Anda di halaman 1dari 7

PENGURUS BESAR

,IK/ATAN
DOKTER INDONESIA
THE INDONESIAN MEDIGAL ASSOGIATION
. CENTRAL EXEGUTIVE BOARD
Jl. Dr. G.S.S.Y Ratulangie No. 29 Jakarta 10350 Telp 021-3150679 - 3900277 Fax : 3900473
Email : pbidi@idionline.org - Website : www.idionline.org

Jakarta, 11 Juli2019
Masa Bakti 2018 -2021

Nomor : 01335.3/P81L.3010712019
Ketua Umum/President Lampiran : 1 (Satu)berkas
Dr. Daeng M Faqih,SH,MH
Perihal :UNDANGAN
Ketua Majelis Kehormatan
Etik Kedokteran (MKEK)/Chaiman of Honorary
Board ot Medical Ethics:
Dr. Broto Wasisto,DTM&H,MPH Yang terhormat,
1. Segenap Anggota Pengurus PB lDl
2. SegenapAnggota Pengurus MKEK
Ketua Majelis Kolegium Kedokteran
lndonesia (MKKI)/Chariman of Board of lndonesian 3. SbgenapAnggota Pengurus MKKI
Medical Collegium :
Prof. DR.Dr. David S Perdanakusuma,Sp.BP.RE (K)
4. Segenap Anggota Pengurus MPPK
Di
Tempat
Ketua Majelis Pengembangan
Pelayanan Keprofesian (MPPK)/Chairman of Board
of Development of Medical Services :
Dr. Poedjo Hartono,Sp.0G (K) Dengan hormat,

Wakil Ketua Umum I I Ketua Terpilih Dalam rangka memperingati Hari Kesadaran Hukum Kedokteran, Pengurus
Vice Presidenl I / President Elect
Dr. Moh. Adib Khumaidi, Sp.OT Besar lkatan Dokter lndonesia (PB lDl) bermaksud menyelenggarakan halal
Bi Halal & Simposium Nasional Hukum Kedokteran. Untuk itu kami
mengundang Sejawat untuk dapat hadir dalam simposium tersebut yang akan
diadakan pada :
Wakil Ketua Umum ll / Vice President ll
Dr. Slamet Budiarto,SH,MH.Kes

Hari/tanggal : Sabtu, 20 Juli2019


Pukul :09:00-Selesai
Wakil Ketua Umum lll / Vice President lll
Tempat : HotelAcacia Jakarta
Dr, Prasetyo Widhi Buwono,Sp.PD.KHOM Jl. Kramat Raya No. 73-81
Kramat, Kec. Senen, Jakarta Pusat

Mengingat pentingnya acara tersebut, kami mengharapkan kehadiran Sejawat


Ketua Purna/lmmediate Past President :

Prof.Dr. l. Oetama Marsis,Sp.0G untuk hadir dalam acara tersebut.

Demikian kami sampaikan. Atas perhatian dan kesediaannya kami ucapkan


terima kasih
Sekretaris Jenderal/General Secretary :

DR. Dr. Henry Salim Siregar,Sp.0G (K)

Bendahara Umum / General Treasurer Sekretaris


Dr. Nusye E Zamsiar, MS, Sp.0k
Term of Reference

Halal Bi Halal & Symposium Nasional Hukum Kedokteran

"Peringatan Hari Kesadaran Hukum Kedokteran Tahun 2019"


Jakarta, 20 Juli 2019

A. Pendahuluan
Kesehatan merupakan salah satu unsur sangat penting bagi kemajuan suatu negara.
Setiap negara berupaya memberikan perhatian utama pada pelayanan kesehatan,
mulai dari penyediaan tenaga kesehatan yang profesional hingga fasilitas kesehatan
yang modern. Negara juga membuat dan memberlakukan peraturan-peraturan di
bidang kesehatan (hukum kesehatan) sebagai pedoman yuridis dalam pemberian
layanan kesehatan kepada masyarakat. Hukum kesehatan pada pokoknya mengatur
tentang hak, kewajiban, fungsi, dan tanggung jawab para pihak terkait (stakeholders)
dalam bidang kesehatan. Hukum kesehatan memberikan kepastian dan perlindungan
hukum kepada pemberi dan penerima jasa layanan kesehatan'

Namun, dalam praktiknya pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga


kesehatan, khususnya dokter, kepada pasien cukup sering menimbulkan masalah
hukum dalam hubungan antara dokter dan pasien. Masalah hukum itu antara lain
disebabkan oleh apa yang disebut dengan malapraktik kedokteran. Dokter, tenaga
kesehatan lainnya, dan rumah sakit dituding telah merugikan pasien akibat kesalahan
praktik kedokteran yang dilakukan terhadap pasien, Maka profesi kedokteran menjadi
tersudut. Profesi dokter pun menjadi profesi yang berisiko hukum karena kesalahan
tindakan medisnya dapat menimbulkan gugatan perdata dan/atau tuntutan pidana.
Para dokter menyadari bahwa pelayanan kedokteran tidak bisa lepas dari aspek
hukum yang melingkupinya. Hubungan dokter-pasien tidak lagi dalam pola
paternalistik yang asimetris namun berubah menjadi partnership atau lebih dikenal
dengan patient-centered. Di sinilah kemudian dokter dan pasien dikenalkan akan hak
dan kewajiban masing-masing yang harus dihormati dan dijalani.Hal ini menimbulkan
kegamangan bagi para dokter dalam menjalankan profesinya memberikan layanan
kesehatan kepada masyarakat.

Hubungan konfliktual antara dokter dan pasien juga terjadi akibat adanya keluhan
atau kekecewaan secara terbuka oleh pasien terhadap layanan dari dokter terutama
pasien yang mengalami kerugian atas layanan kesehatan dari dokter tersebut.
Keluhan atau kekecewaan pasien ini dianggap oleh dokter sebagai bentuk
pencemaran nama baik. Hubungan konfliktual ini pun sampai ke hadapan
persidangan di pengadilan. Pihak pasien yang dijatuhi vonis pidana oleh pengadilan
kemudian menilai pihak dokter telah melakukan kriminalisasi terhadap pasien.

Kondisi faktual seperti di atas, yang berulang terjadi dalam sejumlah kasus,
menunjukkan bahwa baik pihak dokter maupun pihak pasien sama-sama potensial
terjerembab kedalam masalah hukum. Niat mulia dokter untuk memberikan layanan
kesehatan kepada pasien yang membutuhkan justru dapat menyeret dokter ke
gugatan perdata dan/atau tuntutan pidana jika terjadi malapraktik kedokteran.
Harapan pasien untuk mendapatkan layanan kesehatan yang prima dari dokter juga
dapat menyeret pasien ke masalah hukum jika si pasien mengekspos
kekecewaannya atas layanan kesehatan yang diberikan oleh dokter. Kondisi seperti
ini jelas tidak kondusif dan konstruktif bagi upaya pembangunan kesehatan yang
merupakan salah satu unsur dari pembangunan nasional untuk memajukan
kesejahteraan umum sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945.

Hukum kesehatan sangat penting dipahami dan dipedomani oleh dokter dalam
pemberian layanan kesehatan kepada pasien. Dengan begitu, pihak dokter dapat
mengantisipasipotensi munculnya masalah hukum di kemudian hari. Namun faktanya
masih banyak kalangan dokter yang belum familiar dengan seluk-beluk hukum
kesehatan ini. Minimnya akses untuk mendapatkan pendidikan mengenai hukum
kesehatan merupakan salah satu penyebab kurang dipahaminya dan dipedomaninya
hukum kesehatan oleh dokter.

Banyak kalangan masyarakat dan bahkan kalangan kedokteran di lndonesia yang


tidak mengingat akan kasus yang menimpa dokter Setyaningrum. Dokter
Setyaningrum adalah seorang dokter umum di Puskesmas Kecamatan Wedarijaksa,
Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Kasusnya terjadi di awal tahun 1979 di mana
pasiennya mengalami syok anafilaktik setelah penyuntikan antibiotik Streptomisin.
Meski telah dilakukan penanganan syok dengan menyuntikkan Adrenalin, Cortison,
dan Delladryl namun nyawa pasien tidak tertolong. Suami pasien yang merupakan
seorang tentara melaporkan kejadian yang menimpa istrinya ke polisi. Dalam proses
selanjutnya, dokter Setyaningrum dijatuhkan hukuman pidana penjara tiga bulan
dengan masa percobaan 10 bulan oleh Pengadilan Negeri Pati. Selanjutnya dalam
proses banding ditahun 1982, Pengadilan Tinggi Semarang memperkuat putusan
Pengadilan Negeri Pati. Namun pada proses kasasi, Mahkamah Agung membatalkan
putusan Pengadilan Negeri Pati dan putusan Pengadilan Tinggi Semarang. Putusan
MA ini terjadi pada tanggal 27 Juni 1984. Dari peristiwa yang dialami oleh dokter
Setyaningrum ini menimbulkan beberapa dampak bagi pelayanan kedokteran saat itu,
salah satunya yang dominan adalah para dokter menjadi lebih berhati-hati bahkan
sebagai besar menimbulkan ketakutan akan akibat tindakan kedokteran yang diambil.
Situasi ini lebih dikenal dengan "defensive medicine". Para dokter merasa bahwa
profesi dokter sangat mudah dikriminalisasi.

Muktamar lDl ke-29 tahun 2015 di Medan menetapkan bahwa pada tanggal 27 Juni
merupakan Hari Kesadaran Hukum Kedokteran. Adanya peringatan Hari Kesadaran
Hukum Kedokteran pada 27 Juni2019 ini, diharapkan para dokter khususnya anggota
lDl seluruh lndonesia dapat meningkatkan kesadaran diri bahwa pelayanan
kedokteran yang dilakukan memang tidak bisa lepas dari aspek hukum yang
melingkupinya. Semoga melalui Hari Kesadaran Hukum Kedokteran, sebagai dokter
anggota lDl senantiasa dapat membina hubungan yang harmonis dengan pasien
dalam memberikan pelayanan kesehatan yang optimal, dengan selalu berpegang
teguh pada Sumpah Dokter dan Kode Etik Kedokteran lndonesia serta berpedoman
pada Standar Profesi Dokter. Oleh karena itulah Pengurus Besar lkatan Dokter
lndonesia (PB lDl) mengambil inisiatif menyelenggarakan Symposium Nasional
Hukum Kedokteran ini sebagai ikhtiar dalam memperingati Hari Kesadaran Hukum
Kedokteran.
B. Kegiatan
Kegiatan initerdiri dari dua macam rangkaian acara'.
1. Symposium Nasional "Peringatan Hari Kesadaran Hukum Kedokteran Tahun
2A19"
2. Halal Bihalal antar pengurus PB lDl dan perhimpunan-perhimpunan di lingkungan
rDt
3. Press Confrence

C. Tujuan
Tujuan dari rangkaian kegiatan ini antara lain:
-Memberikan pemahaman kepada para dokter mengenai Hukum Kedokteran.
-Mengarahkan dan mengingatkan kembali kepada dokter lndonesia dalam
memberikan pelayanannya agar berpegang teguh kepada Kode Etik
Kedokteran lndonesia dan Standar Kompetensi Dokter lndonesla.
-Mempererat tali silaturrahmi antar pengurus PB lDl dan perhimpunan-
perhimpunan di lingkungan lDl.

D. Waktu dan TemPat Kegiatan


Rangkaian acara akan dilakukan pada .
Hari/Tanggal . Sabtu, 20 Juli 2A19
Waktu : Pukul 09.00 - 13.00
Tempat : HotelAcacia Jakarta.

E. Narasumber
Adapun narasumber yang berpartisipasi dalam kegiatan ini:
a. Sambutan .
1. Ketua Umum PB lDl
b. Pemaparan Materi:
1. Prof. Edward Omar Sharif Hiariej, SH, MH.
Topik : Tindak Pidana Medik, Bukan Tindak Pidana Umum
2. Desmond Junaidi Mahesa
Topik : Semangat Pembaharuan Hukum, Penanganan Tindak Pidana Medik
Dalam RUU - KUHP
3. lchsan Soelistio
Topik : Pandangan Fraksi PDI Perjuangan - Komisi lll DPR Rl
4. Dr. Salman Luthan, SH, MH
Topik : Mediasi Penal Dalam Tindak Pidana Medik dalam RUU
5. Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD
Topik : Perlindungan Hukum Praktek Kedokteran : Comperative Learning
From DeveloP Countries
c. Moderator: Dr. M. Nasser, Sp'KK, LLM, D.Law
d. Penanggap Utama
1. Dr. Slamet Budiarto, SH, MH.Kes
2. Dr. Djoko WidYarto, JS, DHM, MH.Kes
3. Dr. Rudi SaPulete, AkP, SH, MH, MBA
4. Dr. H. M. Nazar, SP.B, MH.Kes
5. Dr. Ari Kusuma Januarto, Sp.OG(K)
6. Dr. Aman Bakti Pulungan, SP'A(K)
7. Dr. Sally Aman Nasution, Sp.PD-KKV(K)
F. Peserta
Peserta diskusi ilmiah ini adalah:
- Pengurus PB lDl
- Peserta lDlWilayah
- Peserta lDl Cabang
- Peserta Perhimpunan Spesialis dan Perhimpunan Seminat di Lingkungan
tDl
G. Penutup
Demikianlah Term of Reference ini kami buat untuk memudahkan dalam pelaksanaan
kegiatan.Semoga kegiatan ini dapat terlaksana dengan baik dan tujuan-tujuan yaang
telah ditetapkan dapat tercapai sehingga dapat membantu mewujudkan lndonesia
yang lebih sehat dan sejahtera.
SUSUNAN ACARA
SIMPOSIUM HARI KESADARAN HUKUM KESEHATAN
20 JULr 2019

13 Juli 2019
REGISTRASI
PEMBUKAAN
Prof. Edward Omar Sharif Hiariej, SH, MH

opik : Tindak Pidana Medik, Bukan Tindak Pidana umum


Desmond Junaidi Mahesa
(Wakil Ketua Komisi lllDPR Rl)
opik : Semangat Pembaharuan Hukum, Penanganan Tindak Pidana Medik dalam
RUU - KUHP
lchsan Soelistio
( Fraksi Partai Demokrasi lndonesia Perjuangan - komisi lll DPR Rl)
Topik : Pandangan Fraksi PDI Perjuangan Terhadap Tindak Pidana Medis Dalam
RUU - KUHP
Dr. Salman Luthan SH, MH
(Hakim Agung MA)
Topik : Mediasi Penal Dalam Tindak Pidana Medik dalam RUU
Prof. Dr. Ali Ghufron Mukti, MSc, PhD
(Dirjen Sumber Daya Ristek Dikti)
Topik: Perlindungan Hukum Praktek Kedokteran . Comperative Learning From
Developed Countries
8 12.00 12.30 Penanggap Utama
8 12.30 13,00 Diskusi
I 13.00 13.30 Penutupan
10 13.30 - selesai Acara Halal Bi Halal
LEMBAR KONFIRMASI KEHADIRAN

Nama
NPA IDI

Pengurus PB/MajelisAl/il/Cab :

Jabatan

No HP

Alamat Email

Dengan ini menyatakan akan hadir pada acata Halal Bi Halal & Simposium Nasional Hukum
Kedokteran yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 20 Juli2019 di HotelAcacia Jakarta, Jl. Kramat
Raya No.73-81 Kramat, Kec. Senen, Jakarta Pusat

Demikian disampaikan untuk dapat diketahui.

2019

Mohon lembar konfirmasi ini dapat diklrim kembali paling lambat tanggal {7 Juli 2019 melalui
email : pbidi@idionline.org atau fax : .021-3900473

Anda mungkin juga menyukai