Anda di halaman 1dari 1

Terkait itu semua, maka kami melihat bahwasanya Abu hamid telah rancu/ salah dalam

memahami (pandangan) para filosof peripatik terhadap apa yg dinisbahkan kepada


mereka bahwasanya para filosof ini mengatakan sesugghunya Allah Yang Maha Suci dan
Maha tinggi sama sekali tidak mengetahui hal2 juziyyat( partikulr), padahal para filosof
ini berpendapatbahwa Allah mengetahuiJuziyyat dengan ilmu/pengetahuan yang berbeda
dengan pengetahuan kita. Pengetahuan kita terhadap juziyyat adalah akibat dari apa yang
kita ketahui darinya,dan baharu dengan baharun…adapun ilmu /pengetahun Allah
merupakan kebalikan dari ini( pengetahuan manusia) karena sesungguhnya pengethuan
Allah menjadi sebab bagi obyek yang diketahuinya, yakni segala yang ada (maujud).

Maka barang siapa yang menganggap sama kedua jenis pengetahuan ini, berarti dia
menjadikan esensi dan sifat dari dua hall berlawan ini menjadi satu.dan hal itu adalah
kebodohan tertinggi

Penggunaan kata Ilmu,apabila dikaitkan baik untuk menyebut ilmu yang baharu, maupun
ilmu yang qadim, sebenarnya hanya karena kesamaan nama saja. Sebagaimana banyak
nama-nama yng digunakan untuk hal-hal yang berlawanan. Seperti kata jalal dikatakan
untuk arti besar dan kecil, dan sharim untuk menunjukkan terang dan gelap. Oleh sebab
itu , tidak ada definisi/batasan yang meliputti kedua ilmu ini seperti yang disangkakan
oleh para mutakallimin di zaman kita ini.

Kami membuat pembahasan tersendiri tentang persoalan ini, atas dorongan beberapa
sahabat. Dan bagaimana munngkin para filosof peripatik itu disangkakan (dituduh)
mengatakan bahwasanya Tuhan yg maha suci tidak mengetahui dengan ilmu qadimnya
hal-hal yang juziyyat, padahal mereka berpedanapat bahwa mimpi yang benar
mengandung peringatan-peringatan akan juziyyat yang bakal terjadi di masa mendatang,
dan bahwasanya ilmu yang meberi peringatan ini , yang terjadi ketika manusia tidur,
berasal dari ilmu yang azali yang menguasai dan memerintah seluruh alam.

Para filosof itu tiidak hanya b berpendapat bahwa tuhan tidak mengetahui juziyyat
dengan cara seperti manusia mengetahuinya, tetapi begitu juga dengan hal hal
kulliyat.karena sesuguhnya kulliyat ygkita ketauhi merupakan akibat dari maujud yang
kita ketahui.sedangkan pengetahuan tuhan justru sebaliknya.. Oleh sebab itu, apa yang
disimpulan oleh metode berfikr demosntratif bahwasanya ilmu Tuhan suci dari sifat2
kulli dan juz’i. ( melampaui hal2 kullii dan juz’i). Karena itu tdak ada ada makna/manfaat
berdebat tentang persoalan ini. Yakni menghukumi kafir atau tidaknya para fislof.

Anda mungkin juga menyukai