Anda di halaman 1dari 6

Judul Acara Praktikum Acara 3: Pengenalan Proyeksi Peta.

Nama Milta Charennina Nilai Total


Laporan :
NIM 18/426834/GE/08770

Kelompok Praktikum Jumat, 11.00-13.00

1. Dyah Lumayang Sari. R


Asisten
2. Safira Ihdanisa Hidayah

Komponen Penilaian Laporan dikumpulkan pada

A : Pretest A: Tanggal : Jam :

B : Kegiatan Praktikum B: Praktikan Asisten

C :Laporan Praktikum C:

D : Tugas D: Milta Charennina

TUJUAN

1. Membuat jaring-jaring paralel dan meridian pada proyeksi azimuthal kerucut dan silinder.
2. Melakukan transformasi kenampakan bumi dan bidang bulat (globe) ke dalam bidang datar.
3. Menghitung besarnya distorsi dari proyeksi yang telah dilakukan.

Nilai

MEDIA PEMBELAJARAN

1. Globe 4. Jangka
2. Kalkulator 5. Kertas Milimeter Block
3. Bujur Derajat 6. Alat Tulis ( Pensil, Penggaris, Penghapus)

Nilai
LANGKAH KERJA

Kertas
Milimeter Block

Proyeksi Proyeksi Proyeksi Proyeksi Proyeksi


Azimuthal Azimuthal Azimuthal Kerucut Normal Silinder Normal
Gnomonis Stereografis Orthografis Gnomonis Orthografis

Jaring-Jaring Jaring-Jaring Jaring-Jaring Jaring-Jaring Jaring-Jaring


Proyeksi Proyeksi Proyeksi Proyeksi Proyeksi Silinder
Azimuthal Azimuthal Azimuthal Kerucut Normal
Gnomonis Stereografis Orthografis Normal Orthografis
Gnomonis

Globe Peta

Penghitungan dan
Perbandingan jarak
sebenarnya

Ket :
: Input
Distorsi
: Proses
Jarak
: Output

Nilai
HASIL PRAKTIKUM
1. Jaring-jaring proyeksi untuk metode proyeksi:
a. Azimuthal Gnomonis
b. Azimuthal Stereografis
c. Azimuthal Orthografis
d. Kerucut Normal Orthografis
e. Silinder Normal Orthografis (dilengkapi dengan kenampakan daratan dan lautan)
2. Perhitungan Distorsi satu metode proyeksi.
Nilai

HASIL DAN PEMBAHASAN


Bumi memiliki bentuk yang tidak teratur, secara geodetic dapat didekati dengan dua macam
model, yaitu geoid dan spherical atau ellipsoidal. Gambaran yang paling baik dan benar untuk
menggambarkan atau mewakili bentuk bumi adalah Globe. Namun globe memiliki kekurangan
dalam hal penggunaannya untuk keperluan analisis spasial, tingkat kepraktisan dalam
mobilitasnya, biaya produksi, dan tingkat kesulitan pembuatan (Robinson et al., 1995). Globe pun
tidak memenuhi syarat dalam hal kepraktisan, karna tidak praktis untuk dibawa kemana-mana.
Semua kekurangan tersebut dapat diatasi jika informasi spasial dapat tersaji dalam bidang datar,
sehingga dibutuhkan sebuah proses yang disebut dengan proyeksi.

Proyeksi Peta adalah sistem yang dirancang untuk mempresentasikan permukaan dari suatu
bidang lengkung atau spheroid (misalnya bumi) pada suatu bidang datar (Anonim, 2014). Peta
memenuhi syarat praktis karna mudah dilipat dan dibawa kemana-mana. Klasifikasi proyeksi peta
terdiri dari beberapa macam, yaitu menurut garis karakteristik, distorsi, bidang proyeksi, titik
sumber penyinaran dan persinggungan bidang proyeksi dengan model bumi. Klasifikasi proyeksi
peta tersebut dapat mendapatkan hasil proyeksi yang maksimal sesuai dari tujuan pemetaannya.

Pertama yaitu proyeksi Azimuth Normal Gnomonis atau Azimuthal Gnomonis. Kata
Azimuth disini berarti proyeksi ini menggunakan bidang datar sebagai bidang proyeksinya. Sangat
cocok untuk memproyeksikan daerah kutub karna bidang datarnya menyinggung bola pada kutub
equator dan mempunyai arah penyinaran dari pusat bumi sehingga menghasilkan distorsi yang
kecil dan semakin kearah luar atau equator maka distorsi yang dihasilkan semakin besar.. Kata
Normal berarti sumbu simetris pada proyeksi berimpitan dengan sumbu bumi. Kata Gnomonis
berarti arah sinar datang pada proyeksi dari pusat bumi. Jadi, proyeksi Azimuth Normal Gnomonis
berarti proyeksi yang menggunakan bidang datar, sumbu proyeksi berimpit dengan sumbu rotasi
bumi, dan titik penyinaran berasal dari pusat bumi. Hasil proyeksi menampilkan garis equator
yang tergambar tak terbatas dan daerah lintang 45°mengalami perbesaran tiga kali karena
lingkaran paralel semakin kearah luar mengalami perbesaran.
Kedua proyeksi Azimuthal Stereografis. Stereografis berarti arah sinar pada proyeksi berasal
dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung proyeksi. Proyeksi Azimuthal Stereografis
menggunakan bidang datar yang menyinggung bola pada kutub, equator atau disembarang tempat
sebagai bidang proyeksi, arah penyinarannya dari kutub yang berlawanan dengan titik singgung
proyeksi. Jarak lingkaran parallel pada proyeksi ini semakin ke arah luar akan semakin membesar
yang menyebabkan hasil proyeksi mengalami perbesaran dua kali dari ukuran semula. Proyeksi ini
sesuai untuk memproyeksikan topografi daerah kutub.
Ketiga, proyeksi Azimuthal Orthografis. Kata Orthografis berarti titik penyinaran berasal dari
titik jauh tak terhingga, sehingga sinar terlihat datar dan sejajar dengan sumbu bumi.. Jadi,
proyeksi Azimuthal Gnomonis berarti proyeksi yang menggunakan bidang datar, sumbu proyeksi
berimpit dengan sumbu rotasi bumi, dan titik penyinaran dari arah titik terjauh tak terhingga. Hasil
proyeksi ukuran yang sama dengan aslinya karena titik penyinaran yang semakin menjauh.
Keliling lingkaran paralel hasil proyeksi sesuai dengan aslinya atau equidistant karena ukuran
hasil proyeksi sama persis dengan aslinya. Proyeksi ini sesuai untuk memproyeksikan topografi
daerah kutub.

Keempat, proyeksi Kerucut Orthografis menggunakan bidang kerucut sebagai bidang


proyeksi. Bentang proyeksi ditentukan oleh sudut puncak bidang kerucut. Sumbu simetri
berhimpit dengan sumbu bumi dan arah penyinarannya berasal dari titik jauh tak terhingga.
Sehingga menghasilkan paralel yang melingkar dan meridian berupa garis lurus yang radial.
Proyeksi ini sesuai untuk memproyeksikan daerah lintang tengah atau lintang 45° karena
mempunyai kesalahan sangat kecil, sedangkan pada bagian kutub tidak tergambardan, pada
lintang atas dan bawah akan menghasilkan kesalahan yang besar.

Kelima, proyeksi Silinder Normal Gnomonis. Kata Silinder berarti bidang proyeksi yang
digunakan adalah bidang silinder. Sumbu simetri berhimpit dengan sumbu bumi dan arah
penyinarannya berasal dari titik jauh tak terhingga. Hasil proyeksi ini menampilkan garis lurus
horizontal dan semua meridian berupa garis lurus vertical. Bidang silinder pada proyeksi ini
menyinggung khatulistiwa, sehingga sesuai untuk memproyeksikan daerah equator.
Dalam penggambaran jarring-jaring proyeksi ini sangat memungkinkan mengalami kesalahan
atau kekeliruan. Karna penggambarannya secara manual kesalahan sangat wajar terjadi. Kesalahan
tersebut bisa dikarenakan kurang teliti dalam mencari garis derajat pada busur atau dalam
penggunaan jangka yang memungkinkan jari-jari lingkarannya tidak sesuai dengan yang dicari
atau bisa juga jari jari salah satu lingkaran tidak menyinggung garis proyeksi. Maka dari itu
dibutuhkan ketelitian dalam penggambaran jaring-jaring proyeksi tersebut.

Distorsi meupakan penyimpangan yang terjadi dalam perubahan dari bentuk globe ke bidang
datar. Distorsi ini terjadi karena penggambaran jarak, bentuk dan luas pada peta yang tidak sesuai
dengan yang aslinya. Pada praktikum ini distorsi dapat dibuktikan dengan perbedaan hasil
pengukuran dari jarak sebenarnya kota Jakarta dengan kota Surabaya. Dapat diketahui dari hasil
pengurangan jarak asli objek pada globe (Skala globe x jarak objek pada globe) dengan jarak asli
objek pada peta (Skala peta x jarak objek pada peta). Hasil distorsi jarak Kota Jakarta dengan Kota
Surabaya adalah 154,18km. Distorsi ini dapat menyebabkan perubahan informasi yang terkandung
dalam globe dan peta hasil proyeksi tersebut.

Nilai

KESIMPULAN
1. Jaring- jaring paralel digambarkan berbentuk melingkar dan jaring- jaring meridian
berbentuk jari – jari pada proyeksi Azimuthal dan Kerucut. Jaring – jaring paralel
digambarkan berbentuk vertikal pada proyeksi silinder.
2. Transformasi kenampakan bumi dari Globe kedalam bidang datar dapat dilakukan dengan
proyeksi peta melalui bantuan jaring-jaring proyeksi yang bisa dilakukan menggunakan
metode Azimuthal Gnomonis, Azimuthal Stereografis, Azimuthal Orthografis, Kerucut
Normal Orthografis, Silinder Normal Orthografis.
3. Salah satau perhitungan distorsi dari proyeksi yang telah dilakukan dapat diketahui dari
hasil pengurangan jarak asli objek pada globe (Skala globe x jarak objek pada globe)
dengan jarak asli objek pada peta (Skala peta x jarak objek pada peta).
Nilai
DAFTAR PUSTAKA
Robinson, A., Morrison, J., Muehrcke, P., Kimerling, A., dan Guptill, S., 1995, Elements of
Cartography (6th Ed), Toronto: John Wiley & Sons.

Anonim (2014) Sistem Koordinat. http://bappeda.ntbprov.go.id/wp-content/uploads/2013/09/Bab07_


SistemKoordinat.pdf. Diakses Oleh : Milta Charennina pada Rabu, 26 September 2018 pukul 21.05
WIB

Nilai

TUGAS

Tidak ada tugas untuk praktikum Acara 3

Nilai

Anda mungkin juga menyukai