Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI DASAR

PERCOBAAN IV

“POPULASI, KOMUNITAS, DAN EKOSISTEM”

NAMA : MOHAMMAD FHADLI AHMAD

NIM : H031171502

KELOMPOK : III (TIGA)

ASISTEN : NURUL HIDAYAH, S.Si

TANGGAL PRAKTIKUM : RABU, 11 OKTOBER 2017

LABORATORIUM BIOLOGI DASAR


UNIT PELAKSANA TEKNIS-MATA KULIAH UMUM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2017
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Dalam menjalani kehidupan, manusia sebagai makhluk sosial tidak bisa

berdiri sendiri. Kita hidup dalam suatu kelompok manusia, dimana masing-masing

individu melakukan aktivitas untuk menunjang kebutuhan hidupnya. Di sekitar kita

terdapat makhluk hidup. Makhluk hidup tersebut bisa berupa masyarakat sekitar,

lingkungan alam, tumbuhan maupun hewan (Irawati, 2011)

Sebagian besar makhluk hidup melakukan aktivitas seperti makan,

bergerak, dan berkembang biak untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tumbuhan

melakukan fotosintesis dan bernafas untuk mempertahankan hidupnya. Semua

makhluk hidup yang tinggal di suatu tempat saling berinteraksi dan saling

mempengaruhi. Seperti manusia yang menanam tumbuhan untuk dimanfaatkan

buah, daun, atau batangnya. Tumbuhan pun juga bergantung kepada manusia untuk

pemeliharaannya agar ia tetap tumbuh dengan subur. Ada juga manusia yang

memelihara ternak untuk dimanfaatkan daging atau telurnya, sebaliknya hewan

ternak pun juga bergantung pada manusia dalam hal penyediaan makanannya.

Sehingga manusia, tumbuhan mapun hewan saling menguntungkan. Selain

makhluk hidup, manusia juga memerlukan cahaya, air dan udara. Semua itu

merupakan benda tak hidup, tetapi sangat memengaruhi bagi kehidupan makhluk

hidup yang tinggal di suatu tempat (Irawati, 2011). Penting bagi mahasiswa untuk

mengetahui tentang hubungan antara populasi, komunitas dan ekosistem. Oleh

karena itu maka dilakukanlah percobaan ini.


I.2 Tujuan Percobaan

Tujuan percobaan ini adalah sebagai berikut:

1. Menggunakan model untuk meneliti bagaimana populasi dapat tumbuh

2. Mempelajari suatu komunitas dan mengumpulkan data sebanyak mungkin

selama waktu dan kesempatan memungkinkan. Kemudian memeriksa

hubungan antara masing-masing spesies, agar dapat memperkirakan urutan

mana yang paling penting dan untuk mengetahui struktur komunitas itu.

I.3 Waktu dan Tempat Percobaan

Percobaan ini dilakukan pada hari Selasa, tanggal 11 Oktober 2017 pada

pukul 07.30-10.30 di Laboratorium Biologi Dasar, Fakultas Matematika dan Ilmu

Pengetahuan Alam, Universitas Hasanuddin, Makassar. Percobaan ini dilaksanakan

di luar ruangan.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Inti permasalahan ekologi adalah hubungan makhluk hidup, khususnya

manusia dengan lingkungan hidupnya. Ilmu tentang hubungan timbal balik antara

makhluk hidup dengan lingkungan hidupnya disebut ekologi. Istilah ekologi

pertama kali diperkenalkan oleh Enerst Haeckel, seorang ahli biologi bangsa

Jerman. Ekologi berasal dari bahasa Yunani yaitu Oikos yang berarti rumah dan

logos yang berarti ilmu. Oleh karena itu ekologi berarti ilmu tentang rumah (tempat

tinggal) makhluk hidup. Dengan demikian ekologi biasanya diartinya sebagai ilmu

yang mempelajari hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan

lingkungannya (Riberu, 2008).

Berdasarkan arti harfiah dari asal katanya ekologi dan ekonomi sama.

Ekologi (Oikos dan logos) sedang ekonomi (Oikos dan nomos) sehingga kedua

ilmu itu banyak persamaannya. Namun dalam ekologi, mata uang yang dipakai

dalam transaksi bukan rupiah atau dolar, melainkan materi, energi, dan informasi.

Arus materi, energi, dan informasi dalam suatu komunitas atau beberapa komunitas

mendapat perhatian utama dalam ekologi, seperti uang dalam ekonomi. Oleh karena

itu transaksi dalam ekologi berbentuk materi, energi, dan informasi (Riberu, 2008).

II.1 Populasi

Populasi berasal dari bahasa latin yaitu populous yang berarti penduduk atau

rakyat. Populasi dari suatu negara itu dimaksudkan adalah penduduk dari negara

tersebut. Di dalam pelajaran ekologi yang dimaksud dengan populasi adalah

sekelompok individu yang sejenis. Apabila kita membicarakan populasi, haruslah


disebut jenis serta tempatnya. Misalnya populasi komodo pada tahun 1983 di pulau

Komodo. Jadi yang sama yang menduduki ruang atau tempat yang terbuka, dan

memiliki pelbagai ciri atau sifat yang merupakan milik yang unik dari kelompok

dan tidak merupakan milik individu di dalam kelompok itu (Zoer’aini, 1996).

Populasi mempunyai karakteristik yang khas untuk kelompok yang tidak

memiliki oleh masing-masing individu anggotanya. Karakteristik ini antara lain

adalah kepadatan, natalitas (laju kelahiran), motalitas (laju kematian), potensi

biotik, penyebaran umur dan bentuk pertumbuhan (Resosoedarmo, 1992).

Natalitas dan mortalitas menentukan pertumbuhan populasi. Populasi

tumbuh bila natalis melebihi mortalitas. Dalam suatu daerah atau suatu ekosistem

petumbuhan dipengaruhi pula oleh imigrasi dan emigrasi (perpindahan keluar),

tetapi dalam biosfer, yang merupakan suatu ekosistem juga, tidak ada imigrasi dan

emigrasi (Resosoedarmo, 1992).

Di alam, baik populasi hewan maupun populasi tumbuhan berubah-ubah di

sekitar harga rata-rata. Pertambahan atau penurunan drastis secara menyolok akan

terjadi bila terjadi terjadi gangguan yang drastis terhadap lingkungannya, misalnya

wadah hama dan penyakit, bencana alam, dan sebagainya (Resosoedarmo, 1992).

Penyebaran populasi membantu natalis dan mortalitas di dalam memberi

wujud bentuk pertumbuhan dan kepadatan populasi. Namun sering terjadi

penyebaran populasi ini secara berangsur-angsur sehingga tidak dirasakan

perubahannya atau memberikan pengaruh kecil terhadap seluruh populasi, terutama

apabila satuan populasinya besar. Hal ini mungkin karena adanya emigrasi yang

diimbangi oleh migrasi atau karena pertambahan dan pengurangan itu diimbangi

oleh natalis dan mortalitas (Zoer’aini, 1996).


II.2 Komunitas

Secara genetika, individu-individu adalah anggota dari suatu populasi

setempat dan secara ekologi mereka adalah anggota dari ekosistem. Bagian terbesar

dari ekositem adalah terdiri dari kumpulan tumbuhan dan hewan yang secara

bersama-sama membentuk suatu masyarakat tumbuhan dan hewan yang disebut

dengan komunitas. Suatu komunitas terdiri dari banyak jenis dengan berbagai

macam fluktuasi populasi dan interaksi satu dengan yang lain. Komunitas terdiri

dari berbagai organisme-organisme dan saling berhubungan pada suatu lingkungan

tertentu. Kesatuan dari berbagai organisme itu dapat merupakan perwakilan

misalnya dari jenis-jenis tropis. Atau dapat juga dikatakan bahwa komunitas adalah

sekelompok makhluk-makhluk hidup dari berbagai jenis yang hidup bersama pada

suatu daerah. Ringkasnya komunitas adalah seluruh populasi yang hidup bersama

pada suatu daerah. Organisme yang hidup bersama ini sering disebut komunitas

biotik (Zoer’aini, 1996).

Whittaker (1970) mengemukakan bahwa ada tiga konsep yang dapat

diterapkan dalam mengamati pola komunitas. Pertama, apa yang dinamakan gradasi

komunitas (community gradient, coenecline) yaitu konsep yang dinyatakan dalam

bentuk populasi. Kedua, konsep gradasi lingkungan (environmental gradient) yang

menyangkut sejumlah faktor lingungan yang berubah secara bersama-sama.

Umpamanya saja, dalam gradasi elevasi (elevation gradient) termasuk faktor-faktor

penurunan suhu rata-rata, pertambahan curah hujan, pertambahan kecepatan angin

dan sebagainya, kea rah ketinggian yang meningkat, Faktor-faktor ini secara

menyeluruh mempengaruhi kehidupan tumbuhan dan hewan, dan sangat sulit

menentukan faktor mana sebenarnya yang paling penting dalam sebuah populasi,

tanpa eksperimen kelompok faktor lingkungan berubah secara bersama-sama.


Sepanjang perubahan tersebut terjadi pula perubahan komunitas, dan tentunya

populasi dalam komunitas ini dipengatuhi pula (Resosoedarmo, 1992).

Mempelajari komunitas dari sudut bentuk-bentuk kehidupan dapat

membantu kita untuk mengerti fungsi dari organisme itu dalam komunitas. Dalam

struktur komunitas perlu dipelajari tentang jenis, bagaiman susunannya, bagaimana

penyebaran jenis tersebut dalam struktur komunitas, bagaimana jenis-jenis itu

bersama-sama membentuk komunitas sebagai keseluruhannya. Dalam mempelajari

komunitas pertama-tama perlu dipeljari bentuk dan strukturnya, baru kemudian

hubungannya dengan lingkungan dan fungsinya (Zoer’aini, 1996).

II.3 Ekosistem

Ekosistem merupakan tingkat organisasi yang lebih tinggi dari komunitas,

atau merupakan kesatuan dari suatu kesatuan dari suatu komunitas dengan

lingkungannya dimana terjadi antar hubungan. Disini tidak hanya mencakup

serangkaian spesies tumbuhan dan hewan saja, tetapi juga segala macam bentuk

materi yang melakukan siklus dalam sistem itu serta energi yang menjadi sumber

kekuatan. Untuk mendapatkan energi dan materi yang diperlukan untuk hidupnya

semua komunitas bergantung pada lingkungan abiotik. Organisme produsen

memerlukan energi, cahaya, oksigen, air, dan garam-garam yang semuanya

diperoleh dari lingkungan abiotik. Energi dan materi dari konsumen tingkat pertama

diteruskan ke konsumen tingkat kedua dan seterusnya ke konsumen-konsumen

lainnya melalui jarring-jaring makanan (Zoer’aini, 1996).

Di dalam ekosistem setiap spesies mempunyai suatu niche (relung) ekologi

yang khas. Setiap spesies juga hidup di tempat dengan faktor-faktor lingkungan

yang khas yaitu di suatu habitat tertentu. Ekosistem sepert halnya dengan komunitas

tidak mempunyai batas-batas ruang dan waktu (Zoer’aini, 1996).


Pembagian suatu ekosistem menjadi empat komponen, yaitu produsen,

konsumen, pengurai dan abiotik. Organisme yang dinamakan pengurai adalah

organisme yang memperoleh energy untuk hidupnya melalui absorpsi hasil

penguraian atau dekomposisi. Organisme semacam ini terdiri atas organisme

heterofik, seperti bakteri dan jamur yang relatif tidak bergerak, ukurannya kecil,

hidup terbenam dalam bahan-bahan yang diuraikan, dan mempunyai kecepatan

metabolisme tinggi (Resosoedarmo, 1992).

Dalam suatu ekosistem terdapat suatu keseimbangan yang dinamakan

hemostatis, yaitu kemampuan ekosistem untuk menahan berbagai perubahan dalam

sistem secara keseluruhan. Keseimbangan itu diatur oleh berbagai faktor yang

sangat rumit. Dalam mekanisme ini, termasuk mekanisme yang mengatur

penyimpangan bahan-bahan, perlepasan hara makanan, pertumbuhan organisme

dan produksi, serta dekomposisi bahan-bahan organik (Resosoedarmo, 1992).

II.4 Lingkungan Abiotik dan Biotik

Lingkungan adalah suatu sistem kompleks yang berada di luar individu

yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan organisme. Lingkungan

tidak sama dengan habitat. Habitat adalah tempat dimana organime dan komunitas

organisme hidup. Organisme terdapat di laut, di padang pasir, di hutan dan lain

sebagainya (Zoer’aini, 1996).

Setiap organisme, hidup dalam lingkungannya masing-masing. Begitu juga

jumlah dan kulaitas organisme penghuni di setiap habitat tidak sama. Faktor-faktor

yang ada dalam lingkungan selain berinteraksi dengan organisme, juga berinteraksi

sesame faktor tersebut, sehingga sulit untuk memisahkan dan mengubahnya tanpa

mempengaruhi bagian lain dari lingkungan itu. Oleh karena itu untuk dapat
memahami struktur dan kegiatannya perlu dilakukan penggolongan faktor-faktor

lingkungan tersebut. Penggolongan itu dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu

(Zoer’aini, 1996) :

1. Lingkungan abiotik seperti suhu, udara, cahaya atmosfer, hara mineral, tanah,

dan api.

2. Lingkungan biotik yaitu makhluk-makhluk hidup di luar lingkungan abiotik.

Jadi antara organisme dan lingkungan terjalin hubungan yang erat dan

timbal balik tanpa lingkungan organisme tidak mungkin ada, sebaliknya lingkungan

tanpa organisme, tidak berarti apa-apa. Di samping itu ada persyaratan dalam

mengatur kehidupan organisme yaitu :

1. Lingkungan itu harus dapat mencukupi kebutuhan minimum dari kehidupan

2. Lingkungan itu tidak dapat mempengaruhi hal yang bertentangan dengan

kehidupan organisme

Jika makhluk hidup itu tidak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan

lingkungannya maka ia akan mati. Banyak individu mati dalam usia muda. Pada

umumnya, sebagian besar individu-individu itu mati muda bukan karena cacat atau

kekurangan secara alami,, akan tetapi disebabakan oleh ketidakmampuan dalam

penyesuaian diri dengan lingkungan. Walaupun ada juga kelahiran-kelahiran

individu itu yang mempunyai cacat dari lahir, atau cacat bawaan (Zoer’aini, 1996).
BAB III

METODOLOGI PERCOBAAN

III.1 Alat

Alat yang digunakan adalah pensil, pulpen, penghapus dan tali rafia.

III.2 Bahan

Bahan yang digunakan adalah kertas grafik, komponen biotik (lalat, semut,

kupu-kupu, belalang, burung, cacing, laba-laba, katak, rumput, pohon sirsak, pohon

pepaya) dan komponen abiotik (tanah, air, udara, matahari).

III.3 Metode Kerja

III.3.1 Perhitungan Populasi

III.3.1.1 Model 1

Kita umpamakan di suatu pulau pada tahun 2017 dihuni oleh 10 burung

gereja (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi 1 : setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10

keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina

Asumsi 2 : setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim

telur berikutnya

Asumsi 3 : setiap tahun semua keturunan hidup sampai musim telur berikutnya.

(dalam keadaan sebenarnya beberapa tahun tetua akan hidup dan beberapa

keturunannya akan mati

Asumsi 4 : selama pengamatan tidak ada burung elang yang meninggalakan atau

datang ke pulau tersebut.


III.3.1.2 Model 2

Kita umpamakan di suatu pulau pada tahun 2017 dihuni oleh 10 burung

gereja (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi 1 : setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10

keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina

Asumsi 2 : setiap tahun dua perlima dari tetua (jantan dan betina yang sama

jumlahnya) masih dapat mempunyai keturunan lagi untuk keduan kalinya, baru

kemudian mati

Asumsi 3 : setiap tahun semua keturunan hidup sampai musim telur berikutnya.

(dalam keadaam sebenarnya beberapa tahun tetua akan hidup dan beberapa

keturunannya akan mati)

Asumsi 4 : selama pengamatan tidak ada burung elang yang meninggalakan atau

datang ke pulau tersebut

III.3.1.3 Model 3

Kita umpamakan di suatu pulau pada tahun 2017 dihuni oleh 10 burung

gereja (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi 1 : setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10

keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina

Asumsi 2 : setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim

telur berikutnya

Asumsi 3 : setiap tahun dua perlima dari keturunan (jantan dan betina sama

jumlahnya) mati sebelum musim bertelur

Asumsi 4 : selama pengamatan tidak ada burung elang yang meninggalakan atau

datang ke pulau tersebut.


III.3.1.4 Model 4

Kita umpamakan di suatu pulau pada tahun 2017 dihuni oleh 10 burung

gereja (5 pasang jantan dan betina).

Asumsi 1 : setiap musim bertelur, setiap pasang burung gereja menghasilkan 10

keturunan, selalu 5 ekor jantan dan 5 ekor betina

Asumsi 2 : setiap tahun semua tetua (induk jantan dan betina) mati sebelum musim

telur berikutnya

Asumsi 3 : setiap tahun semua keturunan hidup sampai musim telur berikutnya.

(dalam keadaan sebenarnya beberapa tahun tetua akan hidup dan beberapa

keturunannya akan mati

Asumsi 4 : setiap tahun 50 burung elang baru (jantan dan betina sama jumlahnya)

datang ke pulau tersebut dari tempat yang lainnya. Tidak ada seekor burung pun

yang meninggalkan pulau tersebut.

III.3.2 Pengamatan di Lingkungan Sekitar

III.3.2.1 Memilih Daerah Penelitian

Tugas pertama untuk memilih daerah penitian adalah dengan melakukan

survey tempat. Yang paling mudah untuk daerah penilitian adalah kebun, karena

kebun sudah dapat kita jumpai dimana-mana. Kemudian menentukan data apa yang

harus diteliti/dikumpulkan serta menentukan batas pengamatan di suatu tempat.

III.3.2.2 Mengumpulkan Data

Untuk mengumpulkan data, hal pertama yang kita lakukan ialah

menyiapkan peralatan tulis. Kemudian kita mengumpulkan data pada area yang

telah ditentukan. Selanjutnya kita menentukan komponen biotik dan abiotik,

produsen, konsumen dan predator pada tempat tersebut.


BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil

IV.1.1 Perhitungan Populasi

IV.1.1.1 Model 1

Tahun 2017

Asumsi 1 : 5 × 10 = 50 ekor (25 pasang)

50 + 10 = 60 ekor (30 pasang)

Asumsi 2 : 60 – 10 = 50 ekor (25 pasang)

Asumsi 3 = 50 ekor (25 pasang)

Asumsi 4 = 50 ekor (25 pasang)

Tahun 2018

Asumsi 1 : 25 × 10 = 250 ekor (125 pasang)

250 + 10 = 300 ekor (150 pasang)

Asumsi 2 : 300 – 50 = 250 ekor (125 pasang)

Asumsi 3 = 250 ekor (125 pasang)

Asumsi 4 = 250 ekor (125 pasang)

Tahun 2019

Asumsi 1 : 125 × 10 = 1250 ekor (625 pasang)

1250 + 250 = 1500 ekor (750 pasang)

Asumsi 2 : 1500 – 250 = 1250 ekor (625 pasang)

Asumsi 3 = 1250 ekor (625 pasang)

Asumsi 4 = 1250 ekor (625 pasang)


Tahun 2020

Asumsi 1 : 625 × 10 = 6250 ekor (3125 pasang)

6250 + 1250 = 7500 ekor (3750 pasang)

Asumsi 2 : 7500 – 1250 = 6250 ekor (3125 pasang)

Asumsi 3 = 6250 ekor (3125 pasang)

Asumsi 4 = 6250 ekor (3125 pasang)

Tahun 2021

Asumsi 1 : 3125 × 10 = 31250 ekor (15625 pasang)

31250 + 6250 = 37500 ekor (18750 pasang)

Asumsi 2 : 37500 – 6250 = 31250 ekor (15625 pasang)

Asumsi 3 = 31250 ekor (15625 pasang)

Asumsi 4 = 31250 ekor (15625 pasang)

IV.1.1.2 Model II

Tahun 2017

Asumsi 1 : 5 × 10 = 50 ekor (25 pasang)

50 + 10 = 60 ekor (30 pasang)


2
Asumsi 2 : x 10 = 4 ekor (2 pasang)
5

60 – 6 = 54 ekor (27 pasang)

Asumsi 3 = 54 ekor (27 pasang)

Asumsi 4 = 54 ekor (27 pasang)

Tahun 2018

Asumsi 1 : 27 × 10 = 270 ekor (135 pasang)

270 + 50 = 320 ekor (160 pasang)


2
Asumsi 2 : x 50 = 20 ekor (10 pasang)
5

320 – 30 = 290 ekor (145 pasang)


Asumsi 3 = 290 ekor (145pasang)

Asumsi 4 = 290 ekor (145 pasang)

Tahun 2019

Asumsi 1 : 145 × 10 = 1450 ekor (725 pasang)

1450 + 270 = 1720 ekor (860 pasang)

2
Asumsi 2 : x 270 = 108 ekor (54 pasang)
5

1720 – 162 = 1558 ekor (779 pasang)

Asumsi 3 = 1558 ekor (779 pasang)

Asumsi 4 = 1558 ekor (779 pasang)

Tahun 2020

Asumsi 1 : 779 × 10 = 7790 ekor (3895 pasang)

7790 + 1450 = 9240 ekor (4620 pasang)

2
Asumsi 2 : x 450 = 580 ekor (290 pasang)
5

9240 – 870 = 8370 ekor (4185 pasang)

Asumsi 3 = 8370 ekor (4185 pasang)

Asumsi 4 = 8370 ekor (4185 pasang)

Tahun 2021

Asumsi 1 : 4185 × 10 = 41850 ekor (20925 pasang)

41850 + 7790 = 49640 ekor (24820 pasang)

2
Asumsi 2 : x 7790 = 3116 ekor (1558 pasang)
5

49640 – 4674 = 44966 ekor (22483 pasang)

Asumsi 3 = 44966 ekor (22483 pasang)

Asumsi 4 = 44966 ekor (22483 pasang)


IV.1.1.3 Model III

Tahun 2017

Asumsi 1 : 5 × 10 = 50 ekor (25 pasang)

50 + 10 = 60 ekor (30 pasang)

Asumsi 2 : 60 – 10 = 50 ekor (25 pasang)

2
Asumsi 3 : x 50 = 20 ekor mati (25 pasang mati)
5

50 – 20 = 30 ekor (15 pasang)

Asumsi 4 = 30 ekor (15 pasang)

Tahun 2018

Asumsi 1 : 15 × 10 = 150 ekor (75 pasang)

150 + 30 = 180 ekor (90 pasang)

Asumsi 2 : 180 – 30 = 150 ekor (75 pasang)

2
Asumsi 3 : x 150 = 60 ekor mati (30 pasang mati)
5

150 – 60 = 90 ekor (45 pasang)

Asumsi 4 = 90 ekor (45 pasang)

Tahun 2019

Asumsi 1 : 45 × 10 = 450 ekor (225 pasang)

450 + 90 = 540 ekor (270 pasang)

Asumsi 2 : 540 – 90 = 450 ekor (225 pasang)

2
Asumsi 3 : x 450 = 180 ekor mati (90 pasang mati)
5

450 – 180 = 270 ekor (135 pasang)

Asumsi 4 = 270 ekor (135 pasang)


Tahun 2020

Asumsi 1 : 135 × 10 = 1350 ekor (675 pasang)

1350 + 270 = 1620 ekor (810 pasang)

Asumsi 2 : 1620 – 270 = 1350 ekor (675 pasang)

2
Asumsi 3 : x 1350 = 540 ekor mati (270 pasang mati)
5

1350 – 540 = 810 ekor (405 pasang)

Asumsi 4 = 810 ekor (405 pasang)

Tahun 2021

Asumsi 1 : 405 × 10 = 4050 ekor (2025 pasang)

4050 + 810 = 4860 ekor (2430 pasang)

Asumsi 2 : 4860 – 810 = 4050 ekor (2025 pasang)

2
Asumsi 3 : x 4050 = 1620 ekor mati (810 pasang mati)
5

4050 – 1620 = 2430 ekor (1215 pasang)

Asumsi 4 = 2430 ekor (1215 pasang)

IV.1.1.4 Model IV

Tahun 2017

Asumsi 1 : 5 × 10 = 50 ekor (25 pasang)

50 + 10 = 60 ekor (30 pasang)

Asumsi 2: 60 – 10 = 50 ekor (25 pasang)

Asumsi 3 = 50 ekor (25 pasang)

Asumsi 4 : 50 + 50 = 100 ekor (50 pasang)


Tahun 2018

Asumsi 1 : 50 × 10 = 500 ekor (250 pasang)

500 + 100 = 600 ekor (300 pasang)

Asumsi 2 : 600 – 100 = 500 ekor (250 pasang)

Asumsi 3 = 500 ekor (250 pasang)

Asumsi 4 : 500 + 50 = 550 ekor (275 pasang)

Tahun 2019

Asumsi 1 : 275 × 10 = 2750 ekor (1375 pasang)

2750 + 550 = 3300 ekor (1650 pasang)

Asumsi 2 : 3300 – 550 = 2750 ekor (1375 pasang)

Asumsi 3 = 2750 ekor (1375 pasang)

Asumsi 4 : 2750 + 50 = 2800 ekor (1400 pasang)

Tahun 2020

Asumsi 1 : 1400 × 10 = 14000 ekor (7000 pasang)

14000 + 2800 = 16800 ekor (8400 pasang)

Asumsi 2 : 16800 – 2800 = 14000 ekor (8400 pasang)

Asumsi 3 = 14000 ekor (8400 pasang)

Asumsi 4 : 14000 + 50 = 14050 ekor (7025 pasang)

Tahun 2021

Asumsi 1 : 7025 × 10 = 70250 ekor (35125 pasang)

70250+14050 = 84300 ekor (42150 pasang)

Asumsi 2 : 16800 – 2800 = 70250 ekor (35150 pasang)

Asumsi 3 = 70250 ekor (35150 pasang)

Asumsi 4 : 70250 + 50 = 70300 ekor (35150 pasang)


IV.1.2 Pengamatan di Lingkungan Sekitar

IV.1.2.1 Lingkungan Biotik

1. Rumput Cyperus rotundus

2. Pohon pepaya Carica papaya

3. Pohon sirsak Annona muricata

4. Putri malu Mimosa pudica

5. Belalang Valanga sp.

6. Burung gereja Passer domesticus

7. Laba-laba Areneus diadematus

8. Cacing Lumbricus sp.

9. Nyamuk Culex sp.

10. Semut Monomorium sp.

11. Kupu-kupu Papilio sp.

12. Katak Rana cancrivora

13. Capung Pentella sp.

14. Kucing Felis catus

IV.1.2.2 Lingkungan Abiotik

1. Tanah

2. Air

3. Cahaya matahari

4. Udara
IV.2 Pembahasan

IV.2.1 Perhitungan Populasi

IV.2.1.1 Grafik Model I

Grafik IV.1 Perhitungan Populasi Model I

Pada model I, pertumbuhan populasi hanya dipengaruhi oleh

kelahiran dan kematian yang berlasung secara normal, setiap tetua akan mati

sebelum musim bertelur berikutnya. Dalam kondisi yang ideal maka angka

kematian berada pada titik minimum. Hal ini tidak terlalu menghambat

pertumbuhan populasi karena kelahiran lebih besar dibanding kematian.


IV.2.1.2 Grafik Model II

Grafik IV.2 Perhitugan Populasi Model II

Pada model II, setiap tahun dua perlima dari tetua masih dapat mempunyai

keturunan lagi untuk kedua kalinya sebelum akhirnya mati, hal ini tentunya

memiliki pengaruh kuat karena akan meningkatkan keturunan dan menurunkan

kematian. Pada model II sama seperti pada model I hanya saja pada asumsi 2

mengalami perubahan yaitu 2/5 dari tetua yang masih hidup dan dapat mempunyai

keturunan lalu 3/5 nya mati. Sehingga pada grafik mengalami kenaikan setiap tahun

dari tahun 2018-2021. Hal ini disebabkan karena adanya faktor kelahiran dan

kematian yang mempengaruhi.


IV.2.1.3 Grafik Model III

Grafik IV.3 Perhitungan Populasi Model III

Pada model III sama halnya dengan model I, tetapi pada asumsi 3

mengalami perubahan yaitu setiap tahun 2/5 dari keturunannya mati sebelum

bertelur dan pada asumsi yang lainnya tidak mengalami perubahan.


IV.2.1.4 Grafik Model IV

Grafik IV.4 Perhitungan Populasi Model IV

Pada model ini asumsi lain tidak mengalami perubahan tetapi hanya

berubah pada asumsi ke 4 yang setiap tahunnya 50 burung gereja datang kepulau

tersebut dari tempat lain dan tidak ada seekor pun burung yang meninggalkan pulau

tersebut sehingga jumlah populasinya tiap tahunnya meningkat terlihat seperti pada

grafik karena adanya pengaruh faktor migrasi atau perpindahan yang

mempengaruhi.

IV.2.2 Pengamatan di Lingkungan Sekitar

IV.2.2.1 Rantai Makanan

Pada rantai makanan, proses makan dan dimakan hanya berlangsung dalam

satu arah, sehingga tidak ada komponen di dalamnya yang memiliki dua fungsi
sekaligus, karena mereka telah menempati peran masing masing tanpa ada saling

singgung. Sewaktu tumbuhan hijau dimakan herbivora, energi kimia yang

tersimpan dalam tumbuhan berpindah ke dalam tubuh herbivora dan sebagian

energi hilang berupa panas. Demikian juga sewaktu herbivora dimakan karnivora.

Oleh karena itu, aliran energi pada rantai makanan jumlahnya semakin berkurang.

Pergerakan energi di dalam ekosistem hanya satu jalur, berupa aliran energi.

Semua rantai makanan dimulai dengan organisme autrofik, yaitu organisme

yang melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau. Organisme ini disebut

produsen karena hanya mereka yang dapat membuat makan dari bahan mentah

anorganik.

IV.2.2.2 Jaring-Jaring Makanan


Pada jaring-jaring makanan arah proses makan dimakan tidak hanya

berlangsung dalam satu arah, melainkan beberapa arah. Karena jaring-jaring

makanan merupakan penggabungan dari beberapa rantai makanan. Hal ini

menyebabkan organisme memiliki dua peranan dalam reaksi perputaran energi

yang terjadi. Semua rantai makanan dimulai dengan organisme autrofik, yaitu

organisme yang melakukan fotosintesis seperti tumbuhan hijau. Organisme ini

disebut produsen karena hanya mereka yang dapat membuat makan dari bahan

mentah anorganik. Setiap organisme, misalnya sapi atau belalang yang memakan

tumbuhan disebut herbivora atau konsumen primer. Karnivora seperti halnya katak

yang memakan herbivora disebut konsumen sekunder. Karnivora sebagaimana ular,

yang memakan konsumen sekunder dinamakan konsumen tersier, dan seterusnya.

IV.2.2.3 Piramida Makan


Penentuan piramida makanan didasarkan pada jumlah organisme yang

terdapat pada satuan luas tertentu atau kepadatan populasi antar trofiknya dan

mengelompokan sesuai dengan tingkat trofiknya. Perbandingan populasi antar

trofik umumnya menunjukkan jumlah populasi produsen lebih besar dari populasi

konsumen primer lebih besar dari populasi konsumen skunder lebih besar dari

populasi konsumen tersier. Ada kalanya tidak dapat menggambarkan kondisi

sebagaimana piramida ekologi.


BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

Dari percobaan yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Kita dapat meneliti suatu populasi dapat tumbuh dengan menggunakan empat

model. Pada pengamatan, model-model inilah yang digunakan untuk meneliti

pertumbuhan suatu populasi.

2. Kita dapat mengetahui hubungan antara masing-masing spesies di lingkungan

sekitar kita dengan menggolongkan komponen tersebut berdasarkan tingkat trofik.

V.2 Saran

Sebaiknya, dalam pemilihan lokasi menggunakan tempat yang agak luas

sehingga lingkungan yang akan diamati biotik dan abiotiknya banyak.


DAFTAR PUSTAKA

Resosoedarmo, Soedjiran. 1992. Pengantar Ekologi. Bandung : Penerbit PT


Remaja Rosdakarya.

Riberu, Paskalis. 2002. Pembelajaran Ekologi. Jurnal Pendidikan BPK


PENABUR No. 01/ I / Maret 2002

Zoer’aini D.I. 1996. Prinsip-Prinsip Ekologi : Ekosistem, Lingkungan, dan


Pelestariannya. Jakarta. Penerbit PT Bumi Aksara

Anda mungkin juga menyukai