Anda di halaman 1dari 24

1.

Visi misi kemenkes dan binfar


VISI
Visi misi Kementerian Kesehatan mengikuti visi misi Presiden Republik Indonesia yaitu Terwujudnya
Indonesia yang Berdaulat, Mandiri dan Berkepribadian Berlandaskan Gotong-royong. Visi tersebut
diwujudkan dengan 7 (tujuh) misi pembangunan yaitu:

1. Terwujudnya keamanan nasional yang mampu menjaga kedaulatan wilayah, menopang


kemandirian ekonomi dengan mengamankan sumber daya maritim dan mencerminkan kepribadian
Indonesia sebagai negara kepulauan.
2. Mewujudkan masyarakat maju, berkesinambungan dan demokratis berlandaskan negara hukum.
3. Mewujudkan politik luar negeri bebas dan aktif serta memperkuat jati diri sebagai negara maritim.
4. Mewujudkan kualitas hidup manusia lndonesia yang tinggi, maju dan sejahtera.
5. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing.
6. Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan
kepentingan nasional, serta
7. Mewujudkan masyarakat yang berkepribadian dalam kebudayaan.

Kementerian Kesehatan juga berperan serta dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui
agenda prioritas Kabinet Kerja atau yang dikenal dengan Nawa Cita, sebagai berikut:

1. Menghadirkan kembali negara untuk melindungi segenap bangsa dan memberikan rasa aman
pada seluruh warga Negara.
2. Membuat pemerintah tidak absen dengan membangun tata kelola pemerintahan yang bersih,
efektif, demokratis dan terpercaya.
3. Membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam
kerangka negara kesatuan.
4. Menolak negara lemah dengan melakukan reformasi sistem dan penegakan hukum yang bebas
korupsi, bermartabat dan terpercaya.
5. Meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia.
6. Meningkatkan produktifitas rakyat dan daya saing di pasar Internasional.
7. Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik.
8. Melakukan revolusi karakter bangsa.
9. Memperteguh ke-Bhineka-an dan memperkuat restorasi sosial Indonesia.

Binfar

Tugas
Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan mempunyai tugas menyelenggarakan perumusan dan
pelaksanaan kebijakan di bidang kefarmasian dan alat kesehatan sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.

Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan menyelenggarakan
fungsi:
1. perumusan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata
kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
2. pelaksanaan kebijakan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, tata
kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
3. penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi,
alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
4. pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat
kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan
kesehatan rumah tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
5. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang produksi dan distribusi sediaan farmasi, alat kesehatan
dan perbekalan kesehatan rumah tangga, pengawasan alat kesehatan dan perbekalan kesehatan rumah
tangga, tata kelola perbekalan kesehatan, dan pelayanan kefarmasian;
6. pelaksanaan administrasi Direktorat Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan; dan
7. pelaksanaan fungsi lain yang diberikan oleh Menteri.

2. Hari cuci tangan

15 Oktober

3. Hari kesehatan nasional

12 November

Hasi kesehatan dunia : 07 april

4. Imunisasi

Manfaat vaksin paling mendasar adalah sebagai tindakan pencegahan penyakit


menular.

a. Hepatitis B. Vaksin ini diberikan saat bayi baru lahir, paling baik diberikan
sebelum waktu 12 jam setelah bayi lahir. ...
b. Polio. Vaksin polio diberikan sebanyak 4 kali sebelum bayi berusia 6 bulan.
...
c. BCG. ...
d. Campak. ...
e. Pentavalen (DPT-HB-HiB)

Imunisasi anak

Umur Vaksin
Saat lahir Polio-0
1 bulan Hepatitis B-2
0-2 bulan BCG
2 bulan DTP-1
5. Efek samping obat TB

 Mual dan muntah.


 Sakit perut.
 Sensasi perih dan panas pada dada Anda (heartburn)
 Diare.
 Nyeri otot dan nyeri sendi.
 Sakit kepala.
 Ruam dan gatal.
 Mengantuk.
 Pusing
 Sensasi berputar-putar
 Dengung berulang kali di telinga
 Mati rasa atau kesemutan di kaki

Rifampisin :
Antibiotik
a. Gangguan fungsi hati, ruam kulit
b. Nyeri ulu hati, mual
c. Urin berwarna kemerahan
Pirazinamid
a. Alergi, demam, mual muntah
b. Urin berwarna gelap
c. hepatotoksisitas
Isoniazid
a. Keracunan syaraf tepi, rasa terbakar, nyeri ototo (dikurangi dgn vit B6)

Ethambutol
a. Neuritis retrobular ( penurunan ketajaman penglihatan, buta warna mera-
hijau)
b. Hipersensitiv

6. UU Kesehatan No 36 tahun 2009


7. Peraturan SIA, SIPA  PP 51 tahun 2009
8. DRP
 Untreated indications
 Improper drug Selection
 Subtherapeutic dosage
 Failure to receive drugs
 Over dosage
 Adverse Drug event
 Drug Interactions
 Drug use without indication
9. Pemusnahan sediaan tablet dan sitotoksik
obat tablet atau obat sediaan padat dalam jumlah besar maka
harus dihancurkan dengan cara dibakar di dalam insinerator atau
dilarutkan dengan air apabila obat sediaan padatnya dalam jumlah
sedikit. Prosedur pembuangan obat sirup ini harus diencerkan atau
dicampur dengan air dan botolnya harus dihancurkan

obat sitostatika
a. Masukkan limbah sitostatika dalam kantong limbah beri label sitostatika
b. Kontainer buangan hrus terbuat bahan anti bocor dan tahan terhadap
tusukan benda tajam
c. Masukkan daolam incenerator suhu 11000 C

10. Pengobatan DM dan pemberian Insulin


Terapi tanpa obat :

1. Diet
2. Olah raga
Terapi dengn obat :

1. Terapi Insulin
2. Terapi obat oral
11. Interaksi obat
Interaksi obat dapat bersifat farmakodinamik atau farmakokinetik. Interaksi
farmakodinamik adalah interaksi antara obat-obat yang mempunyai efek farmakologi
atau efek samping yang serupa atau yang berlawanan. Yaitu interaksi yang terjadi
apabila satu obat mengubah absorpsi, distribusi, metabolisme, atau ekskresi obat lain.
Dengan demikian interaksi ini meningkatkan atau mengurangi jumlah obat yang tersedia
(dalam tubuh) untuk dapat menimbulkan efek farmakologinya.

12. SDG’s
Sustainable Development Goals adalah nama lain Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan.
13. Napza
UU no. 35 tahun 2009 ttg Narkotika
UU no 5 tahun 1997 ttg Psikotropika
Pp no. 20 thun 2018 ttg perubahan penggolongan narkotika
Pp no 3 tahun 2017 ttg perubahan penggolongan psikotropika

14. Paramketer pemeriksaaan lab

15. Efek Samping obat


Efek samping obat adalah suatu reaksi yang tidak diharapkan dan berbahaya
yang diakibatkan oleh suatu pengobatan. Efek samping obat, seperti halnya efek
obat yang diharapkan, merupakan suatu kinerja dari dosis atau kadar obat pada
organ sasaran
Berikut ini adalah contoh dari efek samping obat yang biasanya terjadi:
1. Aborsi atau keguguran, akibat Misoprostol, obat yang digunakan untuk pencegahan
(gastric ulcer) borok lambung yang disebabkan oleh obat anti inflamasi non steroid.
2. Ketagihan, akibat obat-obatan penenang dan analgesik seperti diazepam serta
morfin.
3. Kerusakan janin, akibat Thalidomide dan Accutane.
4. Pendarahan usus, akibat Aspirin.
5. Penyakit kardiovaskular, akibat obat penghambat COX-2.
6. Tuli dan gagal ginjal, akibat antibiotik Gentamisin.
7. Kematian, akibat Propofol.
8. Depresi dan luka pada hati, akibat Interferon.
9. Diabetes, yang disebabkan oleh obat-obatan psikiatrik neuroleptik.
10. Diare, akibat penggunaan Orlistat.
11. Disfungsi ereksi, akibat antidepresan.
12. Demam, akibat vaksinasi.
13. Glaukoma, akibat tetes mata kortikosteroid.
14. Rambut rontok dan anemia, karena kemoterapi melawan kanker atau leukemia.
15. Hipertensi, akibat penggunaan Efedrin. Hal ini membuat FDA mencabut status
ekstrak tanaman efedra (sumber efedrin) sebagai suplemen makanan.
16. Kerusakan hati akibat Parasetamol.
17. Mengantuk dan meningkatnya nafsu makan akibat penggunaan antihistamin.
18. Bunuh diri akibat penggunaan Fluoxetine, suatu antidepresan.

16. Konseling dan PIO


Konseling
Konseling Obat adalah suatu aktivitas pemberian nasihat atau saran terkait terapi Obat dari
Apoteker (konselor) kepada pasien dan/atau keluarganya. Konseling untuk pasien rawat jalan
maupun rawat inap di semua fasilitas kesehatan dapat dilakukan atas inisitatif Apoteker,
rujukan dokter, keinginan pasien atau keluarganya.
Kegiatan dan langkah-langkah dalam konseling Obat meliputi:
 membuka komunikasi antara Apoteker dengan pasien;
 mengidentifikasi tingkat pemahaman pasien tentang penggunaan Obat melalui Three Prime
Questions;
 menggali informasi lebih lanjut dengan memberi kesempatan kepada pasien untuk
mengeksplorasi masalah penggunaan Obat;
 memberikan penjelasan kepada pasien untuk menyelesaikan masalah pengunaan Obat;
 melakukan verifikasi akhir dalam rangka mengecek pemahaman pasien; dan
 dokumentasi.
Secara khusus konseling Obat ditujukan untuk:
 meningkatkan hubungan kepercayaan antara Apoteker dan pasien;
 menunjukkan perhatian serta kepedulian terhadap pasien;
 membantu pasien untuk mengatur dan terbiasa dengan Obat;
 membantu pasien untuk mengatur dan menyesuaikan penggunaan Obat dengan penyakitnya;
 meningkatkan kepatuhan pasien dalam menjalani pengobatan;
 mencegah atau meminimalkan masalah terkait Obat;
 meningkatkan kemampuan pasien memecahkan masalahnya dalam hal terapi;
 mengerti permasalahan dalam pengambilan keputusan; dan
 membimbing dan mendidik pasien dalam penggunaan Obat sehingga dapat mencapai tujuan
pengobatan dan meningkatkan mutu pengobatan pasien.
Pelayanan Informasi Obat (PIO)
Pelayanan Informasi Obat (PIO) merupakan kegiatan penyediaan dan pemberian informasi,
rekomendasi Obat yang independen, akurat, tidak bias, terkini dan komprehensif yang dilakukan
oleh Apoteker kepada dokter, Apoteker, perawat, profesi kesehatan lainnya serta pasien dan pihak
lain di luar Rumah Sakit.
PIO bertujuan untuk:
 menyediakan informasi mengenai Obat kepada pasien dan tenaga kesehatan di lingkungan
Rumah Sakit dan pihak lain di luar Rumah Sakit;
 menyediakan informasi untuk membuat kebijakan yang berhubungan dengan Obat/Sediaan
Farmasi, Alat Kesehatan, dan Bahan Medis Habis Pakai, terutama bagi Tim Farmasi dan
Terapi;
 Menunjang penggunaan Obat yang rasional.
Kegiatan dan langkah-langkah PIO meliputi:
 menjawab pertanyaan;
 menerbitkan buletin, leaflet, poster, newsletter;
 menyediakan informasi bagi Tim Farmasi dan Terapi sehubungan dengan penyusunan
Formularium Rumah Sakit;
17. SWAMEDIKASI
18. Medication record
Medication Record ~Medication record atau rekam medis merupakan suatu catatan berupa keterangan yang
tertulis dari pasien berupa identitas, anamnesa, penentuan fisik, laboratorium, diagnosa dan segala pelayanan
dan segala tindkan yang akan dilakukan sebagi penanganan selanjutnya.
Rekam medis emiliki berbagai pengertian yang amat luas. Rekam medis tidak hanya sekedar kegiatan catat
mencatat kondisi dari pasien tersebut. Rekam medis memiliki sistem yang digunakan sebagai penyelenggara
untuk mendapatkan peayanan medis.
Setelah itu dari catatan medis juga didapat sebuah data dari pasien yang ada, sehingga dari catatan tersebut
diperoleh solusi untuk penangan yang lebih lanjut. Dalam rekam medik memiliki dua bagian yang amat penting,
dan hal tersebut mengenai individu yang ada:
1. Patient Record
2. Manajemen
Pada patient record diberikan penjabaran tentang kondisi yang ada pada pasien hal tersebut yang nantinya akan
dijadikan suatu acuan penindaklanjutan pasien.
Sedangkan manajemen suatu keadaan penentu mengenai penangan penyakit berdasarkan segi perekonomian
pasien tersebut. Rekam medis juga meliputi beberapa fakta yang tidak dapat terpisahkan. Salah satu dari data
tersebut ialah data dokumenter.
Data dokumenter ialah data yang ada pada pasien pada saat sebelum terjadinya penyakit yang saat ini, dengan
kata lain penyakit yang diderita pasien pada masa lampau. Selain itu ada juga mengenai data-data tentang
pengobatan yang telah dilakukan pada masa lampau.
Tujuan Rekam Medis adalah untuk menunjang tercapainya tertib administrasi dalam rangka upaya peningkatan
pelayanan kesehatan . Tanpa didukung suatu sistem pengelolaan rekam medis yang baik dan benar , maka
tertib administrasi tidak akan berhasil.
19. Perencanaan obat

20. Permenkes ttg PBF, registrasi sedian farmasi


Permenkes no. 30 tahun 2017
Permenkes 889 ttg registrasi ,izin praktek, izin kerja tenaga kefarmasian
Permenkes Nomor 34 Tahun 2014 Tentang Pedagang Besar Farmasi
21. UU Tenaga Kesehatan
UU no. 36 tahun 3014

22. Cara menghitung infus, insulin kreatinin kliren, Hja


Infus :
Perhitungan Tetesan infus

Perbandingannya adalah

20 tetes/menit infus makro= 1cc=1ml


60 tetes/menit infus mikro=1 cc=1ml
Jadi perbandingan makro:mikro adalah 20:60=1:3 artinya satu tetes makro sama dengan tiga
tetes mikro

Kemudian bagaimana faktor tetes untuk dewasa dan anak-anak

Faktor tetes dewasa= 20 tetes/menit


Faktor tetes anak-anak=60 tetes/menit

RUMUS:

Jumlah tetesan per menit = (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)

Kasus:

Seorang Pasien menghabiskan 500 cc IVFD RL dalam waktu 8 jam.


1. Berapakah jumlah tetesan permenitnya ?
2. Berapakah jumlah tetesan perdetiknya ?
3. Hitung untuk pasien dewasa dan juga anak anak ?

Jawab:
1. Mencari jumlah tetesan/ menit

Pasien dewasa
Jumlah tetesan permenit= (jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)
=(500 x 20 ) : (8 x 60 )
=10.000 : 480
= 20,833 tetes/menit ( kalian bisa bulatkan menjadi 21 tetes permenit )

Pasien anak-anak=(jumlah cairan (kolf) x Faktor tetes) : (lamanya waktu x 60)


=(500 x 60 ) : (8 x 60)
=10.000 : 480
=20,833 tetes/menit (kalian bisa bulatkan menjadi 21 tetes per menit )
Untuk pembulatan jika diatas 5 kalian bisa bulatkan menjadi 1 misal 0,5=1

2. Mencari jumlah tetesan/ detik

Jika soal diatas menyatakan bahwa tetesan per/ menit= 21 tetes/menit maka tetesan per
detiknya adalah
1 menit= 60 detik
Jadi jika 21 tetes dalam waktu 60 detik maka hitungan perdetiknya adalah

60/21= 2,857 ( kalian bulatkan menjadi 3 ) jadi artinya dalam waktu 3 detik itu ada 1 tetes

Mencari lamanya waktu infus akan habis

Rumus:

1.20 tetes/menit=1cc = 60 cc/jam


Lamanya habis= 500 cc/60= 8,3 =8 jam (bulatkan )
2.15 tetes/menit= 11 jam
3.10 tetes permenit=17 jam artinya dalam waktu 1 jam=30 cc
4. 5 tetes permenit= 33 jam
6. 30 tetes/ menit= 6 jam
7. 40 tetes/menit= 4 jam
8. 60 tetes/menit= 3 jam

jadi rumus untuk menghitung lamanya waktu=

(Jumlah cairan infus x faktor tetes ) : ( Jumlah tetesan per menit x 60 )

Rumus Perhitungan dosis obat

Yang harus anda lakukan adalah


1. mengetahui dosis obat dalam vial/ ampul

Contoh soal Cefotaxime 1 g


Dokter menganjurkan dosisi pasien A adalah sebanyak 200 mg berapa ml yang anda berikan
?
1 g=1000 mg
Jika kalain mendelute cefotaxime dengan 5 cc aquades maka kandungan cefotaxime
sekarang adalah 1000 mg/ 5 ml

Cari dosis per ml= 1000/5= 200 mg/ml


Jadi jika dosis yang diminta 200 mg maka hanya butuh 1 ml=1cc

Contoh Gentamicine 8 mg/2ml


Dosis dokter = 4 mg pada pasien A dan 2 mg pada pasien B
kandungan/ml= 4 mg/ml
4 mg= 1 ml= 1cc
2 mg= 0,5 cc= 5

Tetesan/ Menit
faktor tetes Otsuka — 1cc = 15 tetes
faktor tetes Terumo — 1 cc = 20 tetes

(Kebutuhan cairan x faktor tetes) = Jumlah tetesan/menit


(jumlah jam x 60menit)
contoh
(Kebutuhan cairan x Faktor tetes) = jumlah tetesan/menit
(Jumlah jam x 60 menit)
Infus set Otsuka (2.500 x 15) = 37.500 = 26 tetes/menit
(24 x 60) 1.440

Infus set Terumo (2.500 x 20) = 50.000 = 35 tetes/menit


(24 x 60) 1.440

Insulin
Kliren kreatinin
Cara menghitung HJA
contoh
HNA
adalah Harga Netto Apotek, merupakan harga (modal) awal apotek dalam membeli obat dari
distributor
(PBF atau PBF Cabang).
Mark Up
adalah % keuntungan, ada yang menetapkan 25% (1,25) dan ada yang menetapkan 30% (1,3).
PPN 10% (1,1)
adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dikenakan untuk setiap pertambahan nilai dari proses transaksi
dari produsen sampai ke konsumen.
HJA
adalah Harga Jual Apotek, harga yang ditawarkan kepada konsumen setelah diperhitungkan HNA, PPN
10% dan Mark Up.

HJA = HNA x PPN 10% x Mark Up

Anda mungkin juga menyukai