Pemberdayaan berasal dari kata bahasa Inggris “empowerment”, yang secara harfiah bisa
kita artikan sebagai “pemberkuasaan”, dalam arti pemberian atau peningkatan “kekuasaan”
dilakukan secara kolektif. Menurutnya, tidak ada literatur yang menyatakan bahwa proses
pemberdayaan terjadi dalam relasi satu lawan satu antara pekerja sosial dan klien dalam setting
pertolongan perseorangan. Meskipun pemberdayaan seperti ini dapat meningkatkan rasa percaya
diri dan kemampuan diri klien, hal ini bukanlah strategi utama pemberdayaan. Namun demikian,
tidak semua intervensi pekerjaan sosial dapat dilakukan melalui kolektivitas. Dalam beberapa
situasi, strategi pemberdayaan dapat saja dilakukan secara individual; meskipun pada gilirannya
strategi ini pun tetap berkaitan dengan kolektivitas, dalam arti mengkaitkan klien dengan sumber
atau sistem lain di luar dirinya. Dalam konteks pekerjaan sosial, pemberdayaan dapat dilakukan
melalui tiga aras atau matra pemberdayaan (empowerment setting): mikro, mezzo, dan makro.
Learning by doing. artinya, pemberdayaan merupakan proses belajar dan tindakan konkrit
Problem solving. pemberdayaan mesti memberikan output atau berhasil menjadi unsur
utama pemecahan masalah yang krusial dengan pendekatan serta waktu yang tepat.
Self evaluation, proses pemberdayaan mesti mampu memberikan dorongan seseorang atau
supaya warga atau seseorang mampu menggembangkan diri secara mandiri dan bisa
dalam diri kelompok sehingga bisa melakukan pemilihan dan penilaian secara mandiri
Self Decisim. Proses pemberdayaan harus mampu memberikan kepercayaan diri pada
warga ketika memilih tindakan yang tepat dan memutuskan sesuatu secara mandiri.
A. Arras makro
Pendekatan ini disebut juga sebagai Strategi Sistem Besar (large systemstrategy), karena
sasaran perubahan diarahkan pada sistem lingkungan yang lebih luas. Perumusan kebijakan,
konflik, adalah beberapa strategi dalam pendekatan ini. Strategi Sistem Besar memandang klien
sebagai orang yang memiliki kompetensi untuk memahami situasi-situasi mereka sendiri, dan
B. Perumusan kebijakan
2. Agenda Kebijakan
kebijakan
(2002:83) dalam tahap ini para perumus kebijakan akan berhadapan dengan
Setelah salah satu dari sekian alternatif kebijakan diputuskan, untuk di ambil
sebagai cara memercahkan masalah kebijakan, maka tahap paling akhir dalam
hukum yang mengikat. Proses pembuatan kebijakan tidak dapat dipisahkan dengan
hambatan. Perencanaan sosial lebih bersifat preventif oleh karena kegiatannya merupakan
lebih baik. Akibat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang cepat akan besar
sehubungan dengan hasil yang diinginkan, dengan penggunaan sumber daya dan
hasil akhir serta perbandingan hasil-hasil tersebut dengan rencana yang di buat.
Secara sosiologis, perencanaan ini didasarkan pada perincian pekerjaan yang harus
dilakukan dalam rangka mempersiapkan masa depan yang lebih baik dari pada
sebelumnya.
a. strategic
b. consultative
c. participatory
d. negotiate
e. developmental
D. Peranan perencanaan sosial
hubungannya dengan masalah sosial, kebijakan sosial, dan perubahan struktur sosial.
E. Kampanye
Secara etimologi kata kampanye berasal dari bahasa Perancis, yaitu “Campaign” yang
artinya lapangan, operasi militer. Istilah kampanye banyak digunakan untuk berbagai
kegiatan, baik itu dalam pemasaran bisnis, pemilihan pemimpin (PILPRES, PILKADA),
kegiatan sosial, dan berbagai kegiatan lainnya.Kampanye adalah sebuah tindakan dan
usaha yang bertujuan mendapatkan pencapaian dukungan, usaha kampanye bisa dilakukan
oleh peorangan atau sekelompok orang yang terorganisir untuk melakukan pencapaian
suatu proses pengambilan keputusan di dalam suatu kelompok, kampanye biasa juga
Unsur kampanye :