Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH LUKA BAKAR

Disusun Oleh :
- Fx. Oscar Valerian S
- Ericha Endrianti
- Ida Mawadah Nur
- Ayu Junita Herdina

Semester/Tingkat : V/III.A

AKADEMI KEPERAWATAN DHARMA WACANA METRO


TAHUN AJARAN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan
karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Salawat dan salam semoga
senantiasa tercurah kepada suri tauladan sepanjang jaman Rasullulah SAW. Kami

1
ucapkan juga terimakasih kepada Ibu Indhit Tri Utami, M.Kep. selaku dosen mata
kuliah KGD Lanjut yang telah membimbing kami dam pembuatan makalah ini
sampai dengan selesai.

Makalah ini membahas dan menjelaskan secara sederhana tentang


“Makalah Luka Bakar”. Dalam pembuatan makalah ini tentunya masih banyak
kekurangan dan kesalahannya, oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
yang bersifat membangun dari semua pihak dan semoga makalah ini bermanfaat.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Metro, 20 September 2019

Penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.............................................................................i

KATA PENGANTAR............................................................................ ii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iii

2
BAB I PENDAHULUAN......................................................................

1.1..............................................................................................Latar
Belakang Masalah...................................................................... 1
1.2..............................................................................................Rumusan
Masalah...................................................................................... 2
1.3..............................................................................................Tujuan
Makalah..................................................................................... 2

BAB II TINJUAN PUSTAKA.............................................................. 3

2.1..............................................................................................Definisi
Luka Bakar................................................................................. 3
2.2..............................................................................................Etiologi
Luka Bakar................................................................................. 3
2.3..............................................................................................Patofisiolo
gis Luka Bakar........................................................................... 4
2.4..............................................................................................Manifestas
i Klinis Luka Bakar.................................................................... 6
2.5..............................................................................................Pemeriksa
an Luka Bakar............................................................................ 9
2.6..............................................................................................Komplikas
i Luka Bakar............................................................................... 10
2.7..............................................................................................Penatalaks
anaan Luka Bakar...................................................................... 11
2.8..............................................................................................Konsep
Asuhan Keperawatan Luka Bakar............................................. 14

BAB III TINJAUAN KASUS............................................................... 25


3.1..............................................................................................Kasus
Luka Bakar................................................................................. 25
3.2..............................................................................................Pembahasa
n Luka Bakar.............................................................................. 26

BAB IV PENUTUP............................................................................... 34
4.1..............................................................................................Kesimpula
n................................................................................................. 34

3
4.2..............................................................................................Saran
................................................................................................... 34

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………… 35

4
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Luka bakar dapat mengakibatkan masalah yang kompleks yang dapat
meluas melebihi kerusakan fisik yang terlihat pada jaringan yang terluka
secara langsung. Masalah kompleks ini mempengaruhi semua sistem tubuh
dan beberapa keadaan yang mengancam kehidupan. Dua puluh tahun lalu,
seorang dengan luka bakar 50% dari luas permukaan tubuh dan mengalami
komplikasi dari luka dan pengobatan dapat terjadi gangguan fungsional, hal
ini mempunyai harapan hidup kurang dari 50%. Sekarang, seorang dewasa
dengan luas luka bakar 75% mempunyai harapan hidup 50%. dan bukan
merupakan hal yang luar biasa untuk memulangkanpasien dengan luka bakar
95% yang diselamatkan.
Pengurangan waktu penyembuhan, antisipasi dan penanganan secara dini
untuk mencegah komplikasi, pemeliharaan fungsi tubuh dalam perawatan luka
dan tehnik rehabilitasi yang lebih efektif semuanya dapat meningkatkan rata-
rata harapan hidup pada sejumlah klien dengan luka bakar serius.
Luka bakar merupakan bentuk trauma yang terjadi sebagai akibat dari
aktifitas manusia dalam rumah tangga, industri, trafic accident, maupun
bencana alam. Luka bakar ialah luka yang terjadi akibat sentuhan permukaan
tubuh dengan benda-benda yang menghasilkan panas (api, air panas, listrik)
atau zat-zat yang bersifat membakar (asam kuat, basa kuat) (Paula,K.,dkk,
2009). Luka bakar yang disebabkan oleh cairan yang panas (scald burn)
mempunyai perbedaan prognosis dan komplikasi dari pada luka bakar yang
sama yang disebabkan oleh api atau paparan radiasi ionisasi.

1.2 Rumusan Masalah


1) Apa Yang Dimaksud Dengan Luka Bakar?
2) Bagaimana Etiologi Dari Luka Bakar ?
3) Bagaimana Patofisiologi Dari Luka Bakar ?

1
4) Bagaimana Manifestasi Klinik Dari Luka Bakar ?
5) Bagaimana Pemeriksaan Penunjang Dari Luka Bakar ?
6) Bagaimana Komplikasi pada Luka Bakar ?
7) Bagaimana Penatalaksanaan Medis Dari Luka Bakar ?
8) Bagaimana Konsep Asuhan Keperawatan Dari Luka Bakar ?

1.3 Tujuan
1) Tujuan Umum
Untuk pemenuhan tugas KGD Lanjut mengenai luka bakar serta
mahasiswa/i dapat mengetahui dan mencegah terjadinya luka bakar
2) Tujuan Khusus
 Untuk Mengetahui Definisi Luka Bakar
 Untuk Mengetahui Etiologi Luka Bakar
 Untuk Mengetahui Patofisiologi Luka Bakar
 Untuk Mengetahui Manifestasi Klinik Luka Bakar
 Untuk Mengetahui Komplikasi Luka Bakar
 Untuk Mengetahui Pemeriksaan Penunjang Luka Bakar
 Untuk Mengeatahui Penatalaksanaan Medis Luka Bakar
 Untuk Mengetahui Konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar

1.4 Manfaat
Makalah ini bermanfaat untuk menambah ilmu pengetahuan tentang
penyakit Luka Bakar untuk mahasiswa. Dan dapat dijadikan referensi bagi
mahasiswa apabila mendapat tugas untuk membuat makalah patologi anatomi
fisiologi sistem respirasi.

BAB II
TINJAUN PUSTAKA

2.1 Definisi Luka Bakar


Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus listrik,
bahan kimia dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan yang lebih
dalam. Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan
suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000)
Luka bakar (combustio) adalah kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti air, api, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

2
Luka bakar akan mengakibatkan tidak hanya kerusakan kulit, tetapi juga
mempengaruhi seluruh sistem tubuh (Nina, 2008).
Luka bakar merupakan suatu bentuk kerusakan dan atau kehilangan
jaringan disebabkan kontak dengan sumber yang memiliki suhu yang sangat
tinggi (misalnya api, air panas, bahan kimia, listrik dan radiasi) atau suhu yang
sangat rendah. Saat terjadi kontak dengan sumber termis (atau penyebab
lainnya), berlangsung reaksi kimiawi yang menguras energi dari jaringan
sehingga sel tereduksi dan mengalami kerusakan (Moenadjat, 2009).

2.2 Etiologi Luka Bakar


Luka bakar banyak disebabkan karena suatu hal, diantaranya adalah:
a. Luka Bakar Suhu Tinggi (Thermal Burn)
Luka bakar thermal burn biasanya disebabkan oleh air panas (scald),
jilatan api ketubuh (flash), kobaran api di tubuh (flam), dan akibat terpapar
atau kontak dengan objek-objek panas lainnya (logam panas, dan lain-lain)
(Moenadjat, 2005).

b. Luka Bakar Bahan Kimia (Chemical Burn)


Luka bakar bahan kimia biasanya disebabkan oleh asam kuat atau
alkali yang biasa digunakan dalam bidang industry militer ataupun bahan
pembersih yang sering digunakan untuk keperluan rumah tangga
(Moenadjat, 2005).
c. Luka Bakar Sengatan Listrik (Electrical Burn)
Listrik menyebabkan kerusakan yang disebabkan karena arus, api dan
ledakan. Aliran listrik menjalar disepanjang bagian tubuh yang memiliki
resistensi paling rendah. Kerusakan terutama pada pembuluh darah,
khususnya tunika intima, sehingga menyebabkan gangguan sirkulasi ke
distal. Sering kali kerusakan berada jauh dari lokasi kontak,baik kontak
dengan sumber arus maupun grown (Moenadjat, 2005).
d. Luka bakar radiasi (Radiasi Injury)
Luka bakar radiasi disebabkan karena terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injury ini sering disebabkan oleh penggunaan radio aktif
untuk keperluan terapeutik dalam dunia kedokteran dan industry. Akibat

3
terpapar sinar matahari yang terlalu lama juga dapat menyebabkan luka
bakar radiasi (Moenadjat, 2005).

2.3 Patofisiologi Luka Bakar


Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas ke
tubuh. Panas tersebut dapat dipindahkan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik, derajat luka bakar yang berhubungan dengan beberapa faktor
penyebab, konduksi jaringan yang terkena dan lamanya kulit kontak dengan
sumber panas. Kulit dengan luka bakar mengalami keruskan pada epidermis,
dermis, maupun jaringan subkutan tergantung pada penyebabnya.
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi.
Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.
Menigkatnya permeabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan bula yang
mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume
cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan
kehilangan cairan akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula
yang terbentuk pada luka bakar derajat dua, dan pengeluaran cairan ke
keropeng luka bakar derajat tiga.
Bila luas bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi tubuh
masih bisa mengatasinya, tetapi bilalebih dari 20%, akan terjadi syok
hipovolemik dengan gejala khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,
nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, dan produksi urin berkurang.
Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam.
(Wim De Jong, 2004)

Penderita syok atau terancam syok


- Anak : luasnya luka >10%
- Dewasa : luasnya luka >15%

Letak luka memungkinkan penderita terancam cacat berat


- Wajah, mata
- Tangan dan kaki

4
- Perineum edema laring
- Tertutup asap atau udara hangat
Bagan 2.1 indikasi rawat inap

Pada awalnya tubuh menanggapi dengan memirau (shunting) darah


ke otak dan jantung menjauh dari organ-organ tubuh lainnya. Kekurangan
aliran darah yang berkepanjangan ke organ-organ tersebut bersifat merugikan.
Kerusakan yang dihasilkan bergantung pada keburuhan dasar organ tubuh.
Beberapa organ dapat bertahan hanya untuk beberapa jam tanpa pasokan
darah yang menyediakan sumber gizi. Setelah resusitasi, tubuh mulai
menyerap kembali cairan edema dan membuangnya lewat pembentukan urine
(diuresis). (Black & Hawk, 2009)

2.4 Manifestasi Klinis Luka Bakar

Kedalaman dan Bagian kulit Gejala Penampilan luka Perjalanan


penyebab luka bakar yang terkena kesembuhan
Derajat satu Epidermis Kesemutan, Memerah, menjadi Kesembuhan
(superfisial): hiperestesia putih ketika ditekan lengkap dalam
tersengat matahari, (supersensivitas), minimal atau tanpa waktu satu
terkena api rasa nyeri edema minggu, terjadi
dengan intensitas mereda jika pengelupasan kulit
rendah didinginkan

Derajat dua Epidermis dan Nyeri, hiperestesia, Melepuh, dasar luka Kesembuhan
(partial-thickness): bagian sensitif terhadap berbintik-bintik dalam waktu
tersiram air dermis udara yang dingin merah, epidermis 2-3 minggu,
mendidih, terbakar retak, permukaan pembentukan
oleh luka basah, terdapat parut dan
nyala api edema depigmentasi,
infeksi dapat
mengubahnya

5
menjadi derajat-
tiga
Derajat tiga Epidermis, Tidak terasa Kering, luka bakar Pembentukan
(full-thickness): keseluruhan nyeri, syok, berwarna putih eskar, diperlukan
terbakar nyala api, dermis dan hematuria (adanya seperti bahan kulit pencangkokan,
terkena kadang-kadang darah dalam urin) atau gosong, kulit pembentukan
cairan mendidih jaringan dan kemungkinan retak dengan bagian parut dan
dalam waktu subkutan pula hemolisis lemak yang tampak, hilangnya kontur
yang lama, (destruksi sel terdapat edema serta
tersengat arus darah merah), fungsi kulit,
listrik kemungkinan hilangnya jari
terdapat luka tangan atau
masuk dan ekstrenitas dapat
keluar (pada terjadi
luka bakar
listrik)
.

 Dalam menetukan dalamnya luka bakar kita harus memperhatikan


faktor-faktor berikut :
1. Riwayat terjadinya luka bakar
2. Penyebab luka bakar
3. Suhu agen yang menyebabkan luka bakar
4. Lamanya kontak dengan agen
5. Tebalnya kulit

6
Gambar luka bakar derajat I
(superfisial) Gambar luka bakar derajat III (full-
thickness)

Gambar luka bakar derajat II


(partial-thickness)

gambar klasifikasi luka bakar


 Luas Luka Bakar
Berbagai metode dalam menentukan luas luka bakar :
a. Rumus Sembilan (Rule of Nines).

7
gambar rumus sembilan (rule
of nines) pada orang dewasa

gambar rumus sembilan (rule of


nines) pada anak-ana

8
b. kMetode Lund and Browder
Metode Lund dan Browder yang mengakui bahwa persentase luas luka
bakar pada berbagai bagian anatomik, khususnya kepala dan tungkai, akan
berubah menurut pertumbuhan.

Metode Lund and Browder


2.5 Pemeriksaan Penunjang

 HB : Hb (Hemoglobin) turun menunjukkan adanya pengeluaran


darah yang banyak sedangkan peningkatan lebih dari 15%
mengindikasikan adanya cedera.

 Leukosit : leukosit meningkad tanda adanya infeksi atau inflamasi.

 AGD : Untuk mengetahui adanya kecurigaaan cedera inhalasi.

 Elektrolit Serum: Kalium dapat meningkat pada awal sehubungan


dengan cedera jaringan dan penurunan fungsi ginjal, natrium pada awal
mungkin menurun karena kehilangan cairan.

 Alkali Fosfat: Peningkatan Alkali Fosfat sehubungan dengan


perpindahan cairan interstisial atau gangguan pompa, natrium.

 Glukosa Serum: Peninggian Glukosa Serum menunjukkan respon


stress.

 Albumin Serum: Untuk mengetahui adanya kehilangan protein


pada edema cairan.

 Kreatinin: Peninggian menunjukkan penurunan perfusi atau fungsi


ginjal, tetapi kreatinin dapat meningkat karena cedera jaringan.

9
 EKG: Untuk mengetahui adanya tanda iskemia miokardial atau
distritmia.

 Fotografi luka bakar: Memberikan catatan untuk penyembuhan


luka bakar.

2.6 Komplikasi Luka Bakar

1) Respons Sistemik
Perubahan patofisiologi yang disebabkan oleh luka bakar yang
berat selama awal periode syok luka bakar mencangkup hipoperfusi
jaringan dan hipofungsi organ yang terjadi sekunder akibat penurunan
curah jantung dengan diikuti oleh fase hiperdinamik serta hipermetabolik.
2) Respons Kardiovaskuler
Curah jantung akan menurun sebelum perubahan yang signifikan
pada volume darah terlihat dengan jelas. Karena berkelanjutnya
kehilangan cairan dan berkurangnya volume vaskuler, maka curah
jantung akan terus menurun dan terjadi penurunan tekanan darah. Sebagai
respon, system saraf simpatik akan melepaskan katekolamin yang
meningkatkan resistensi perifer dan frekuensi denyut nadi. Selanjutnya
vasokontriksi pembuluh darah perifer menurunkan curah jantung.
3) Respons Pulmonal
Volume pernapasan sering kali normal atau hanya menurun sedikit
setelah cedera luka bakar yang luas. Setelah resusitasi cairan, peningkatan
volume pernapasan-dimanifestasikan sebagai hiperventilasi-dapat terjadi,
terutama bila klien ketakutan, cemas, atau merasa nyeri. Hiperventilasi ini
adalah hasil peningkatan baik laju respirasi dan volume tidal dan muncul
sebagai hasil hipermetabolisme yang terlihat setelah cedera luka bakar.
4) Cedera Inhalasi
Paparan terhadap gas asfiksian merupakan penyebab paling sering
mortalitas dini akibat cedera inhalasi. Karbon monoksida (CO), asfiksian
yang paling sering ditemui, dihasilkan ketika zat organik (misalnya: kayu
atau batu bara) terbakar. Ia adalah gas yang tidak berwarna, tidak berbau,
dan tidak berasa yang memiliki afinitas terhadap hemoglobin tubuh 200
kali lebih kuat dibandingkan dengan oksigen. Dengan menghirup gas CO,

10
molekul oksigen tergeser, dan CO berikatan dengan hemoglobin untuk
membentuk karboksihemoglobin (COHb).
5) Depresi Miokardium
Depresi pada curah jantung yang signifikan dan serta-merta terjadi,
bahkan sebelum volume plasma yang beredar berkurang, menunjukkan
respons neurogenic terhadap beberapa zat yang beredar. Baru-baru ini,
kombinasi mediator inflamasi dan hormone disebutkan sebagai penyebab
depresi miokardium yang terjadi setelah cedera.

6) Berubahnya Integritas Kulit


Dengan rusaknya kulit mekanisme untuk menjaga suhu normal tubuh
dapat terganggu, dan risiko infeksi akibat invasi bakteri meningkat, serta
kehilangan air akibat penguapan meningkat.

7) Imunosupresi
Fungsi sistem imun tertekan setelah cedera luka bakar. Penurunan
aktivitas limfosit, dan penurunan pembentukan immunoglobulin, serta
perubahan fungsi neutrofil dan makrofag terjadi secara nyata setelah
cedera luka bakar luas terjadi. sebagai tambahan, cedera luka bakar
mengganggu barrier primer terhadap infeksi-kulit

2.7 Penatalaksanaan Luka Bakar


1) Pre Hospital
Seorang yang sedang terbakar akan merasa panik, dan akan belari untuk
mencari air. Hal ini akan sebaliknya akan memperbesar kobaran api karena
tertiup oleh angin. Oleh karena itu, segeralah hentikan (stop), jatuhkan
(drop), dan gulingkan (roll) orang itu agar api segera padam. Bila memiliki
karung basah, segera gunakan air atau bahan kain basah untuk
memadamkan apinya. Sedanguntuk kasus luka bakar karena bahan kimia
atau benda dingin, segera basuh dan jauhkan bahan kimia atau benda
dingin. Matikan sumber listrik dan bawa orang yang mengalami luka
bakar dengan menggunakan selimut basah pada daerah luka bakar. Jangan
membawa orang dengan luka bakar dalam keadaan terbuka karena dapat
menyebabkan evaporasi cairan tubuh yang terekspose udara luar dan
menyebabkan dehidrasi. Orang dengan luka bakar biasanya diberikan

11
obat-obatan penahan rasa sakit jenis analgetik : Antalgin, aspirin, asam
mefenamat samapai penggunaan morfin oleh tenaga medis

2) Hospital
a. Resusitasi A, B, C.
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma,
karenanya harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih
dahulu.
- Airway - apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka
segera pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma
inhalasi antara lain adalah: riwayat terkurung dalam api, luka bakar
pada wajah, bulu hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
- Breathing - eschar yang melingkari dada dapat menghambat
gerakan dada untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa
juga apakah ada trauma-trauma lain yang dapat menghambat gerakan
pernapasan, misalnya pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae
- Circulation - luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga
menimbulkan edema. pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok
hipovolumik karena kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan
pada pasien luka bakar, ada 2 cara yang lazim dapat diberikan yaitu
dengan Formula Baxter dan Evans

b. Resusitasi Cairan
 Cara Evans
Untuk menghitung kebutuhan pada hari pertama hitunglah :
- Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc Nacl
- Berat badan (kg) X % luka bakar X 1cc larutan koloid
- Glukosa 5% sebesar 3.2000cc
Separuh dari jumlah (1). (2), (3) diberikan dalam 8 jam pertama.
Sisanya diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua
diberikan setengah jumlah cairn hari pertama. Pada hari ketiga
diberikan setengah jumlah cairan yang diberikan hari kedua.
Sebagai monitoring pemberian lakukan penghitungan diuresis.
 Cara Baxter
Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak dipakai. Jumlah
kebutuhan cairan pada hari pertama dihitung dengan rumus :

12
Baxter = % luka bakar X BB (kg) X 4cc

Separuh dari jumlah cairan yang diberikan dalam 8 jam pertama,


sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama terutama
diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena terjadi
hiponatremi. Untuk hari kedua diberikan setengah dari jumlah
pemberian hari pertama.

 Infus, kateter, CVP, oksigen, Laboratorium, kultur luka.


 Monitor urine dan CVP.
 Topikal dan tutup luka
- Cuci luka dengan savlon : NaCl 0,9% ( 1 : 30 ) + buang
jaringan nekrotik.
- Silver sulfa diazin tebal.
- Tutup kassa tebal.
- Evaluasi 5 – 7 hari, kecuali balutan kotor.
 Obat – obatan
- Antibiotika : tidak diberikan bila pasien datang < 6 jam
sejak kejadian.
- Bila perlu berikan antibiotika sesuai dengan pola kuman
dan sesuai kultur.
- Analgetik : kuat (morfin, petidine)
- Antasida : bila perlu
3) Penatalaksanaan Pembedahan
Eskaratomi dilakukan juga pada luka bakar derajat III yang
melingkar pada ekstremitas atau tubuh. Hal ini dilakukan untuk sirkulasi
bagian distal akibat pengerutan dan penjepitan dari eskar. Tanda dini
penjepitan berupa nyeri, kemudian kehilangan daya rasa menjadi kebal
pada ujung-ujung distal. Tindakan yang dilakukan yaitu membuat irisan
memanjang yang membuka eskar sampai penjepitan bebas.

2.8 Konsep Asuhan Keperawatan Luka Bakar


1. Pengkajian
a. Aktifitas/istirahat:
Tanda: Penurunan kekuatan, tahanan; keterbatasan rentang gerak pada
area yang sakit; gangguan massa otot, perubahan tonus.
b. Sirkulasi:

13
Tanda (dengan cedera luka bakar lebih dari 20%): hipotensi (syok);
penurunan nadi perifer distal pada ekstremitas yang cedera;
vasokontriksi perifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih dan
dingin (syok listrik); takikardia (syok/ansietas/nyeri); disritmia (syok
listrik); pembentukan oedema jaringan (semua luka bakar).
c. Integritas ego:
Gejala: masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan.
Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik diri,
marah.
d. Eliminasi:
Tanda: haluaran urine menurun/tak ada selama fase darurat; warna
mungkin hitam kemerahan bila terjadi mioglobin, mengindikasikan
kerusakan otot dalam; diuresis (setelah kebocoran kapiler dan
mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi); penurunan bising usus/tak ada;
khususnya pada luka bakar kutaneus lebih besar dari 20% sebagai
stres penurunan motilitas/peristaltik gastrik.

e. Makanan/cairan:
Tanda: oedema jaringan umum; anoreksia; mual/muntah.
f. Neurosensori:
Gejala: area batas; kesemutan. Tanda: perubahan orientasi; afek,
perilaku; penurunan refleks tendon dalam (RTD) pada cedera
ekstremitas; aktifitas kejang (syok listrik); laserasi korneal; kerusakan
retinal; penurunan ketajaman penglihatan (syok listrik); ruptur
membran timpanik (syok listrik); paralisis (cedera listrik pada aliran
saraf).
g. Nyeri/kenyamanan:
Gejala: Berbagai nyeri; contoh luka bakar derajat pertama secara
eksteren sensitif untuk disentuh; ditekan; gerakan udara dan
perubahan suhu; luka bakar ketebalan sedang derajat kedua sangat
nyeri; smentara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua
tergantung pada keutuhan ujung saraf; luka bakar derajat tiga tidak
nyeri.
h. Pernafasan:

14
Gejala: terkurung dalam ruang tertutup; terpajan lama (kemungkinan
cedera inhalasi).
Tanda: serak; batuk mengii; partikel karbon dalam sputum;
ketidakmampuan menelan sekresi oral dan sianosis; indikasi cedera
inhalasi.
i. Keamanan:
Tanda: Kulit umum: destruksi jarringan dalam mungkin tidak terbukti
selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobus mikrovaskuler pada
beberapa luka. Area kulit tak terbakar mungkin dingin/lembab, pucat,
dengan pengisian kapiler lambat pada adanya penurunan curah
jantung sehubungan dengan kehilangan cairan/status syok.

2. Pemeriksaan diagnostik:
- LED: mengkaji hemokonsentrasi.
- Elektrolit serum mendeteksi ketidakseimbangan cairan dan
biokimia. Ini terutama penting untuk memeriksa kalium terdapat
peningkatan dalam 24 jam pertama karena peningkatan kalium dapat
menyebabkan henti jantung.
- Gas-gas darah arteri (GDA) dan sinar X dada mengkaji fungsi
pulmonal, khususnya pada cedera inhalasi asap.
- Kreatinin mengkaji fungsi ginjal.
- Urinalisis menunjukkan mioglobin dan hemokromogen
menandakan kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas.
- Bronkoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap.
- Koagulasi memeriksa faktor-faktor pembekuan yang dapat
menurun pada luka bakar masif.
- Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi
asap.

3. Diagnosa Keperawatan
1) Resiko bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan
obtruksi trakeabronkial;edema mukosa dan hilangnya kerja silia. Luka

15
bakar daerah leher; kompresi jalan nafas thorak dan dada atau
keterdatasan pengembangan dada.
2) Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan
Kehilangan cairan melalui rute abnormal. Peningkatan kebutuhan :
status hypermetabolik, ketidak cukupan pemasukan, kehilangan
perdarahan.
3) Resiko kerusakan pertukaran gas berhubungan dengan cedera
inhalasi asap atau sindrom kompartemen torakal sekunder terhadap luka
bakar sirkumfisial dari dada atau leher.
4) Resiko infeksi berhubungan dengan Pertahanan primer tidak
adekuat; kerusakan perlinduingan kulit; jaringan traumatik. Pertahanan
sekunder tidak adekuat; penurunan Hb, penekanan respons inflamasi.
5) Nyeri berhubungan dengan Kerusakan kulit/jaringan; pembentukan
edema. Manifulasi jaringan cidera contoh debridemen luka.
6) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan Trauma :
kerusakan permukaan kulit karena destruksi lapisan kulit (parsial/luka
bakar dalam).

4. Rencana Intervensi

Diagnosa Rencana Keperawatan


Keperawat Tujuan dan
Intervensi Rasional
an Kriteria Hasil

16
Resiko Bersihan jalan Kaji refleks Dugaan cedera inhalasi
bersihan nafas tetap gangguan/menelan; perhatikan
jalan efektif. pengaliran air liur, ketidak Takipnea, penggunaan otot bantu,
nafas tidak Kriteria Hasil : mampuan menelan, sianosis dan perubahan sputum
efektif Bunyi nafas serak, batuk mengi. menunjukkan terjadi distress
berhubunga vesikuler, RR Monitor frekuensi, irama, pernafasan/edema paru dan
n dengan dalam batas kedalaman pernafasan ; kebutuhan intervensi medik.
obstruksi normal, bebas perhatikan adanya
trakheobron dispnoe/cyanosi pucat/sianosis dan Obstruksi jalan nafas/distres
khial; s sputum mengandung pernafasan dapat terjadi sangat
oedema karbon atau merah cepat atau lambat contoh sampai
mukosa; muda. 48 jam setelah terbakar.
kompressi
jalan Auskultasi paru, perhatikan Dugaan adanya hipoksemia atau
nafas . stridor, mengi/gemericik, karbon monoksida.
penurunan bunyi nafas, batuk Meningkatkan ekspansi paru
rejan. optimal/fungsi pernafasan.
Perhatikan adanya Meningkatkan ekspansi paru,
pucat atau warna buah ceri memobilisasi dan drainase sekret.
merah pada kulit yang cidera Membantu mempertahankan jalan
Tinggikan kepala nafas bersih, tetapi harus
tempat tidur. Hindari dilakukan kewaspadaan karena
penggunaan bantal di edema mukosa dan inflamasi.
bawah kepala, sesuai indikasi Teknik steril menurunkan risiko
infeksi.
Dorong batuk/latihan nafas
dalam dan perubahan posisi Peningkatan sekret/penurunan
sering. kemampuan untuk menelan
Hisapan (bila perlu) pada menunjukkan peningkatan edema
perawatan trakeal dan dapat
ekstrem, pertahankan mengindikasikan kebutuhan

17
teknik steril. untuk intubasi.

Tingkatkan istirahat Meskipun sering berhubungan


suara tetapi kaji dengan nyeri, perubahan
kemampuan untuk kesadaran dapat menunjukkan
bicara dan/atau terjadinya/memburuknya
menelan sekret oral hipoksia.
secara periodik.
Perpindahan cairan atau
Lakukan program kelebihan penggantian cairan
kolaborasi meliputi : meningkatkan risiko edema paru.
Berikan pelembab O2 melalui Catatan : Cedera inhalasi
cara yang tepat, contoh masker meningkatkan kebutuhan cairan
wajah sebanyak 35% atau lebih karena
Monitor/gambaran seri AGD edema.

Resiko Pasien dapat Monitor tanda vital, CVP. Memberikan pedoman untuk
kekurangan mendemostrasik Perhatikan penggantian cairan dan mengkaji
volume an status cairan kapiler dan kekuatan nadi respon
cairan dan biokimia perifer. kardiovaskuler.
berhubunga membaik.
n dengan Kriteria Monitor pengeluaran urine dan Penggantian cairan dititrasi untuk
Kehilangan evaluasi: tak berat jenisnya. Observasi warna meyakinkan rata-2 pengeluaran
cairan ada urine dan hemates sesuai urine 30-50 cc/jam pada orang
melalui rute manifestasi indikasi. dewasa. Urine berwarna merah
abnormal. dehidrasi, pada kerusakan otot masif karena
Peningkatan resolusi Perkirakan drainase luka dan adanyadarah dan keluarnya
kebutuhan : oedema, kehilangan yang tampak mioglobin.
status elektrolit serum
hypermetab dalam batas Timbang berat badan setiap hari Peningkatan permeabilitas
olik, ketidak normal, kapiler, perpindahan protein,

18
cukupan haluaran urine Ukur lingkar proses inflamasi dan kehilangan
pemasukan. di atas 30 ekstremitas yang cairan melalui evaporasi
Kehilangan ml/jam. terbakar tiap hari sesuai indikasi mempengaruhi volume sirkulasi
perdarahan. dan pengeluaran urine.
Observasi distensi
abdomen,hematomesis,feces Penggantian cairan tergantung
hitam. pada berat badan pertama dan
Hemates drainase NGT dan perubahan selanjutnya
feces secara periodik.
Lakukan program Memperkirakan luasnya
kolaborasi meliputi : oedema/perpindahan cairan yang
Pasang / pertahankan kateter mempengaruhi volume sirkulasi
urine dan pengeluaran urine.

Pasang/ pertahankan Penyimpangan pada tingkat


ukuran kateter IV. kesadaran dapat mengindikasikan
Berikan penggantian cairan IV ketidak adequatnya volume
yang sirkulasi/penurunan perfusi
dihitung, elektrolit, serebral
plasma, albumin.
Stres (Curling) ulcus terjadi pada
Awasi hasil setengah dari semua pasien yang
pemeriksaan luka bakar berat(dapat terjadi
laboratorium ( Hb, pada awal minggu pertama).
elektrolit, natrium ).
Observasi ketat fungsi ginjal dan
mencegah stasis atau refleks
Berikan obat sesuai idikasi : urine.
- Diuretika contohnya Manitol Memungkinkan infus cairan
(Osmitrol) cepat.

19
Resusitasi cairan menggantikan
- kehilangan cairan/elektrolit dan
membantu mencegah komplikasi.
Mengidentifikasi kehilangan
darah/kerusakan SDM dan
kebutuhan penggantian cairan
dan elektrolit.

20
Resiko Pasien dapat Pantau laporan GDA dan kadar Mengidentifikasi kemajuan dan
kerusakan mendemonstrasi karbon monoksida serum. penyimpangan dari hasil yang
pertukaran kan oksigenasi diharapkan. Inhalasi asap dapat
gas adekuat. merusak alveoli, mempengaruhi
berhubunga Kriteroia Beriakan suplemen oksigen pada pertukaran gas pada membran
n dengan evaluasi: RR tingkat yang ditentukan. kapiler alveoli.
cedera 12-24 x/mnt, Pasang atau bantu Suplemen oksigen meningkatkan
inhalasi warna kulit dengan selang jumlah oksigen yang tersedia
asap normal, GDA endotrakeal dan untuk jaringan. Ventilasi mekanik
atau dalam renatng temaptkan pasien pada diperlukan untuk pernafasan
sindrom normal, bunyi ventilator mekanis dukungan sampai pasie dapat
komparteme nafas bersih, tak sesuai pesanan bila dilakukan secara mandiri.
n torakal ada kesulitan terjadi insufisiensi
sekunder bernafas. pernafasan (dibuktikan Pernafasan dalam
terhadap dnegna hipoksia, mengembangkan alveoli,
luka hiperkapnia, rales, menurunkan resiko
bakar takipnea dan atelektasis.
sirkumfisial perubahan
dari sensorium). Memudahkan ventilasi
dada atau Anjurkan pernafasan dengan menurunkan tekanan
leher. dalam dengan abdomen terhadap diafragma.
penggunaan spirometri
insentif setiap 2 jam Luka bakar sekitar torakal
selama tirah baring. dapat membatasi ekspansi
Pertahankan posisi adda. Mengupas kulit
semi fowler, bila (eskarotomi) memungkinkan
hipotensi tak ada. ekspansi dada.

21
Resiko Pasien bebas Pantau:
infeksi dari infeksi. Penampilan luka bakar (area luka Mengidentifikasi indikasi-
berhubunga Kriteria bakar, sisi donor dan status indikasi kemajuan atau
n dengan evaluasi: tak balutan di atas sisi tandur bial penyimapngan dari hasil yang
Pertahanan ada demam, tandur kulit dilakukan) Suhu diharapkan.
primer tidak pembentukan setiap 4 jam.
adekuat; jaringan Jumlah makanan yang Pembersihan dan pelepasan
kerusakan granulasi baik. dikonsumsi setiap kali makan. jaringan nekrotik
perlinduinga Bersihkan area luka bakar setiap meningkatkan pembentukan
n kulit; hari dan granulasi.
jaringan lepaskan jarinagn
traumatik. nekrotik (debridemen) sesuai Antimikroba topikal
Pertahanan pesanan. membantu mencegah infeksi.
sekunder Berikan mandi kolam sesuai Mengikuti prinsip aseptik
tidak pesanan, implementasikan melindungi pasien dari infeksi.
adekuat; perawatan yang Kulit yang gundul menjadi media
penurunan ditentukan untuk sisi yang baik untuk kultur
Hb, donor, yang dapat pertumbuhan baketri.
penekanan ditutup dengan balutan vaseline
respons atau op site. Temuan-temuan ini mennadakan
inflamasi Lepaskan krim lama dari luka infeksi. Kultur membantu
sebelum pemberian krim baru. mengidentifikasi patogen
Gunakan sarung tangan penyebab sehingga terapi
steril dan beriakn krim antibiotika yang tepat dapat
antibiotika topikal yang diresepkan. Karena balutan siis
diresepkan pada area tandur hanya diganti setiap 5-10
luka bakar dengan hari, sisi ini memberiakn media
ujung jari. Berikan kultur untuk pertumbuhan bakteri.
krim secara Kulit adalah lapisan pertama
menyeluruh di atas tubuh untuk pertahanan terhadap
luka. infeksi. Teknik steril dan tindakan

22
Beritahu dokter bila perawatan perlindungan
demam drainase lainmelindungi pasien terhadap
purulen atau bau busuk infeksi. Kurangnya berbagai
dari area luka bakar, rangsang ekstrenal dan kebebasan
sisi donor atau balutan bergerak mencetuskan pasien
sisi tandur. Dapatkan pada kebosanan.
kultur luka dan berikan
antibiotika IV sesuai ketentuan. Melindungi terhadap tetanus.
Tempatkan pasien pada ruangan
khusus dan lakukan Ahli diet adalah spesialis nutrisi
kewaspadaan untuk luka bakar yang dapat mengevaluasi paling
luas yang mengenai area luas baik status nutrisi pasien dan
tubuh. Gunakan linen tempat merencanakan diet untuk
tidur steril, handuk dan skort emmenuhi kebuuthan nutrisi
untuk pasien. penderita. Nutrisi adekuat
memabntu penyembuhan luka
dan memenuhi kebutuhan energi.

23
Nyeri Pasien dapat Berikan anlgesik Analgesik narkotik diperlukan
berhubunga mendemonstrasi narkotik yang utnuk memblok jaras nyeri
n dengan kan hilang dari diresepkan prn dan dengan nyeri berat. Absorpsi obat
Kerusakan ketidaknyamana sedikitnya 30 menit IM buruk pada pasien dengan
kulit/jaringa n. sebelum prosedur luka bakar luas yang disebabkan
n; Kriteria perawatan luka. oleh perpindahan interstitial
pembentuka evaluasi: Evaluasi keefektifannya. berkenaan dnegan peningkatan
n edema. menyangkal Anjurkan analgesik IV bila luka permeabilitas kapiler.
Manipulasi nyeri, bakar luas.
jaringan melaporkan Panas dan air hilang melalui
cidera perasaan Pertahankan pintu jaringan luka bakar,
contoh nyaman, kamar tertutup, menyebabkan hipoetrmia.
debridemen ekspresi wajah tingkatkan suhu Tindakan eksternal ini membantu
luka. dan postur ruangan dan berikan menghemat kehilangan panas.
tubuh rileks. selimut ekstra untuk Menururnkan neyri dengan
memberikan kehangatan. mempertahankan berat badan
jauh dari linen temapat tidur
Berikan ayunan di atas temapt terhadap luka dan menuurnkan
tidur bila pemajanan ujung saraf pada aliran
diperlukan. udara.

Menghilangkan tekanan pada


Bantu dengan tonjolan tulang dependen.
pengubahan posisi Dukungan adekuat pada luka
setiap 2 jam bila bakar selama gerakan membantu
diperlukan. Dapatkan meinimalkan ketidaknyamanan.
bantuan tambahan
sesuai kebutuhan,
khususnya bila pasien
tak dapat membantu
membalikkan badan

24
sendiri.

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus Luka Bakar

Kasus di Manado, Sulawesi Utara, seorang anak bernama Jessica mengalami luka
bakar grade tiga akibat dibakar oleh ibu kandungnya hingga meninggal.

25
Dengan kronologis Jessica disiram minyak tanah oleh ibunya sendiri, Di rumah
mereka Desa Pintareng, Kecamatan Tabukan Selatan Tenggara, Kabupaten
Kepulauan Sangihe pada 12 September 2018. Ia dirawat di rumah sakit terdekat
selama 1 bulan 1 minggu. Setelah itu, Jessica dirujuk ke RS Kandou Manado
empat hari lalu.

“Adik Jessica luka bakar grade 3, itu menunjukan kedalaman luka bakar dengan
luas luka 85 persen," ujar Jimmy seperti yang dikutip dari detik News.
Kepada detik Health, ahli kesehatan kulit dan kelamin, dr I Gusti Nyoman Darma,
SpKK menjelaskan berbagai tingkatan atau derajat dari luka bakar.

"Tingkatan luka bakar terdiri dari derajat 1, derajat 2 dan derajat 3," katanya
melalui pesan singkat, Rabu (24/10/2018).

Luka bakar derajat I: Mengenai lapisan kulit terluar atau epidermis. Gejalanya
seperti kulit kemerahan dan nyeri hebat pada bagian yang terbakar.
Luka bakar derajat II: Mengenai lapisan kulit bagian dalam. Terdapat 2 lapisan
yang terkena yaitu dermis bagian atas dan bawah dengan gejala muncul
gelembung berair disertai nyeri hebat. Luka bakar derajat III: Mengenai seluruh
ketebalan kulit sampai otot dan tulang.

dr Darma melanjutkan, jika seseorang terkena luka bakar derajat III, maka akan
mengakibatkan infeksi dan bisa berujung pada kematian.
"Apabila luka bakar mengenai area permukaan tubuh yang luas, maka akan terjadi
pengelupasan kulit yang luas dan dalam," ungkapnya.

3.2 Pembahasan Luka Bakar


A. Penilaian Derajat Luka Bakar.
1. Luka bakar grade I
a. Disebut juga luka bakar superficial
b. Mengenai lapisan luar epidermis, tetapi tidak sampai mengenai
daerah dermis. Sering disebut sebagai epidermal burn
c. Kulit tampak kemerahan, sedikit oedem, dan terasa nyeri.
d. Pada hari ke empat akan terjadi deskuamasi epitel (peeling).

26
2. Luka bakar grade II
a. Superficial Partial Thickness
- Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan atas dari dermis
- Kulit tampak kemerahan, oedem dan rasa nyeri lebih berat
daripada luka bakar grade I
- Ditandai dengan bula yang muncul beberapa jam setelah terkena
luka
- Bila bula disingkirkan akan terlihat luka bewarna merah muda
yang basah
- Luka sangat sensitive dan akan menjadi lebih pucat bila terkena
tekanan
- Akan sembuh dengan sendirinya dalam 3 minggu ( bila tidak
terkena infeksi ), tapi warna kulit tidak akan sama seperti sebelumnya.
b. Deep partial thickness
- Luka bakar meliputi epidermis dan lapisan dalam dari dermis
disertai juga dengan bula
- Permukaan luka berbecak merah muda dan putih karena variasi
dari
- Vaskularisasi pembuluh darah( bagian yang putih punya hanya
sedikit
- Pembuluh darah dan yang merah muda mempunyai beberapa aliran
darah
- Luka akan sembuh dalam 3-9 minggu.

3. Luka bakar grade III


a. Menyebabkan kerusakan jaringan yang permanen
b. Rasa sakit kadang tidak terlalu terasa karena ujung-ujung saraf dan
pembuluh darah sudah hancur.
c. Luka bakar meliputi kulit, lemak subkutis sampai mengenai otot
dan tulang

4. Luka Bakar grade IV : Berwarna hitam. (Nekrosis)

B. Pertolongan Pertama Untuk Luka Bakar


1. Segera padamkan api pada korban

27
- Jauhkan korban dari sumber api atau sumber panas.

- Jika ada api yang membakar pakaian korban, lakukan ‘stop,


drop, and roll’: minta korban berhenti berlari, menjatuhkan diri dan
berguling di tanah untuk memadamkan api.

- Lepaskan baju yang terbakar. Jika menempel pada kulit,


potong/robek di sekeliling area tersebut.

2. Lepaskan perhiasan, sabuk dan pakaian yang melekat, karena luka


bakar cepat membengkak.

3. Kompres air/air es kurang lebih 10 menit untuk menggurangi


bengkak dan melepuh

4. Bersihkan dengan air yang bersih

5. Cuci luka lalu tutup dengan kain steril

6. Jangan menggunakan lotion/minyak

7. Jangan pecahkan lepuhan

C. Penanganan Berdasarkan Derajat Luka

a) Luka Bakar Tingkat 1 adalah kategori luka bakar ringan.


Kerusakan hanya terjadi pada lapisan kulit yang terluar. Biasanya terlihat
berupa ruam kemerahan, sedikit bengkak dan rasa perih pada area luka.

1. Dinginkan luka. Siram dengan air mengalir atau rendam dalam air
biasa hingga rasa sakitnya mereda. Dapat menggunakan kompres jika
air mengalir tidak tersedia.

2. Lindungi luka bakar. Tutupi dengan kain kasa atau kain bersih
yang bersih. Jangan diolesi pasta gigi atau mentega, karena dapat
memicu terjadinya infeksi!

28
3. Redakan rasa sakitnya, jika tidak tertahankan dengan obat pereda
sakit.

4. Bawa ke dokter jika ditemui gejala infeksi seperti rasa sakit yang
meningkat, luka membengkak dan disertai demam.

b) Luka Bakar Tingkat 2 biasanya terlihat berupa luka melepuh,


bengkak, noda kemerahan atau putih pada kulit dan disertai rasa sakit. Jika
area luka tidak lebih dari 7,5 cm (3 inchi), maka termasuk luka bakar
ringan. Jika area luka lebih besar, maka termasuk luka bakar berat.

1. Dinginkan luka. Rendam dalam air biasa selama 10 – 15 menit.


Dapat menggunakan kompres jika air tidak tersedia.

2. Lindungi luka bakar. Tutupi secara longgar dengan perban. Jangan


diolesi pasta gigi atau mentega karena dapat memicu infeksi. Jangan
pecahkan gelembung kulit yang melepuh!

3. Cegah dari shock. Kecuali jika korban terluka di kepala, leher, atau
kaki:

- Rebahkan korban mendatar

- Posisikan kaki 30 cm lebih tinggi dari badan

- Posisikan area yang terluka lebih tinggi dari jantung

- Tutupi korban dengan selimut supaya nyaman

4. Hubungi dokter atau rumah sakit.

c) Luka Bakar Tingkat 3 adalah luka bakar berat. Kerusakan terjadi


pada lapisan kulit, jaringan lemak hingga otot dan tulang. Terlihat
29
berwarna pucat karena kering, mereah atau bahkan hitam karena hangus.
Bahkan dapat terjadi hingga tidak merasakan sakit di area tersebut, karena
ujung-ujung syaraf yang sudah rusak.

1. Hubungi dokter atau rumah sakit untuk meminta pertolongan

2. Lindungi area luka bakar secara longgar dengan perban atau


lembaran kain yang tidak menempel di luka. Pisahkan jari-jari yang
terbakar dengan dengan kain kasa bersih. Jangan rendam dalam air dan
jangan olesi dengan pasta gigi atau mentega karena dapat memicu infeksi.

3. Cegah dari shock. Kecuali jika korban terluka di kepala, leher, atau
kaki:

- Rebahkan korban mendatar

- Posisikan kaki 30 cm lebih tinggi dari badan

- Posisikan area yang terluka lebih tinggi dari jantung

- Tutupi korban dengan selimut supaya nyaman

- Jika saluran nafasnya luka, jangan taruh bantal dibawa


kepala karena dapat menyebabkan tertutupnya saluran nafas.

- Jika bagian wajah yang terluka, dudukkan korban hingga


pertolongan medis datang.

D. Pengkajian Klien Luka Bakar


Pengkajian awal
1. Kaji status pernapasan
2. Kaji luas cedera luka bakar
3. Kaji kedalaman cedera luka bakar
a. Luka bakar superficial (derajat pertama) di epidermis
- Permukaan merah kering
- Pucat jika ditekan dan kembali normal jika tekanan dilepas

30
- Nyeri
b. Luka bakar ketebalan penuh (derajat ketiga)
- Terlihaat kasar
- Permukaan kusam, kering
- Cokelat, cokelat kemerahan, merah atau hitam
- Tidak pucat jika ditekan
- Nyeri bervariasi, sering kali nyeri hebat
4. Kaji adanya bukti-bukti cedera penyerta
a. Periksa mata untuk mengetahui ada tidaknya cedera atau iritasi
b. Periksa nasafaring untuk mengetahui ada tidaknya oedema atau
kemerahan
c. Periksa adanya rambut hangus termasuk rambut hidung
5. Kaji adanya cedera lain (mis: memar, fraktur, cedera internal)
a. Observasi adanya bukti-bukti distress pernapasan
b. Kaji kebutuhan terhadap obat nyeri
c. Timbang BB anak pada saat masuk rumah sakit (ukur tanda-tanda
vital)

6. Kaji tingkat kesadaran


a. Dapatkan riwayat yang berkaitan cedera luka bakar terutama waktu
cedera, sifat agens penyebab kebakaran, durasi kontak, apakah cedera
terjadi di area tertutup obat yang diberikan
b. Dapatkan riwayat yang berkaitan dengan kondisi sebelum terbakar,
berat badan, penyakit yang ada sebelumnya, adanya alergi, imunisasi
tetanus.
c. Bahan dalam prosedur diagnostik dan pengujian, mis: jumlah
darah, urinalisis kultur luka bakar, hemotokrif
7. Pengkajian terus-menerus:
a. Pantau tanda-tanda vital, (tekanan darah, Polsi RR, ukur masukan
dan haluaran)
b. Pantau infuse intravena, observasi adanya bukti-bukti hidrasi
berlebihan
c. Kaji sirkulasi pada area perifer dari luka bakar
d. Kaji adanya bukti pemulihan, stabilitasi penutup sementara / graft
kulit, infeksi
e. Observasi adanya bukti komplikasi pneumoni, sepsis luka, ukur
curing disfungsi sistem syaraf hipertensi.

E. RESUSITASI CAIRAN

31
Tujuan utama dari resusitasi cairan adalah untuk menjaga dan
mengembalikanperfusi jaringan tanpa menimbulkan edema. Kehilangan cairan
terbesar adalah pada 4 jam pertama terjadinya luka dan akumulasi maksimum
edema adalah pada 24 jam pertama setelah luka bakar. Prinsip dari pemberian
cairan pertama kali adalah pemberian garam ekstraseluler dan air yang hilang
pada jaringan yang terbakar, dan sel-sel tubuh. Pemberian cairan paling
popular adalah dengan Ringer laktat untuk 48 jam setelah terkena luka bakar.
Output urin yang adekuat adalah 0.5 sampai 1.5mL/kgBB/jam.

RESUSITASI CAIRAN

- Dewasa : RL 4 CC X BB (KG) X Luas Luka Bakar

Keterangan ½ diberikan selama 8 Jam

½ diberikan selama 16 jam

- Anak : 2 CC X BB (KG) X Luas Luka Bakar + Kebutuhan Faal


Kebutuhan Faal < 1 tahun : BB X 100 CC
1 - 3 tahun : BB X 75 CC
3 -5 tahun : BB X 50 CC

F. Monitor Lainnya
1) Mencegah Infeksi

- Jika kulit masih utuh, bersihkan dengan larutan antiseptik secara


perlahan tanpa merobeknya.

- Jika kulit tidak utuh, hati-hati bersihkan luka bakar. Kulit yang
melepuh harus dikempiskan dan kulit yang mati dibuang.

- Berikan antibiotik topikal/antiseptik (ada beberapa pilihan


bergantung ketersediaan obat: peraknitrat, perak-sulfadiazin, gentian
violet, povidon dan bahkan buah pepaya tumbuk). Antiseptik pilihan

32
adalah perak-sulfadiazin karena dapat menembus bagian kulit yang
sudah mati. Bersihkan dan balut luka setiap hari.

- Luka bakar kecil atau yang terjadi pada daerah yang sulit untuk
ditutup dapat dibiarkan terbuka serta dijaga agar tetap kering dan
bersih.

2) Obati bila terjadi infeksi sekunder


Jika jelas terjadi infeksi lokal (nanah, bau busuk, selulitis), kompres
jaringan bernanah dengan kasa lembap, lakukan nekrotomi, obati dengan
amoksisilin oral (15 mg/kgBB/dosis 3 kali sehari), dan kloksasilin (25
mg/kgBB/dosis 4 kali sehari). Jika dicurigai terdapat septisemia gunakan
gentamisin (7.5 mg/kgBB IV/IM sekali sehari) ditambah kloksasilin (25–
50 mg/kgBB/dosis IV/IM 4 kali sehari). Jika dicurigai terjadi infeksi di
bawah keropeng, buang keropeng tersebut .

3) Menangani rasa sakit

- Pastikan penanganan rasa sakit yang diberikan kepada pasien


adekuattermasuk perlakuan sebelum prosedur penanganan, seperti
mengganti balutan.

- Beri parasetamol oral (10–15 mg/kgBB setiap 6 jam) atau


analgesik narkotik IV (IM menyakitkan), seperti morfin sulfat (0.05–
0,1 mg/kg BB IV setiap 2–4 jam) jika sangat sakit.

4) Periksa status imunisasi tetanus

- Bila belum diimunisasi, beri ATS atau immunoglobulin tetanus


(jika ada)

- Bila sudah diimunisasi, beri ulangan imunisasi TT (Tetanus


Toksoid) jika sudah waktunya.

5) Nutrisi

- Bila mungkin mulai beri makan segera dalam waktu 24 jam


pertama.

33
- Anak harus mendapat diet tinggi kalori yang mengandung cukup
protein, vitamin dan suplemen zat besi.

- Anak dengan luka bakar luas membutuhkan 1.5 kali kalori normal
dan 2-3 kali kebutuhan protein normal.

6) Kontraktur luka bakar


Luka bakar yang melewati permukaan fleksor anggota tubuh dapat
mengalami kontraktur, walaupun telah mendapatkan penanganan yang
terbaik (hampir selalu terjadi pada penanganan yang buruk). Cegah
kontraktur dengan mobilisasi pasif atau dengan membidai permukaan
fleksor Balutan dapat menggunakan gips. Balutan ini harus dipakai pada
waktu pasien tidur.

BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Luka bakar tak boleh dianggap sepele, meskipun terdapat luka kecil
penanganan harus cepat diusahakan. Penderita luka bakar memerlukan
penanganan secara holistik dari berbagai aspek dan disiplin ilmu. Perawatan
luka bakar didasarkan pada luas luka bakar, kedalaman luka bakar, faktor
penyebab timbulnya luka dan lain-lain. Pada luka bakar yang luas dan dalam
akan memerlukan perawatan yang lama dan mahal. Dampak luka bakar yang
dialami penderita dapat menimbulkan berbagai masalah fisik, psikis dan
sosial bagi pasien dan juga keluarga. Dengan makin berkembangnya ilmu
pengetahuan dan teknologi, maka makin berkembang pula teknik/cara
penanganan luka bakar sehingga makin meningkatkan kesempatan untuk
sembuh bagi penderita luka bakar.

34
4.2 Saran
Dalam menangani korban luka bakar harus tetap memegang prinsip
steril dan sesuai medis, tidak boleh dilakukan sembarangan karena bisa
mempengaruhi waktu kesembuhan luka bakar. Setiap individu baik tua,
muda, maupun anak-anak diharapkan selalu waspada dan berhati-hati setiap
kali melakukan kegiatan/aktivitas terutama pada hal-hal yang dapat memicu
luka bakar.

DAFTAR PUSTAKA

Smeltzer, Suzanne C. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Burnner &


Suddarth editor, Suzanne C. Smeltzer, Brenda G. Bare ; alih bahasa, Agung
Waluyo, dkk; editor edisi bahasa indonesia, Monica Ester. Ed.8. Jakarta : EGC,
2001

R Sjamsuhidajat, Wim De Jong, 2007. Buku Ajar Ilmu Bedah Penerbit


Buku Kedokteran. EGC

Black & Hawk. 2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2.


Singapore: Elsevier

Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8
Vol. 3. Jakarta: EGC

Doengoes, Marilyn E. 1999. Rencana asuhan Keperawatan: pedoman


untuk Perencanaan dan Pendokumentasian

35
36

Anda mungkin juga menyukai