Anda di halaman 1dari 5

FAQ

FREQUENTLY ASKED QUESTION


Permenkes Nomor 30 Tahun 2019 tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah Sakit

1. Maksud dan Tujuan Penyusunan PMK No.30 Th.2019?


- Permenkes No. 56 Tahun 2014 Tentang Klasifikasi dan Perizinan Rumah
sakit tidak memenuhi kebutuhan hukum dalam masyarakat.
- Melaksanakan amanah pasal 24 ayat (4) dan pasal 28 undang-undang no.
44 tahun 2019 tentang rumah sakit.
- Penataan sistem rujukan pelayanan kesehatan perorangan.
- Memberikan perlindungan hukum kepada rumah sakit dan pasien.

2. Mengapa Permenkes No.56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perizinan


Rumah Sakit perlu direvisi?
- Kelas rumah sakit tidak menggambarkan perbedaan kompetensi
(kemampuan pelayanan).
- Distribusi SDM Spesialis dan Subspesialis tidak merata
- Rumah sakit mempunyai tenaga tetap.
- Sistem Rujukan tidak berjalan baik.
- Mutu pelayanan menurun
- Jenis Pelayanan yang diberikan

3. Bagaimana SDM pelayanan yang selama ini dilakukan di Kelas C untuk


subspesialis dan spesialis lain yang tidak dapat dilakukan penambahan
setelah masa peralihan 1 tahun berakhir?
- Dengan adanya PMK No.30 Tahun 2019, RS harus melakukan perencanaan
kembali mengenai pelayanan yang akan diberikan dan menyesuaikan
dengan ketentuan PMK No.30 Tahun 2019.
- SDM pelayanan baik subspesialis maupun spesialis yang dilakukan di kelas
C, harus dilakukan penataan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota selaku
pihak yang menerbitkan SIP. SDM pelayanan baik subspesialis maupun
spesialis tersebut harus pindah/mutase ke RS kelas A atau Kelas B.
- Apabila RS kelas C yang memberikan pelayanan subspesialis maupun
spesialis namun melebihi penambahan yang diperbolehkan masih ingin
memberikan pelayanan tersebut, harus meningkatkan RS nya menjadi kelas
B.

4. Bagaimana dengan pelayanan dimana RS sudah investasi alat sendiri dan


masa peralihan 10 tahun berakhir?
- RS yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan tertentu yaitu pelayanan,
radioterapi, kedokteran nuklir, kehamilan dengan bantuan atau kehamilan di
luar cara alamiah, transplantasi organ, sel punca untuk penelitian berbasis
pelayanan terapi, dan pelayanan kesehatan lain yang ditetapkan oleh Menteri
dapat tetap memberikan pelayanan kesehatan tertentu tersebut paling lambat
10 tahun.
- Setelah masa peralihan 10 tahun tersebut, RS harus menyesuaikan
klasifikasi kelas RS nya sesuai persyaratan peraturan perundang-undangan.

5. Terhadap masa peralihan ini apakah BPJS akan tetap membayar?


- Berdasarkan UU Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-Undangan Ketentuan Peralihan memuat penyesuaian
pengaturan tindakan hukum atau hubungan hukum yang sudah ada
berdasarkan Peraturan Perundang-undangan yang lama terhadap Peraturan
Perundang-undangan yang baru, yang bertujuan untuk:
a. menghindari terjadinya kekosongan hukum;
b. menjamin kepastian hukum;
c. memberikan perlindungan hukum bagi pihak yang terkena dampak
perubahan ketentuan Peraturan Perundang-undangan; dan
d. mengatur hal-hal yang bersifat transisional atau bersifat sementara.
- Berdasarkan hal tersebut, dalam masa peralihan BPJS Kesehatan harus
tetap membayar pelayanan yang diberikan oleh RS sesuai dengan ketentuan
peralihan yang diatur dalam PMK No.30 Tahun 2019.

6. Bagaimana pelayanan dialisis, Bedah Syaraf dan pelayanan bedah mulut


yang hanya ada di Kelas A dan B?
- Berdasarkan tingkat kemampuan pelayanan dibagi menjadi :
1) Pelayanan Primer/ pelayanan dasar/ pelayanan tingkat pertama
2) Pelayanan Sekunder/ pelayanan spesialis/ pelayanan tingkat kedua
3) Pelayanan Tersier/ pelayanan medis subspesialis/ pelayanan tingkat
ketiga
Hal tersebut pastinya akan sejalan dengan system rujukan yang akan
dibangun yaitu Sistem Rujukan Berbasis Kompetensi Fasilitas Pelayanan
Kesahatan. Untuk itu perlu ada perbedaan kemampuan pelayanan
(kompetensi) pada tiap kelas rumah sakit.
Dalam hal mempertimbangkan akses pelayanan kesehatan di suatu wilayah
tertentu, maka rs dapat mengembangkan pelayanan kesehatan kelas
rumah sakit diatasnya atas rekomendasi dari Dinas Kesehatan Provinsi
berdasarkan hasil kajian.
Dan perlu diketahui bahwa pelayanan subspesialis berdasarkan peraturan
perundang – undangan yang berlaku (UU No. 44 tahun 2009, Perpres 72
tahun 2013) berada di kelas A dan B, namun terdapat pada pasal 30 ayat
(5) bahwa Menteri dapat menetapkan rumah sakit lain dalam rangka
pemenuhan kebutuhan pelayanan yang tinggi dan pendekatan akses
pelayanan kesehatan.
- Pelayanan Dialisis merupakan pelayanan yang diberikan oleh dokter
subspesialis yaitu dokter spesialis Penyakit Dalam Konsultan Ginjal
Hipertensi (Sp.PD-KGH). Sedangkan berdasarkan UU Kesehatan dan UU
Rumah sakit pelayanan Subspesialis hanya dapat dilaksanakan di RS Kelas
A dan kelas B.
- Terdapat masa peralihan bagi RS yang telah melakukan pelayanan dialisis
- Terhadap permenkes 812 th.2008 ttg pelayanan dialisis akan segera direvisi
untuk mengsinkronkan dengan kebijakan yang ada di PMK 30 Th.2019

7. Bagaimana terhadap Jenis Spesialis/subspesialis yang hanya


diperbolehkan di Kelas A dan B padahal produksi sedikit?
- Berdasarkan data dokter spesialis dan dokter subspesialis sebenarnya sudah
mencukupi. Namun saat ini masih banyak tersebar di RS kelas C dan kelas
D. Dengan adanya PMK No.30 Tahun 2019, akan dilakukan penataan tenaga
medis khususnya dokter subspesialis yang memberikan pelayanan di RS
kelas C.

8. Bagaimana proses pendidikan profesi dokter apabila di Kelas C dibatasi


Jenis Spesialisnya?
- Saat ini berdasarkan Kepmenkes Nomor 1069/Menkes/SK/XI/2008 tentang
Klasifikasi dan Standar RS Pendidikan, yang dapat ditetapkan menjadi RS
Pendidikan hanya RS Kelas A dan Kelas B.
- Terhadap RS Kelas C yang melakukan fungsi pendidikan haruslah menjadi
jejaring dari RS Pendidikan utama.

9. Sejauh mana RS dapat menambah jenis spesialis?


Berdasarkan PMK Nomor 30 Tahun 2019:
Untuk RSU Kelas B:
- penambahan pelayanan paling banyak 2 (dua) spesialis lain selain spesialis
dasar, 1 (satu) penunjang medik spesialis, 2 (dua) pelayanan medik
subspesialis dasar, dan 1 (satu) subspesialis lain selain subspesialis dasar
- Apabila dalam satu wilayah adnministratif provinsi tidak terdapat rumah sakit
umum kelas A, Rumah Sakit Umum kelas B dapat menambah pelayanan
mediknya paling banyak 3 (tiga) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu)
penunjang medik spesialis, dan 9 (sembilan) pelayanan medik subspesialis
berupa pelayanan medik subspesialis dasar dan/ atau subspesialis lain selain
subspesialis dasar

Untuk RSU Kelas C:


- penambahan pelayanan paling banyak 3 (tiga) spesialis lain selain spesialis
dasar, 1 (satu) penunjang medik spesialis,
- Apabila dalam satu wilayah adnministratif provinsi tidak terdapat rumah sakit
umum kelas B, Rumah Sakit Umum kelas C dapat menambah pelayanan
mediknya paling banyak 7 (tujuh) spesialis lain selain spesialis dasar, 1 (satu)
penunjang medik spesialis.

Untuk RSU Kelas D:


- penambahan pelayanan paling banyak 1 (satu) spesialis lain selain spesialis
dasar, 1 (satu) penunjang medik spesialis,
- Apabila dalam satu wilayah adnministratif provinsi tidak terdapat rumah sakit
umum kelas C, Rumah Sakit Umum kelas D dapat menambah pelayanan
mediknya paling banyak 2 (dua) spesialis dasar dan 1 (satu) penunjang medik
spesialis..

10. Kenapa setiap kelas RS ada batas maksimal ?


Sesuai dengan Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 bahwa rumah sakit
memiliki 2 jenis pelayanan :
a. Pelayanan Spesialistik : Kelas C dan D
b. Pelayanan Subspesialitik : Kelas B dan A
Dalam hal ini maka di Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 30 tahun 2019
setiap rumah sakit harus menggambarkan kompetensinya yaitu dengan
menentukan standar minimal dan batas maksimal. Tenunya kompetensi RS ini
akan sejalan dengan system rujukan berbasis kompetensi fasyankes, sehingga
perlu ada penataan terhadap kompetensi (kemampuan pelayanan) dari
fasyankes.

11. Mengapa di RS Khusus hanya RSIA yang sampai dengan Kelas C?


- Karena RSIA kelas C dibutuhkan untuk menekan angka Kematian Ibu dan
Angka Kematian Bayi yang masih tinggi di Indonesia. selain itu karena
keterbatasan jumlah kelulusan sehingga diharapkan untuk pelayanan
kekhususan tertentu dapat dijadikan pelayanan unggulan di RS umum.
- Bahwa RS Khusus diarahkan menjadi RS Kelas A dan B agar RS Khusus
mempunyai kompetensi layanan lebih baik sehingga pelayanan yang
diberikan lebih bermutu khusunya pada layanan kekhusunnya. Selain itu, RS
dapat memberikan layanan di luar khususannya makmal 40%.

12. Jika RS akan mengikuti Permenkes 30 tahun 2019, maka RS akan


memberhentikan dokter dan pegawai, akan dikemanakan?
Dalam melihat Peraturan Menteri Kesehatan sebaiknya dipahami secara
menyeluruh sehingga bisa dimaknakan dengan baik dan benar. Pada ketentuan
peralihan dijelaskan bahwa penyesuaian terhadap Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 30 tahun 2019 diberikan waktu 1 tahun dan terkait tenaga
tetap juga diberikan waktu 4 tahun. Hal ini perlu peran dari DInas Kesehatan
dalam melakukan mapping terhadap keberadaan tenaga medis di masing –
masing kelas rs sesuai kompetensinya sehingga dalam menata system rujukan
diwilayah dapat berjalan optimal.

13. Kenapa Klinik umum/pelayanan medik dasar tidak diperbolehkan di RS


kelas A, B dan C?
- Kembali lagi ke Undang – Undang Nomor 44 tahun 2009 dan PP 47 tahun
2016 bahwa rumah sakit merupakan pelayanan spesialistik sehingga terkait
pelayanan medik dasar (poli umum) bukan merupakan kompetensi RS.
Namun terkait adanya pelayanan MCU maka RS dapat menugaskan kepada
dokter spesialis sesuai dengan kewenangannya yang dibantu oleh dokter
umum terkait koordinasi pelayanan.
- Bahwa pelayanan medik dasar saat ini diarahkan diberikan di FKTP dan RSU
Kelas D. Secara Kompetensi, RS Kelas A, dan B, lebih berfokus pada layanan
Spesialis dan Subspesiais, sedangkan RS Kelas C lebih berfokus pada
layanan Spesialis. Dokter Umum yang bekerja di RS Kelas A, B dan C
difokuskan untuk memberikan layanan di Gawat Darurat.

14. Apakah pelayanan medik spesialis lain tidak ada di rs kelas d?


Data Kementerian Kesehatan, saat ini lulusan Spesialialis Lain jumlah nya masih
terbatas. Saat ini jumlah lulusannya baru dapat memenuhi RS Kelas A, B, dan
C. Selain itu hal ini dilakukan dalam penataan Sistem Rujukan, dimana RS Kelas
D hanya memberikan layanan umum dan Spesialis Dasar.

15. Bagaimana proses izin RS saat ini?


Proses izin rumah sakit saat ini dilakukan melalui pelayanan perizinan berusaha
terintegrasi secara elektronik atau sistem Online Single Submission.

16. Bagaimana peran Dinas Kesehatan setelah rekomendasi Dinas Kesehatan


tidak ada?
- Peran Dinas Kesehatan masih sangat penting dalam proses perizinan rs.
Terhadap permohonan perizinan rumah sakit yang diajukan, Pemerintah
Daerah melalui Dinas Kesehatan harus melakukan verifikasi dan visitasi
terhadap pemenuhan persyaratan dari rumah sakit.
- Selain itu Pemerintah Daerah melalui Dinas Kesehatan juga wajib melakukan
pembinaan dan pengawasan terhadap rumah sakit yang ada diwilayahnya.

Anda mungkin juga menyukai