Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH PENGAJUAN KARYAWAN TETAP

ANALISA PEMAHAMAN PERAWAT TENTANG EFEK SAMPING OBAT


DI RUMAH SAKIT PANTI WALUYA SAWAHAN MALANG

Oleh:
Martina Hayuningtyas Asbanu, S. Farm., Apt
Instalasi Farmasi Rumah Sakit

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang


Jalan Nusakambangan No. 56
Telp. (0341) 32017. 36033. 361507 Fax 35408
Malang- 65117

PENDAHULUAN
Latar Belakang

Obat adalah bahan atau paduan bahan, termasuk produk biologi yang digunakan untuk

mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologis atau keadaan patologi dalam rangka penetapan

diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi untuk

manusia. (UU No 36 Tahun 2009). Setiap obat memiliki efek terapi dan efek samping yang dapat

timbul secara bersamaan dalam penggunaan obat dalam dosis lazim. Efek samping obat adalah

efek yang tidak diharapkan dari penggunaan obat tersebut. Efek samping obat yang terjadi pada

setiap pasien berbeda, karena setiap pasien memiliki tingkat sensitifitas yang berbeda terhadap

obat. Perbedaan respon dan tanggapan pasien yang berbeda terhadap obat perlu mendapatkan

perhatian dari dokter, perawat dan farmasis/ apoteker.

Kejadian efek samping obat sering terjadi dalam pelayanan kesehatan, namun masih kurang

mendapatkan perhatian khusus baik dalam pelaporan maupun dalam monitoringnya.

Rumusan Masalah

Bagaimana gambaran pemahaman perawat di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan tentang efek

samping obat?

Tujuan

Mengetahui gambaran pemahaman perawat di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan tentang efek

samping obat.

Manfaat

1. Meningkatkan pemahaman perawat di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan tentang efek

samping obat
2. Meningkatkan kewaspadaan perawat di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan tentang efek

samping obat.

3. Mengurangi angka kejadian efek samping obat

4. Meminimalkan kejadian efek samping obat yang dapat timbul

5. Meningkatkan peran farmasi dalam melakukan kegiatan Monitoring Efek Samping Obat

6. Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit

TINJAUAN PUSTAKA

Adverse Drug Reactions (ADR) merupakan reaksi obat yang tidak diinginkan (bisa

termasuk berbahaya) yang diberikan dalam dosis standar dengan rute yang sesuai untuk tujuan

pencegahan, diagnosis, atau pengobatan. Beberapa reaksi dapat terjadi pada semua orang,

sedangkan beberapa kasus hanya terjadi pada pasien tertentu (rentan) (Edwards and Aronson,

2000).

Alergi obat merupakan reaksi imunologis yang menunjukkan kekhususan dan kambuh

pada paparan berulang oleh obat yang bersangkutan. Alergi obat adalah reaksi obat yang tidak

dapat diterangkan/tidak dapat diterangkan atau tidak dapat dihubungkan dengan efek

farmakologi obat tersebut yang memerlukan sensitisasi atau kontak sebelumnya dan

menghasilkan manifestasi reaksi alergi spesifik atau dapat dianggap berasal dari suatu

mekanisme imunologik (Edwards dan Aronson, 2000; Staf Pengajar Departeman

Farmakologi, 2009).
Klasifikasi Efek Samping Obat

Reaksi efek samping obat diklasifikasikan sebagai berikut:

Tabel 1. Klasifikasi Reaksi Efek Samping Obat


(Edwards and Aronson, 2000).

Faktor yang menentukan terjadinya ESO antara lain adalah faktor obat (meliputi sifat

kimia,fisik, farmakokinetik, dosis, cara pemakaian, kecepatan pemakaian obat); faktor

penderita (meliputi variabel fisiologik, patologik, keadaan alergi, predisposisi genetik); dan

faktor ekstrinsik lainnya (meliputi interaksi obat lain, penggunaan alkohol, lingkungan) (Staf

Pengajar Departemen Farmakologi, 2009).

Terdapat tiga klasifikasi ESO, yaitu:


a. ESO tipe A

ESO tipe A atau ESO dose dependent adalah efek samping lanjutan dari efek farmakologi

obat yang normal. Reaksi ini timbul karena efek farmakologinya yang normal, tetapi

secara kuantitatif abnormal (berlebihan). ESO tipe A ini biasanya timbul pada penderita

yang sangat sensitif terhadap efek farmakodinamika obat. Gejala yang terjadi umumnya

tidak berat dan dapat berkurang dengan menurunkan dosis dari obat(Staf Pengajar

Departemen Farmakologi, 2009).

b. ESO tipe B

ESO tipe B (ESO dose independent) merupakan suatu respon efek samping obat yang

jarang terjadi dan tidak dapat diduga sebelumnya. Reaksi ini umumnya tidak berhubungan

dengan khasiat farmakologi obat, dan efek yang terjadi tidak bergantung pada dosis. Tipe

B ini biasanya berat, bahkan menyebabkan kematian dan pengurangan dosis tidak

bermanfaat untuk mengurangi efek samping. Oleh karena itu, solusinya adalah pemberian

obat harus segera dihentikan. Reaksi tipe B ini umumnya bersifat imunologik dan dapat

timbul sebagai syok anafilaktik atau hiperpireksi maligna (Staf Pengajar Departemen

Farmakologi, 2009).

c. ESO tipe C

ESO ini sulit dideteksi dan belum diketahui penyebabnya. Biasanya terjadi pada

pemakaian obat jangka panjang (Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2009).

Alergi obat adalah reaksi obat yang tidak dapat diterangkan atau tidak dapat dihubungkan

dengan efek farmakologi obat tersebut yang memerlukan sensitisasi atau kontak sebelumnya

dan menghasilkan manifestasi reaksi alergi spesifik atau dapat dianggap berasal dari suatu

mekanisme imunologik. Ciri-ciri reaksi alergi obat antara lain, berat ringannya gejala tidak
bergantung pada dosis obat, reaksi ini hanya terjadi secara ibdividual, gejala tidak ada kaitannya

dengan efek farmakodinamik obat, gejala berkaitan erat dengan gejala reaksi alergi (imunologi),

gejala timbul setelah lebih dahulu ada kontak, umumnya reaksi alergi obat merupakan respon

yang tidak terprediksi.

PEMBAHASAN

Analisa pemahaman perawat tentang efek samping obat dilakukan dengan teknik pengambilan

data berupa kuisioner yang dibagikan kepada perawat di masing-masing unit pelayanan di

Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan. Populasi penelitian ini adalah semua perawat yang bekerja

di Rumah Sakit Panti Waluya Sawahan Malang, dengan jumlah sampel adalah 20% dari jumlah

perawat di masing-masing unit pelayanan. Hasil kuisioner menunjukkan bahwa dari 70

kuisioner yang diedarkan 31.43% perawat tahu tentang efek samping obat, 55.71% perawat

mengerti tentang efek samping obat dan 12.56% perawat paham tentang efek samping obat.

31.43% perawat yang tahu tentang efek samping obat, memiliki pengetahuan tentang efek

samping obat, namun belum dapat membedakan efek samping obat dengan efek terapi obat,

belum dapat memberikan penanganan yang benar jika terjadi efek samping obat. 55.71%

perawat yang mengerti tentang efek samping obat, memiliki pengetahuan tentang efek samping

obat, dapat membedakan efek samping obat dan efek terapi obat, pernah menemukan terjadinya

efek samping obat dan menanganinya, namun penanganannya masih kurang tepat (pelaporan

dan pendokumentasian). Untuk 12.56% perawat yang paham tentang efek ssamping obat,

memiliki pengetahuan tentang efek samping obat, dapat membedakan efek samping dan efek

terapi obat, dapat memberikan contoh efek samping obat, pernah menemukan kejadian efek

samping obat dan dapat melakukan penanganan dengan benar dan sesuai dengan prosedur.
Pemahaman perawat tentang efek samping obat dipengaruhi oleh lama kerja perawat di Rumah

Sakit, hal ini menunjukkan bahwa pengalaman kerja di lapangan mempengaruhi pengetahuan,

pemahaman dan penanganan terhadap efek samping obat.

KESIMPULAN

SARAN

1. Perlu adanya pelatihan dan sosialisasi secara rutin kepada perawat tentang efek samping obat.

2. Perlu dibuat penandaan khusus bagi obat-obat yang sering menimbulkan efek samping

3. Perlu dibuat daftar obat yang sering menimbulkan efek samping dan cara penanganannya

4. Perlu dibuat panduan Penanganan dan Monitoring Efek Samping Obat

5. Peran Farmasis / Apoteker dalam penanganan dan monitoring efek samping obat perlu

ditingkatkan

6. Adanya farmasi klinis yaitu Apoteker klinis yag\ng berada di ruang perawatan yang dapat

memantau dan memonitoring pemberian obat kepada pasien

DAFTAR PUSTAKA

American Pharmacist Association, 2012, Drug Information Handbook, Lexi-Comp’s Reference


Handbook, USA.
Baxter, K., 2010, Stockley’s Drug Interactions, Pharmaceutical Press, London.
Edwards, I. R., and Aronson, J, K., 2000, Adverse Drug Reaction: Definitions, Diagnosis, and
Management, The Lanvcet, vol. 356.
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia, 2004, Standar Pelayanan farmasi di Rumah
Sakit, Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, pp. 36-37.
MIMS, 2010, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi X, PT. Buana Ilmu Populer, Jakarta.
Staf Pengajar Departemen Farmakologi, 2009, Kumpulan Kuliah Farmakologi, Edisis 2, Penerbit
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai