PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bencana alam memiliki dampak signifikan pada kesehatan
masyarakat dan kesejahteraan populasi yang terkena dampak. Dampak
kesehatan negatif dapat langsung (mis, Cedera) atau tidak langsung (mis,
Kekurangan gizi dan peningkatan penyakit menular). Setelah bencana
alam, masalah kesehatan ini diperparah oleh kerusakan yang terjadi pada
sistem kesehatan, air dan infrastruktur sanitasi, dan perpindahan
masyarakat yang terkena dampak. Pemindahan cukup umum terjadi
setelah bencana alam besar karena meningkatnya tuna wisma. Pada
2014, Pusat Penelitian tentang Epidemiologi Bencana (CRED)
memperkirakan bahwa 1.298.848 orang kehilangan tempat tinggal karena
bencana alam. Segera setelah bencana, mayoritas populasi pengungsi
tinggal di tempat penampungan sementara yang padat dengan sedikit atau
tidak ada akses ke air dan makanan terutama selama beberapa hari
pertama. Kondisi hidup seperti itu sangat ideal untuk penyebaran penyakit
menular yang meningkatkan angka kesakitan dan kematian di antara
populasi pengungsi. Ada banyak penyakit menular yang diketahui
menyebar di lingkungan yang padat seperti penyakit diare, campak,
meningitis bakteri, penyakit pernapasan akut, malaria dan demam
berdarah, dan tetanus. Konsekuensinya, untuk menanggapi bencana
alam, petugas kesehatan masyarakat harus merawat cedera yang
memerlukan perhatian medis segera sambil juga menerapkan sistem
untuk mencegah dan mengurangi penyebaran penyakit menular
(sciencedirect, 2017).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Adapun tujuan umum dalam laporan ini adalah untuk menentukan
penilaian risiko dalam bencana akan yang akan terjadi.
2. Tujuan Khusus
Adapun tujuan khusus dalam laporan ini yaitu :
a. Untuk mengetahui penilaian resiko atau pemantauan kejadian
bencana alam
b. Untuk mengetahui upaya penanggulangan bencana alam
BAB II
GAMBARAN UMUM WILAYAH
A. Keadaan Geografis
Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di
bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang,
terletak antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan
yang berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur
Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat
adalah Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan
kemiringan lahan 0-2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15°
(bergelombang). Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km
persegi. Kota Makassar memiliki kondisi iklim sedang hingga tropis
memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai dengan 29°C.
Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang
membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai
“Waterfront City” yang didalamnya mengalir beberapa sungai (Sungai
Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya
bermuara ke dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan
rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan
laut. Dari kondisi ini menyebabkan Kota Makassar sering mengalami
genangan air pada musim hujan, terutama pada saat turun hujan
bersamaan dengan naiknya air pasang.
Secara administrasi Kota Makassar dibagi menjadi 15 kecamatan
dengan 153 kelurahan. Di antara 15 kecamatan tersebut, ada tujuh
kecamatan yang berbatasan dengan pantai yaitu Kecamatan Tamalate,
Kecamatan Mariso, Kecamatan Wajo, Kecamatan Ujung Tanah,
Kecamatan Tallo, Kecamatan Tamalanrea, dan Kecamatan
Biringkanaya.
Batas-batas administrasi Kota Makassar adalah:
1. Batas Utara: Kabupaten Maros
2. Batas Timur: Kabupaten Maros
3. Batas Selatan: Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar
4. Batas Barat: Selat Makassar
Secara umum topografi Kota Makassar dikelompokkan menjadi dua bagian
yaitu:
a. Bagian Barat ke arah Utara relatif rendah dekat dengan pesisir pantai.
b. Bagian Timur dengan keadaan topografi berbukit seperti di Kelurahan
Antang Kecamatan Panakukang.
B. Keadaan Demografi
Jumlah penduduk Sulawesi Selatan paling banyak berada di
Makasar dengan jumlah penduduk menembus 1,5 juta jiwa. Kemudian
disusul Gowa 760 ribu penduduk, Bone 754 ribu, Bulukumba 418 ribu,
Wajo 396 ribu, Pinrang 374 ribu, Jeneponto 361 ribu, Luwu 359 ribu,
Maros 349 ribu, Pangkep 332 ribu, Luwu Utara 310 ribu, Sidrap 299 ribu.
Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk Sulawesi Selatan
terbaru tahun 2018 ini mencapai 8,7 juta jiwa. Jumlah penduduk itu
adalah gabungan akumulasi dari 24 kabupaten kota di Sulawesi
Selatan.
Jumlah penduduk Sulawesi Selatan paling banyak berada di
Makasar dengan jumlah penduduk menembus 1,5 juta jiwa. Kemudian
disusul Gowa 760 ribu penduduk, Bone 754 ribu, Bulukumba 418 ribu,
Wajo 396 ribu, Pinrang 374 ribu, Jeneponto 361 ribu, Luwu 359 ribu, Maros
349 ribu, Pangkep 332 ribu, Luwu Utara 310 ribu, Sidrap 299 ribu. Selanjutnya
Takalar 295 ribu, Luwu Timur 293 ribu, Sinjai 242 ribu, Tana Toraja 232 ribu,
Toraja Utara 229 ribu, Soppeng 226 ribu, Enrekang 204 ribu, Bantaeng 186
ribu, Palopo 180 ribu, Barru 173 ribu, Pare Pare 143 ribu, dan
terakhir Kepulauan Selayar 134 ribu.