Anda di halaman 1dari 4

Pengelolaan vaksin meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, penyimpanan dan

pendistribusian, pemakaian, pencatatan dan pelaporan serta monitoring dan evaluasi. Vaksin
sebaiknya dikelola secara optimal untuk menjamin tercapainya tepat jumlah dan jenis obat,
penyimpanan, waktu pendistribusian dan penggunaan obat serta terjamin mutunya di unit
pelayanan kesehatan.
1. Perencanaan. Menurut Permenkes Nomor 30 tahun 2014 Perencanaan yakni kegiatan
seleksi obat dalam menentukan jumlah dan jenis obat dalam memenuhi kebutuhan
sediaan farmasi di puskesmas dengan pemilihan yang tepat agar tercapainya tepat
jumlah, tepat jenis, serta efisien. Perencanaan dilakukan untuk menghindari
kekosongan obat menggunakan metode yang dapat dipertanggungjawabkan dan dasar-
dasar perencanaan yang telah ditentukan antara lain konsumsi, epidemiologi,
kombinasi metode konsumsi dan epidemiologi dan disesuaikan dengan anggaran yang
tersedia.
Adapun beberapa manfaat perencanaan obat antara lain menghindari tumpang
tindih penggunaan anggaran, keterpaduan dalam evaluasi, penggunaan dan
perencanaan, kesamaan persepsi antara pemakai obat dan penyedia anggaran, estimasi
kebutuhan obat lebih tepat, koordinasi antara penyedia anggaran dan pemakai obat
(Kemenkes RI 2016).
2. Pengadaan. Pengadaan obat merupakan proses untuk penyediaan obat yang
dibutuhkan di UPT Instalasi Farmasi. Pengadaan obat dilaksanakan oleh Dinas
Kesehatan Provinsi dan Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam
pelaksanaan pengadaan barang/jasa instalasi pemerintah dan pelaksanaan anggaran
pendapatan dan belanja negara.
Pengadaan adalah suatu proses untuk mendapatkan barang atau obat yang
dibutuhkan untuk menunjang pelayanan kesehatan. Termasuk dalam pengadaan adalah
pengambilan keputusan dan tindakan untuk menentukan jumlah obat yang spesifik,
harga yang harus dibayar, obat yang diterima, pengiriman barang tepat waktu, proses
berjalan lancar tidak memerlukan waktu dan tenaga berlebihan. Pemborosan waktu,
tenaga dan dana kan meningkatkan biaya obat dan akan menurunkan kualitas pelayanan
kesehatan. Pengadaan merupakan faktor terbesar menyebabkan pemborosan maka
perlu dilakukan efisiensi dan penghematan biaya. Agar proses pengadaan dapat
berjalan lancar dan teratur diperlukan struktur komponen berupa personil yang terlatih
dan menguasai permasalahan pengadaan, metode dan prosedur yang jelas, system
informasi yang baik, serta didukung dengan dana dan fasilitas yang memadai (Budiono
et al. 1999).
3. Penyimpanan Vaksin. Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu
diberikan kepada sasaran maka vaksin harus disimpan pada suhu tertentu dengan lama
penyimpanan yang telah ditentukan di masing-masing tingkatan administrasi. Cara
penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan daya
antigennya. Agar vaksin tetap mempunyai potensi yang baik sewaktu diberikan kepada
sasaran maka vaksin harus disimpan pada suhu tertentu yang telah ditentukan di
masing-masing tingkatan administrasi.
Cara penyimpanan untuk vaksin sangat penting karena menyangkut potensi dan
daya antigennya. Untuk menjaga kualitas pada vaksin sejak diterima sampai
didistribusikan ketingkat berikutnya atau digunakan, vaksin harus disimpan pada suhu
yang sudah ditetapkan, yaitu :
a. Provinsi. Vaksin polio tetes disimpan pada suhu -15oC s.d. -25oC pada freezer
room atau freezer. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2oC s.d. 8oC pada cold
room atau vaccine refrigerator.
b. Kabupaten / Kota. Vaksin polio tetes disimpan pada suhu -15oC s.d. -25oC pada
freezer. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2oC s.d. 8oC pada cold room atau
vaccine refrigerator.
c. Puskesmas. Semua vaksin disimpan pada suhu 2oC s.d. 8oC pada vaccine
refrigerator. Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu
ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung (Permenkes 2017).

Vaksin yang berasal dari virus hidup (polio, campak) pada pedoman
sebelumnya harus disimpan pada suhu di bawah 0°C. Dalam perkembangan
selanjutnya, hanya vaksin polio yang masih memerlukan suhu di bawah 0°C di provinsi
dan kabupaten/kota, sedangkan vaksin campak dapat disimpan di refrigerator pada suhu
2-8°C. Adapun vaksin lainnya harus disimpan pada suhu 2-8°C.

4. Penerimaan/pengambilan vaksin (transportasi). Pengambilan vaksin dari


puskesmas ke kabupaten/kota dengan menggunakan peralatan vaksin yang sudah
ditentukan. Misalnya cool box atau vaccine carrier. Sebelum memasukan vaksin ke
dalam alat pembawa, periksa indikator vaksin, vaccine vial monitor (VVM). Vaksin
yang boleh digunakan hanya bila indikator VVM tingkat A apabila kotak segi empat
lebih terang dari lingkaran atau tingkat B apabila kotak segi empat berubah gelap tetapi
lebih terang dari lingkaran. Sedangkan VVM pada tingkat C apabila kotak segi empat
berwarna sama dengan lingkaran dan menunjukan batas untuk tidak digunakan lagi atau
tingkat D apabila kotak segi empat lebih gelap dari lingkaran, tidak dapat digunakan
lagi. Masukan kotak cair dingin (cool pack) ke dalam alat pembawa dan di bagian
tengah diletakan thermometer muller, untuk jarak jauh bila freeze tag/watch tersedia
dapat dimasukan kedalam alatpembawa. Alat pembawa vaksin yang sudah berisi
vaksin, selama perjalanan dari kabupaten/kota ke puskesmas tidak boleh kena sinar
matahari langsung. Catat dalam bukti vaksin: tanggal penerimaan vaksin, jumlah,
nomor batch dan tanggal kadaluarsa.
5. Pendistribusian Vaksin. Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Obat dan
Makanan Republik Indonesia Nomor HK.03.1.34.11.12.7542 tahun 2012 tentang
Pedoman Teknis Cara Distribusi Obat yang Baik, menyebutkan bahwa Cara Distribusi
Obat yang Baik (CDOB) adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat
yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai
persyaratan dan tujuan penggunaannya.
Dalam menjaga potensi vaksin selama transportasi, ketentuan pemakaian cold
box, vaccine carrier, thermos, cool pack harus diperhatikan beberapa hal yaitu:
Memilih vaksin yang akan dikeluarkan dengan mempertimbangkan prioritas antara
lain: vaksin dengan VVM yang mempunyai kondisi B dikeluarkan terlebih dahulu.
Membuat cool pack dengan mengisi cool pack dengan air biasa kemudian dimasukan
ke dalam lemari es dengan suhu 2°C sampai 8°C selama minimal 24 jam. Menyiapkan
kotak vaksin (cool box/vaccine carrier) jangan ada yang retak atau pecah dan selalu
dibersihkan sebelum digunakan. Selama penyaluran vaksin harus dilengkapi dengan
alat monitor suhu yang menjamin bahwa vaksin tidak pernah mengalami suhu ekstrim.
6. Pemakaian. Prinsip yang dipakai dalam mengambil vaksin untuk pelayanan imunisasi,
adalah, "Earliest Expired First Out/EEFO" (dikeluarkan berdasarkan tanggal
kadaluarsa yang lebih dulu). Namun dengan adanya VVM (Vaccine Vial Monitor)
ketentuan EEFO tersebut menjadi pertimbangan kedua. VVM sangat membantu
petugas dalam manajemen vaksin secara cepat dengan melihat perubahan warna pada
indikator yang ada. Kebijaksanaan program imunisasi adalah tetap membuka
vial/ampul baru meskipun sasaran sedikit untuk tidak mengecewakan masyarakat.
Kalau pada awalnya indeks pemakaian vaksin menjadi sangat kecil dibandingkan
dengan jumlah dosis per vial/ampul, dengan semakin mantapnya manajemen program
di unit pelayanan, tingkat efisiensi dari pemakaian vaksin ini harus semakin tinggi
(Kepmenkes 2004).
7. Pencatatan dan Pelaporan. Stock vaksin harus dilaporkan setiap bulan, hal ini untuk
menjamin tersedianya vaksin yang cukup dan memadai. Keluar masuknya vaksin
terperinci menurut jumlah, nomor batch, kondisi VVM, dan tanggal kedaluwarsa harus
dicatat dalam kartu stok. Sisa atau stok vaksin harus selalu dihitung pada setiap kali
penerimaan dan pengeluaran vaksin. Masing-masing jenis vaksin mempunyai kartu
stok tersendiri, Selain itu kondisi VVM sewaktu menerima vaksin juga perlu dicatat di
SBBK (Surat Bukti Barang Keluar) (Kepmenkes 2005).

Anda mungkin juga menyukai

  • APIS
    APIS
    Dokumen4 halaman
    APIS
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Surat Panggilan Kerja PT Maju Komputer
    Surat Panggilan Kerja PT Maju Komputer
    Dokumen5 halaman
    Surat Panggilan Kerja PT Maju Komputer
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • SIKLO
    SIKLO
    Dokumen5 halaman
    SIKLO
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Book 9
    Book 9
    Dokumen1 halaman
    Book 9
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Uuuuuuuuuuusssss
    Uuuuuuuuuuusssss
    Dokumen1 halaman
    Uuuuuuuuuuusssss
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen7 halaman
    Bab Iv
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • OWA Lengkap 1
    OWA Lengkap 1
    Dokumen5 halaman
    OWA Lengkap 1
    yogadgsix
    Belum ada peringkat
  • Book 7
    Book 7
    Dokumen1 halaman
    Book 7
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Propelant 1
    Propelant 1
    Dokumen6 halaman
    Propelant 1
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Book 8
    Book 8
    Dokumen1 halaman
    Book 8
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Book 6
    Book 6
    Dokumen1 halaman
    Book 6
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Evaluasi Granul
    Evaluasi Granul
    Dokumen18 halaman
    Evaluasi Granul
    Inuzuka Kanashi Shinobi
    0% (1)
  • SCR 2
    SCR 2
    Dokumen2 halaman
    SCR 2
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Ooooo
    Ooooo
    Dokumen1 halaman
    Ooooo
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Pertemuan 6: Turunan Fungsi Aljabar, Tingkat Tinggi, Dalil Rantai, Fungsi Implisit
    Pertemuan 6: Turunan Fungsi Aljabar, Tingkat Tinggi, Dalil Rantai, Fungsi Implisit
    Dokumen11 halaman
    Pertemuan 6: Turunan Fungsi Aljabar, Tingkat Tinggi, Dalil Rantai, Fungsi Implisit
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Mnurut
    Mnurut
    Dokumen1 halaman
    Mnurut
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Contoh CVa4
    Contoh CVa4
    Dokumen1 halaman
    Contoh CVa4
    Pulpy Pulpies
    Belum ada peringkat
  • HASIL Asam Benzoat
    HASIL Asam Benzoat
    Dokumen6 halaman
    HASIL Asam Benzoat
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • HASIL Asam Benzoat
    HASIL Asam Benzoat
    Dokumen6 halaman
    HASIL Asam Benzoat
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • ASOBB
    ASOBB
    Dokumen15 halaman
    ASOBB
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • AIAIAI
    AIAIAI
    Dokumen5 halaman
    AIAIAI
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • ASOBB
    ASOBB
    Dokumen15 halaman
    ASOBB
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Penelitian Terdahulu
    Penelitian Terdahulu
    Dokumen1 halaman
    Penelitian Terdahulu
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • PARUPARU
    PARUPARU
    Dokumen4 halaman
    PARUPARU
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • PARUPARU
    PARUPARU
    Dokumen4 halaman
    PARUPARU
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • LPRN
    LPRN
    Dokumen4 halaman
    LPRN
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Caker Asoba
    Caker Asoba
    Dokumen6 halaman
    Caker Asoba
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Jadwal Penelitian
    Jadwal Penelitian
    Dokumen1 halaman
    Jadwal Penelitian
    masyelino11
    Belum ada peringkat
  • Pengelolaan Vaksin Di Puskesmas Gandus
    Pengelolaan Vaksin Di Puskesmas Gandus
    Dokumen2 halaman
    Pengelolaan Vaksin Di Puskesmas Gandus
    del Ajjah
    Belum ada peringkat