Anda di halaman 1dari 25

HANDOUT / BAHAN BACAAN

PEMBELAJARAN PENJAS ADAPTIF


MATA PELAJARAN PJOK
Kelas VII - IX

YAYASAN PERGURUAN ATTARBIYAH


SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
SMP ATTARBIYAH
Terakreditasi “B”
JL.Raya Hang Tuah No.7 Telp. 3531307, Fax.
3570178
SURABAYA - 60155

1
HANDOUT/BAHAN BACAAN
MATERI DAN PROGRAM PEMBELAJARAN
PENJAS ADAPTIF

A. KOMPETENSI DASAR
Kemampuan memahami materi dan program pembelajaran pendidikan jasmani
adaptif

B. INDIKATOR HASIL BELAJAR


1. Menjelaskan materi atau isi pembelajaran penjas adaptif
2. Menjelaskan program pembelajaran penjas adaptif
3. Mengidentifikasi program cabang olahraga bagi anak berkebutuhan khusus

C. RANGKUMAN MATERI
1. Materi atau isi Pembelajaran Penjas adaptif
Sebagai guru dan atau yang mengelola pendidikan jasmani adaptif,
pernahkah anda menyadari bahwa, tujuan yang ingin dicapai adalah, agar
pembelajaran yang telah dirancang memungkinkan :
a. Belajar lebih cepat, bukan melalui cara menerka dan mencoba
b. Materi berkembang secara bertahap dan berurut serta mencapai kemajuan.
c. Pengajaran berlangsung dalam aneka keterampilan, bukan hanya segelintir
kegiatan yang menjurus ke arah pengenalan dan penguasaan keterampilan

Karena itu, yang menjadi tantangan adalah, bagaimana mencapai kemajuan


belajar yang lebih cepat. Kata kuncinya adalah, menyelekasi isi atau materi
pembelajaran. Tugas guru pendidikan jasmani adalah, menjabarkan isi atau
materi pembelajaran dalam bentuk aneka tugas ajar atau tugas gerak.

Ada tiga kemungkinan pilihan dalam menetapkan tugas gerak;


a. Mengubah tugas gerak sehingga lebih mudah atau sebaliknya, lebih sukar;
b. Memusatkan perhatian bagaimana melaksanakan tugas dengan cara
menetapkan rambu-rambu pembelajaran;
c. Menciptakan tantangan kepada siswa sehingga mereka dapat menguji
kemampuannya dan memotivasi mereka untuk meneruskan kegiatan dalam
tugas yang sedang dikerjakan;

Rink (1985), menguraikan bahwa, isi atau materi pembelajaran mencakup;

2
a. Penyampaian informasi
Penyampaian serangkaian konsep dan keterampilan termasuk tugas-tugas
ajar yang akan disajikan pada proses pembelajaran. Pelaksanaannya,
secara umum dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah.
b. Perluasan materi
Perluasan tugas adalah, Proses yang ditempuh sehingga membuat tugas
gerak menjadi lebih sederhana atau lebih luas (berat).
c. Penghalusan Rambu-rambu
Cara lain untuk memantapkan penguasaan keterampilan sehingga terjamin
kemajuan yang berkelanjutan adalah dengan menghaluskan rambu-rambu
atau patokan pelaksanaan tugas gerak.
d. Penerapan Rambu-rambu
Penjelasan mengenai gerakan tidaklah cukup dengan hanya memberikan
contoh, melainkan harus dengan berlatih.
Ada semacam dilematis bahwa, disatu pihak guru menginginkan anak
memperhatikan rambu-rambu gerakan, tetapi di pihak lain, siswa tidak
dapat mempertahankan perhatiannya dalam waktu yang lama dana Anak
belum memahami arti dan pentingnya pengulangan.
Lalu bagaimana membangkitkan tantangan bagi anak ?. Perhatikan contoh
berikut;
1) Pengulangan
Pengulangan merupakan salah satu cara membangkitkan tantangan,
tanpa harus ditingkatkan kesukaran tugas gerak. Misalnya:
a) Apakah kamu mampu melompat tiga kali berturut-turut tanpa jatuh?
b) Siapa yang mampu melempar bola masuk ke sasaran (ring basket)
lebih dari lima kali ?
2) Waktu
a) Coba tahan posisi berdiri di atas satu kaki lebih dari tiga detik
b) Coba, apa kamu mampu lebih lama melakukan tugas itu?
3) Skor
Dengan cara menetapkan scor, seperti berapa scor yang dicapai anak
dengan tugas melempar bola ke target yang sudah dibuat scornya.
Skor yang dirancang dapat membangkitkan motivasi anak.
4) Pengulangan

3
Pengulangan tugas merupakan cara untuk membangkitkan motivasi
untuk berlatih. Misalnya: Dapatkah kamu mengulang kembali gerakan
tadi sehingga teman-temanmu dapat melihatnya dengan jelas ?
5) Pertunjukan untuk penonton
Anak-anak yang sudah mulai berkembang keterampilannya dapat
dipacu dengan cara memberikan kesempatan untuk memperagakan
kemampuan di depan teman-temannya.
Contoh: Siapa yang bersedia untuk memperagakan kemampuannya.
Kita punya waktu selama sepuluh menit.

2. Program pembelajaran penjas adaptif


Isi atau materi dan program dalam pendidikan jasmani adaptif, tidak dapat
dipisahkan satu sama lainnya. Secara umum setiap satuan sekolah dapat
menerapkan sesuai dengan kondisi sekolah masing-masing. Rujukannya
adalah, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

Program pendidikan jasmani dapat dikelompokan menjadi empat bagian,


diantaranya; program kecabangan olahraga, program pembinaan kebugaran
jasmani, program pendidikan gerak dan program aktivitas petualangan.
a. Program kecabangan olahraga adalah, bahwa struktur kurikulum yang
berlaku berorientasi pada cabang olahraga formal. Sehingga pokok dan sub
pokok bahasan berisikan teknik-teknik dasar cabang olahraga.
b. Program pembinaan kebugaran jasmani adalah, aktivitas fisik yang
berorientasi untuk meningkatkan kebugaran jasmani, seperti senam
kesegaran jasmani
c. Program pendidikan gerak adalah, program yang menitik beratkan pada
pemanfaatan aktivitas jasmani dalam pengertian gerak sebagai media
untuk mendidik.
d. Program aktivitas petualangan adalah, aktivitas fisik yang menekankan
pada peningkatan potensi diri sendiri, orang lain dan terhadap lingkugan
atau alam sekitarnya.

Perlu dipahami oleh guru adalah, pola gerak dominan. Hal ini dikarenakan,
setiap cabang olahraga memiliki pola gerak yang menentukan untuk mencapai
taraf keberhasilan yang memadai.

Berdasarkan pola gerak dominan, maka perlu membangun keterampilan yang

4
lebih baik. Suatu keterampilan terbangun atas dasar sejumlah kemampuan.
Karena itu, pembinaan yang bersifat menyeluruh bertujuan untuk meletakan
dasar kemampuan yang kuat bagi kemajuan dalam suatu cabang olahraga.

3. Program Cabang Olahraga Anak Berkebutuhan Khusus

a. AQUATIK

Aquatik menjadi bagian penting dari program pendidikan jasmani untuk anak
berkebutuhan khusus. Secara singkat akan dijenjelaskan tentang manfaat,
fasilitas dan perlengkapan dan saran umum pembelajaran renang.

Manfaat Aquatik adalah, membentuk kekuatan otot untuk kestabilan tubuh,


lokomotor dan keterampilan yang terkontrol serta pernafasan dan kebugaran
jantung-paru. Aktivitas seperti meniup gelembung-gelembung, menarik,
menahan dan mengeluarkan nafas ketika berenang akan meningkatkan fungsi
pernapasan dan mengembangkan kontrol gerak pernafasan dan suara.
.

Gambar 1 ; Aktivitas air dapat menumbuhkan kepercayaan diri.

Sebelum aktivitas aquatik dimulai, sebaiknya diajarkan dahulu keterampilan


berenang untuk keselamatan diri dan rasa nyaman. Pemberian instruksi tidak
hanya dengan ucapan, tetapi juga dengan menggunakan media lainnya
seperti poster atau sumber lain yang relevan. Kemudian guru harus punya
catatan mengenai kondisi awal, aktivitas aquatik yang telah dilakukan

5
sehingga akan tahu perkembangan kemajuan fisik dan mental anak.

Ajarkan pertama kali tentang keterampilan menyelamatkan diri, seperti


menutup mulut, memutar badan dari posisi telungkup ke posisi telentang,
merubah arah, mencoba bangkit dari posisi terjatuh, mencoba bangkit dari
posisi telungkup dan telentang, perpegang pada dinding dan bibir kolam,
member! keterampilan yang lebih sulit untuk mengurangi rasa takut. Belajar
menjaga keseimbangan di dalam air merupakan hal penting dan harus di
jadikan prasarat sebelum mempelajari keterampilan berenang.

Fasilitas dan peralatan harus mudah dijangkau dan digunakan oleh mereka
untuk memudahkan penguasaan keterampilan dan keselamatan. Kelihatannya
tidak begitu penting bagi orang normal, namun bagi ABK (khususnya
tunanetra) sangat penting.

Gambar 2 : Tempat turun dan naik ke dan dari kolam untuk para penyandang
cacat: a. Kursi Lift; b. Jalur Miring (slope) (Lepore, 2005)

Peralatan yang cocok dan memadai merupakan faktor penting untuk memberi
pelayanan yang baik bagi ABK. Peralatan ini diperlukan untuk masuk dan
keluar kolam, keselamatan, alat keseimbangan dan body position, peralatan
fitness dan memotivasi. Peralatan seperti kursi lift (hidrolic maupun elektronik),
tangga berjalan, kursi khusus sebagai pengganti kursi roda, pegangan tangga
dan sebagainya akan memberi kemudahan kepada mereka untuk mengakses
kolam dari daratan.

Mengajar atau melatih Aquatik, diperlukan pemahaman yang mendalam

6
mengenai kondisi fisik dan karakteristik yang dimiliki ABK. Untuk penyandang
tunanetra, tunarungu, dan tunagrahita dapat diperlakukan seperti orang
normal karena secara fisik mereka sama. Hanya yang penting bagaimana
cara kita menyampaikan informasi tersebut. Tetapi untuk para penyandang
cacat CP terutama pada lengannya memerlukan pelayanan yang lebih
khusus. Sebagai contoh Bila kepala dimasukan ke dalam air atau menyelam,
bagi tunarungu akan mudah menyeka air yang membasahi mukanya
dibandingkan anak CP. Anda mungkin membayangkan betapa sulitnya anak
CP menggerakan tangannya untuk menyeka air dari mukanya. Anak CP akan
berjuang melawan kesulitan mengendali ototnya untuk menyeka muka
sebelum dapat menarik nafas segar. Ini baru tip pertama dan tugas anda
adalah bagaimana meyakinkan anak CP untuk melakukan adaptasi ini.

b. OLAHRAGA BEREGU

Olahraga beregu merupakan aktivitas fisik yang paling diminati oleh ABK.
Beberapa ABK telah menjadi seorang professional dalam bidang olahraga.
Seperti William EHsworth Dummy Hoy penyandang tunarungu menjadi
superstar pada kejuaraan liga baseball Amerika. Kini namanya diabadikan di
Reds Hall Cincinati. Kenny Walker pemain foot ball amerika dan Curtis Pride
pemain professional baseball, kedua-duanya dari penyandang tunarungu.

Bermain dan Keterampilan Bermain


Sebelum mengulas lebih jauh tentang olahraga beregu, sebaiknya kita
mengenal lebih dulu beberapa istilah penting yang sering digunakan, seperti
kata bermain dan keterampilan. Untuk lebih jelas mari kita simak satu persatu.
a. Bermain
Bermain bagi ABK, tidak hanya memberikan perasaan gembira, tetapi juga
seseorang menjadi lincah, relaks dan membuat hidup menjadi lebih
harmonis dan menggairahkan. Katzenbogner (1996) mengatakan bahwa
kegairahan ini akan menyebabkan seseorang akan lebih terinspirasi, dan
terobsesi untuk melakukan kegiatan tanpa harus dipaksakan. Melalui
bermain, seseorang akan iebih mudah mengikuti suatu irama gerak sesuai
dengan pola yang diharapkan, bahkan membangkitkan minat serta
semangatnya untuk melakukan suatu kegiatan secara antusias.
b. Keterampilan Bermain

7
Keterampilan adalah kemampuan seseorang dalam melakukan kegiatan
yang melibatkan gerak tubuh secara sengaja untuk menghasilkan tujuan
atau suatu prestasi dengan penggunaan energi dan waktu yang seefisien
mungkin. Keterampilan olahraga yang dapat disajikan bagi anak
berkebutuhan khusus diantaranya; Bola Basket, Sepak Bola, Bola Voli,
Goal Ball (Olahraga Beregu), Tenis Meja, Bulu Tangkis, Senam dan Atletik.

BOLA BASKET
Bola Basket merupakan olahraga yang digemari baik di dalam lingkungan
pendidikan jasmani maupun di dalam olahraga pada umumnya. Tidak
terkecuali bagi ABK dapat dilakukan oleh hampir semua jenis kecacatan.
a. Keterampilan yang diperlukan
Keterampilan dasar yang utama adalah: shooting, passing, dan dribbling.
Pada shooting dan passing yang paling utama harus dipelajari adalah
bounce passing. Hal ini penting terutama bagi kelompok kecacatan mata
terbatas akan sangat terbantu dengan suara pukulan bola di lantai. Dan
bagi yang memiliki kelemahan di bagian kaki akan memberi waktu lebih
banyak untuk dapat meraih bola. Shooting dengan satu tangan harus lebih
diutamakan, hal ini akan banyak membantu bagi mereka yang mempunyai
tangan satu dan yang berkursi roda.

Dribbling. Bagi yang sulit melihat dan lemah koordinasi tangannya, dapat
digunakan bola basket yang lebih besar. Latihlah dribbling secara lebih
banyak sambil berjalan dan berlari berlari. Bagi mereka yang berkursi roda,
latihlah dribbling pada kedua sisi kiri dan kanan secara bergantian,
kemudian latihlah cara membawa dan mengambil bola.
b. Belajar Bermain
Beberapa aktivitas bermain yang dapat dilakukan adalah:
• Horse/kuda: dua atau lebih pemain boleh bermain dalam permainan
melempar ini. Berlomba untuk saling melempar bola dengan jarak yang
bervariasi. Permainan dimulai dengan lemparan tembakan dari sudut
lapangan yang mana saja. Setelah tembakan dilakukan, pemain lain
berusaha menangkap dan atau menghindar. Kemudian membalasnya
dengan tembakan yang sama. Kegagalan melempar menyebabkan
dikeluarkannya dari permainan. Bila hal ini terjadi, maka pemain kedua

8
harus menembakkan bola seperti pemain pertama dari sudut lapangan
yang dia inginkan dan menurut dia akan sulit untuk ditangkap atau
dihindari. Apabila semua pemain sudah kena, maka permainan selesai.
• Circle shot. Kegiatan ini meliputi melempar sebuah bola besar dengan
diameter 1,1 m dari enam titik yang dibuat melingkar mengelilingi basket.
Dua boia boleh dilemparkan dari setiap titik, jadi jumlahnya sebanyak 12
buah. Pemenang adalah yang paling banyak melempar bola.
c. Variasi dan Modifikasi
Agar dribbling dan shooting dapat dilakukan oleh para pemain sebaiknya
menggunakan bola basket yang berukuran kecil (peraturan untuk Wanita).
Permainan menggunakan peraturan yang dikeluarkan oleh FIBA untuk
kompetisi yang sifatnya multinational dan international. Untuk lapangan
penuh pemain terdiri dari 5-5, sedangkan untuk yang setengah lapangan
menggunakan 3-3 orang. (Porretta, 2005). Modifikasinya lainnya adalah:
• Bola yang digunakan : 72,4 cm (28.5 inches) dengan berat 0,57 kg atau
bola yang biasa digunakan oleh putri dalam pertandingan international.
• Tinggi basket lebih pendek, kira-kira 2,4 meter.
• Pemain boleh melakukan dua langkah di luar ketentuan.
Berikut adalah beberapa kegiatan bermain chest pass.

Gambar 3 : Bermain Menangkap (Davis, 2002)

Modifikasi permainan, seperti:


• Kursi roda merupakan bagian dari pemain.
• Pemain harus tetap duduk di kursi selama permainan berlangsung.
• Pemain penyerang tidak boleh berada di kotak penalty lebih dari 4 detik.
SEPAKBOLA

9
Sepakbola, adalah permainan yang menggunakan bola sebagai alat,
dimainkan terutama dengan menggunakan kedua kaki dan anggota tubuh
lainnya seperti: kepala, dada, perut, paha dan lain-lain yang dipandang dapat
menunjang peaampilan bermain sepakbola.

a. Keterampiian Bermain.
Keterampilan yang perlu dimiliki adalah: menendang, trap, menyundul dan
menjaga gawang.
Menendang adalah faktor paling menentukan di dalam permainan sepakbola.
Menendang dapat berfungsi sebagai alat untuk mengoper, menembak dan
menggiring. Orang yang memiliki kecacatan di bagian atas tubuh dapat belajar
menendang secara efektif, meskipun demikian tetap tidak bisa menendang
jauh karena untuk dapat menendang jauh diperlukan ayunan tangan untuk
menjaga keseimbangan. Sedangkan untuk mereka yang memiliki kecacatan di
bagian bawah tubuh dapat menggunakan alat bantu seperti prosthesis atau
alat penyangga lainnya untuk menembak atau mengoper. Bola ditendang dan
dimainkan dengan bagian injakan kaki kursi roda (footrests) ke arah gawang.

Trapping adalah menyetop bola dengan bagian tubuh. Semua pemain dapat
belajar trap tanpa kecuali. Agar pemain tidak merasa ragu dan takut terhadap
bola yang datang maka sebaiknya digunakan bola yang lembut. Bagi yang
menggunakan kursi roda mereka boleh diajari trap dengan perut dan dadanya.

Menyundul. Semua ABK boleh belajar menyundul. Tetapi bagi penyandang


cacat otak sebaiknya tidak diberikan. Untuk tunagrahita dan tunanetra dapat
dilatih menyundul dengan menggunakan balon atau bola voli yang lembut, hal
ini dimaksudkan agar mereka memiliki waktu untuk mempersiapkan diri
melakukan sundulan. Mereka yang dikursi roda dapat secara efektif belajar
menyundul.

Keterampilan yang dibutuhkan seorang penjaga gawang adalah menangkap


bola dengan cepat atau menendang bola. Para pemain dapat belajar menjaga
bola dengan baik karena tidak terlalu memerlukan daya tahan jantung-paru.
Para pemain yang dikursi roda dapat menjangkau bola.
b. Belajar Bermain
Belajar Bermain merupakan prasyarat untuk dapat bermain sepakbola.
Beberapa bentuk bermain yang menyerupai permainan sepakbola, seperti;

10
• Sepakbola garis: Permainan dilakukan di dalam lapangan dengan dua tim.
Masing-masing tim terdiri dari 8-10 orang, Pemain berdiri berjajar dengan
jarak masing-masing sekitar 0.64 meter. Kedua tim sating berhadapan
dengan jarak kira-kira 8 meter. Pemain mencoba untuk menendang bola ke
arah garis dibelakang pemain lawan. Skor dengan nilai 1 diberikan bila bola
dapat menembus garis di belakang lawan tadi. Dan nilai 1 diberikan kepada
pemain yang dapat menahan bola dengan tangannya.
• Ketepatan menendang: kegiatan ini dilakukan dengan cara menendang ke
gawang selebar 1,5 meter yang dibatasi dengan bendera di kiri dan kanan.
Jarak dari bola ke gawang 3 meter. Kesempatan diberikan sebanyak 3 kali.
Skor 3 bila bola yang ditendang memasuki gawang. Skor 2 bila bola yang
ditendang mengenai bendera dan skor 1 bila bola tidak masuk ka gawang.
c. Variasi dan Modifikasi.
Bagi pemain yang kehilangan semua bagian kakinya atau berkaki satu boleh
bermain dengan menggunakan crutch ditangannya. Organisasi inipun
membuat peraturan sepakbola bagi pemain yang menggunakan kursi roda.
Terdapat 2 kelompok pemain kursi roda. Kelompok pertama dengan jumlah
setiap kelompok 1 (satu) orang, menggunakan kursi roda dengan motor
penggerak. Kelompok ini adalah yang paling berat karena pemain tidak
mampu menggerakan kursi rodanya secara manual. Kelompok kedua adalah
kelompok 5 (lima) orang yang semua pemainnya dapat mengfungsikan
anggota tubuh bagian atasnya secara baik.

Berikut ini adalah modifikasi permainan dengan jumlah pemain 5 orang:


• Panjang lapangan antara 40 - 50 meter dengan lebar 30 - 35 meter.
• Gawang berukuran panjang 4 meter dan tinggi 2 meter.
• Waktu bermain adalah 2 x 25 menit.

BOLA VOLI
Seperti halnya sepakbola, permainan bola voly termasuk olahraga yang
popular. Olahraga ini terdiri dari beberapa keterampilan dasar seperti: servis,
passing, memukul, blok, dan spike (smas). Setiap ABK dapat ikut serta dalam
permainan ini. Meskipun demikian bagi panyandang cacat tunanetra, tuna
grahita, kelainan mobilitas memerlukan modifikasi permainan.
a. Keterampilan Bermain

11
Keterampilan bermain yang paling penting adalah, servis, dan memukul.
1) Servis. Pemain dapat belajar servis secara efektif. Pemain yang kedua
tangannya tidak cukup kuat untuk memainkan bola, boleh berdiri
mendekati net. Sementara pemain yang memiliki satu tangan tetapi
cukup kuat untuk memukul bola, boleh melemparkan bola dulu ke atas
dan kemudian memukulnya dengan tangan yang sama.
2) Memukul. Bagi ABK yang berkelainan penglihatan, bola dapat dipukul
dengan kedua tangan setelah bola memantul di lantai. Hal ini memberi
waktu yang cukup untuk menyesuaikan pandangan dengan bola. Bagi
yang menggunakan crutch, diajarkan memukul bola dengan satu tangan.
b. Belajar Bermain.
Langkah-langkah yang dapat dilakukan untuk melatih bermain.
1) Menahan bola di atas. Permainan ini dapat dilakukan oleh 6 s.d 8 orang
setiap timnya, di dalam sebuah lingkaran berdiameter 4,6 sd 6,1 meter.
Permainan dimulai dengan toss bola ke atas di dalam lingkaran, pemain
lain menyambut bola dengan kedua tangan dan melambungkannya
kembali ke atas demikian seterusnya sampai bola jatuh ke lantai.
2) Permainan servis. Seorang pemain melakukan servis sebanyak 10 kali.
Bola ditujukan ke arah lapangan lawan yang telah diberi angka-angka
nilai. Pemain yang dapat mengarahkan bolanya kepada angka-angka
terbesar dalam 10 kali pukulan, maka dialah yang menjadi juaranya.
3) Permainan lainnya dapat dilakukan dengan memantul bola yang empuk
ke dinding, kemudian mengulangnya kembali beberapa kali sampai dia
dapat mempertahankannya selama mungkin.

Beberapa ilustrasi permainan bola voli dapat dilihat di bawah ini:

Gambar 4 : Bermain voli dengan pasing atas (Davis, 2002)

12
Gambar 5 : Bermain voli dengan pasing bawah (Davis, 2002)

c. Variasi dan Modifikasi Peraturan

Permainan bola voli dengan net yang direndahkan dan seluruh pemain
harus duduk dilantai.

Beberapa modifikasi permainan ini meliputi:


• Memukul bola dengan menggunakan seluruh bagian dari badan baik dari
atas maupun bawah pinggang.
• Servis boleh dari dekat net tetapi tidak boleh lebih dekat 4,5 dari net.
• Menggunakan bola yang lebih ringan. Tidak lebih berat dari 226.4-gram.

Tabel : Perbedaan Dasar Peraturan Pertandingan Voli Duduk dan Berdiri.


KARAKTERISTIK
DUDUK BERDIRI
PERMAINAN
Ukuran lapang 10 m x 6 m 18 m x 9 m
Garis serang 2 m darj garis tengah 3m dari garis tengah
Ukuran net 6,5 mx 0,8m 9,5 mx 1 m
Ketinggian net 1,15m putra 2,43 m putra
1,05 m putri 2,24 m putri
Peralatan Tidak boleh duduk pada NA
tempat yang lebih tinggi
Permaianan • Pemain harus dlam posisi duduk • Berdiri dengan kedua kaki
• Tidak boleh mengangkat pantat nya • NA
dalam usaha meraih bola. • Ketika servis kedua kaki
• Servis harus dilakukan dari tempat harus berada di daerah
yang telah ditentukan, dan pantat servis. Kedua kaki tidak
tidak harus menyentuh tantai. harus menyentuh lantai.
• Hanya pemain depan boleh mem • Tidak diperkenankan mem
blok sen/is pemain blok servis pemain lawan
(Porretta, 2005)

13
d. Variasi Pertandingan Keterampilan Terpisah dan Modifikasi
Pertandingan keterampilan terpisah meliputi tiga keterampilan dasar; pass
atas, servis dan pass bawah. Pertandingan ini dirancang untuk para
penyandang cacat bagian bawah tubuh.
Perlombaan Pass Atas: pemain berdiri 2 meter menghadap net, dan 4,5
meter dari garis samping. Umpan diberikan dari samping lapangan dengan
jarak 4 sd 4,5 meter sebanyak 10 kali lemparan. Pemain menerima umpan
dan meneruskannya dengan pass atas ke daerah dibelakang net. Apabila
umpan tidak cukup tinggi, boleh diulangi. Pemain melakukan pass atas dan
harus melewatkan bola di atas net setinggi 1 meter. Setiap satu kali pemain
dapat melewatkan bola melalui atas net ke lapangan sebelah diberi point 3,
dan poin 0 apabila pemain tidak dapat melewatkan bola atau melakukan
kesalahan. Dari 10 kali, kemudian dihitung jumlah bola yang melewati net.

Perlombaan Servis: pertandingan dimulai dengan servis ke arah lapangan


lawan yang telah dibagi menjadi tiga bagian. Apabila bola jatuh dibagian
daerah yang paling dekat dengan net maka nilainya adalah 1, kalau bola
jatuh di bagian tengah lapangan nilainya 3 dan apabila bola setelah di
servis jatuh dibagian paling belakang maka nilainya 5. skor akhir dihitung
dan dijumlahkan setelah pemain melakukan servis sebanyak 10 kali.

Perlombaan pass bawah. Pemain berdiri di titik A yaitu di bagian belakang


lapangan, 3 meter dari garis samping kanan dan 1 meter dari garis
belakang menghadap ke net. Bola diumpan oleh tosser yang berdiri dekat
net (2 meter dari net ) dan segaris dengan si pemain, Bola dilambungkan
oleh tosser ke arah si pemain, kemudian pemain memukul bola dengan
pass bawah ke lapangan sebelah. Targetnya adalah orang yang berdiri 2
meter dibalik net lapangan sebelahnya. Apabila bola melewati net, diberi
nilai 1. Variasi tambahan nilai dapat diberikan misalnya, bola mengenai
target tertentu. Pada kesempatan berikut sipemain harus berdiri di titik B
yaitu 3 meter dari garis samping kiri lapangan dan 1 meter dari garis
belakang. Pelaksanaan sama dengan di atas. Nilai total diberikan setelah
pemain melakukan pasing 5 kali dari sisi kanan dan 5 kali dari sisi kiri.
e. Variasi dan Modifikasi lain
1) Ukuran lapangan yang diperkecil dan atau net diperpendek.
2) Garis servis boleh lebih dekat dengan net

14
3) Bola boleh memantul satu kali sebelum dikembalikan ke daerah lawan.
4) Bagi penyandang cacat tangan dan lengan, boleh mengembalikan bola
dengan menangkapnya terlebih dahulu dan kemudian memukulnya.
5) Servis boleh dilakukan dengan melemparkan bola melewati net, dan si
penerima boleh menangkap dan memukulnya kembali ke daerah lawan.
6) Agar permainan berjalan lancar ukuran bola boleh diperbesar, tetapi
harus lunak, lembut, dan warna-warni.
7) Pemain yang memiliki cacat tubuh bagian bawah, boleh bermain dalam
posisi duduk.
8) Jumlah pemain pada setiap tim boleh di tambah.

OLAHRAGA INDIVIDUAL

Yang tergolong ke dalam olahraga individual diantaranya, adalah; Tenis Meja,


Badminton, Senam, dan Atletik. Olahraga tersebut pada umumnya disajikan
disekolah sebgai mata pelajaran termasuk di sekolah SLB. Bereikut uraian
olahraaga individual bagi ABK.

TENIS MEJA
Tenis meja dapat dilakukan dengan bermain tunggat maupun ganda. tujuan
permainan adalah, menempatkan bola ke daerah lawan tanpa ada kesalahan,
prinsipnya sama dengan olahraga tenis meja pada umumnya.
Modifikasi permainan dibuat sedemikian rupa tanpa mengubah tujuan utama
dari permainan ini. Adapun
a. Keterampilan Olahraga
Keterampilan yang harus dikuasai dalam permainan tennis meja adalah,
drive, forehand dan backhand dan sevice. Servis pada tennis meja hasil
pukulan servis harus jatuh terlebih dahulu dilapangan sendiri kemudian
memantul dan melewati net.
b. Latihan Bermain
Surface Table Tennis : Tennis meja dengan bola menggelundung di atas
permukaan meja yang berukuran memanjang ke samping, sehingga dapat
dimainkan paling tidak oleh 2 sd 4 orang. Dinamakan surface table tennis
(STT) karena bola tidak memantul layaknya permainan tennis meja tetapi
bola harus bergulir di atas permukaan meja dan melewati net yang berada

15
di tengah-tengah meja. Net tennis meja direntangkan ditengah meja
layaknya net biasa dan diangkat setinggi 2 inchi di atas meja agar bola
dapat melewati kolong (bawah) net. Permainan dimulai dengan memukul
bola ke arah daerah lawan melewati bawah net. Bola harus tetap berada di
atas permukaan meja dan tidak boleh memantul.

Corner Ping Pong. Permainan ini dimainkan dalam sebuah sudut ruang
dalam areal 2 meter tinggi dan 2 meter lebar. pada setiap sisi sudutnya.
Satu orang (server) berdiri ditengah-tengah salah satu sisi. Kemudian
server menjatuhkan bola ke lantai dan memukulnya ke dinding yang ada
didepannya. Hasil pukulan servis ini harus kembali ke dinding yang
bersebelahan dengan dinding tempat pertama kali memantulkan bola.
(dinding diareal server). Pantulan didinding ini harus jatuh dilantainya
tempat si server berdiri. Hasil pantulan terakhir ini dilanjutkan oleh pemain
lawan dengan cara memukul ke dinding didepannya dan pantulannya harus
kembali ke dinding yang disebelahnya (dinding dibelakangnya). Apabila
server melakukan kesalahan dalam mengantarkan bolanya maka satu point
diberikan pada pemain lawan. Bola hanya boleh memantul satu kali
sebelum lawan mengembalikannya. Perhitungan skor sama dengan tennis
meja. Skor maksimal adalah 21 dengan 2 kali kemenangan.
c. Variasi dan Modifikasi Olahraga
Beberapa modifikasi diperbolehkan yang perlu dilakukan adalah:
1) Kaki pemain dan injakan kaki kursi roda tidak boleh menyentuh lantai,
2) Servis harus disebut sebuah "let" apabila bola keluar lapangan, atau
memantul dalam usahanya mengembalikan bola ke lapangan lawan.
3) Pada STT tangan bebas tidak boleh digunakan untuk menahan atau
mendukung badan dalam usahanya menjangkau bola; tetapi pemain
boleh menggunakan permukaan meja untuk menjaga keseimbangan
setelah memukul bola, sepanjang tidak merubah posisi meja.
4) Ikatan kuat diperbolehkan di bawah lutut.
5) Arena bermain boleh diperkecil asalkan tidak kurang dari 8 meter
panjang dan 7 meter lebarnya.
6) Bagi pemain yang dapat berdiri tidak ada kekecualian dalam peraturan.

16
BULU TANGKIS
Pertandingan bulu tangkis telah diakui secara resmi oleh Badan Olahraga
cacat khusus tahun 2003. namun baru sebatas olahraga perkenalan/
eksebisi. Peraturan pertandingan mengacu kepada International Badminton
Federation (IBF).
a. Keterampilan Olahraga
Keterampilan yang harus dikuasai adalah, pukulan forehand, backhand
dan servis. Pukulan lainnya seperti drop shot, smash, long shot.
b. Belajar Bermain
Ada dua bentuk latihan permainan yang bisa dilakukan, diantaranya:
Pertama permainan Loop badminton; Dilakukan dengan menggunakan
bat tennis meja dan kock standar. loop ditempatkan pada tonggak
setinggi 1,2 m dengan ukuran panjang 3 meter dan lebar 1,5 meter.
Permainan dimulai dengan servis dari bawah dan diarahkan ke bingkai
persegi empat loop.
Kedua permainan Balon Badminton: Digunakan sebagai pengganti dari
shuttlecock dan pamukulnya adalah bat tennis meja. Penyandang tuna
netra dapat diikutsertakan apabila di dalam balon kita masukkan bell
atau bunyi-bunyian.

Terdapat tiga bentuk kontes keterampilan badminton yang secara resmi


dikeluarkan oleh Special Olympic 2003, diantarany : servis target,
pengembalian voli dan pengembalian servis. Pada servis target, pemain
harus servis dan mengarahkan bola ke target yang ada dilapangan
sebelahnya. Sedangkan pengembalian voli adalah pemain harus
mengembalikan umpan yang diberikan dari bagian tengah lapangan
sebelahnya. Dan untuk keterampilan pengembalian servis pemain harus
mengembalikan servis yang diberikan pemain lawan.
c. Variasi dan Modifikasi Olahraga
Pertandingan bulu tangkis khusus penyandang cacat terdiri dari: single,
double, mix double, dan kontes keterampilan individual. Belakangan
pertandingan khusus ini berkembang menjadi enam macam, yaitu: hand
feeding, racket feeding, tiga kontes (lihat atas), pukulan forehand,
pukulan backhand dan servis. Penilaian akhir adalah total skor yang
diperoleh dari enam macam pertandingan di atas.

17
Di dalam pertandingan khusus kursi roda diterangkan beberapa seperti
berikut:
• Pemain boleh servis dari atas baik dari sebelah kiri maupun sebelah
kanan lapangan.
• Daerah servis dimajukan setengahnya dari jarak yang telah
ditentukan.
d. Variasi dan Modifikasi lainnya
Beberapa modifikasi permainan yang merupakan standar bagi para
penyandang adalah: lapangan yang diperkecil, raket yang diikat kuat
pada lengan bagi penyandang amputi kedua tangannya dan
menggunakan Velcro pada pegangan raket. Untuk memperkenalkan
lebih dekat permainan ini pada pemula boleh menggunakan raket dari
kayu yang dibuat menyerupai raket.

SENAM
Senam cukup banyak diminati saat ini oleh para penyandang cacat, Karena
itu senam ditampilkan dalam olympiade. Kesempatan inilah kemudian
banyak individu yang memiliki kelainan telah bergabung dalam program
latihan bersama-sama dengan para pesenam pada umumnya.

Gambar 6 : Kegiatan olahraga senam melatih keseimbangan


(Kasser dan Lytle, 2005)

18
a. Keterampilan Olahraga
Selain keterampilan, seorang atlet senam harus memiliki standar
kemampuan fisik seperti: kekuatain kelincahan, daya tahan, kelenturan,
koordinasi, dan keseimbangan. Atlet harus mampu bertanding dalam
nomor perorangan alat dan semua alat (all-round). Dalam kondisi normal
atlet putra harus bertanding dalam nomor pommel horse, rings,
horizontal bar, parallel bar, dan lantai. Sedangkan wanita berlomba
dalam nomor palang keseimbangan, parallel bar, vaulting, dan lantai.
b. Kegiatan Latihan
Latihan kondisi umum diutamakan pada latihan fleksibilitas dan
kekuatan. Untuk menambah pengalaman, atlet perlu diberikan
pengetahuan tentang senam dan cara mengembangkan kreatifitas.

Gambar 7 : Melatih Keseimbangan dalam garis (Sherrill, 1993)

c. Variasi dan Modifikasi Olahraga

Special Olympics (2003) memuat peraturan pertandingan seperti berikut:


1) Pesenam dengan kelainan penglihatan boleh melakukan vault dengan
tanpa beriari. Satu, dua langkah atau beberapa kali melompat pada
board (dengan kedua tangan memegang kuda); atau dengan tiga atau
empat kali memantul dan take off.
2) Di dalam nomor lantai pelatih boleh memberi isyarat untuk memulai
kepada pesenam yang mempunyai kelainan pendengaran.
3) Pesenam yang menggunakan canes atau walkers boleh dibantu

19
pelatihnya untuk memindahkan atau mengambil walker atau peralatan
lainnya yang dibutuhkan tanpa ada pengurangan point.
4) Pesenam yang memiliki kelainan pendengaran boleh menggunakan
peralatan audio selama pertandingan senam Iantai.
5) Pengguna kursi roda boleh mengikuti senam ritmik, dan pesenam
tunanetra boleh menggunakan peralatan audio selama pertandingan
berlangsung. Pesenam tunarungu dapat menggunakan isyarat yang
dapat dilihat untuk memulai dengan musik tanpa kena penalty.

ATLETIK

Atletik disebut sebagai Ibu dari semua cabang olahraga. Hal ini disebakan
karena bentuk kegiatan fisik pada umumnya digunakan pada cabang
olahraga lain seperti; jalan, lari lompat, lempar.

Gambar 8 : Atletik bukan hanya milik orang normal saja (Paciorek, 2005)

Peraturan perlombaan atletik bagi penyandang cacat/ABK.


a. Olahraga Kursi Roda
1) Perlombaan atletik untuk atlet kursi roda di atur oleh The Athletic
Congress (TAG). Atlet kursi roda dapat dikelompokan kedalam dua
kelas yaitu kelas lintasan (T) dan kelas lapangan (F):
2) T1, T2 (termasuk T2a dan T2b hanya untuk perlombaan yunior), T3,
T4, F1, F2, F3.F4, F5, F6,F7 dan F8 (berdiri dan duduk). Kelompok T1
dan T2 berlomba dalam nomor lari: 100, 200, 400, 800, 1500, 5000 m.
Ditambah 4 x 100 m (estafet berputar), 4 x 400 estafet. Kelompok T3
dan T4 berlomba di nomor 10.000 m dan 4 x 100 estafet berputar. T3

20
dan T4, juga berlomba di nomor 10, 15, 20 km dan Marathon.
3) Pada nomor lapangan semua kelas berlomba dinomor lempar cakram,
tolak peluru dan lernpar lembing, kecuali kelas F1, yang tidak menolak
peluru diganti dengan lempar pentungan dan lempar lembing.
Kelompok F2 boleh memilih antara lempar pentungan atau lempar
lembing. Semua kelas berlomba di nomor pancalomba dengan lima
nomor perlombaan individu). Kelompok F1 berlomba di nomor lari 100
m, lempar club, 400 m, lempar cakram, dan 800 m. Kelompok F2 dan
F3 berlomba di nomor tolak peluru, lempar lembing, lempar cakram,
dan lari 100 dan 800 m. Kelompok F4 sd F8 diganti menjadi nomor
200 dan 1500 m. Untuk kelompok junior, semua nomor pertandingan
sama kecuali ditambahkan nomor 60 m perorangan dan estafet.

Gambar 9 : Melempar pentungan dari samping (a) (Kasser dan Lytle, 2005)
dan dari atas (b) (Sherrill, 1993)

Gambar 10 : Lempar Lembing Kursi Roda (Sherrill, 1993)

21
Peraturan Perlombaan Kursi Roda (WS 2002)
1) Kursi harus memiliki dua buah roda besar dan satu roda kecil. Setiap
roda besar hanya boleh memiliki satu putaran roda tangan. Tidak
boleh menggunakan gir selain yang telah ditentukan o!eh panitia.
Hanya boleh dikendalikan dengan tangan.
2) Tongkat estafet tidak dipindatvtangankan. Untuk memulai perlombaan
berikutnya cukup dengan menyentuh bagian tubuh atlet yang akan
berlomba berikutnya di daerah pergantian.
3) Atlet harus memastikan bahwa tidak ada bagian tubuh yang menyen-
tuh lantai, selama perlombaan berlangsung. Jika menggunakan
pengikat di bagian kaki maka pastikan untuk menggunakan pengikat
yang tidak elastik.
4) Boleh menggunakan alat yang dapat membuat kursi roda menjadi
lebih stabil, terutama pada nomor lapangan. Kelompok F1 sd F6 pada
saat melempar, salah satu bagian dari tungkai atau pantat buttock
harus tetap menempel di bantalan kursi. Kelompok F7 dan F8 atlet
diperbolehkan mengangkat selama salah satu kakinya menempei di
lantai dalam lingkaran lempar.
5) Atlet tidak diperbolehkan menggunakan alat seperti membalut seluruh
jarinya menjadi satu supaya dapat melempar lebih kuat. Sarung
tangan tidak boleh digunakan. Kelompok F3 sd F3 boleh
menggunakan pengikat pada tangan yang tidak digunakan untuk
melempar atau untuk menyatukan dengan kursi.

Gambar 11 : Menolak Peluru dari Kursi tanpa Roda (Kasser dan Lytle, 2005)

22
b. Atlet Tunanetra
Terdapat tiga klasifikasi Tunanetra: B1, B2, dan B3. Nomor-nomor yang
dapat diikuti oleh ketiga kelas ini adalah: 100, 200, 400, 800, 1500, 5000
dan 10000 meter. Baik putra maupun putri dari ketiga kelas ini juga dapat
mengikuti lomba marathon. Nomor estafet diikuti oleh atlet putra dan
putri dengan nomor: 4 x 100 dan 4 x 400 dengan kombinasi kelompok
penglihatan. Putra dan putri dari ketiga kelas ini juga bertanding di nomor
lapangan seperti: lompat jauh, lompat tinggi, lompat tiga/jangkit, lempar
cakram, lempar lembing, dan tolak peluru. Putra pada ketiga kelompok
ini dapat mengikuti lontar martil. Semua kelas baik putra maupun putri
dapat mengikuti panca lomba. Baik putra maupun putri berlomba dalam
lompat jauh, lempar cakram dan lari 100 m. Putra berlomba lempar
lembing dan putri berlomba tolak peluru. Putra berlomba lari 1500 m dan
putri lari 800 m. Termasuk junior.

Gambar 12 : Bimbingan dengan pegangan di siku dan tali (Lieberman, 2005)

IBSP (1997) telah membuat peraturan perlombaan yang dapat


digunakan untuk penyandang tunanetra, sebagai berikut:
1) Untuk kelompok B1, sprinter untuk nomor 100 meter boleh berlari
dengan bantuan dua orang pembimbing. Orang pertama boleh berdiri
di dekat garis finish untuk memberi petunjuk arah. Dan orang kedua
boleh berlari disamping pelari untuk memberi petunjuk arah, tetapi
tidak boleh ikut menarik atau mendahului masuk garis finish.
2) Pembimbingan juga boleh diberikan kepada sprinter B1 dan B2 pada

23
nomor 200 meter sd dengan lomba lari marathon. Untuk nomor lari
200 sd 800 meter diijinkan untuk menggunakan dua lintasan.
3) Atlet boleh memutuskan pembimbingan semacam apa yang
diinginkan. Apakah ikatan di siku, rentangan tali/pita atau berlari
bebas. Yang penting atlet tidak merasa terbebani atau terdorong oleh
sipembimbing. Bantuan secara verbal juga diperbolehkan.
4) Sinyal suara diperbolehkan bagi atlet kelompok B1 dan B2 dalam
nomor lapangan.
5) Kelompok B1 boleh memegang mistar sebelum melakukan lompatan.
B2 boleh menyimpan benda/tanda di atas mistar.
6) Kelompok B1 dan B2 tolak peluru, lempar cakram dan lempar
lembing, atlet harus mendapat bimbingan ketika memasuki lingkaran
atau lintasan awalan lempar dan meninggalkannya setelah atlet
menyelesaikan lemparan pertamanya.
c. Atlet Tunarungu
Perlombaan lintasan untuk putra tunarungu sama dengan perlombaan
standar pada umum. Ditambah dengan perlombaan lari 25 km jalan raya,
110 meter dan 400 meter gawang, 3000 meter steeplechase dan 20 km
jalan cepat. Begitu juga untuk nomor lapangan menggunakan standar
seperti pada umumnya. Mereka juga dibolehkan mengikuti perlombaan
lompat tinggi galah dan lontar martil. Untuk kelompok tunarungu putri
dapat mengikuti semua nomor yang diperlombakan untuk putri.

Beberapa peraturan dari IAAF seputar modifikasi perlombaan untuk


pertandingan khusus, adalah sebagai berikut:
1) Perlombaan lari bagi tunanetra boleh menggunakan tali dan sinyal
lampu dalam untuk membimbing arah lari. Sedangkan bagi tunanetra
yang tuli dapat menggunakan tepukan dibadannya.
2) Di dalam perlombaan jalan cepat, atlet tidak diperlukan pendukung
tungkai selama berlomba.
3) Di dalam lempar soft ball (lempar bola) atlet dapat menggunakan
semua tipe melempar.
4) Atlet down syndrome yang diketahui memiliki ketidak-stabilan dalam
sendinya tidak diperbolehkan mengikuti nomor lompat tinggi dan
pancalomba.

24
e. Perlombaan untuk CP
Perlombaan atletik untuk CP ada 8 kelompok (lihat kembali sub bab CP).
Terdiri dari perlombaan nomor 60 meter sampai dengan 3000 meter
untuk kelompok 1 yang menggunakan kursi roda elektrik. Dan cross
country untuk kelompok 5 sd 8. nomor 4 x 100 dan 4 x 400 meter estafet
untuk kelompok 2 dan 8, termasuk perlombaan kursi roda dan yang bisa
berdiri. Untuk nomor lapangan terdiri dari tolak peluru, lempar cakram,
lempar lembing, lempar pentungan (club), dan lompat jauh. Nomor
perfombaan tambahan meliputi nomor: lempar bola soft ball, menendang
jauh, lompat tinggj toss, menolak bo!a medisin. Di sini juga ada nomor
pentathlon untuk kelompok 3 sd 8. Modifikasi peraturan {NDSA, 2001)
periombaan adalah sebagai berikut:
1) Kelompok 5, atlet yang menggunakan cane dan crutch harus
menggunakannya alat ini untuk kontak dengan tanah sedikitnya satu
kali dalam 10 meter.
2) Atlet kursi roda nomor estafet harus membuat sentuhan langsung
terhadap badan atlet berikutnya (seperti dalam usahanya untuk
mengoper tongkat estafet pada atlet normal).
Modifikasi tambahan untuk nomor lapangan:
1) Agar kursi roda dapat berdiri kokoh, maka kursi boieh di pegang oleh
pembantunya atau di ikat kuat. Pembantu boleh memegang didalam
lingkaran lempar.
2) Lempar bola softball (diameter 13 cm dan berat 170 gram) meliputi:
ketepatan melempar, lempar jauh, lempar ala cakram hanya dilakukan
oleh kelompok 1 saja.
3) Menendang jauh, melontar bola medisin hanya diperuntukan
kelompok II atlet yang tidak dapat melakukan perlombaan melempar.
Di dalam perlombaan menendang jauh, bola diletakan di atas garis
pembatas awal. Atlet hanya melakukan ancang-ancang dengan
mengayunkan kaki ke belakang sambit duduk dikursi roda. Jarak
tendangan menjadi acuan utamanya. Di dalam melontar bola medisin
digunakan bola seberat 2,7 kg. Kadua kaki harus tetap kontak dengan
tanah selama melontar berlangsung.

25

Anda mungkin juga menyukai