Anda di halaman 1dari 10

TUGAS MATA KULIAH

GEOGRAFI EKONOMI (GEL2303)

Mengetahui Persebaran dan Pemetaan Daerah Penghasil Komoditas


Kedelai dan Produksi Kecap di Indonesia

Dosen Pengampu :

Dr. Abdur Rofi`, S.Si., M.Si.

Disusun Oleh

Milta Charennina

18/426834/GE/08770

PROGRAM STUDI GEOGRAFI DAN ILMU LINGKUNGAN

FAKULTAS GEOGRAFI

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2019
KEDELAI

Kedelai, atau kacang kedelai, adalah salah satu tanaman jenis polong-polongan yang
menjadi bahan dasar banyak makanan dari Asia Timur seperti kecap, tahu, dan tempe.
Konsumsi kedelai di Indonesia mencapai 2,2 juta tons per tahun; dari jumlah itu sekitar 1,6
juta ton harus diimpor.75% dari jumlah itu diimpor oleh lima importir yaitu PT Gerbang
Cahaya Utama, PT Teluk Intan, PT Gunung Sewu, PT Cargill Indonesia, dan PT Sekawan
Makmur Bersama.

Sebaran sentra produksi kedelai di Indonesia adalah Provinsi Jawa Timur, Jawa
Tengah, Nusa Tenggara Barat, DI Aceh, Jawa Barat, DI Yogyakarta, Sulawesi Selatan,
Sumatera Selatan, Bali, Sulawesi Tangah.

Sumber: Produksi Tanaman Pangan, Data Tanaman Pangan Tahun 2012, Badan Pusat Statistik (dalam ton)

PETA SEBARAN SENTRA PRODUKSI KEDELAI DI INDONESIA


INDONESIA
Pola Distribusi
Secara umum semua pedagang besar seperti distributor, sub distributor, agen, sub
agen dan grosir juga pengecer mendapatkan pasokan kedelai dari importir. Hal ini
menunjukkan pasokan kedelai sangat di pengaruhi oleh kedelai impor. Sementara untuk
pedagang pengumpul mendapat pasokan kedelai lokal paling banyak dari petani juga dari
sesama pedagang pengumpul, untuk dijual kembali ke pedagang lainnya. Pedagang importir
kedelai yang mempunyai peranan dalam pasokan kedelai impor, mereka paling banyak
mengimpor langsung dari beberapa negara seperti USA, Argentina, Canada, dan Malaysia.
Komoditas kedelai di Indonesia mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam produksi
tempe tahu, sehingga penjualan kedelai dari pedagang besar ataupun pengecer banyak
terserap ke industri pengolahan. Pola distribusi perdagangan kedelai di Indonesia
menggunakan hampir seluruh kelembagaan dalam saluran pemasarannya.

Pedagang di tingkat distributor mendapat pasokan terbesar dari importir, untuk dijual
kembali ke sesama distributor (44,72%), sub distributor (21,33%) industri pengolahan
(13,87%), sisanya ke agen, sub agen, pedagang grosir, supermarket, penegecer, kegiatan
usaha lainnya, dan rumah tangga. Sub distributor kembali menjual kedelai terbesar ke industri
pengolahan (44,18%), agen (20,64%), pengecer (18,75%), sisanya ke pedagang grosir,
kegiatan usaha lainnya, sub agen, dan rumah tangga.
Pedagang di tingkat agen mendapat pasokan terbesar dari importir dan distributor,
selanjutnya di pasarkan kembali paling banyak ke industri pengolahan (45,56%), sub agen
(23,48%), pengecer (22,31%), sisanya pedagang grosir, supermarket, kegiatan usaha lainnya,
distributor dan rumah tangga. Sub agen juga menjual paling banyak ke industri pengolahan
(68,20%), pengecer (22,68%), sisanya ke pedagangng grosir, kegiatan usaha lainnya, dan
rumah tangga.
Pedagang grosir kedelai paling banyak memasarkan ke industri pengolahan (51,62%),
pengecer (39,17%), sisanya ke sub distributor, agen, sub agen, sesama grosir, pedagang
pengumpul, supermarket, kegiatan usaha lainnya, pemerintah dan lembaga nirlaba, dan
rumah tangga.
Pedagang pengumpul mendapat pasokan dari petani kedelai lokal, kemudian di
pasarkan kembali ke sesama pedagang pengumpul (29,78%), agen (26,56%), industri
pengolahan (25,28%), sisanya ke distributor, sub agen, pedagang grosir, pengecer, kegiatan
usaha lainnya, pemerintah dan lembaga nirlaba, dan rumah tangga. Importir kedelai
mengimpor langsung kedelai dari negara lain untuk dijual kembali ke pedagang grosir
(49,60%), distributor (38,63%), pengecer (5,63%), industri pengolahan (3,13%), sisanya ke
sub distributor, sub agen, dan rumah tangga.
Pengecer menjual kembali kedelai ke industri pengolahan (73,47%), rumah tangga
(18,21%), sisanya ke sub agen, sesama pengecer, kegiatan usaha lainnya.
Marjin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Kedelai di Indonesia

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa rata-rata marjin perdagangan


dan pengangkutan untuk lembaga usaha yang termasuk kategori PB kedelai adalah sekitar
Rp470,09 juta dengan rasio marjin sebesar 10,47 persen, artinya pedagang besar mengambil
keuntungan rata-rata sebesar 10,47 persen. Rata-rata marjin perdagangan dan pengangkutan
untuk lembaga usaha yang termasuk kategori PE kedelai adalah sekitar Rp50,58 juta dengan
rasio marjin sebesar 14,22 persen, artinya pedagang eceran mengambil keuntungan rata-rata
sebesar 14,22 persen. Jika digabung, rata-rata marjin perdagangan dan pengangkutan untuk
pedagang besar dan pedagang eceran adalah sekitar Rp330,64 juta dengan rasio marjin
sebesar 10,61 persen, artinya pedagang kedelai mengambil keuntungan rata-rata sebesar
10,61 persen.

DKI JAKARTA
(Contoh Wilayah yang tidak memproduksi kedelai di wilayahnya sendiri)
Wilayah Pembelian barang dagangan kedelai di Provinsi DKI Jakarta berasal dari
beberapa daerah diluar DKI Jakarta seperti Lampung (3,79%), Jawa Barat (21,11%), Banten
(29,62%), wilayah sendiri (21,86%), juga dari luar negeri seperti USA (23,54%) dan Canada
(0,07%). Sementara itu wilayah penjualannya ke wilayah sendiri sebesar (84,52%), Jawa
Barat (9,67%), Lampung (3,92%), dan Banten (1,89%).

Pola distribusi perdagangan kedelai di Provinsi DKI Jakarta dimulai dari importir
yang mengimpor langsing dari Negara USA dan Canada untuk dijual kembali ke distributor,
grosir, pengecer (59,92%), industri pengolahan dan rumah tangga. Distributor menjual
kembali kedelai sebagian besar ke pengecer (92,82%), agen, industri pengolahan dan rumah
tangga. Sub Distributor mendapat pasokan dari distributor untuk memasok ke industri
pengolahan (70,00%), pengecer (20,00%) dan rumah tangga.

Agen menjual ke sesama agen, sebagian besar ke industri pengolahan (53,06%),


pengecer (44,41%), kegiatan usaha lainnya dan rumah tangga. Sub agen memasok ke industri
pengolahan (81,87%), pengecer dan rumah tangga. Selanjutnya pedagang grosir menjual ke
industri pengolahan (54,80%), pengecer dan rumah tangga.Pengecer menjual ke sesama
pengecer, industri pengolahan (51,46%), kegiatan usaha lainnya dan rumah tangga.

Marjin Perdagangan dan Pengangkutan (MPP) Kedelai di Provinsi DKI Jakarta

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa rata-rata marjin perdagangan


dan pengangkutan untuk lembaga usaha yang termasuk kategori PB kedelai adalah sekitar
Rp322,46 juta dengan rasio marjin sebesar 6,87 persen, artinya pedagang besar mengambil
keuntungan rata- rata sebesar 6,87 persen. Rata-rata marjin perdagangan dan pengangkutan
untuk lembaga usaha yang termasuk kategori PE kedelai adalah sekitar Rp11,91 juta dengan
rasio marjin sebesar 12,38 persen, artinya pedagang eceran mengambil keuntungan rata-rata
sebesar 12,38 persen. Jika digabung, rata-rata marjin perdagangan dan pengangkutan untuk
pedagang besar dan pedagang eceran adalah sekitar Rp143,66 juta dengan rasio marjin
sebesar 7,02 persen, artinya pedagang kedelai mengambil keuntungan rata-rata sebesar 7,02
persen.
KALIMANTAN BARAT

(Contoh Wilayah Penghasil Kedelai di Wilayah Sendiri)

Wilayah pembelian bahan baku kedelai oleh petani di Provinsi Kalimantan Barat
berasal dari wilayah sendiri (100,00%), kemudian hasil produksinya dijual seluruhnya ke
wilayah sendiri (100,00%).

Wilayah pembelian kedelai di Provinsi Kalimantan Barat berasal dari beberapa


wilayah diantaranya terbesar dari Jawa Timur (50,94%), juga impor dari USA (46,20%),
sisanya dari DKI Jakarta (2,43%), wilayah sendiri (0,29%), dan Jawa Barat (0,14%).
Sementara penjualannya hanya ke wilayah sendiri (100,00%).

Distribusi produksi kedelai di Provinsi Kalimantan Barat dimulai dari petani yang
menjual hasil produksinya sebagian besar ke pengecer (64,31%) sedangkan sisanya dijual ke
grosir. Pola saluran distribusi produksi kedelai di Provinsi Kalimantan Barat disajikan pada
Gambar berikut:
Jalur distribusi perdagangan kedelai dimulai dari agen yang mendapat pasokan dari
petani, kemudian dijual seluruhnya ke pedagang grosir (100,00%). Importir mendapatkan
kedelai dari impor langsung untuk untuk memasok ke industri pengolahan (60,00%) dan
sisanya ke sub agen. Sementara itu sub agen juga memasok sebagian besar untuk industri
pengolahan (75,00%), sedangkan sisanya ke rumah tangga. Pedagang grosir menjual barang
dagangannya ke industri pengolahan (50,11%), sisanya ke pengecer dan rumah tangga.
Pengecer menjual seluruhnya ke rumah tangga.

Marjin Perdagangan dan Pengangkutan

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh informasi bahwa rata-rata marjin perdagangan


dan pengangkutan untuk lembaga usaha yang termasuk kategori PB kedelai adalah sekitar
Rp594,93 juta dengan rasio marjin sebesar 4,35 persen, artinya pedagang besar mengambil
keuntungan rata- rata sebesar 4,35 persen. Jika digabung, rata-rata marjin perdagangan dan
pengangkutan untuk pedagang besar dan pedagang eceran adalah sekitar Rp594,93 juta
dengan rasio marjin sebesar 4,35 persen, artinya pedagang kedelai mengambil keuntungan
rata-rata sebesar 4,35 persen.
KECAP

(HASIL OLAHAN KEDELAI)

Kedelai dapat diolah menjadi berbagai macam makanan seperti tempe, tahu, oncom, kecap
dan susu. Sebaian besar bahan makanan diolah dahulu di dapur, sehingga menjadi hidangan yang
bercita rasa lezat. Salah satu produk olahan kedelai yang mempunyai aroma dan cita rasa yang khas
serta dapat dijadikan bahan pelengkap dalam pola konsumsi masyarakat sehari-hari adalah kecap.

Industri kecap adalah salah satu industri pangan yang cukup pesat perkembangannya di
Indonesia. Kecap merupakan salah satu bahan makanan yang banyak digunakan oleh masyarakat
karena mengandung protein, vitamin, dan mineral. Selain itu, kecap juga berfungsi sebagai penyedap
makanan dan sebagian masyarakat menjadikan kecap sebagai bagian dari menu makanan harian,
karena dapat memberikan rasa dan aroma yang khas pada makanan atau masakan. Kecap adalah
bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau
asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam.
DAFTAR NAMA TEMPAT PRODUKSI KECAP YANG ADA DI INDONESIA

No. Nama Tempat Produksi / Pabrik Lokasi


1. Adinata, UD Gowa, Sulawesi Selatan
2. Aneka Guna Pabrik Kecap Langsa, Nanggroe Aceh Darussalam
3. Aneka Inti Sari Kiatsun, PT Binjai, Sumatera Utara
4. Aneka Sari Food, PD Tangerang, Banten
5. Angsa Pabrik Kecap, PT Medan, Sumatera Utara
6. Arta Nusa, PT Palembang, Sumatera Selatan
7. Cangkir Mas, PT Tangerang, Banten
8. Damai Palembang, Sumatera Selatan
9. Firma Sehat Tangerang, Banten
10. Heinz ABC Indonesia, PT Jakarta Barat
11. Jaya Raya Abasi, CV Bandar Lampung, Lampung
12. Kecap Banyak Mliwis Kebumen, Jawa Tengah
13. Kecap Cap Ikan Lele Pati, Jawa Tengah
14. Kecap Cap Kambing, CV Singkawang, Kalimantan Barat
15. Kecap Cap Wayang Mas Palembang, Sumatera Selatan
16. Kecap Cipta Rasa Tegal, Jawa Tengah
17. Kecap Hasil Laut Banjarmasin, Kalimantan Selatan
18. Kecap Kawan Setia Pesawaran, Lampung
19. Kecap Kencana Kebumen, Jawa Tengah
20. Kecap Manalagi Denpasar, Bali
21. Kecap Zebra Bogor, Jawa Barat
22. Kharisma Prima Abadi, PT Sleman, Yogyakarta
23. Korma Jaya Utama Jakarta Selatan
24. Lombok Gandaria Karanganyar, Jawa Tengah
25. PD Cipta Sari Kubu Raya, Kalimantan Barat
26. PD Putra Banten Serang, Banten
27. Putra Jaya Foods Industries, PD Serang,Banten
28. Putra Pangkep, UD Sulawesi Selatan
29. Sari Wangi Tangerang, Banten
30. Sehat, FA Tangerang, Banten
31. Sinar Baru Bandar Lampung, Lampung
32. Sinar Eka Putra, PT Makassar, Sulawesi Selatan
33. Sinar Langkat/ Busur Inti Indo Panah, PT Binjai, Sumatera Utara
34. Slamet Sampurna Maros, Sulawesi Selatan
35. Sukasari Mitra Mandiri, PT Semarang, Jawa Tengah
36. Sumber Baru, Sumber Baru Perkasa Makassar, Sulawesi Selatan
Wibawa
37. Sumber Rasa Buleleng, Bali
38. Tirta Mirasa “Tiga Keong” Pati, Jawa Tengah
39. Tunas Graha Rejeki Semarang, Jawa Tengah
40. PT Inkenas Agung Jakarta Timur

Anda mungkin juga menyukai