Rangkuman SKB
Rangkuman SKB
Kementerian Kesehatan juga berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui
agenda prioritas Kabinet Kerja atau yang dikenal dengan Nawa Cita, sebagai berikut:
1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.
Binfar
Tugas
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan
fungsi:
1. perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata
kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata
kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi,
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan
7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.
15 Oktober
12 November
4. Imunisasi
a. Hepatitis B. Vaksin ini diberikan saat bayi baru lahir, paling baik diberikan
sebelum waktu 12 jam setelah bayi lahir. ...
b. Polio. Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan.
...
c. BCG. ...
d. Campak. ...
e. Pentavalen (DPT-HB-HiB)
Imunisasi anak
Umur Vaksin
Saat lahir Polio-0
1 bulan Hepatitis B-2
0-2 bulan BCG
2 bulan DTP-1
5. Efek samping obat TB
Rifampisin :
Antibiotik
a. Gangguan fungsi hati, ruam kulit
b. Nyeri ulu hati, mual
c. Urin berwarna kemerahan
Pirazinamid
a. Alergi, demam, mual muntah
b. Urin berwarna gelap
c. hepatotoksisitas
Isoniazid
a. Keracunan syaraf tepi, rasa terbakar, nyeri ototo (dikurangi dgn vit B6)
Ethambutol
a. Neuritis retrobular ( penurunan ketajaman penglihatan, buta warna mera-
hijau)
b. Hipersensitiv
obat sitostatika
a. Masukkan limbah sitostatika dalam kantong limbah beri label sitostatika
b. Kontainer buangan hrus terbuat bahan anti bocor dan tahan terhadap
tusukan benda tajam
c. Masukkan daolam incenerator suhu 11000 C
1. Diet
2. Olah raga
Terapi dengn obat :
1. Terapi Insulin
2. Terapi obat oral
11. Interaksi obat
Interaksi obat dapat bersifat farmakodinamik atau farmakokinetik. Interaksi
farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang mempunyai efek farmakologi
atau efek samping yang serupa atau yang berlawanan. Yaitu interaksi yang terjadi
apabila satu obat mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain.
Dengan demikian interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia
(dalam tubuh) untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya.
12. SDG’s
Sustainable Development Goals adalah nama lain Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.
13. Napza
UU no. 35 tahun 2009 ttg Narkotika
UU no 5 tahun 1997 ttg Psikotropika
Pp no. 20 thun 2018 ttg perubahan penggolongan narkotika
Pp no 3 tahun 2017 ttg perubahan penggolongan psikotropika
Perbandingannya adalah
RUMUS:
Jumlah tetesan per menit = (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
Kasus:
Jawab:
1. Mencari jumlah tetesan/ menit
Pasien dewasa
Jumlah tetesan permenit= (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
=(500 x 20 ) : (8 x 60 )
=10.000 : 480
= 20,833 tetes/menit ( kalian bisa bulatkan menjadi 21 tetes permenit )
Jika soal diatas menyatakan bahwa tetesan per/ menit= 21 tetes/menit maka tetesan per
detiknya adalah
1 menit= 60 detik
Jadi jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka hitungan perdetiknya adalah
60/21= 2,857 ( kalian bulatkan menjadi 3 ) jadi artinya dalam waktu 3 detik itu ada 1 tetes
Rumus:
Tetesan/ Menit
faktor tetes Otsuka — 1cc = 15 tetes
faktor tetes Terumo — 1 cc = 20 tetes
Insulin
Kliren kreatinin
Cara menghitung HJA
contoh
HNA
adalah Harga Netto Apotek, merupakan harga (modal) awal apotek dalam membeli obat dari
distributor
(PBF atau PBF Cabang).
Mark Up
adalah % keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,25) dan ada yang menetapkan 30% (1,3).
PPN 10% (1,1)
adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan untuk setiap pertambahan nilai dari proses transaksi
dari produsen sampai ke konsumen.
HJA
adalah Harga Jual Apotek, harga yang ditawarkan kepada konsumen setelah diperhitungkan HNA, PPN
10% dan Mark Up.