mm;2,36
mm; 1,18 mm;0,6 mm; 0,3 mm; 0,15mm; pan dan mesin penggetar ayakan (vibrato) yang
digunakan untuk pengujian gradasi agregat.
c. Oven dengan temperature 220o C dan daya listrik 1500 W yang digunakan untuk
mengeringkan agregat.
d. Kerucut Abrams yang terbuat dari baja dengan ukuran diameter atas 10 cm. diameter
bawah 20 cm, tinggi 30 cm, lengkap dengan tongkat baja penusuk yang ujungnya
ditumpulkan dengan panjang 60 cm dan diameter 16 mm. Alat ini digunakan untuk
mengukur nilai slump adukan beton.
e. Cetakan benda uji untuk kuat tekan berupa silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi
30 cm, Untuk uji permeabilitas berupa silinder diameter 10cm dan tinggi 6,5 cm,
sedangkan untuk benda uji porositas digunakan cetakan silinder diameter 10cm dan tinggi
6,5 cm
f. Compression Testing Machine dengan kapasitas 2000 kN yang digunakan untuk pengujian
kuat tekan beton.
g. Alat uji permeabilitas (Falling head water permeability test).
Peralatan yang dipakai untuk uji permeabilitas antara lain:
1) Tabung dengan diameter 10,16 cm dan tinggi 80 cm
2) Bak air untuk menjaga agar tekanan tetap
3) 2 buah statif,untuk menjaga agar tabung tetap tegak.
4) Klem permeabilitas
5) Stopwatch
h. Alat bantu lain : gelas ukur 2000 ml untuk menakar air, cetok semen, ember, alat tulis,
peggaris, kamera digital, stopwath, gunting,dll
3.5 Pengujian Benda Uji

3.5.1. Pengujian Porositas Beton

Pengujian porositas dilakukan pada sampel berbentuk silinder diameter 10cm dan tinggi 6,5 cm.
Tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui besarnya prosentase pori-pori beton berpori
terhadap volume. Adapun langkah-langkah pengujiannya adalah sebagai berikut:

1) Melepas benda uji dari cetakan setelah berumur 1 hari kemudian dirawat di bak curing.
2) Sampel masing-masing umur benda uji diangkat dari bak curing dan diangin-anginkan.
3) Menyiapkan benda uji lalu dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 100oC selam 24 jam.
4) Menimbang benda uji (Ma)
5) Menghitung volume benda uji (V)

Dari hasil pengujian diatas kemudian dihitung besarnya porositas benda uji dengan rumus
sebagai berikut:

Ma
=
Densitas (D) V

100
(SG mix )=
%Wag . k % Wag. h %Ws
+ +
Spesific gravity campuran SGag. k SGag. h SGs

D
[
Porositas(VIM )= 1−
SGmix]. x 100 %.
3.5.2. Pengujian Permeabilitas Beton

Langkah pengujian permeabilitas :


1) Meletakkan benda uji pada pipa bagian bawah.
2) Untuk menjaga agar benda uji selalu menempel pada pipa dan mencegah kebocoran.
3) Mengukur luas permukaan benda uji.
4) Meletakkan pipa dan benda uji yang sudah diklem pada bak air yang sudah terisi penuh
dengan air, dan permukaan sampel bagian atas sama dengan tinggi permukaan air pada
bak untuk menjaga tekanan agar tetap konstan.
5) Menjepit tabung dengan statif untuk menjaga posisi tabung tetap tegak
6) Mengisi tabung dengan air sampai mencapai ketinggian tertentu (h1)
7) Mencatat waktu saat air dalam pipa mencapai ketinggian h1 sampai air turun mencapai
ketinggian 20 cm diatas permukaan benda uji (h2)

Gambar 3.2. Alat Uji Permeabilitas


3.5.3. Pengujian Kuat Tekan Beton

Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui kuat tekan beton. Benda uji yang digunakan adalah
silinder beton dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Pengujian dilakukan sampai umur beton
28 hari. Pengujian ini menggunakan alat uji CTM (Compression Testing Machine) yang berada
di Laboratorium Bahan Fakultas Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret. Langkah-langkah
pengujian sebagai berikut :
1. Mengukur tinggi dan diameter serta menimbang sampel beton, kemudian diamati apakah
terdapat cacat pada beton sebagai bahan laporan.
2. Meletakkan sampel beton pada alat benda uji CTM secara sentris.
3. Menjalankan mesin kuat tekan dengan penambahan konstan berkisar antara 2 sampai 4 kg/m 2
per detik.
4. Melakukan pembebanan sampai benda uji hancur dan mencatat regangan beton yang terjadi
setiap penambahan beban.
5. Mencatat hasil kuat tekan beton untuk tiap sampel.

Anda mungkin juga menyukai