Anda di halaman 1dari 117

Universitas Sumatera Utara

Repositori Institusi USU http://repositori.usu.ac.id


Fakultas Kesehatan Masyarakat Skripsi Sarjana

2018

Analisis Manajemen Program Imunisasi


dalam Pencapaian Cakupan Universal
Child Immunization (UCI) di Puskesmas
Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah
Tahun 2018

Siregar, Ade Irma Octavia


Universitas Sumatera Utara

http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/11184
Downloaded from Repositori Institusi USU, Univsersitas Sumatera Utara
ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN
CAKUPAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) DI PUSKESMAS
TUKKA KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2018

SKRIPSI

OLEH
ADE IRMA OCTAVIA SIREGAR
NIM: 141000472

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM PENCAPAIAN
CAKUPAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI) DI PUSKESMAS
TUKKA KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN 2018

Skripsi ini diajukan sebagai


salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kesehatan Masyarakat

OLEH
ADE IRMA OCTAVIA SIREGAR
NIM: 141000472

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2018

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


i

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRAK
Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya
imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi di bawah umur satu tahun. Pada
tahun 2016, pencapaian UCI di Puskesmas Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah
sebesar 11,1 %, kondisi ini masih di bawah target yang ditetapkan Pemerintah
Tapanuli Tengah yaitu minimal 80%. Hal ini menunjukkan adanya kesenjangan
pencapaian UCI yang diasumsikan karena belum optimalnya manajemen
pelaksanaan imunisasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis
manajemen program imunisasi dalam pencapaian UCI di Puskesmas Tukka
Kabupaten Tapanuli Tengah.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan
pendekatan deskriptif. Pengumpulan data ini dilakukan di Puskesmas Tukka
Kabupaten Tapanuli Tengah melalui wawancara mendalam melibatkan 11
informan dan telaah dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak adanya petugas pengelola
vaksin, pelatihan imunisasi belum dilaksanakan, perencanaan kebutuhan alat
suntik, safety box, dan cold chain tidak dilaksanakan oleh Puskesmas Tukka, tidak
tersedianya tempat pengeloaan limbah imunisasi dan pelaporan imunisasi tidak
tepat waktu.
Disarankan kepada Puskesmas Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah agar
mengangkat petugas pengelola vaksin sehingga kegiatan imunisasi dapat
terlaksana dengan maksimal, sebaiknya membuat perencanaan kebutuhan alat
suntik, safety box, dan cold chain, sebaiknya membuat pelaporan imusisasi tepat
waktu minimal tanggal lima pada bulan berikutnya. Disarankan kepada Dinas
Kesehatan Tapanuli Tengah agar mengadakan pelatihan imunisasi minimal satu
kali dalam setahun dan sebaiknya menyediakan tempat pengeloaan limbah
imunisasi.

Kata kunci: Imunisasi, Universal Child Immunization (UCI),Vaksin

iii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ABSTRACT
Universal Child Immunization (UCI) is a state of complete basic
immunization for all infants under one year. In 2016, the achievement of UCI at
Tukka Health Center in Central Tapanuli Regency was 11.1%, this condition was
still below the target set by the Government of Central Tapanuli, which was at
least 80%. This shows that there is a gap in the achievement of the UCI which is
assumed because the management of immunization is not optimal. The purpose of
this study was to analyze the management of immunization programs in the
achievement of UCI at the Tukka Health Center in Central Tapanuli Regency.
The type of research used is qualitative research with a descriptive
approach. This data collection was carried out at the Tukka Health Center in
Central Tapanuli Regency through in-depth interviews involving 10 informants
and reviewing documents.
The results showed that there was no vaccine management officer,
immunization training had not been carried out, planning for syringe, safety box,
and cold chain planning was not carried out by the Tukka Health Center,
unavailability of immunization waste management and timely immunization
reporting.
It is recommended to Tukka Health Center in Central Tapanuli Regency
should appoint vaccine management officers so that immunization activities can
be carried out optimally, it is better to plan syringe, safety box and cold chain
needs, it is better to make the imusation reporting at the fifth date the following
month. It is recommended to the Tapanuli Tengah Health Office conduct minimum
immunization training once a year and should provide immunization waste
management places.

Keywords : Immunization, Universal Child Immunization (UCI), Vaccine

iv

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat

dan anugerah yang telah diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi

dengan judul “ANALISIS MANAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM

PENCAPAIAN CAKUPAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)

DI PUSKESMAS TUKKA KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN

2018”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk meraih

gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Dalam penyelesaian skripsi ini penulis banyak mendapat bimbingan, kritik

dan saran dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H, M.Hum, selaku Rektor Universitas Sumatera

Utara

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara

4. dr. Fauzi, S.K.M selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dan

memberikan bimbingan, masukan dan arahan selama proses pembuatan skripsi.

5. Dr. Juanita, SE, M.Kes selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan

bimbingan, kritik dan saran selama proses pembuatan skripsi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6. dr. Rusmalawaty, M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan

bimbingan, kritik dan saran selama proses pembuatan skripsi.

7. Seluruh dosen dan staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Sumatera Utara.

8. Seluruh staf di Puskesmas Tukka yang telah memberi izin dan bantuan kepada

penulis.

9. Teristimewa kepada ayahanda Abdul Hadi Siregar, Ibunda Mariati Saragih

yang senantiasa memberikan kasih sayang, semangat, perhatian, motivasi, serta

doa yang tiada henti kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian

skripsi ini. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari semua pihak dalam rangka penyempurnaan skripsi. Akhir kata penulis

berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu

pengetahuan.

Medan, September 2018

Penulis

vi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ..................................... i
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... ii
ABSTRAK ........................................................................................................ iii
ABSTRACT ....................................................................................................... iv
KATA PENGANTAR ....................................................................................... v
DAFTAR ISI .................................................................................................... vii
DAFTAR TABEL............................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... x
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xi
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................ xii
RIWAYAT HIDUP ........................................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1 Latar Belakang ................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah .............................................................................. 7
1.3 Tujuan Penelitian ............................................................................... 7
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................... 8


2.1 Puskesmas .......................................................................................... 8
2.1.1 Pengertian Puskesmas ...................................................................... 8
2.1.2 Tugas Puskesmas ............................................................................. 9
2.1.3 Wewenang Puskesmas ................................................................... 10
2.1.4 Organisasi Puskesmas .................................................................... 11
2.2 Manajemen Puskesmas .................................................................... 13
2.2.1 Perencanaan................................................................................... 13
2.2.2 Penggerakan dan Pelaksanaan....................................................... 13
2.2.3 Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian Kinerja ....................... 14
2.3 Imunisasi .......................................................................................... 15
2.3.1 Pengertian Imunisasi ...................................................................... 15
2.3.2 Tujuan Imunisasi ............................................................................ 15
2.3.3 Jenis-jenis Imunisasi Dasar ............................................................ 15
2.3.4 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi .............................. 18
2.4 GAIN UCI 2010-2014.............................................................................. 18
2.4.1 Pengertian ....................................................................................... 18
2.4.2 Lingkup Kegiatan GAIN UCI ........................................................ 18
2.4.3 Tujuan GAIN UCI.......................................................................... 19
2.4.4 Sasaran ........................................................................................... 19
2.4.5 Kebijakan ....................................................................................... 20
2.4.6 Strategi ........................................................................................... 21
2.5 Manajemen Program Imunisasi........................................................ 22

vii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2.5.1 Perencanaan................................................................................... 22
2.5.2 Penyediaan dan distribusi logistik................................................. 23
2.5.2.1 Penyediaan logistik .......................................................... 23
2.5.2.2 Pendistribusian ................................................................. 23
2.5.3 Penyimpanan dan pemeliharaan logistik ....................................... 24
2.5.4 Penyediaan tenaga dalam penyelenggaraan imunisasi .................. 24
2.5.5 Pelaksanaan ................................................................................... 25
2.5.6 Pengelolaan limbah ....................................................................... 25
2.5.7 Pemantauan dan Evaluasi.............................................................. 26
2.6 Kerangka Pikir ................................................................................. 27

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................... 28


3.1 Jenis Penelitian ................................................................................. 28
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ........................................................... 28
3.3 Informan Penelitian .......................................................................... 28
3.4 Metode Pengumpulan Data .............................................................. 30
3.5 Triangulasi........................................................................................ 31
3.6 Teknik Analisis Data ........................................................................ 31

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................................ 32


4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ................................................ 32
4.1.1 Geografi.......................................................................................... 32
4.1.2 Demografi ...................................................................................... 32
4.1.3 Sarana pelayanan kesehatan ........................................................... 34
4.2 Karakteristik informan ..................................................................... 35
4.3 Masukan (Input) ............................................................................... 36
4.3 Proses ....................................................................................................... 47

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ......................................................... 66


5.1 Kesimpulan ...................................................................................... 66
5.2 Saran ................................................................................................. 67

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 69


LAMPIRAN

vii
i
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi ................................ 18

Tabel 4.1 Data demografi di wilayah kerja Puskesmas Tukka........................ 34

Tabel 4.2 Distribusi sarana pelayanan kesehatan ............................................ 34


Tabel 4.3 Karakteristik Informan .................................................................... 35

ix

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir ......................................................................... 28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara

Lampiran 2. Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 3. Surat Izin Penelitian Dinas Kesehatan

Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian

Lampiran 5. Matriks Pernyataan Informan

Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

xi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


DAFTAR ISTILAH

ADS : Auto Disable Syringe


APBD : Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
APBN : Anggaran Pendapatan Belanja Negara
BCG : Bacillus Calmette Guerin
CFR : Case Fatality Rate
DPT : Difteri Pertusis Tetanus
ERAPO : Eradikasi Polio
GAIN UCI : Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child
Immunization
IDL : Imunisasi Dasar Lengkap
IPV : Inactivated Polio Vaccine
KIA : Kesehatan Ibu dan Anak
KIPI : Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi
MDGs : Millenium Deveploment Goals
NSPK : Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria
OPV : Oral Polio Vaccine
PD3I : Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi
Posyandu : Pos Pelayanan Terpadu
PWS : Pemantauan Wilayah Setempat
P2PM : Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPK : Rencana Pelaksanaan Kegiatan
RUK : Rencana Usulan Kegiatan
SKDI : Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia
UCI : Universal Child Immunization
TBC : Tuberculosis
UKM : Upaya Kesehatan Masyarakat
UKP : Upaya Kesehatan Perorangan

xii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


RIWAYAT HIDUP PENULIS

Penulis bernama Ade Irma Octavia Siregar, dilahirkan di Kalangan pada

tanggal 7 Oktober 1996. Penulis beragama Islam dan bersuku Batak Mandailing.

Penulis merupakan anak kelima dari lima bersaudara dari pasangan Ayahanda

Abdul Hadi Siregar dan Ibunda Mariati Saragih. Alamat penulis di Jalan Padang

Sidempuan No. 73 Kalangan, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara.

Pendidikan formal penulis dimulai dari pendidikan SD (Sekolah Dasar)

Negeri 085114 (2002-2008), SMP (Sekolah Menengah Pertama) Negeri 2 Pandan

Nauli (2008-2011), SMA (Sekolah Menengah Atas) Negeri 1 Matauli Pandan

(2011-2014), dan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat di Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara peminatan Administrasi dan Kebijakan

Kesehatan (2014-2018).

xiii

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini mempunyai beban

ganda (double burden), yaitu beban masalah penyakit menular dan penyakit

degeneratif. Pemberantasan penyakit menular sangat sulit karena penyebarannya

tidak mengenal batas wilayah administrasi. Imunisasi merupakan salah satu

tindakan pencegahan penyebaran penyakit ke wilayah lain yang terbukti sangat

murah (cost effective) (Permenkes RI No. 12 tahun 2017).

Imunisasi sudah terbukti sebagai salah satu upaya kesehatan masyarakat

yang sangat penting. Imunisasi telah menunjukkan keberhasilan yang luar biasa

dalam pembasmian penyakit cacar yang menjadi penyebab kematian ribuan orang.

Upaya Imunisasi diselenggarakan di Indonesia sejak tahun 1956. Mulai tahun

1977 imunisasi diperluas menjadi Program Pengembangan Imunisasi dalam

rangka pencegahan penularan terhadap Penyakit yang Dapat Dicegah dengan

Imunisasi (PD3I) yaitu, tuberkulosis, difteri, pertusis, campak, polio, tetanus serta

hepatitis B. Dengan upaya imunisasi pula, kita sudah dapat menekan penyakit

polio dan sejak tahun 1995 tidak ditemukan lagi virus polio liar di Indonesia. Hal

ini sejalan dengan upaya global untuk membasmi polio di dunia dengan Program

Eradikasi Polio (ERAPO) (Kepmenkes RI No. 1611 tahun 2005).

Upaya imunsasi di Indonesia dapat dikatakan telah mencapai tingkat yang

memuaskan. Namun, dari Survei Kesehatan dan Demografi Indonesia (SKDI)

diketahui masih ada beberapa kasus difteri dan campak yang ditemukan. Pada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


tahun 2016 Jumlah kasus difteri sebanyak 415 kasus dengan jumlah kasus

meninggal

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


2

sebanyak 24 kasus sehingga Case Fatality Rate (CFR) difteri yaitu sebesar 5,8%.

Dari jumlah tersebut, kasus tertinggi terjadi di Jawa Timur dengan 209 kasus dan

Jawa Barat yaitu sebanyak 133 kasus. Dari seluruh kasus difteri, sebesar 51 %

diantaranya tidak mendapatkan vaksinasi (Kemenkes, 2017).

Pada tahun 2016 dilaporkan terdapat 12.681 kasus campak sedangkan

pada tahun 2015 sebesar 10.655 kasus. Kasus campak rutin terbanyak (lebih dari

1.000 kasus) dilaporkan berasal dari Provinsi Jawa Timur sebesar 2.937 kasus,

Provinsi Jawa Tengah sebesar 2.043 kasus, dan Provinsi Aceh sebesar 1.452

kasus. Dari seluruh kasus campak rutin tersebut, terdapat 1 kasus meninggal yang

dilaporkan berasal dari Provinsi Jawa Barat. Ini menunjukkan cakupan imunisasi

dan kualitas vaksinasi tampak menurun (Kemenkes, 2017).

Program imunisasi merupakan salah satu upaya untuk memberikan

perlindungan kepada penduduk terhadap penyakit tertentu. Program imunisasi

diberikan kepada populasi yang dianggap rentan terjangkit penyakit menular,

yaitu bayi, balita, anak-anak, wanita usia subur, dan ibu hamil. Di Indonesia,

program imunisasi mewajibkan setiap bayi (usia 0-11 bulan) mendapatkan

imunisasi dasar lengkap yang terdiri dari 1 dosis Hepatitis B, 1 dosis BCG, 3 dosis

DPT-HB-Hib, 4 dosis polio, dan 1 dosis campak (Kemenkes, 2017).

Salah satu indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya

Universal Child Immunization (UCI). UCI adalah suatu keadaan tercapainya

imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur satu tahun).

Pada tahun 2010 pemerintah menetapkan suatu rencana strategis dalam upaya

percepatan pencapaian UCI yaitu Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


3

2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014) yang dituangkan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 482/MENKES/SK/IV/2010. Sasaran dari

kegiatan GAIN UCI adalah seluruh bayi usia 0-11 bulan untuk mendapatkan

imunisasi dasar lengkap sehingga seluruh desa/kelurahan mencapai UCI

(Kepmenkes RI No. 482 tahun 2010).

Indikator keberhasilan Gerakan Akserelasi Imunisasi Nasional (GAIN)

UCI mengacu pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

tahun 2010-2014 dengan target tahun 2010 mencapai UCI 80% dan 80% bayi usia

0-11 bulan mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2011 mencapai UCI

85% dan 82% bayi mendapatkan imunisasi dasar lengkap. Tahun 2012 mencapai

UCI 90% dan 85% mendapat Imunisasi Dasar Lengkap (IDL). Tahun 2014

mencapai UCI 100% dan 80% bayi mendapat imunisasi dasar lengkap. Salah satu

indikator keberhasilan program imunisasi adalah tercapainya UCI 80%, artinya

cakupan IDL tercapai 80% merata di kabupaten/kota, 80% tercapai merata di

Kecamatan dan 80% merata di Desa /Kelurahan (Kepmenkes RI No. 482 tahun

2010).

Pada tahun 2016 capaian UCI di Indonesia 81,82% dengan capaian

tertinggi terdapat di Provinsi Bali (100%), DI Yogyakarta (100%), dan Jawa

Tengah (99,93%). Sedangkan provinsi dengan capaian terendah yaitu Provinsi

Kalimanatan Utara (30,69%), Papua Barat (56,77%) dan Papua (61.59%).

Sedangkan di provinsi Sumatera Utara pada tahun 2016 cakupan desa/kelurahan

UCI sebesar 73,44% dan ini mengalami penurunan dari tahun 2014 dan tahun

2015, yaitu sebesar 78,01% dan 75,39%. Pada tiga tahun terakhir cakupan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


4

desa/kelurahan UCI di Provinsi Sumatera Utara tidak pernah mencapai target

renstra (Kemenkes, 2017).

Berdasarkan profil kesehatan Sumatera Utara pada tahun 2017

Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera utara dengan capaian UCI tertinggi yaitu

Pakpak Bharat (100%) dan Medan (100%), Sedangkan Kabupaten/Kota terendah

yaitu Nias Selatan (8,7%), Padang Sidimpuan (19%), Padang Lawas (36,3%),

Pematang Siantar (45,3%) dan Tapanuli Tengah (54,4%).

Pencapaian UCI di Kabupaten Tapanuli Tengah selama lima tahun terakhir

mengalami fluktuatif sejak tahun 2012 sebesar 21%, pada tahun 2013 meningkat

menjadi 40,93%, pada tahun 2014 mengalami penurunan 38,6%, pada tahun 2015

meningkat menjadi 43,7% dan pada tahun 2016 meningkat kembali menjadi

54,4%. Angka ini masih jauh di bawah target yang telah ditetapkan Provinsi

Sumatera Utara yaitu sebesar 80%-100% untuk setiap kabupaten/kota (Dinkes

Tapanuli Tengah tahun 2017).

Cakupan desa/kelurahan UCI yang tertinggi di Kabupaten Tapanuli

Tengah adalah desa/kelurahan Kalangan, Sirandorung, dan Saragih yaitu sebesar

100% dan cakupan terendah yaitu Desa/Kelurahan Tukka, Pasaribu Tobing dan

Siantar CA 11,1%. Dari ketiga desa/kelurahan UCI terendah, wilayah kerja

puskesmas Tukka mencapai Angka Kematian Balita tetinggi sebanyak 2 orang,

sedangkan wilayah kerja puskesmas Pasaribu Tobing dan Siantar CA jumlah

kematian balita 0 (nol) (Dinkes Tapanuli Tengah tahun 2017).

Penyebab utama rendahnya pencapaian UCI (Universal Child

Immunization) di Indonesia adalah karena rendahnya akses pelayanan dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5

tingginya angka drop out. Hal ini terjadi karena akses tempat pelayanan yang sulit

dijangkau, jadwal pelayanan yang tidak teratur dan tidak sesuai dengan kegiatan

masyarakat, kurangnya tenaga pelaksana, tidak tersedianya buku KIA (Kesehatan

Ibu dan Anak) atau kartu imunisasi, rendahnya kesadaran dan pengetahuan

masyarakat tentang manfaat, waktu pemberian imunisasi, serta gejala ikutan

imunisasi. Faktor budaya dan pendidikan serta kondisi sosial ekonomi juga ikut

mempengaruhi rendahnya capaian UCI desa / kelurahan (Kepmenkes RI No. 482

tahun 2010).

Penerapan fungsi manajemen masih dianggap sebagai suatu permasalahan

yang cukup dominan di Puskesmas, karena keberadaan Puskesmas secara hirarki

merupakan unit terdepan dalam organisasi pelayanan kesehatan masyarakat.

Fungsi manajemen kesehatan seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan,

dan pengawasan harus dapat diselenggarakan pada setiap program kesehatan,

khususnya program imunisasi yang selanjutnya disebut penyakit yang dapat

dicegah dengan imunisasi (Muninjaya, 2015).

Berdasarkan Profil Puskesmas Tukka tahun 2017, Puskesmas Tukka

memiliki 9 desa/kelurahan, yaitu Kelurahan Tukka, Kelurahan Bonalumban,

Kelurahan Hutanabolon, Kelurahan Sipange, Desa Sigiring-giring, Desa S.

Kalangan II, Desa Tapian Nauli Saur Manggita, Desa Aek Bontar, dan Kelurahan

Aek Tolang Induk. Jumlah posyandu balita yang dimiliki puskesmas Tukka ada

18 posyandu.

Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kabupaten

Tapanuli Tengah puskesmas Tukka memiliki data UCI terendah karena belum

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


6

semua desa/kelurahan nya mencapai imunisasi dasar lengkap dengan nilai

pencapaian cakupan 11,1%, yaitu hanya ada 1 desa/kelurahan yang berhasil UCI

dari 9 desa/kelurahan. Apabila hal ini dibiarkan terus menerus berisiko terhadap

angka kematian bayi yang semakin tinggi dan meningkatnya kejadian penyakit

PD3I di wilayah kerja puskesmas Tukka serta menurunnya kekebalan di

masyarakat (Herd Immunity) ((Dinkes Tapanuli Tengah tahun 2017).

Berdasarkan survey pendahuluan yang dilakukan terhadap koordinator

imunisasi di Puskesmas Tukka, program imunisasi yang dilaksanakan oleh

puskesmas Tukka diperkirakan sudah berjalan dengan baik, namun ada juga

beberapa program yang belum dapat berjalan dengan maksimal karena adanya

beberapa hambatan, yaitu kurangnya petugas imunisasi di Puskesmas Tukka,

kurangnya promosi kesehatan tentang imunisasi, pelatihan terhadap petugas

imunisasi jarang dilakukan, akses tempat pelayanan yang sulit dijangkau,

rendahnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi dan data sasaran tidak

sesuai di lapangan. Untuk dapat meningkatkan cakupan UCI di Puskesmas Tukka

perlu dilakukan suatu analisis penyebab masalah rendahnya UCI di puskesmas

tersebut. Salah satu bentuk analisis yang dapat dilakukan yaitu dengan melihat

manajemen program imunisasi di Puskesmas Tukka.

Sebagaimana hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariebowo (2005)

menyatakan pelaksana imunisasi puskesmas mempunyai peran yang sangat

penting dan strategis dalam upaya pelaksanaan program imunisasi, banyak tugas

yang harus dilaksanakan baik yang bersifat teknis maupun administratif.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


7

Penelitian Beladinasisti (2012) menyatakan adanya hubungan antara

manajemen program imunisasi oleh bidan desa yang terdiri dari 1) perencanaan,

2) pelaksanaan, 3) monitoring dan evaluasi dengan cakupan desa/kelurahan UCI

di Kabupaten Lumajang.

Berdasarkan latar belakang di atas dan dari data – data yang disajikan

diatas, maka peneliti tertarik untuk meneliti masalah analisis manajemen program

imunisasi dalam pencapaian cakupan UCI di Puskesmas Tukka Kabupaten

Tapanuli Tengah tahun 2018.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan masalah

penelitian sebagai berikut : Bagaimana analisis manajemen program imunisasi

dalam pencapaian cakupan UCI di Puskesmas Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah

tahun 2018?

1.3 Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan menganalisis manajemen program imunisasi dalam

pencapaian cakupan UCI di Puskesmas Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah tahun

2018.

1.4 Manfaat penelitian

1. Menambah wawasan mengenai pelaksanaan manajemen program

imunisasi di Puskesmas.

2. Sebagai informasi pimpinan puskesmas, khususnya pengelola imunisasi

puskesmas dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan

imunisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8

3. Bagi ilmu pengetahuan diharapkan penelitian ini dapat lebih memacu

penelitian-penelitian lebih lanjut tentang pelaksanaan manajemen

program imunisasi di puskesmas dalam pencapaian cakupan UCI.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Puskesmas

2.1.1 Pengertian Puskesmas

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan

Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perseorangan (UKP)

tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk

mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya di wilayah kerja.

Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan dipuskesmas bertujuan untuk

mewujudkan masyarakat yang :

a. memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan

kemampuan hidup sehat

b. mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu

c. hidup dalam lingkungan sehat, dan

d. memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga,

kelompok dan masyarakat (Permenkes No.75 Tahun 2014).

2.1.2 Tugas Puskesmas

Puskesmas mempunyai tugas melaksanakan kebijakan kesehatan untuk

mencapai tujuan pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya dalam rangka

mendukung terwujudnya kecamatan sehat. Dalam melaksanakan tugas

sebagaimana dimaksud puskesmas menyelenggarakan fungsi :

a. penyelenggaraan UKM tingkat pertama di wilayah kerjanya

b. penyelenggaraan UKP tingkat pertama di wilayah kerjanya (Permenkes

No.75 Tahun 2014).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


9

2.1.3 Wewenang Puskesmas

Dalam menyelenggarakan fungsi puskesmas yaitu penyelenggaraan UKM

tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas berwenang untuk :

a. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisi masalah kesehatan

masyarakat dan analisi kebutuhan pelayanan yang diperlukan

b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan

c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan

masyarakat dalam bidang kesehatan

d. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan

masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang

bekerjasama dengan sektor yang terkait

e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya

kesehatan berbasis masyarakat

f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia puskesmas

g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan

h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses dan

cakupan pelayanan kesehatan dan

i. memberikan rekomendasi terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk

dukungan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan

penyakit.

Dalam menyelenggarakan fungsi puskesmas yaitu penyelenggaran UKP

tingkat pertama di wilayah kerjanya. Puskesmas berwenang untuk:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


10

a. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif,

berkesinambungan, dan bermutu

b. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan upaya

promotif dan preventif

c. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang berorientasi pada individu,

keluarga, kelompok dan masyarakat

d. menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang mengutamakan keamanan

dan keselamatan pasien, petugas dan pengunjung

e. menyelenggarakan pelayanan kesehatan dengan prinsip koordinatif dan

kerja sama inter dan antar profesi

f. melaksanakan rekam medis

g. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap mutu dan

akses pelayanan kesehatan

h. melaksanakan peningkatan kompetensi tenaga kesehatan

i. mengoordinasikan dan melaksanakan pembinaan fasilitas pelayanan

kesehatan tingkat pertama di wilayah kerjanya

j. melaksanakan penapisan rujukan sesuai dengan indikasi medis dan sistem

rujukan (Permenkes No.75 Tahun 2014).

2.1.4 Organisasi Puskesmas

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 75

Tahun 2014, Organisasi puskesmas disusun oleh dinas kesehatan kabupaten/kota

berdasarkan kategori, upaya kesehatan dan beban kerja puskesmas. Organisasi

puskesmas meliputi :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


11

a. Kepala Puskesmas. Kepala puskesmas bertanggung jawab atas seluruh

kegiatan di puskesmas

b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan

diantaranya sistem informasi puskesmas dan kepegawaian

c. Penanggung jawab UKM dan keperawatan kesehatan masyarakat yang

membawahi:

1) Pelayanan promosi kesehatan

2) Pelayanan kesehatan lingkungan

3) Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak – Keluarga Berencana (KIA-KB)

4) Pelayanan gizi

5) Pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit

d. Penanggung jawab UKP, kefarmasian dan laboratorium, yang membawahi

beberapa kegiatan yaitu :

1) Pelayanan pemeriksaan umum

2) Pelayanan kesehatan gigi dan mulut

3) Pelayanan KIA/KB

4) Pelayanan gawat darurat

5) Pelayanan gizi

6) Pelayanan persalinan

7) Pelayanan kefarmasian

8) Pelayanan laboratorium

e. Penanggung jawab jaringan pelayan puskesmas dan jejaring fasilitas

pelayanan kesehatan yang membawahi :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


12

1) Puskesmas pembantu

2) Puskesmas keliling

3) Bidan desa

2.2 Manajemen Puskesmas

Manajemen adalah serangkaian proses yang terdiri atas perencanaan,

pengorganisasian, pelaksanaan dan kontrol (Planning, Organizing, Actuating,

Controling) untuk mencapai sasaran/tujuan secara efektif dan efesien. Efektif

berarti bahwa tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui proses

penyelenggaraan yang dilaksanakan dengan baik dan benar serta bermutu,

berdasarkan atas hasil analisis situasi yang didukung dengan data dan informasi

yang akurat (evidence based). Sedangkan efisien berarti bagaimana Puskesmas

memanfaatkan sumber daya yang tersedia untuk dapat melaksanaan upaya

kesehatan sesuai standar dengan baik dan benar, sehingga dapat mewujudkan

target kinerja yang telah ditetapkan (Permenkes No. 44 tahun 2016).

2.2.1 Perencanaan

Proses perencanaan puskesmas akan mengikuti siklus perencanaan

pembangunan daerah, dimulai dari tingkat desa/kelurahan, selanjutnya disusun

pada tingkat kecamatan dan kemudian diusulkan ke dinas kesehatan

kabupaten/kota. Perencanaan puskesmas yang diperlukan terintegrasi dengan

lintas sektor kecamatan, akan diusulkan melalui kecamatan ke pemerintah daerah

kabupaten/kota (Permenkes No. 44 tahun 2016).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


13

2.2.2 Penggerakan dan pelaksanaan

Penggerakan dan Pelaksanaan program/kegiatan merupakan kegiatan

lanjutan dari RPK (Rencana Pelaksanaan Kegiatan). Penggerakan pelaksanaan

program/kegiatan dapat dilakukan melalui berbagai cara, diantaranya adalah rapat

dinas, pengarahan pada saat apel pegawai, pelaksanaan kegiatan dari setiap

program sesuai penjadwalan pada RPK bulanan, maupun dilakukan melalui forum

yang dibentuk khusus untuk itu.

2.2.3 Pengawasan, Pengendalian, dan Penilaian Kinerja

Pengawasan puskesmas dibedakan menjadi dua, yaitu pengawasan internal

dan eksternal. Pengawasan internal adalah pengawasan yang dilakukan oleh

puskesmas sendiri, baik oleh kepala puskesmas, tim audit internal maupun setiap

penanggung jawab dan pengelola/pelaksana program. Adapun pengawasan

eksternal dilakukan oleh instansi dari luar puskesmas antara lain dinas kesehatan

kabupaten/kota, institusi lain selain Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dan/atau

masyarakat.

Pengendalian adalah serangkaian aktivitas untuk menjamin kesesuaian

pelaksanaan kegiatan dengan rencana yang telah ditetapkan sebelumnya dengan

cara membandingkan capaian saat ini dengan target yang telah ditetapkan

sebelumnya. Jika terdapat ketidaksesuaian, maka harus dilakukan upaya perbaikan

(corrective action).

Penilaian kinerja puskesmas adalah suatu proses yang obyektif dan

sistematis dalam mengumpulkan, menganalisis dan menggunakan informasi untuk

menentukan seberapa efektif dan efisien pelayanan puskesmas disediakan, serta

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


14

sasaran yang dicapai sebagai penilaian hasil kerja/prestasi puskesmas. Penilaian

kinerja puskesmas dilaksanakan oleh puskesmas dan kemudian hasil penilaiannya

akan diverifikasi oleh dinas kesehatan kabupaten/kota (Permenkes No. 44 tahun

2016).

2.3 Imunisasi

2.3.1 Pengertian Imunisasi

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12

Tahun 2017, Imunisasi adalah suatu upaya untuk menimbulkan/meningkatkan

kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit sehingga bila suatu saat

terpajan dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau hanya mengalami sakit

ringan, sedangkan vaksin adalah produk biologi yang berisi antigen berupa

mikroorganisme yang sudah mati atau masih hidup yang dilemahkan, masih utuh

atau bagiannya, atau berupa toksin mikroorganisme yang telah diolah menjadi

toksoid atau protein rekombinan, yang ditambahkan dengan zat lainnya, yang bila

diberikan kepada seseorang akan menimbulkan kekebalan spesifik secara aktif

terhadap penyakit tertentu.

2.3.2 Tujuan Imunisasi

Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada

seseorang, dan menghilangkan penyakit tersebut pada sekelompok masyarakat,

atau bahkan menghilangkannya dari dunia seperti yang dapat dilihat pada

keberhasilan imunisasi cacar variola. Keadaan yang terakhir ini lebih mungkin

terjadi pada jenis penyakit yang hanya dapat ditularkan melalui manusia, seperti

misalnya penyakit difteria dan poliomielitis. (Ranuh dkk, 2011).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15

2.3.3 Jenis-jenis Imunisasi Dasar

1. Imunisasi dasar

Imunisasi dasar adalah imunisasi pertama yang perlu diberikan pada

semua orang, terutama bayi dan anak sejak lahir untuk melindungi tubuhnya

dari penyakit-penyakit yang berbahaya. Lima jenis imunisasi dasar yang

diwajibkan pemerintah adalah imunisasi terhadap tujuh penyakit, yaitu TBC,

difteri, tetanus, pertusis, poliomyelitis, campak, dan hepatitis B. Kelima jenis

imunisasi dasar yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun adalah:

a. Imunisasi BCG

Imunisasi BCG optimal diberikan pada umur 2 sampai 3 bulan namun

dapat juga diberikan pada umur antara 0-12 bulan. Vaksin BCG

merupakan vaksin hidup, maka tidak diberikan pada pasien

imunokompromais yaitu leukimia, anak yang sedang mendapat pengobatan

steroid jangka panjang, bayi yang telah diketahui atau dicurigai menderita

infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus). Apabila BCG diberikan

setelah umur 3 bulan, perlu dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu.

Vaksin BCG diberikan apabila uji tuberkulin negatif jika uji tuberkulin

tidak memungkinkan, BCG dapat diberikan namun perlu observasi dalam

waktu 7 hari. Apabila terdapat reaksi lokal dan cepat terjadi di tempat

suntikan (accelerated local reaction), perlu tindakan lebih lanjut.

b. Imunisasi DPT (Difteri, Pertusis, dan Tetanus)

Imunisasi DPT merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah

terjadinya penyakit difteri, pertusis dan tetanus. Pemberian imunisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


16

dilakukan tiga kali, yaitu pada usia dua bulan, empat bulan dan enam

bulan. Diberikan melalui suntikan intramuskular. Efek samping imunisasi

hanya berupa gejala-gejala ringan seperti demam, kemerahan,

pembengkakan dan nyeri pada tempat suntikan.

c. Imunisasi polio

Imunisasi polio adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan kekebalan

terhadap penyakit poliomielitis, yaitu penyakit radang yang menyerang saraf dan

dapat mengakibatkan lumpuh kaki. Terdapat 2 kemasan vaksin polio yaitu

OPV (oral polio vaccine)dan IPV (inactivated polio vaccine). Pemberian

imunisasi polio ini empat kali pada umur bayi 0-11 bulan atau saat lahir (0 bulan),

dua bulan, empat bulan dan enam bulan. Imunisasi ini diberikan melaui oral/

mulut dan suntikan.

d. Imunisasi campak

Imunisasi campak adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit campak. Kandungan vaksin campak

adalah virus yang dilemahkan. Pemberian imunisasi campak adalah satu

kali pada usia sembilan bulan secara subkutan dalam.

e. Imunisasi hepatitis B

Imunisasi hepatitis B adalah imunisasi yang diberikan untuk menimbulkan

kekebalan aktif terhadap penyakit hepatitis B, yaitu penyakit infeksi akut

yang dapat merusak hati. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B

adalah tiga kali yaitu diberikan sedini mungkin dalam 12 jam setelah lahir,

usia satu bulan, dan usia antara tiga sampai enam bulan. Imunisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


17

hepatitis B diberikan dengan cara intramuskular di lengan atau paha bayi

(Ranuh dkk, 2011).

2. Imunisasi booster

Imunisasi booster adalah imunisasi ulangan dari imunisasi dasar yang

diberikan pada waktu-waktu tertentu. Imunisasi booster juga dapat diberikan

bila terdapat suatu wabah yang berjangkit atau bila terdapat kontak dengan

penyakit bersangkutan (Ranuh dkk, 2011).

2.3.4 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Imunisasi Dasar Pada Bayi


Umur Jenis Interval untuk jenis
imunisasi yang sama
0-24 Jam Hepatitis B
1 bulan BCG, Polio 1
2 bulan DPT-HB-Hib 1, Polio 2
3 bulan DPT-HB-Hib 2, Polio 3 1 bulan
4 bulan DPT-HB-Hib 3, Polio 4, IPV
9 bulan Campak
Sumber : Permenkes No 12 tahun 2017

2.4 Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child Immunization

tahun 2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014)

2.4.1 Pengertian

Universal Child Immunization (UCI) adalah suatu keadaan tercapainya

imunisasi dasar secara lengkap pada semua bayi (anak dibawah umur 1 tahun).

Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional UCI 2010-2014 ( GAIN UCI 2014)

adalah upaya percepatan pencapaian UCI di seluruh desa/ kelurahan pada tahun

2014 melalui suatu gerakan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama seluruh

lapisan masyarakat dan berbagai pihak terkait secara terpadu di semua tingkat

administrasi (Kepmenkes No. 482 Tahun 2010).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


18

2.4.2 Lingkup Kegiatan GAIN UCI

Kegiatan pelayanan imunisasi rutin pada bayi dan berbagai kegiatan lainnya

sebagai pendukung dalam rangka percepatan kenaikan cakupan UCI

Desa/Kelurahan meliputi perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi disemua jenjang

administrasi (Kepmenkes No. 482 Tahun 2010).

2.4.3 Tujuan GAIN UCI

Tercapainya UCI diseluruh Desa/ Kelurahan secara bertahap mulai dari

tahun 2010-2014 sehingga penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi dapat

dicegah atau dieliminasi (Kepmenkes No. 482 Tahun 2010).

2.4.4 Sasaran

Untuk mengoptimalkan Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional guna

mencapai Universal Child Imunization (UCI) maka dianggap perlu untuk

menentukan sasaran berdasarkan skala prioritas sehingga kegiatan dapat fokus dan

memberikan output yang maksimal. Adapun sasaran yang dimaksud yaitu :

1. Tersedianya vaksin, alat, dan bahan lainnya sesuai dengan kebutuhan

baik untuk kuantitas dan kualitas guna mendukung imunisasi pada bayi

0-11 bulan.

2. Tersedianya dukungan politis dan komitmen stakeholders di tingkat

pusat hingga ke tingkat daerah sehingga sumber daya yang memadai

antara lain anggaran operasional bersumber Anggaran Pendapatan

Belanja Daerah (APBD) dan sumber lain yang tidak bertentangan

dengan peraturan.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


19

3. Terselenggaranya peningkatan kunjungan ibu dan bayi pada kegiatan

imunisasi melalui peran serta masyarakat secara aktif.

4. Terselenggaranya pemantapan mutu pelayanan melalui peningkatan

saran pelayanan kesehatan dan kemampuan serta perilaku petugas

penyelenggara imunisasi dasar lengkap bayi 0-11 bulan.

5. Terselenggaranya pemantapan cakupan dan mutu pelayanan di daerah/

desa/kelurahan yang telah mencapai UCI tahun-tahun sebelumnya.

6. Terselenggaranya peningkatan cakupan dan mutu pelayanan didaerah/

desa/kelurahan yang belum mencapai UCI di tahun-tahun sebelumnya

terutama di Daerah Terpencil Perbatasan dan Kepulauan (DTPK)

termasuk Kawasan Indonesia Timur (KIT) (Kepmenkes No. 482 Tahun

2010).

2.4.5 Kebijakan

1. Pemantapan peran dan fungsi antara Pemerintah Pusat, Daerah dan

stakeholders lainnya sesuai dengan kewenangan dan kemampuan dalam

penyelenggaraan imunisasi pada bayi 0-11 bulan.

2. Pemenuhan kebutuhan ketersediaan vaksin, alat dan bahan lainnya

untuk dukungan operasional untuk pelayanan imunisasi pada bayi 0-11

bulan.

3. Peningkatan dan atau pemantapan pengawasan rantai dingin (cold

chain) secara berjenjang mulai dari tingkat pusat hingga ke tingkat

daerah dan pengguna.

4. Peningkatan peran serta masyarakat untuk kegiatan imunisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


20

5. Pemantapan mutu pelayanan imunisasi berdasarkan Norma, Standar

Prosedur dan Kriteria (NSPK) yang ada.

6. Pemerataan jangkauan pelayanan kegiatan imunisasi di Desa/

Kelurahan yang cakupan rendah (daerah kantong), rawan sosial, rawan

penyakit (KLB) dan daerah-daerah sulit (Kepmenkes No. 482 Tahun

2010).

2.4.6 Strategi

1. Meningkatkan kemampuan dan kinerja tenaga kesehatan baik pengelola

di pusat dan daerah maupun pelaksana pelayanan imunisasi di lapangan.

2. Meningkatkan ketersediaan tenaga kesehatan dan biaya operasional

yang memadai terutama di DTPK dan KIT.

3. Meningkatkan ketersediaan kebutuhan vaksin, alat dan bahan

pendukung kegiatan imunisasi.

4. Meningkatkan manajemen kegiatan imunisasi termasuk PWS

(Pemantauan Wilayah Setempat) dan pencatatan pelaporan secara

berjenjang.

5. Meningkatkan pemberdayaan masyarakat termasuk swasta dalam

pencapaian UCI desa/kelurahan.

6. Memantapkan pelayanan imunisasi guna mempertahankan cakupan

UCI di wilayah/ daerah/ desa yang sudah mencapai UCI desa di tahun

sebelumnya.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


21

7. Meningkatkan pelayanan imunisasi guna meningkatkan cakupan UCI

DTPK dan KIT yang belum mencapai UCI di tahun sebelumnya

(Kepmenkes No. 482 Tahun 2010).

2.5 Manajemen Program Imunisasi

2.5.1 Perencanaan

Perencanaan harus disusun secara berjenjang mulai dari puskesmas,

kabupaten/kota, provinsi dan pusat (bottom up). Perencanaan merupakan kegiatan

yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara benar oleh petugas yang

profesional. Ketidaktepatan dalam perencanaan akan mengakibatkan

terhambatnya pelaksanaan program, tidak tercapainya target kegiatan,

pemborosan keuangan negara serta hilangnya kepercayaan masyarakat.

Perencanaan Imunisasi program, meliputi:

1. Penentuan Sasaran

Jumlah bayi lahir hidup di tingkat Provinsi dan Kabupaten

dihitung/ditentukan berdasarkan angka yang dikeluarkan oleh

Kementerian Kesehatan.

2. Perencanaan Kebutuhan Logistik

Logistik Imunisasi terdiri dari vaksin, Auto Disable Syringe (ADS) dan

safety box. Ketiga kebutuhan tersebut harus direncanakan secara

bersamaan dalam jumlah yang berimbang (system bundling).

3. Perencanaan Pendanaan

Sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal dari pemerintah dan

sumber pembiayaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


22

perundang-undangan. Pembiayaan yang bersumber dari pemerintah

berbeda-beda pada tiap tingkat administrasi yaitu tingkat pusat bersumber

dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN), tingkat provinsi

bersumber dari APBN (dekon) dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah

(APBD) provinsi, tingkat kabupaten/kota bersumber dari APBN (tugas

perbantuan) dan APBD kabupaten/kota berupa DAU (Dana Alokasi

Umum) dan DAK (Dana Alokasi Khusus). Pendanaan ini dialokasikan

dengan mengunakan formula khusus antara lain berdasarkan jumlah

penduduk, kapasitas fiskal, jumlah masyarakat miskin dan lainnya

(Permenkes No. 12 tahun 2017).

2.5.2 Penyediaan dan Distribusi Logistik

2.5.2.1 Penyediaan Logistik

Pemerintah bertanggung jawab terhadap penyediaan logistik imunisasi

program, yaitu:

a. penyediaan vaksin

b. ADS

c. safety box

d. peralatan cold chain berupa:

1) alat penyimpan Vaksin, meliputi cold room, freezer room, vaccine

refrigerator, dan freezer;

2) alat transportasi Vaksin, meliputi kendaraan berpendingin khusus, cold

box, vaccine carrier, cool pack, dan cold pack; dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


23

3) alat pemantau suhu, meliputi termometer, termograf, alat pemantau suhu

beku, alat pemantau/mencatat suhu secara terus-menerus, dan alarm.

2.5.2.2 Pendistribusian

Seluruh proses distribusi vaksin program dari pusat sampai ketingkat

pelayanan, harus mempertahankan kualitas vaksin tetap tinggi agar mampu

memberikan kekebalan yang optimal kepada sasaran (Permenkes No. 12 tahun

2017).

2.5.3 Penyimpanan dan Pemeliharaan Logistik

Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai di

distribusikan ketingkat berikutnya, vaksin harus selalu disimpan pada suhu yang

telah ditetapkan, yaitu:

1. Provinsi

a. Vaksin polio tetes disimpan pada suhu -15°C s.d. -25°C pada freeze

room atau freezer

b. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada cold room atau

vaccine refrigerator

2. Kabupaten/Kota

a. Vaksin polio tetes disimpan pada suhu -15°C s.d. -25°C pada freezer

b. Vaksin lainnya disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada cold room atau

vaccine refrigerator.

3. Puskesmas

a. Semua vaksin disimpan pada suhu 2°C s.d. 8°C pada vaccine

refrigerator

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


24

b. Khusus vaksin Hepatitis B, pada bidan desa disimpan pada suhu

ruangan, terlindung dari sinar matahari langsung (Permenkes No. 12

tahun 2017).

2.5.4 Penyediaan Tenaga dalam Penyelenggaraan Imunisasi Program

Untuk terselenggaranya pelayanan imunisasi, maka setiap jenjang

administrasi dan unit pelayanan dari tingkat pusat sampai tingkat puskesmas,

harus memiliki jumlah dan jenis ketenagaan yang sesuai dengan standar, yaitu

memenuhi persyaratan kewenangan profesi dan mendapatkan pelatihan

kompetensi.

1. Jenis dan jumlah ketenagaan

Pengelola program imunisasi bertugas merencanakan, melaksanakan,

melakukan monitoring evaluasi program imunisasi dan monitoring Kejadian

Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) serta pencatatan pelaporan. Pengelola logistik

imunisasi bertugas untuk menyimpan, mengelola, mendistribusikan,

memelihara dan melaporkan vaksin, alat suntik, dan peralatan cold chain serta

logistik lainnya yang dibutuhkan dalam penyelenggaraan Imunisasi. Jumlah

tenaga pengelola program imunisasi dan tenaga pengelola logistik imunisasi

dapat lebih dari satu orang disesuaikan jumlah dan kebutuhan ketenagaan

yang ada. Pada kondisi tertentu misalnya jumlah tenaga terbatas, maka

dimungkinkan pengelola program imunisasi merangkap sebagai pengelola

logistik imunisasi.

2. Peningkatan Kapasitas Petugas (Pelatihan)

Pelatihan merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan, sikap dan


keterampilan petugas/pengelola imunisasi dalam rangka meningkatkan kinerja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


25

dan kualitas petugas. Pelatihan yang dilaksanakan dimaksud diharapkan


terakreditasi dan mempunyai sertifikat (Permenkes No. 12 tahun 2017).
2.5.5 Pelaksanaan

Imunisasi program dapat dilaksanakan secara perorangan atau massal

dengan tetap mengacu pada prinsip dan aturan pelaksanaan. Berdasarkan tempat

pelayanan, imunisasi program dibagi menjadi:

1. Pelayanan Imunisasi di dalam gedung (komponen statis)

Untuk meningkatkan jangkauan pelayanan, imunisasi dapat diberikan

melalui fasilitas pemerintah maupun swasta, antara lain rumah sakit

pemerintah, puskesmas, instalasi pelayanan kesehatan di pintu masuk negara

(Kantor Kesehatan Pelabuhan), Unit Pelayanan Kesehatan Swasta (UPKS)

seperti rumah sakit swasta, praktek dokter, praktek bidan, dan Klinik swasta.

UPKS sebagai provider/pemberi pelayanan imunisasi wajib menggunakan

vaksin yang disediakan oleh Pemerintah dan menggunakan peralatan

pelayanan serta logistik sesuai standar.

2. Pelayanan imunisasi di luar gedung (komponen dinamis)

Pelayanan imunisasi di luar gedung yang dimaksud adalah di posyandu,

pos pelayanan imunisasi, di sekolah, atau kunjungan rumah. Dalam

pemberian imunisasi, harus diperhatikan kualitas vaksin, pemakaian alat

suntik, dan hal–hal penting saat pemberian imunisasi (dosis, cara dan tempat

pemberian, interval pemberian, tindakan antiseptik dan kontra indikasi)

(Permenkes No. 12 tahun 2017).

2.5.6 Pengelolaan Limbah

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


26

Pelayanan imunisasi harus dapat menjamin bahwa sasaran memperoleh

kekebalan spesifik terhadap penyakit tertentu serta tidak terjadi penularan

penyakit kepada petugas dan masyarakat sekitar akibat limbah. Limbah dari

penyelenggaraan imunisasi diluar gedung harus dibawa kembali ke puskesmas

untuk kemudian dimusnakan bersama dengan limbah imunisasi yang dilaksanakan

didalam gedung. Limbah Imunisasi dibagi menjadi 2, yaitu limbah infeksius dan

non infeksius.

1. Limbah Infeksius

Limbah Infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang ditimbulkan

setelah pelayanan imunisasi yang mempunyai potensi menularkan penyakit

kepada orang lain, yaitu:

a. Limbah medis tajam berupa alat suntik ADS yang telah dipakai, alat

suntik untuk pencampur vaksin, alat suntik yang telah kadaluwarsa.

b. Limbah farmasi berupa sisa vaksin dalam botol atau ampul, kapas

pembersih/usap, vaksin dalam botol atau ampul yang telah rusak karena

suhu atau yang telah kadaluarsa.

2. Limbah non Infeksius

Limbah non Infeksius kegiatan imunisasi merupakan limbah yang


ditimbulkan setelah pelayanan imunisasi yang tidak berpotensi menularkan
penyakit kepada orang lain, misalnya kertas pembungkus alat suntik serta
kardus pembungkus vaksin (Permenkes No. 12 tahun 2017).
2.5.7 Pemantauan dan Evaluasi
1. Pemantauan
Salah satu fungsi penting dalam manajemen program adalah

pemantauan. Dengan pemantauan kita dapat menjaga agar masing-masing

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


27

kegiatan sejalan dengan ketentuan program. Salah satu alat pemantauan

yang digunakan adalah Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) yang

berfungsi untuk meningkatkan cakupan, jadi sifatnya lebih memantau

kuantitas program. Dipakai pertama kalinya di Indonesia pada tahun 1985 dan

dikenal dengan nama Local Area Monitoring (LAM). LAM terbukti efektif

kemudian diakui oleh WHO untuk diperkenalkan di negara lain. Grafik LAM

kemudian disempurnakan menjadi yang kita kenal sekarang dengan Pemantauan

Wilayah Setempat (PWS).

2. Evaluasi

Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui hasil ataupun proses

kegiatan bila dibandingkan dengan target atau yang diharapkan (Permenkes

No. 12 tahun 2017).

2.6 Kerangka Pikir

ININPUT PROSES
OUTPUT
1. SDM 1. Perencanaan
2. Pelayanan imunisasi Cakupan UCI di
2. Sarana Puskesmas Tukka
dan 3. Pengelolaan
rantai vaksin ≥80%
prasarana
3. Dana 4. Pencatatan dan
pelaporan
5. Monitoring dan
evaluasi

Gambar 2.1 kerangka Pikir Manajemen Program Imunisasi dalam Pencapaian


Cakupan UCI (Universal Child Immunization)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif yang bertujuan

untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang pelaksanaan

manajemen program imunisasi oleh puskesmas dalam pencapaian cakupan UCI di

Puskesmas Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah.

Dalam penelitian kualitatif yang menjadi instrument atau alat penelitian

adalah peneliti itu sendiri. Sebagai instrument maka peneliti berfungsi untuk

menetapkan fokus penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan

pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan

membuat kesimpulan atas temuannya (Sugiyono, 2008).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Puskesmas Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah


dengan alasan bahwa cakupan Universal Child Immunization (UCI) di Puskesmas
Tukka Kabupaten Tapanuli Tengah hanya mencapai 11,1 % dan angka ini masih
jauh dari target.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu yang dibutuhkan dalam penelitian ini pada bulan Februari 2018
sampai Juli 2018.
3.3 Informan Penelitian

Penentuan Informan dalam penelitian ini dengan menggunakan purposive

sampling. Teknik dengan purposive sampling yaitu bahwa dalam penentuan

sampel

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


29

berdasarkan pertimbangan tertentu dimana informan ini adalah orang-orang yang

terlibat secara langsung terhadap permasalahan yang sedang diteliti (Saryono,

2010). Informan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Kepala puskesmas Tukka

2. Koordinator imunisasi

3. Pelaksana imunisasi

4. Pengelola vaksin

5. Kader

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini dengan

wawancara mendalam (indepth interview) secara semi standar atau tanya jawab

terbuka terhadap informan. Wawancara mendalam merupakan salah satu teknik

pengumpulan data kualitatif, dimana wawancara dilakukan antara seorang

responden dengan pewawancara. Wawancara mendalam menggunakan pedoman

wawancara yang berisi butir-butir pertanyaan untuk diajukan kepada informan.

Pedoman tersebut digunakan untuk memudahkan wawancara, penggalian data dari

informan. Untuk memperjelas informasi yang akan diperoleh, peneliti juga

menggunakan alat bantu seperti alat tulis, alat perekam suara (Gunawan, 2013).

Selain itu metode yang digunakan adalah observasi. Observasi merupakan

kegiatan yang paling utama dan teknik penelitian yang penting. Dalam penelitian

ini, peneliti menggunakan observasi tak berperan dimana penelitian hanya

melakukan pengamatan dan pencatatan mengenai kegiatan-kegiatan yang diteliti

dengan tidak ikut dalam peristiwa atau kegiatan yang diamati secara langsung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


30

Telaah dokumen juga digunakan untuk mengumpulkan keterangan maupun bahan

yang berkaitan dengan masalah yang dibahas seperti data dari Puskesmas yang

menjadi sasaran penelitian meliputi data tentang gambaran umum puskesmas,

cakupan pencapaian UCI, dan data tentang imunisasi dasar pada bayi.

3.5 Triangulasi

Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi

sumber, yaitu membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil

wawancara, membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum dengan

apa yang dikatakannya secara pribadi, membandingkan apa yang dikatakan orang-

orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatannya sepanjang waktu,

membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan

(Moleong, 2014).

3.6 Teknik Analisis Data

Analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam

analisa data, yaitu:

1. Data Reduction (Reduksi Data)

Mereduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan

demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambar yang lebih

jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya dan mencarinya bila diperlukan.

2. Data Display (Penyajian Data)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


31

Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.

Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk

uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya.

Dalam penelitian penelitian ini, yang paling sering digunakan untuk

menyajikan data adalah dengan teks yang bersifat naratif.

3. Conclusion Drawing (Penarikan Kesimpulan)

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan

dan verifikasi. Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif

mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal,

tetapi mungkin tidak, karena masalah dan rumusan masalah di dalam

penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah

di lapangan (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2008).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


32

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

4.1.1 Geografi

Puskesmas Tukka adalah puskesmas yang terletak di Kecamatan Tukka

Kabupaten Tapanuli Tengah. Puskesmas ini memiliki wilayah kerja terdiri dari

sembilan desa yaitu Desa Tukka, Desa Bonalumban, Desa Hutanabolon, Desa

Sipange, Desa Sigiring-giring, Desa S. Kalangan II, Desa T. Nauli S. Manggita,

Desa Aek Bonar dan Desa Aek Tolang Induk. Puskesmas Tukka merupakan unit

pelaksana pelayanan kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dibina oleh

Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah yang secara langsung berhubungan

dengan masyarakat.

Puskesmas Tukka memiliki luas wilayah kerja 148,92 km2 dengan jarak

dari ibu kota kabupaten Tapanuli Tengah 2,5 Km. Keadaan tanah terdiri dari

dataran rendah, rawa-rawa dan pegunungan yang ketinggian nya bervariasi yakni

antara 0 s/d 800 m diatas permukaan laut dan berbatasan dengan batas wilayah:

1. Sebelah Utara : Kecamatan Pandan

2. Sebelah Selatan : Kecamatan Badiri

3. Sebelah Barat : Kecamatan Pandan

4. Sebelah Timur : Kabupaten Tapanuli Utara

4.1.2 Demografi

Penyebaran penduduk di wilayah kerja Puskesmas Tukka tidak merata

karena beberapa desa menjadi sasaran pembangunan perumahan. Desa Aek

32
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
33

Tolang Induk merupakan salah satu daerah yang menjadi sasaran pembangunan

perumahan karena letaknya yang berbatasan langsung dengan kota Pandan.

Pembangunan perumahan yang begitu pesat menjadikan penduduk multi etnis dan

beberapa desa masih didiami oleh penduduk asli daerah. Jumlah penduduk di

wilayah kerja puskesmas Tukka sebanyak 15.534 jiwa.

Tabel 4.1 Data demografi di wilayah kerja puskesmas Tukka Tahun 2016
No Desa Penduduk Jumlah
Laki-laki Perempuan
1 Tukka 1501 1569 3070
2 Bonalumban 1170 1299 2469
3 Hutanabolon 1622 1542 3164
4 Sipange 1539 1530 2069
5 Sigiring-giring 331 294 606
6 S. Kalangan II 460 403 864
7 T. Nauli S. Manggita 280 251 531
8 Aek Bontar 162 158 320
9 Aek Tolang Induk 766 676 1442
Jumlah 7812 7722 15534
Sumber: Profil Puskesmas Tukka tahun 2016

Sebagian besar mata pencaharian penduduk di wilayah kerja puskesmas

Tukka sebagai petani padi dan nelayan, hanya sebagian kecil bekerja di bidang

swasta dan pegawai negeri.

4.1.3 Sarana Pelayanan Kesehatan

Saranan pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas Tukka ada 18

posyandu balita, 4 posyandu Lansia, 5 Puskesmas Pembantu, 13 Pos Kesehatan

Desa (POSKESDES), 1 unit mobil puskesmas keliling. Hal tersebut dapat terlihat

pada tabel 4.2 berikut.

Tabel 4.2 Distribusi sarana pelayanan kesehatan di wilayah kerja puskesmas


Tukka tahun 2016
No Sarana Jumlah
1 Posyandu Balita 18
2 Posyandu Lansia 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


34

3 Puskesmas Pembantu 5
4 Poskesdes 13
5 Mobil puskesmas keliling 1
Jumlah 41
Sumber: Profil Puskesmas Tukka tahun 2016

4.2 Karakteristik Informan

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara

terhadap informan yang dijadikan narasumber penelitian. Jumlah informan dalam

penelitian ini sebanyak 10 orang, yaitu petugas puskesmas dan masyarakat yang

terkait dengan kegiatan imunisasi di wilayah kerja puskesmas Tukka. Adapun

informan tersebut adalah : 1 orang kepala puskesmas, 3 orang bidan desa, 1 orang

kooordinator imunisasi, 2 orang petugas imunisasi dan 3 orang kader

Adapun karakterisitik informan berdasarkan hasil penelitian dapat terlihat

pada tabel 4.3

Tabel 4.3 Karakteristik Informan

No Informan Jenis Pendidikan Jabatan Kode


Kelamin terakhir Informan
1 dr. Dahniar Lubis Perempuan S1 Kepala Informan 1
Puskesmas
2 Pipin Azri Sibuea Laki-laki D3 Koordinator Informan 2
imunisasi,
Pengelola
vaksin
3 Fitri Handayani Perempuan D3 Petugas Informan 3
Siregar imunisasi
4 Mardiah Sinaga Perempuan D3 Petugas Informan 4
imunisasi
5 Rahmawati Lubis Perempuan D3 Bidan Desa Informan 5
Tukka
6 Sukaseh Perempuan D3 Bidan Desa Informan 6
Bonalumba
n
7 Esmi Gultom Perempuan D3 Bidan Desa Informan 7

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


35

S. Kalangan
II
8 Morawasti Perempuan SMA Kader Informan 8
9 Marliani Lase Perempuan SMA Kader Desa Informan 9
Bonalumba
n
10 Roslinawati Perempuan SMA Kader Desa Informan
S. Kalangan 10
II

4.3 Analisis Manajemen Program Imunisasi dalam Pencapaian Cakupan

Universal Child Immunization (UCI)

4.3.1 Masukan (Input)

Masukan (input) merupakan semua hal yang diperlukan untuk

terselenggaranya pelaksanaan program imunisasi yang dalam hal ini meliputi

sumber daya manusia, dana, sarana dan prasarana yang merupakan penunjang

dalam pelaksanaan program imunisasi yang dapat dilihat pada uraian berikut :

4.3.1.1 Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Sumber daya manusia adalah salah satu faktor yang sangat penting bahkan

tidak dapat dilepaskan dari sebuah organisasi. Menurut Werther dan Davis (1996)

yang dikutip oleh Sutrisno (2015) menyatakan bahwa sumber daya manusia

adalah pegawai yang siap, mampu dan siaga dalam mencapai tujuan-tujuan

organisasi. Oleh karena itu adapun yang dikatakan sebagai sumber daya manusia

dalam organisasi puskesmas merupakan orang-orang yang mengabdikan diri

dalam bidang tertentu di wilayah kerja puskesmas serta harus mempunyai

wewenang untuk melakukan upaya jenis tertentu dalam bidang yang digelutinya

dalam penyelenggaraan program di puskesmas.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


36

Berikut hasil kutipan penelitian wawancara terkait petugas imunisasi di

Puskesmas Tukka:

“petugas imunisasi disini ada korim nya 1 orang dan dibantu 2 orang
petugas dari puskesmas, terus ada 9 bidan desa karna kan ada 9 desa
disini, ya ada kader juga yang bantu di posyandu, paling kalau dari luar
kayak camat dan ibu pkk gitulah yang bantu-bantu mengajak masyarakat
agar mau anaknya di imunisasi, saya rasa cuma itu aja” (Informan 1).
Berdasarkan informasi yang diperoleh dari informan 1 yaitu dijelaskan

bahwa pada pelaksanaan program imunisasi di Puskesmas Tukka diketahui tenaga

atau petugas yang ikut serta dalam program imunisasi adalah tenaga kesehatan

dan tenaga non kesehatan. Tenaga kesehatan terdiri dari koordinator imunisasi,

petugas imunisasi dan bidan desa sedangkan tenaga non kesehatan terdiri dari

kader dan lintas sektoral. Hal yang sama juga dijelaskan oleh informan 2 dengan

penjelasan berikut ini :

“ya kalau petugas imunisasi di puskesmas ada saya, ada 2 petugas yang
bantu saya, kalau di posyandu nya ya ada bidan desa dan kader. Kalau
khusus pengelola vaksin disini sebenarnya tidak ada, yang menjalankan
tugas itu saya sendiri dan kadang-kadang dibantu sama ibu fitri dan ibu
mardiah, kalau lintas sektoral juga berperan sih secara tidak langsung
untuk ngajak ibu-ibu datang ke posyandu mengimunisasi anak nya”
(Informan 2).

Informasi dari informan 2 berdasarkan penjelasan di atas diketahui bahwa

koordinator imunisasi memiliki tugas rangkap (double job) yaitu sebagai

koordinator dan juga sebagai pengelola vaksin. Berikut penjelasan hasil

wawancara yang menyebabkan double job tersebut:

“karna gini, kan pengelola vaksin itu berarti harus tau bagaiamana
pengelolaan rantai vaksin seperti penyimpanannya, penjemputannya ke
dinkes, penyediaannya, pengecekan suhu nya, dan untuk pengelola vaksin
kan harus sudah pernah mendapatkan pelatihan juga. Sedangkan petugas
imunisasi disini yang pernah mendapatkan pelatihan rantai vaksin itu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


37

cuma pak pipin aja lah, ada juga kmarin itu yang pernah mendapat
pelatihan pengelolaan rantai vaksin tapi bapak itu sudah pindah tugas
tahun lalu. Lagian juga kan tugas pengelola vaksin bisanya dikerjakan
sama korim, kan sejalan nya tugas nya itu jadi gak ada masalah lah
menurut saya kalo dirangkap tugasnya, gak pernah pula lah ada keluhan
dari si pipin karna tugas rangkapnya soalnya dibantu nya dia sama 2
petugas di puskesmas, si fitri dan si mardiah”(Informan 1).

Informasi dari informan 1 berdasarkan penjelasan diatas diketahui bahwa

penyebab double job tersebut dikarenakan petugas pengelola vaksin harus

mempunyai pengetahuan terkait pengelolaan rantai vaksin yaitu penyediaan,

pendistribusian, pemeliharaan dan penyimpanan vaksin selain itu petugas

pengelola vaksin juga harus mendapat pelatihan terlebih dahulu, sedangkan dari

petugas imunisasi di Puskesmas Tukka yang telah mendapatkan pelatihan terkait

pengelolaan rantai vaksin hanya Bapak Pipin yaitu selaku koordinator imunisasi.

Berdasarkan kutipan dari beberapa informan di atas diketahui bahwa

ketersediaan sumber daya manusia terkait penyelenggaraan program imunisasi di

Puskesmas Tukka belum mencukupi atau masih kurang dikarenakan tidak adanya

petugas pengelola rantai vaksin. Oleh sebab itu tugas dari pengelola rantai vaksin

dikerjakan oleh koordinator imunisasi sehingga menyebabkan adanya tugas

rangkap di Puskesmas Tukka, akan tetapi adanya tugas rangkap tersebut tidak

mempengaruhi pekerjaan dari koordinator imunisasi. Sedangkan penyebab dari

tugas rangkap tersebut dikarenakan tidak adanya pelatihan yang didapatkan oleh

petugas baik dari puskesmas maupun dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli

Tengah.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


38

Pelatihan tenaga imunisasi perlu dilaksanakan untuk mendukung proses

berlangsungnya penyelenggaraan program imunisasi yang sesuai dengan SOP

(Standard Operating Procedure). Berikut hasil wawancara terkait dengan

pelatihan program imunisasi:

“pernah saya mendapat pelatihan di dinkes, itu kira-kira satu tahun yang
lalu. Pelatihan itu perlu sekali ya menurut saya untuk mengembangkan
kinerja petugas tapi sayangnya pelatihan itu sangat jarang dilakukan di
tapteng ini. Harusnya kan pelatihan itu minimal sekali setahun
dilaksanakan, sedangkan ini tidak. Baru tahun lalu lah kira-kira ada
pelatihan nya. Tahun ini sepertinya tidak ada ya” (Informan 2).

Berdasarkan penjelasan dari informan 2 dapat diketahui bahwa

pelaksanaan pelatihan petugas imunisasi hanya satu tahun yang lalu sedangkan

sebelumnya tidak ada. Adapun hasil wawancara dengan informan 3 dan informan

4 yaitu:

“saya sih belum pernah ya dek dapat pelatihan imunisasi itu, harusnya
kan perlu ya. Tapi mau gimana dari pihak dinkes tidak ada
mengadakan”(Informan 3).

“gak ada aku dapat pelatihan, seingatku dulu tahun lalu ada itu
dilaksanakan tapi aku gak ikut itupun cuma tahun lalu aja nya yang
dilaksanakan, sebelum-sebelumnya mana ada”(Informan 4).

Hal yang sama juga dijelaskan oleh informan 5, informan 6 dan informan
7:

“tidak ada saya ikut pelatihan program imunisasi, pelatihannya biasanya


sih di dinkes. Tapi dinkes sini kayaknya jarang membuat pelatihan-
pelatihan gitu”(Informan 5).

“Enggak, saya gak ada ikut pelatihan. Karna disini memang jarang ada
pelatihan kayak gitu dibuat”(Informan 6).

“gak ada kakak ikut pelatihan dek” (Informan 7).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


39

Berdasarkan kutipan dari beberapa informan di atas diketahui bahwa

masih banyak petugas imunisasi tidak mendapatkan pelatihan tentang pelaksanaan

imunisasi dan pengelolaan vaksin, penyebabnya dikarenakan pelaksanaan

pelatihan di Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah tidak rutin dilaksanakan yang

seharusnya dilaksanakan sekali dalam 1 tahun. Pelaksanaan pelatihan imunisasi

yang tidak rutin, dapat berdampak pada proses penyelenggaraan program

imunisasi di Puskesmas.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 12 Tahun 2017 tenaga

pelaksana imunisasi adalah petugas atau pengelola yang telah memenuhi standar

kualifikasi sebagai tenaga pelaksana di setiap tingkatan dan telah mendapat

pelatihan sesuai dengan tugasnya. Pelatihan merupakan salah satu upaya

peningkatan pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas atau pengelola

imunisasi dalam rangka meningkatkan kinerja dan kualitas petugas.

Berdasarkan penelitian Dewi (2009) tentang pengaruh pelatihan terhadap

pengetahuan, sikap dan keterampilan petugas dalam pengelolaan vaksin program

imunisasi di unit pelayanan kesehatan Kabupaten Karanganyar menyatakan

bahwa pelatihan mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan,

perubahan sikap dan peningkatan keterampilan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa sumber daya manusia dalam

penyelenggaraan program imunisasi di Puskesmas Tukka belum mencukupi, yaitu

kurangnya tenaga pengelola rantai vaksin. Pengelola rantai vaksin memiliki peran

penting dalam kegiatan manajemen program imunisasi yaitu bertugas untuk

pengadaan, pendistribusian, penyimpanan dan pemeliharaan vaksin. Hasil

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


40

penelitian Lestari (2014) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kurangnya

jumlah tenaga kesehatan di puskesmas menjadikan beban kerja tenaga kesehatan

puskesmas semakin tinggi sehingga pada akhirnya akan berdampak dengan

menurunnya kualitas pelayanan di puskesmas . Petugas imunisasi di wilayah kerja

Puskesmas Tukka terdiri dari 1 orang koordinator imunisasi yang dibantu oleh 2

orang petugas imunisasi, 9 bidan desa dan 90 kader. Pelatihan terkait imunisasi di

wilayah kerja Puskesmas Tukka tidak dilaksanakan setiap tahun sebagaimana

yang disebutkan didalam Peraturan Menteri Kesehatan nomor 12 tahun 2017

bahwa pelatihan tenaga pelaksana dan pengelola imunisasi dilaksanakan satu

tahun sekali.

4.3.1.2 Ketersediaan Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana adalah segala sesuatu yang mendukung proses

penyelenggaraan program imunisasi. Sarana dan prasarana dalam program

imunisasi berupa buku pedoman imunisasi, vaksin, ADS (Auto Disable Syringe),

dan safety box. Hasil wawancara mendalam dengan beberapa informan tentang

sarana dan prasarana yang mendukung program imunisasi sebagai berikut:

“peralatan disini sudah memadai dan sudah cukup juga seperti sudah
tersedianya kulkas khusus penyimpanan vaksin yang berwarna biru
disana, vaksin disini mencukupi karna kan langsung diambil ke dinkes,
buku pedoman juga sudah ada disini, safety box nya ada, vaccine carrier
juga ada, alat-alat suntik juga tersedia, komputer untuk mengolah datanya
juga sudah ada, tidak ada kendala selama ini kalau masalah sarana
prasarana saya rasa”(Informan 1).

Berdasarkan penjelasan dari informan 1 diketahui bahwa sarana dan

prasarana untuk penyelenggaraan program imunisasi terdiri dari buku pedoman

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


41

imunisasi, vaksin, alat suntik, safety box, kulkas khusus penyimpanan vaksin,

vaccine carrier dan komputer pengolah data. Hal yang sama juga dijelaskan oleh

informan 5 dan informan 6 yaitu:

“kalau di desa Tukka sih paling ya posyandu nya masih numpang di


rumah warga, kalau dari alat-alatnya sudah mencukupi gitulah. Kayak
vaksin, alat suntik, termos vaksin, safety box dan buku kohort bayi”
(Informan 5).

“sarana prasarana untuk pelaksanaan imunisasi di desa saya desa


Bonalumban sudah lengkap, yang dibutuhkan itu vaksin, pelarut dan
penetes,alat suntik, safety box, buku kohort, kartu-kartu imunisasinya dan
alat tulis, alat mengantar vaksin nya, dan sabun untuk cuci tangan juga
perlu” (Informan 6).

Berdasarkan penjelasan dari informan 5 dan informan 6 diketahui bahwa

ketersediaan sarana dan prasarana untuk penyelenggaraan kegiatan imunisasi di

desa Bona Lumban dan desa Tukka sudah lengkap.

Sedangkan hasil wawancara dengan informan 2, yaitu:

“mungkin bisa dibilang cukup bisa dibilang nggak juga, vaksin setiap
bulan kami ambil ke dinkes, alat suntik tersedia, safety box tersedia,
vaccine carrier tersedia, pemantau suhu nya juga tersedia, buku pedoman
tersedia, kulkas juga tersedia, untuk penyuluhan kami pakai LCD
proyektor, akan tetapi akses kami untuk menuju ke desa yang jauh itu
masih tidak ada, seperti ke desa Saidnihuta harus naik gunung dan itu
harus pake mobil truk atau yang bergardan 2, ya seenggaknya dari
pemerintah menyediakan untuk mempermudah kami kesana ataupun
masyarakat dijemput pakai mobil itu menuju ke posyandu, karna ya gitu
lah masyarakat gak mau imunisasi ke posyandu karna jauh kali tempatnya
harus naik truk dan truk gak tiap saat juga lewat” (Informan 2).

Berdasarkan penjelasan dari Informan 2 diketahui bahwa akses menuju ke

beberapa desa sangat sulit. Hasil wawancara dengan informan 7:

“kalo ditempat kakak udah lengkap, vaksin kami gak pernah kurang, alat
suntik pun gitu, bukunya, safety box nya, alat pencatat nya udah lengkap

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


42

pokoknya, tapi posyandu gak dibuat di desa saidnihuta nya dek karna
jarak kesana itu jauh kali jadi dibuat di desa sigiring-giring”(Informan 7).

Berdasarkan penjelasan dari informan 7 diketahui bahwa di desa

S.Kalangan II tidak ada posyandu, akan tetapi posyandu S. Kalangan II dibuat di

desa Sigiring-giring karena jarak tempuh ke desa tersebut sangat jauh.

Berikut hasil wawancara dengan informan 2 terkait desa yang tidak

memiliki posyandu:

“Iya masih ada desa yang tidak memiliki posyandu jadi kami buat di desa
yang dekat desa itu, itu seperti desa saidnihuta kami buat jadi di desa
sigiring-giring, karna memang ya menuju kesana itu jauh sekali dan akses
menuju kesana sangat sulit takut vaksin kurang atau ada bahan yang
kurang susah bolak baliknya. Yang gak ada posyandu itu desa saidnihuta
dan saur manggita” (Informan 2).

Berdasarkan penjelasan informan 2 diketahui bahwa ada 2 desa yang tidak

memiliki posyandu yaitu desa S. Kalangan II dan Saur Manggita. Adapun

penyebab nya karena jarak desa tersebut sangat jauh dan akses menuju desa

tersebut sangat sulit.

Berdasarkan informasi dari beberapa informan diketahui bahwa sarana

prasarana untuk penyelenggaraan program imunisasi di Puskesmas Tukka masih

belum lengkap, yaitu masih ada desa yang tidak memiliki posyandu karena jarak

tempuh menuju desa tersebut sangat jauh, yaitu desa S. Kalangan II dan desa Saur

Manggita

Hasil penelitian Rahmawati (2007) dalam penelitiannya menyebutkan

bahwa ketersediaan sarana dan prasarana penunjang mempengaruhi hasil kegiatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


43

imunisasi. Kondisi sarana dan prasarana yang baik antara lain lengkap, modern,

berkualitas, dan jumlah cukup akan memberikan kepuasan karyawan yang

kemudian dapat meningkatkan kinerjanya.

4.3.1.3 Ketersediaan Dana

Dana dibutuhkan dalam penyelenggaraan program imunisasi karena dana

merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan program imunisasi. Menurut

Azwar (2010) biaya kesehatan merupakan besarnya dana yang harus disediakan

untuk menyelenggarakan dan memanfaatkan berbagai upaya kesehatan yang

diperlukan oleh perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat. Berikut hasil

wawancara terkait dengan dana dalam penyelenggaraan program imunisasi:

“kan sekarang dana bantuan untuk puskesmas itu sudah ada namanya
dana BOK yaitu Bantuan Operasional Kesehatan itu langsung dari
pemerintah. Tetapi dana ini hanya bisa digunakan untuk pelayanan
promotif dan preventif bukan untuk pengobatan dan rehabilitatif, kan
imunisasi bagian dari preventif makanya dana imunisasi itu berasal dari
BOK, kalau saya tidak salah BOK mulai berlaku pada tahun 2010 ya.
Untuk pencairan nya terlebih dahulu membuat POA, dari POA itu
puskesmas mengusulkan kebutuhan dana untuk kegiatan imunisasi ke
dinkes, trus bendahara dinkes akan mencairkan permintaan dana
puskesmas”(Informan 1).

Berdasarkan penjelesan informan 1 dapat diketahui bahwa dana program

imunisasi berasal dari dana BOK (Bantuan Operasional Kesehatan). Dana BOK

digunakan untuk pelayanan promotif dan preventif yang berasal dari pemerintah.

Proses pencairan dana BOK terlebih dahulu membuat POA (Plan Of Action),

berdasarkan POA tersebut puskesmas mengusulkan kebutuhan dana untuk

kegiatan imunisasi kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah,

kemudian bendahara Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah akan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


44

mencairkan permintaan dana puskesmas. Hal yang sama juga dijelaskan oleh

informan 2:

“gimana ya, kalau berbicara dana takut salah juga. Dan kalau masalah
dana yang lebih paham itu ibu kapus lah tanya, cuma dari yang saya tahu
dana imunisasi sekarang itu berasal dari dana BOK. Dana BOK itu
khusus buat dana puskesmas. Kalau adanya kegiatan imunisasi saya minta
dana ke bendahara, seperti pembiayaan untuk kader, ongkos, bahan
penyuluhan dan dana nya selalu mencukupi buat kegiatan kami”(Informan
2).

Hal yang sama juga dijelaskan oleh informan 3 dan 4:

“dana imunisasi itu dek berasal dari BOK, pokoknya semua kegiatan yang
berhubungan dengan imunisasi kami minta lah dana nya,gak mungkin kan
pake uang pribadi orang udah di biaya dari pemerintah kok. Selama ini
gak pernah ada ke kurangan dana untuk kegiatan imunisasi disini”
(Informan 3).

“dari BOK, pokoknya semua kegiatan di puskesmas yang berkaitan sama


promotif dan preventif dana nya dari BOK termasuklah ini imunisasi,
misalnya biaya transport menuju posyandu atau biaya transport untuk
antar atau menjemput vaksin, terus kalau ada peralatan yang kurang di
posyandu ataupun untuk keperluan penyuluhan langsung kami minta ke
bendahara dan kami pun tidak pernah kekurangan dana, dananya selalu
ada dan cukup”(Informan 4)

Berdasarkan pernyataan dari beberapa informan dapat diketahui bahwa

dana untuk penyelenggaraan imunisasi berasal dari dana BOK. Dana BOK hanya

dapat digunakan untuk kegiatan pelayanan promotif dan preventif dan berasal dari

pemerintah melalui kementerian kesehatan dalam membantu pemerintah

kabupaten/kota melaksanakan pelayanan kesehatan sesuai SPM (Standar

Pelayanan Minimal) bidang kesehatan menuju MDGs (Millenium Deveploment

Goals). Pemanfaatan dana BOK untuk penyelenggaraan program imunisasi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


45

meliputi kegiatan sweeping imunisasi, pengadaan Alat Tulis Kantor (ATK)

imunisasi, pelaksanaan penyuluhan dan pelaksanaan kegiatan lokakarya mini.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12

tahun 2017 menyatakan bahwa sumber pembiayaan untuk imunisasi dapat berasal

dari pemerintah dan sumber pembiayaan lain yang sah sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 71

tahun 2016, BOK adalah dana dari pemerintah melalui kementerian kesehatan

dalam membantu pemerintahan kabupaten/kota melaksanakan pelayanan

kesehatan sesuai SPM (Standar Pelayanan Minimal) bidang kesehatan menuju

MDGs (Millenium Deveploment Goals) melalui peningkatan kinerja puskesmas

dan jaringannya serta Poskesdes dan Posyandu dalam penyelenggaraan pelayanan

kesehatan promotif dan preventif seperti Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga

Berencana, imunisasi, gizi masyarakat, promosi kesehatan, kesehatan lingkungan

dan pengendalian penyakit.

Hasil penelitian Sondakh dkk (2017) tentang analisis pemanfaatan dan

pengelolaan dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas Sario

Kota Manado menyatakan bahwa indikator keberhasilan dana BOK sangat

mendukung realisasi program di puskesmas.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa ketersediaan dana dalam

penyelenggaraan program imunisasi di Puskesmas Tukka selalu mencukupi

karena dana selalu disediakan oleh pemerintah berupa dana BOK. Berdasarkan

wawancara dengan informan 2, informan 3, dan informan 4 pengambilan dana

untuk kegiatan imunisasi langsung ke bendahara puskesmas. Sedangkan untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


46

pencairan dana BOK terlebih dahulu membuat POA (Plan Of Action) yang

merupakan satu kesatuan dengan POA puskesmas, berdasarkan POA tersebut

puskesmas mengusulkan kebutuhan dana untuk kegiatan kepada Dinas Kesehatan

Kabupaten Tapanuli Tengah kemudian bendahara Dinas Kesehatan Kabupaten

Tapanuli Tengah akan mencairkan permintaan dana puskesmas berdasarkan

persetujuan atas hasil verifikasi tim pengelola Jamkesmas dan BOK tingkat

kabupaten/kota.

4.3.2 Proses

4.3.2.1 Perencanaan

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 12 tahun 2017 perencanaan

merupakan kegiatan yang sangat penting sehingga harus dilakukan secara benar

oleh petugas yang profesional. Ketidaktepatan dalam perencanaan akan

mengakibatkan terhambatnya pelaksanaan program, tidak tercapainya target

kegiatan, pemborosan keuangan negara serta hilangnya kepercayaan masyarakat.

Perencanaan dalam penyelenggaraan program imunisasi terdiri dari penentuan

jumlah sasaran, perencanaan vaksin, perencanaan ADS, safety box dan cold chain.

1. Penentuan sasaran

Kegiatan ini merupakan salah satu kegiatan yang sangat penting karena

menjadi dasar dari perencanaan, pelaksanaan, monitoring serta evaluasi dari suatu

program. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan nomor 12 tahun 2017

menyatakan bahwa sebelum melakukan perencanaan kebutuhan vaksin, harus

menentukan berapa jumlah sasaran imunisasi dalam satu tahun yang akan dilayani

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


47

di wilayah kerja masing-masing. Berikut hasil wawancara dengan informan 2

terkait penentuan sasaran di Puskesmas Tukka:

“penetuan jumlah sasaran itu langsung dari Dinas Kesehatan Tapanuli


Tengah, jadi kami hanya menerima langsung dan itu juga menjadi salah
satu penyebab ya dek menurut saya, karena data di lapangan itu berbeda
sekali dengan data yang sama mereka jadi itu biasanya data dimereka
lebih besar dibanding data dilapangan makanya kadang itu penyebab dari
rendahnya imunisasi disini“ (Informan 2).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 diperoleh informasi

bahwa penentuan sasaran dilaksankan oleh Dinas kesehatan Kabupaten Tapanuli

Tengah dan penetuan sasaran yang dilaksanakan oleh Dinkes Tapanuli Tengah

sering ada kesalahan data yaitu data di Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah berbeda

dengan data yang di lapangan dan umunya data sasaran di Dinas Kesehatan

Tapanuli Tengah lebih besar dari data sasaran sebenarnya yang ada di lapangan.

Hasil wawancara dengan informan 3:

“menentukan jumlah sasaran itu dek caranya membagi jumlah bayi desa
tahun lalu dengan jumlah bayi kecamatan tahun lalu terus dikalin dengan
jumlah bayi kecamatan tahun ini dan yang melaksanakan perhitungan itu
langsung dari dinkes kami cuma nerima dari dinkes” (Informan 3).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 3 diketahui bahwa

penentuan jumlah sasaran imunisasi yaitu jumlah bayi di desa pada tahun lalu

dibagi dengan jumlah bayi di kecamatan tahun lalu kemudian dikali dengan

jumlah bayi di kecamatan tahun ini dan jumlah sasarannya diperoleh dari Dinas

Kesehatan Tapanuli Tengah. Adapun hasil wawancara dengan informan 4 yaitu:

“sasaran imunisasi itu kan bayi, jadi kami perlu data bayi di tiap desa dan
kecamatan baru bisa kami tentukan berapa jumlah sasarannya” (Informan
4).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


48

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa informan diperoleh

informasi bahwa cara penentuan jumlah sasaran imunisasi yaitu jumlah bayi di

desa pada tahun lalu dibagi dengan jumlah bayi di kecamatan tahun lalu kemudian

dikali dengan jumlah bayi di kecamatan tahun ini.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 12 tahun 2017

tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi yang menyebutkan bahwa sasaran

untuk setiap jenis kegiatan pelayanan imunisasi dihitung berdasarkan angka

jumlah penduduk, pertambahan penduduk serta angka kelahiran dari hasil sensus

penduduk atau Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS) yang dilakukan oleh

BPS.

Hasil penelitian terkait penentuan sasaran tidak dilaksanakan oleh

Puskesmas Tukka, akan tetapi penentuan sasaran dilaksankan oleh Dinas

kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah dan penetuan sasaran yang dilaksanakan

oleh Dinkes Tapanuli Tengah sering ada kesalahan data yaitu data di Dinas

Kesehatan Tapanuli Tengah berbeda dengan data yang ada di lapangan dan

umunya data sasaran di Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah lebih besar dari data

sasaran sebenarnya yang ada di lapangan.

2. Perencanaan kebutuhan vaksin

Perencanaan kebutuhan vaksin dilakukan setelah menghitung jumlah

sasaran imunisasi. Hasil wawancara dengan informan 2 yaitu:

“kalau perencanaan vaksin itu harus tau dulu jumlah sasaran imunisasi,
target cakupan, hitung indeks pemakaian vaksin baru bisa ditentukan
berapa kebutuhan vaksin, baru dikasihkan ke dinkes terus dinkes membuat
pengadaan vaksin itu” (Informan 2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


49

Berdasarkan hasil wawancara dari informan 2 diketahui bahwa dalam

penentuan kebutuhan vaksin perlu disiapkan terlebih dahulu jumlah sasaran

imunisasi, target cakupan dan menghitung indeks pemakaian vaksin. Hasil

wawancara dengan infoman 3 :

“perhitungan nya dihitung tiap bulan sesuai dengan jumlah sasaran yang
mau di imunisasi, terus hasil laporan nya kami kirim ke dinkes”
(Informan 3).

Hal yang sama juga dijelaskan oleh infoman 4:

“setiap bulan buat perencanaan jumlah vaksin nya sesuai sama jumlah
bayi nya dan jumlah posyandu yang ada di desa” (Informan 4).

Adapun cara menghitung indeks vaksin berdasarkan hasil wawancara

dengan informan 2 yaitu:

“indeks vaksin itu artinya pemakaian rata-rata dari setiap kemasan


vaksin, cara ngitungnya itu jumlah cakupan dibagi jumlah vaksin yang
dipakai”(Informan 2).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 2 diperoleh informasi

bahwa perhitungan indeks pemakaian vaksin (IP) adalah pemakaian rata-rata

setiap kemasan vaksin. Cara menghitung IP yaitu dengan membagi jumlah

cakupan dengan jumlah vaksin yang dipakai.

Berdasarkan wawancara dengan beberapa informan diperoleh informasi

yaitu penentuan kebutuhan vaksin dilakukan oleh koordinator imunisasi di

Puskesmas Tukka. Dalam menentukan kebutuhan vaksin terlebih dahulu

menyiapkan jumlah sasaran bayi yang akan diimunisasi, menentukan target

cakupan dan menghitung indeks pemakaian vaksin. Cara menghitung indeks

pemakaian vaksin yaitu membagi jumlah cakupan dengan jumlah vaksin. Setelah

itu laporan perhitungan kebutuhan vaksin dikirim ke Dinas Kesehatan Tapanuli

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


50

Tengah dan ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 12 tahun 2017

tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi yang menyebutkan bahwa

puskesmas mengirimkan rencana kebutuhan vaksin ke kabupaten/kota.

Hasil penelitian terkait penentukan kebutuhan vaksin di Puskesmas Tukka

sudah dilaksanakan setiap bulan. Penentuan kebutuhan vaksin di Puskesmas

Tukka dilaksanakan oleh koordinator imunisasi dan memerlukan data jumlah

penduduk dan jumlah bayi yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah.

3. Perencanaan kebutuhan alat suntik, safety box dan cold chain

Perencanaan kebutuhan alat suntik dan safety box tidak dapat dipisahkan

dengan perencanaan kebutuhan vaksin. Pada setiap pelayanan penting untuk

memperhatikan ketersediaan vaksin dan peralatan alat suntik dengan cukup, jika

hal ini tidak tersedia dengan cukup maka sasaran akan pulang tanpa diimunisasi.

Safety box merupakan kotak tempat pembuangan limbah medis tajam yang

bertujuan untuk keamanan baik bagi petugas, sasaran maupun masyarakat. Cold

chain merupakan sarana khusus yang digunakan untuk menjaga kualitas vaksin.

Berikut hasil wawancara dengan informan terkait kebutuhan alat suntik, safety box

dan cold chain:

“gak ada perencanaan itu kami buat, soalnya perencanaan itu dibuat
langsung dari dinas kesehatan. Kami langsung nerima peralatan nya dari
dinas kesehatan”(Informan 2).

“Setau aku ya dek gak ada kami buat perencanaan alat-alat suntik itu,
peralatan itu langsung dikasih sama pihak dinas kesehatan”(Informan 3).

“sudah disediakan dari dinas kesehatan, alat-alat nya kami terima dari
dinas kesehatan kami gak ada buat perencanaan alat suntik, safety box
sama cold chain itu”(Informan 4).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


51

Berdasarkan hasil wawancara dari informan 2, informan 3 dan informan 4

diperoleh informasi yaitu perencanaan kebutuhan alat suntik, safety box dan cold

chain dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah sehingga puskesmas

Tukka hanya menerima alat suntik, safety box dan cold chain tanpa melakukan

perencanaan terlebih dahulu.

Hasil penelitian terkait perencanaan kebutuhan alat suntik, safety box dan

cold chain tidak dilaksanakan oleh puskesmas Tukka akan tetapi dilaksanakan

oleh Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah yang jumlahnya disesuaikan dengan

jumlah sasaran.

4.3.2.2 Pelayanan imunisasi

Hasil wawancara terkait pelayanan imunisasi di Puskesmas tukka yaitu:

“Menurut saya kalau pelaksanaan imunisasi disini sudah berjalan dengan


baik, imunisasi disini dilakukan setiap bulan dan proses nya menyiapkan
petugas, alat-alat yang diperlukan seperti vaksin, alat suntik, safety box,
memberikan penyuluhan, mengumumkan sehari sebelum imunisasi kepada
masyarakat, baru lah saat hari H nya dilaksanakan imunisasi. Yang
bertanggung jawab mengimunisasi di tiap posyandu itu bidan desa nya
dan dibantu sama kader-kader”(Informan 2).

“Gini dek, kalo pelayanan imunisasi itu dilaksanakan di setiap posyandu


yang ada di desa masing-masing. Sebelum dilaksanakan terlebih dahulu
disiapkan petugasnya, peralatannya kemudian diberikan penyuluhan
kepada ibu-ibu yang punya anak balita. Terus ya kader memberikan
pengumuman ke ibu-ibu supaya membawa anaknya imunisasi saat hari
buka posyandu” (Informan 3).

“biasanya kalo mau ada imunisasi ada pengumuman dulu ke orang tua
bayi minta persetujuannya dulu. Ada penyuluhan juga tentang imunisasi
apa keuntungan dan kerugiannya, efek sampingnya gimana. Kalo
penyuluhan biasanya bekerja sama, sama lintas sektoral” (Informan 4).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


52

Berdasarkan hasil wawancara diperoleh informasi yaitu sebelum

pelayanan imunisasi terlebih dahulu mempersiapkan petugas imunisasi, peralatan

alat suntik dan vaksin serta persiapan safety box. Setelah itu diadakan kegiatan

penyuluhan kepada orangtua bayi tentang manfaat imunisasi, efek samping

setelah diimunisasi dan kerugian jika tidak diimunisasi. Penyuluhan tersebut

bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari orangtua agar bayinya diberi

imunisasi. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kerjasama lintas program

maupun lintas sektoral. Adapun yang termasuk dalam lintas program dan lintas

sektoral berdasarkan wawacara dengan informan 4 yaitu:

“lintas program itu ya seperti petugas imunisasi, bidan desa, KIA kalau
lintas sektoral kepala desa, camat, ibu-ibu PKK, kader juga” (Informan
4).

Berdasarkan wawancara dengan informan 4 diketahu bahwa Kerjasama

lintas program meliputi bidan desa, petugas imunisasi dan KIA, sedangkan

kerjasama lintas sektoral meliputi camat, kepala desa, ibu PKK dan kader. Hal ini

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 12 tahun 2017 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi yang menyatakan bahwa program imunisasi

dituntut untuk melaksanakan ketentuan program secara efektif dan efisien. Untuk

itu pengelola program imunisasi harus dapat menjalankan fungsi koordinasi

dengan baik, yaitu dengan melakukan kerjasama lintas program dan lintas

sektoral.

Adapun hasil wawancara terkait pelayanan imunisasi di posyandu yaitu:

“Ya kayak biasa sih menurut saya, masyarakat diberi tahu kan akan ada
imunisasi besok. Besoknya kan udah pada datang, ke meja 1 dulu untuk

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


53

mendaftar kemudian ke meja 2 untuk menimbang bayinya ke meja 3


pencatatan ke kms ke meja 4 penyuluhan dan ke meja 5 pemberian
imunisasi, setelah kegiatan imunisasi terlaksana kami mencatat kembali
data-data nya kedalam buku pencatatan” (Informan 5).

“Kalau di desa saya itu pelayanannya sudah baik, saya di bantu oleh
beberapa kader. pertama sekali harus mempersiapkan petugas dulu,
kemudian mempersiapkan vaksin-vaksin nya, suntik, safety box. Setelah
siap semua baru dilaksanakan imunisasinya”(Informan 6).

Berdasarkan penjelasan informan 5 dan informan 6 diketahui bahwa

pelayanan kegiatan program imunisasi meliputi pelatihan petugas imunisasi,

penyuluhan kepada ibu-ibu tentang imunisasi dan pengelolaan vaksin di hari

pelaksanaan imunisasi. Kemudian pada saat satu hari sebelum hari buka posyandu

menyiapkan sarana dan prasarana, memberitahu ibu-ibu untuk datang ke

posyandu, menghubungi Pokja posyandu, dan pembagian tugas kader. Pada hari

buka posyandu, pelaksanaan pelayanan program imunisasi yaitu pendaftaran bayi,

penimbangan bayi, pencatatan hasil penimbangan, penjelasan data KMS kepada

ibu-ibu, dan pemberian pelayanan imunisasi oleh petugas kesehatan. Kemudian

setelah kegiatan imunisasi dilakukan pemindahan data dari KMS ke buku register

dan melakukan kunjungan rumah atau penyuluhan perorangan untuk mengajak

ibu-ibu datang ke posyandu pada kegiatan imunisasi bulan berikutnya.

Berikut hasil wawancara dengan informan 7:

“kalau pelayanan yang kami berikan udah baik kok, cuma masyarakatnya
aja yang gak mau datang imunisasi” (Informan 7).

Berikut hasil wawancara dengan informan 7 terkait alasan masyarakat desa

S. Kalangan II tidak datang imunisasi:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


54

“taulah dek desa saidnihuta itu jauh kali, menuju kesana pun harus
nunggu truk lewat, gak ada pula transportasi yang disediakan dari
pemerintah untuk kesana, selain itu disana juga masyarakatnya masih
kental budaya pengetahuan orang itu tentang imunisasi masih rendah
penyuluhan memang jarang kami kesana karna gak ada masyarakatnya
yang mau, susah lah pokoknya” (Informan 7).

Berdasarkan wawancara dengan informan 7 diperoleh informasi yaitu

kurangnya promosi kesehatan tentang imunisasi di Desa S. Kalangan II dan tidak

ada nya akses dari pemerintah untuk mempermudah masyarakat S. Kalangan II

menuju posyandu.

Berikut penjelasan informan 8, informan 9 dan informan 10 terkait

pelayanan imunisasi:

“pelayanan di posyandu, sudah baik pelayanan imunisasi ditempat saya.


pertama : ibu-ibu datang lah ke posyandu bawa anak-anak nya, ke dua :
orang itu mendaftar ke bagian pendaftaran, ke tiga : anak-anaknya kami
timbang pake dacin, ke empat : kami isi lah KMS, kelima : kami kasi
penyuluhan, ke enam: bidan mengimunisasi anak-anak itu”(Informan 8).
“persiapan petugas dulu terus menyiapkan alat bahan nya kayak vaksin,
alat suntik, tempat limbah, meja di posyandu, alat tulis dan buku register,
kasih penyuluhan, kasih tau ibu-ibu balita supaya bawa anak mereka ke
posyandu agar di imunisasi kasih tau hari tanggal dan jam nya. Yang
memberikan imunisasi ato menyuntik nya ibu bidan disini (Informan 9).
“aku rasa pelayanan yang kami kasih sudah pas, sebelum kegiatan
imunisasi kami kasih tau kan sama masyarakat jadwal kegiatan imunisasi
yang ngimunisasinya bidan desa saya cuma membantu aja (Informan 10).

Berdasarkan wawancara dari beberapa informan diperoleh informasi

bahwa pelayanan imunisasi diadakan di posyandu yang dilaksanakan oleh bidan

dan dibantu kader. Kader bertugas untuk mencatat nama bayi yang akan

diimunisasi, menimbang bayi, mencatat hasil penimbangan, pengisian Kartu

Menuju sehat (KMS) dan memberikan penyuluhan berdasarkan hasil KMS. Bayi

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


55

yang sudah mendaftar menunggu antrian untuk melakukan imunisasi. Pemberian

imunisasi dilakukan langsung oleh bidan desa. Untuk setiap posyandu ditangani

oleh satu orang bidan.

Hal ini sesuai dengan Kementerian Kesehatan tahun 2011 tentang

pedoman umum pengelolaan posyandu yang menyebutkan bahwa

terselenggaranya posyandu melibatkan berbagai pihak seperti kader. Peran kader

sebelum hari posyandu adalah menyebarluaskan hari buka posyandu,

mempersiapkan tempat pelaksanaan posyandu, mempersiapkan sarana posyandu,

pembagian tugas kader dan mempersiapkan bahan Pemberian Makanan

Tambahan (PMT). Pada saat pelaksanaan posyandu peran kader adalah

melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu, melaksanakan penimbangan

balita dan ibu hamil yang berkunjung ke posyandu, mencatat hasil penimbangan

di buku KIA atau KMS dan membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan

kesehatan dan KB sesuai kewenangannya.

Hasil penelitian Kiftiyah (2016) tentang hubungan peran kader dengan

cakupan program imunisasi campak pada balita menyatakan bahwa ada hubungan

peran kader dengan tingkat keberhasilan program imunisasi.

Berikut hasil wawancara terkait hambatan dalam pelayanan imunisasi di

beberapa posyandu:

“hambatan nya sih dari masyarakat sendiri ya, terkadang ada yang tidak
sempat membawa anak nya karena sibuk atau kerja, ada juga karna malas
katanya, jadi kalau gitu pergi kami kerumah-rumah masyarakat langsung
mengimunisasi dirumahnya, mau kok orang itu kalau datang langsung
kerumahnya”(Informan 5).

“susah kali masyarakat disini kalau disuruh imunisasi, sampe pergi kami
ke rumah-rumah penduduk untuk mengimunisasi. nggak lagi di posyandu

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


56

kami imunisasi tapi itu pun masih ada juga ibu-ibu nya yang bersembunyi
di rumah gak mau keluar, pengetahuan mereka tentang imunisasi itu
masih kurang walaupun udah kami kasih penyuluhan berkali-kali tapi
tetap takut juga orang itu imunisasi anak nya, tapi kalau menurut saya itu
suami-suami orang itu yang melarang keras anak nya imunisasi kalau
udah dilihatnya dikit anak nya demam langsung disalahkan istrinya karna
dibawa anaknya itu imunisasi”(Informan 6).

“aduh dek kayakmana lah kakak bilang ya, tahu la kan desa kakak itu jauh
kali didesa itu pun gak ada posyandu nya jadi posyandunya itu kami buat
di desa sigiring-giring sana, karna kalau mau menuju kesana susah kali
ada sekitar 2 jam itupun harus naik mobil truk kesana. Jadi kami suruh
masyarakatnya yang datang ke desa sigiring-giring, kayakmana ya karna
jarak nya jauh terus transportasi kesana pun susah orang itupun malas
lah jadinya, jalan kaki gak mungkin juga memang karna jauh kali. Selain
itu juga ya dek, disana kan tempatnya memang masih kental budaya kami
aja kalau datang kesana entah mau penyuluhan gitu gak ada orang itu
yang mau keluar, masuk semua, pengetahuan orang itu juga masih sangat
kurang sekali, marah suami sama mertua nya kalau anak mereka di
imunisasi juga, pernah kami sweeping imunisasi kesana. Tapi lah memang
udah masyarakat nya susah sekali di ajak dan diberitahukan tentang
imunisasi, akses kesana juga susah itu lah yang buat rendah kali
imunisasinya disini jadinya” (Informan 7).

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan 5, informan 6 dan

informan 7 diperoleh informasi bahwa hambatan dalam penyelenggaraan

imunisasi yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat tentang imunisasi, jarak

tempuh yang jauh dan sulitnya akses menuju ke posyandu.

Hasil penelitian terkait pelayanan imunisasi yaitu sudah terlaksana

pelayanan imunisasi di Puskesmas Tukka secara maksimal dan dilaksanakan

setiap bulan, sebelum pelayanan imunisasi terlebih dahulu mempersiapkan

petugas imunisasi, peralatan alat suntik dan vaksin serta persiapan safety box.

Setelah itu diadakan kegiatan penyuluhan kepada orangtua bayi tentang manfaat

imunisasi, efek samping setelah diimunisasi dan kerugian jika tidak diimunisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


57

Penyuluhan tersebut bertujuan untuk mendapatkan persetujuan dari orangtua agar

bayinya diberi imunisasi. Kegiatan ini dilakukan dengan melakukan kerjasama

lintas program maupun lintas sektoral. Kerjasama lintas program meliputi bidan

desa, petugas imunisasi dan KIA, sedangkan kerjasama lintas sektoral meliputi

camat, kepala desa, ibu PKK dan kader. Pelayanan imunisasi dilaksanakan di

posyandu yang dilakukan oleh bidan dan dibantu kader. Kader bertugas untuk

mencatat nama bayi yang akan diimunisasi, menimbang bayi, mencatat hasil

penimbangan, pengisian Kartu Menuju sehat (KMS) dan memberikan penyuluhan

berdasarkan hasil KMS. Bayi yang sudah mendaftar menunggu antrian untuk

melakukan imunisasi. Pemberian imunisasi dilakukan langsung oleh bidan desa.

Untuk setiap posyandu ditangani oleh satu orang bidan.

Akan tetapi ada beberapa hambatan dalam pelaksanaan pelayanan

imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Tukka. Adapun penyebab rendahnya

imunisasi di Puskesmas Tukka yaitu kurangnya promosi kesehatan tentang

imunisasi, jarak tempuh yang jauh dan sulitnya akses menuju posyandu.

4.3.2.3 Pengelolaan rantai vaksin

Pengelolaan rantai vaksin terdiri dari penyediaan, penyimpanan,

pemeliharaan dan pendistribusian vaksin. Berikut hasil wawancara tentang

penyediaaan vaksin:

“Kalau vaksin kami terima dari dinas kesehatan sedangkan dinas


kesehatan menerima vaksin dari provinsi. Kami membuat permintaan
vaksin kepada dinas kesehatan setelah 2-4 hari kami sudah bisa ambil
vaksin itu ke dinas kesehatan” (Informan 2).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


58

“Dinkes menerima vaksin dari provinsi itu setahun sekali biasanya, terus
di dinkes vaksin disimpan di dalam gudang penyimpanan. Dan kami dari
pihak puskesmas hanya menerima langsung dari pihak dinkes setiap
sebulan sekali” (Informan 3).

Berdasarkan wawancara dengan informan 2 dan informan 3 diperoleh

informasi bahwa penyediaan vaksin diadakan oleh Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara kemudian dalam waktu 1 tahun sekali dikirim ke Dinas

Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah dan 1 bulan sekali Puskesmas menjemput

vaksin ke Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah. Proses penyediaan vaksin untuk

Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah dan Puskesmas Tukka diadakan oleh

pemerintah Provinsi Sumatera Utara serta vaksin yang datang dalam jangka

waktu 1 tahun sekali di letakan di gudang Dinas Kesehatan dan setiap bulan nya

Puskesmas Tukka mengajukan permintan kebutuhan vaksin ke Dinas Kesehatan

Tapanuli Tengah.

Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 12 tahun 2017 yang menyebutkan pemerintah

bertanggung jawab terhadap penyediaan logistik Imunisasi Program yaitu

penyediaan vaksin, ADS (Auto Disable Syringe), safety box, dan peralatan cold

chain berupa: alat penyimpan vaksin, meliputi cold room, freezer room, vaccine

refrigerator,dan freezer; alat transportasi vaksin, meliputi kendaraan berpendingin

khusus, cold box, vaccine carrier, cool pack, dan cold pack; dan alat pemantau

suhu, meliputi termometer, termograf, alat pemantau suhu beku, alat

pemantau/mencatat suhu secara terus-menerus, dan alarm.

Berikut hasil wawancara tentang penyimpanan dan pemeliharaan vaksin:

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


59

“Vaksin yang sudah dibuka harus segera dipake dan kalau untuk
penyimpanan nya sudah sesuai standar yaitu suhu nya 2-8oC. Vaksin disimpan di
dalam kulkas, pemeliharaan vaksin nya di lakukan pengecekan suhu setiap hari
dan menaikkan grafik suhu sesuai standar selain itu ruangan tempat
penyimpanan vaksin terhindar dari sinar matahari langsung dan hasilnya dibuat
laporan dalam buku setiap hari. Kalo mau lihat vaksin bisa dipakai apa gak bisa
liat VVM juga”(Informan 2).

Hasil wawancara yang didapatkan yaitu pemeliharaan vaksin di

puskesmas Tukka dengan melakukan pengecekan suhu menggunakan termometer

setiap pagi dan sore hari, pengecekan cairan pada dasar lemari es, apabila terdapat

cairan harus segera dibersihkan atau dibuang. Pemeliharaan suhu di puskesmas

Tukka sudah sesuai standar yaitu 20C-80C . Kemudian dalam proses penyimpanan

vaksin keadaan ruangan sudah baik dengan terhindar dari sinar matahari secara

langsung. Jadi untuk proses penyimpanan vaksin di Puskemsas Tukka tidak

terdapat permasalahan. Untuk melihat kualitas vaksin dapat dilihat dari VVM

(Vaccine Vial Monitor).

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor 12

tahun 2017 menyatakan bahwa ada 4 indikator VVM pada vaksin yaitu A : Segi

empat lebih terang dari lingkaran artinya gunakan vaksin bila belum kadaluarsa, B

: segi empat berubah gelap tapi lebih terang dari lingkaran artinya gunakan vaksin

lebih dahulu bila belum kadaluarsa, C : segi empat berwarna sama dengan

lingkaran artinya jangan gunakan vaksin dan merupakan batas untuk tidak

digunakan lagi, D : segi empat lebih gelap dari lingkaran artinya jangan gunakan

vaksin dan melewati batas buang. Masa kadaluarsa vaksin dengan VVM yang

sama maka yang digunakan terlebih dahulu adalah vaksin yang lebih pendek masa

kadaluarsanya, selain itu vaksin yang terlebih dahulu diterima sebaiknya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


60

dikeluarkan terlebih dahulu. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa vaksin yang

diterima lebih awal mempunyai jangka waktu pemakaian yang lebih pendek

Pemakaian vaksin di puskesmas Tukka yang sudah dibuka tidak lagi

digunakan dan harus dibuang, selain itu vaksin yang telah mendapatkan paparan

panas lebih banyak harus digunakan terlebih dahulu meskipun masa

kadaluarsanya masih lebih panjang. Penggunaan vaksin sisa di puskesmas Tukka

digunakan kembali pada hari berikutnya dengan syarat harus terpenuhi yaitu

disimpan pada suhu 20C-80C, VVM dalam kondisi A atau B, belum kadaluarsa,

tidak terendam air selama penyimpanan dan belum melampaui masa pemakaian.

Berikut hasil wawancara tentang pendistribusian vaksin:

“Kalo ke posyandu itu kadang kami yang antar, kadang juga bidan desa
yang jemput kesini menggunakan termos vaksin. Tapi kalo vaksin dari
dinkes biasanya saya yang ambil tapi kadang-kadang mereka mau juga
ngantar, orang itu ngantar pake cold box dan ada lampiran surat bukti
barang keluar nya dan suhu harus tetap dijaga juga. Biasanya kami
ajukan permintaan vaksin ke dinkes baru mereka antar lah, kalo gak saya
langsung kesana yang ambilnya”(Informan 2).

Berdasarkan wawancara diperoleh informasi yaitu pendistribusian vaksin

dari puskesmas Tukka ke setiap posyandu menggunakan vaccine carrier yang

diisi coolpack dan vaksin diantar petugas puskesmas ke posyandu atau dijemput

langsung oleh bidan desa ke puskesmas. Selama proses pendistribusian vaksin,

kualitas vaksin harus tetap dijaga yaitu disimpan pada suhu 20C-80C.

Pendistrubisan vaksin dari Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah ke

puskesmas Tukka dilakukan dengan cara diantar langsung oleh petugas Dinas

Kesehatan atau diambil langsung oleh petugas puskesmas dan dilakukan atas

dasar permintaan resmi dari puskesmas Tukka dengan mempertimbangkan stok

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


61

maksimum dan daya tampung penyimpanan vaksin. Pendistrubisan dari dinas

kesehatan ke puskesmas menggunakan cold box atau vaccine carrier yang disertai

dengan cool pack dan juga disertai dengan dokumen pengiriman berupa Surat

Bukti Barang Keluar (SBBK) dan Vaccine Arrival Report (VAR).

Hasil penelitian yang diperoleh terkait pengelolaan rantai vaksin di

Puskesmas Tukka yaitu puskesmas Tukka sudah melaksanakan pengelolaan rantai

vaksin sesuai ketentuan yaitu penyediaan vaksin diadakan oleh Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Utara kemudian dalam waktu 1 tahun sekali dikirim ke Dinas

Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah dan 1 bulan sekali Puskesmas menjemput

vaksin ke Dinas Kesehatan Tapanuli Tengah, pemeliharaan suhu di puskesmas

Tukka sudah sesuai standar yaitu 20C-80C . Kemudian dalam proses penyimpanan

vaksin keadaan ruangan sudah baik dengan terhindar dari sinar matahari secara

langsung, dan pendistribusian vaksin dari puskesmas Tukka ke setiap posyandu

menggunakan vaccine carrier yang diisi coolpack dan vaksin diantar petugas

puskesmas ke posyandu atau dijemput langsung oleh bidan desa ke puskesmas.

Hasil penelitian Wulandari (2011) tentang Hubungan antara pelaksanaan

prosedur tetap rantai dingin (Cold Chain) vaksin tingkat puskesmas dengan

kejadian PD3I di Kabupaten Jember yaitu menunjukkan pelaksanaan pelayanan

imunisasi secara signifikan berhubungan dengan kejadian PD3I di Kabupaten

Jember tahun 2010. Hal tersebut dikarenakan sebanyak 47,1% petugas pelaksana

imunisasi tidak memeriksa kembali kondisi VVM saat berada di posyandu. Selain

itu pada saat persiapan pelayanan imunisasi, terdapat 69,4% petugas pelaksana

imunisasi yang tidak meletakkan 4 buah cool pack di dalam vaccine carrier yang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


62

semakin memperbesar kemungkinan suhu di dalam vaccine carrier menjadi tidak

stabil untuk suhu penyimpanan vaksin (20 C-80 C).

4.3.2.4 Pencatatan dan pelaporan

Hasil wawancara terkait pencatatan dan pelaporan kegiatan imunisasi di

Puskesmas Tukka yaitu:

“Bidan mencatat semua hasil imunisasi di desa nya kemudian


dikumpulkan dan diberikan kepada saya dan kemudian saya rekap di buku
pencatatan imunisasi. Kalau pelaporan ke dinkes menurut saya agak lama
memang, soalnya saya menerima laporan dari tiap desa itu lama.
Pencatatan yang saya kasihkan itu kayak pencatatan rutin imunisasi bayi
dan pencatatan stok vaksin, kalo pelaporannya ya laporan imunisasi, KIPI
dan laporan pemakaiam vaksin”(Informan 2).

“Saya mencatat hasil imunisasi kedalam buku kohort bayi dan


melaporkannya ke puskesmas”(Informan 5).

“saya catat itu semua ke buku kohort bayi baru saya kasi kan ke
puskesmas”(Informan 6).
“kakak catat kedalam buku imunisasi abis itu kakak laporkan ke
koordinator imunisasi” (Informan 7).

Berdasarkan wawancara diperoleh informasi yaitu pencatatan hasil

kegiatan imunisasi dimasukkan ke dalam buku kohort bayi dan setiap bulan

dilaporkan ke koordinator imunisasi. Setelah dilakukan pencatatan maka langkah

selanjutnya adalah pelaporan tiap bulan dari desa dimasukkan ke induk dan

melaporkan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah. Namun pada

kenyataannya sistem pelaporan ke Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah

tidak tepat waktu. Pencatatan yang dilakukan meliputi pencatatan imunisasi rutin

bayi dan pencatatan stok vaksin sedangkan pelaporannya meliputi laporan

imunisasi, laporan KIPI dan laporan pemakaian vaksin yang diisi secara lengkap

dan tepat waktu.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


63

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 12

tahun 2017 yang menyebutkan bahwa pencatatan penyelenggaraan imunisasi

dilakukan oleh bidan desa sedangkan pelaporannya dilakukan oleh setiap unit

yang melakukan kegiatan imunisasi mulai dari puskesmas pembantu, puskesmas,

rumah sakit dan rumah bersalin kepada pengelola program di tingkat administrasi

yang sesuai. Pelaporan dari tingkat puskesmas ke kabupaten dilakukan selambat-

lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Sucsesa & Hargono

(2018) menyatakan bahwa pencatatan data imunisasi di sebagian puskesmas ber

kualitas baik, kelemahan sistem pemantauan pada kualitas sistem pelaporan yaitu

hasil imunisasi desa belum dilaporkan tepat waktu ke puskesmas dan terdapat

perbedaan pelaporan antara kohort bayi dengan laporan puskesmas.

Hasil penelitian terkait pencatatan dan pelaporan penyelenggaraan

imunisasi di Puskesmas Tukka yaitu pencatatan sudah dilaksanakan sesuai dengan

Permenkes nomor 12 tahun 2017 yang menyatakan bahwa pencatatan hasil

kegiatan imunisasi dimasukkan ke dalam buku kohort bayi dan setiap bulan

dilaporkan ke koordinator imunisasi, sedangkan pelaporan belum dilaksanakan

sesuai ketentuan Permenkes nomor 12 tahun 2017 yang menyatakan pelaporan

dari tingkat puskesmas ke kabupaten dilakukan selambat-lambatnya tanggal 5

pada bulan berikutnya.

4.3.2.5 Monitoring dan evaluasi

Monitoring merupakan aktivitas yang dilakukan yang dilakukan pimpinan

untuk melihat dan memantau jalannya organisasi selama kegiatan berlangsung dan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


64

menilai ketercapaian tujuan, melihat faktor pendukung dan penghambat

pelaksanaan program, sedangkan evaluasi merupakan proses untuk

mengidentifikasi masalah, mengumpulkan data dan menganalisa data,

menyimpulkan hasil yang dicapai, menginterpretasikan hasil menjadi rumusan

kebijakan dan menyajikan informasi untuk pembuatan keputusan berdasarkan

pada aspek kebenaran hasil evaluasi (Moerdiyanto, 2009). Berikut hasil

wawancara terkait monitoring di Puskesmas Tukka:

“setiap bulan saya melakukan monitoring karna saya harus tanda tangan
laporan tiap bulannya, jadi dari situ saya liat mengapa cakupan bisa kurang,
mengapa rendah dan apa yang harus dilakukan jika kurang” (Informan 1).

“saya langsung ke desa untuk melakukan pemantauan terus laporan nya


saya laporkan ke kepala puskesmas untuk dimonitoring apa saja yang perlu
diperbaiki” (Informan 2).

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa Kepala Puskesmas

melakukan monitoring terhadap penyelenggaraan imunisasi setiap satu bulan

sekali yang bertujuan untuk mengetahui apa saja kendala ataupun kekurangan

selama pelayanan imunisasi berlangsung dan untuk mendapatkan tindak lanjut.

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 12 tahun 2017 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Imunisasi menyebutkan bahwa monitoring merupakan aktivitas

yang dilakukan pimpinan untuk melihat, memantau jalannya organisasi selama

kegiatan berlangsung dan menilai ketercapaian tujuan, melihat faktor pendukung

dan penghambat pelaksanaan program. Berikut hasil wawancara terkait dengan

evaluasi terhadap penyelenggaraan imunisasi:

“evaluasi itu diadakan setiap bulan yaitu melalui lokmin dan lokbun, kalo
lokmin itu semua yang hadir petugas imunisasi dan lintas sektoralnya.
Kalo lokbun cuma petugas dari puskesmas aja” (Informan 1).

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


65

Berdasarkan hasil wawancara diketahui bahwa evaluasi dilakukan setiap

satu bulan sekali dengan mengadakan lokakarya mini dan lokakarya bulanan.

Yang terlibat dalam pelaksanaan lokakarya mini adalah lintas program dan lintas

sektoral, sedangkan yang terlibat dalam lokakarya bulanan hanya petugas dari

puskesmas.

Hasil penelitian terkait monitoring dan evaluasi di Puskesmas Tukka yaitu

Puskesmas Tukka sudah melakukan monitoring dan evaluasi setiap bulan dan

sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 12 tahun 2017 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


66

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

1. Petugas imunisasi di Puskesmas Tukka sudah mencukupi, yaitu terdiri

dari koordinator imunisasi, pelaksana imunisasi, dan kader.

2. Pelatihan petugas imunisasi di laksanakan 1 kali dalam 2 tahun dan

tidak rutin, berdasarkan Permenkes No. 12 Tahun 2017 pelatihan

dilaksanakan minimal 1 kali dalam 1 tahun.

3. Sumber dana untuk penyelenggaraan program imunisasi di Puskesmas

Tukka berasal dari dana BOK.

4. Ketersediaan sarana prasarana dalam penyelenggaraan program

imunisasi di Puskesmas Tukka belum lengkap karena masih ada desa

yang tidak memiliki posyandu yaitu Desa S. Kalangan II dan Desa Saur

Manggita.

5. Penentuan sasaran tidak dilaksanakan oleh Puskesmas Tukka dan

menyebabkan data sasaran berbeda dengan data yang ada di lapangan.

6. Pelayanan imunisasi di Puskesmas Tukka belum berjalan dengan

maksimal karena kurangnya promosi kesehatan tentang imunisasi dan

tidak adanya akses transportasi untuk desa yang jauh.

7. Pengelolaan rantai vaksin di Puskesmas Tukka sudah dilaksanakan

dengan maksimal yaitu:

a. Penyediaan vaksin diadakan oleh Dinas Kesehatan Tapanuli

Tengah.

66

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


67

b. Pemeliharaan suhu vaksin di Puskesmas Tukka sudah sesuai standar

yaitu 20C-80C.

c. Pada proses penyimpanan vaksin keadaan ruangan sudah baik

dengan terhindar dari sinar matahari secara langsung.

d. Pendistribusian vaksin dari puskesmas Tukka ke setiap posyandu

menggunakan vaccine carrier yang diisi coolpack.

8. Pencatatan kegiatan imunisasi di Puskesmas Tukka sudah dilaksanakan

sesuai dengan Permenkes No. 12 Tahun, sedangkan pelaporan belum

tepat waktu yaitu lewat dari tanggal 5 pada awal bulan.

9. Puskesmas Tukka sudah melakukan monitoring dan evaluasi setiap

bulan dan sesuai dengan Permenkes No. 12 Tahun2017.

5.2 Saran

1. Bagi Puskesmas

a. Mengusulkan kepada Pemerintah Kabupaten Tapanuli Tengah agar

membuat atau membangun posyandu di Desa S. Kalangan II dan Desa

Saur Manggita.

b. Sebaiknya koordinator imunisasi menentuan sasaran dengan mendata

langsung ke lapangan.

c. Sebaiknya koordinator imunisasi yang membuat perencanaan

kebutuhan alat suntik, safety box, dan cold chain.

d. Meningkatkan promosi kesehatan terkait program imunisasi terutama di

desa yang sulit dijangkau.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


68

e. Pelaporan kegiatan penyelenggaraan imunisasi dilaksanakan sesuai

dengan ketentuan Permenkes No.12 Tahun 2017 yaitu pelaporan

dilakukan selambat-lambatnya tanggal 5 pada bulan berikutnya.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah

a. Mengadakan pelatihan imunisasi secara rutin yaitu minimal satu kali

dalam setahun.

b. Menyediakan akses transportasi khusus untuk desa yang jauh dan sulit

dijangkau atau membangun jalan agar semua transportasi dapat

menuju ke desa yang sulit dijangkau.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


69

DAFTAR PUSTAKA

Ariebowo. 2005. Analisis Faktor-Faktor Organisasi yang berhubungan


dengan Cakupan Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Batang. Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Azwar, A. 2010. Pengantar Administrasi kesehatan Edisi Ketiga. Binarupa


Aksara. Tangerang.

Beladinasisti, I. 2012. Hubungan antara Manajemen Program Imunisasi


dengan Cakupan Desa/Kelurahan UCI di Kabupaten Lumajang.
Skripsi, Universitas Jember, Surabaya.

Dewi, R.S. 2009. Pengaruh Pelatihan terhadap Pengetahuan, Sikap dan


Keterampilan Petugas dalam Pengelolaan Vaksin Program Imunisasi.
Tesis, Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Dinas Kesehatan Kabupaten Tapanuli Tengah. 2017. Profil Kesehatan


Kabupaten Tapanuli Tengah Tahun 2017. Tapanuli Tengah.

Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. 2017. Profil Kesehatan Provinsi


Sumatera Utara Tahun 2017. Sumatera Utara

Efendi, F. 2009. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Salemba Medika. Jakarta

Gunawan, I. 2013. Metode Penelitian Kualitatif: Teori dan Praktik. Bumi


Aksara. Jakarta.

Husni; Sidik, D.A ; Ansar, J. 2012. Gambaran Pelaksanaan Manajemen


Terpadu Balita Sakit (MTBS) Umur 2 bulan-5 tahun Puskesmas di
Kota Makasar Tahun 2012. Makasar.

Kementerian Kesehatan RI. 2011. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu.


Jakarta.

. 2017. Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.


Jakarta.

Keputusan Menteri Kesehatan RI. 2005. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 1611/MENKES/SK/XI/2005 tentang
Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi. Jakarta.

. 2010. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia nomor 482/MENKES/SK/IV/2010 tentang

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


70

Gerakan Akselerasi Imunisasi Nasional Universal Child


Immunization 2010-2014 (GAIN UCI 2010-2014). Jakarta.

Kiftiyah. 2016. Hubungan Peran Kader dengan Cakupan Program Imunisasi


Campak Pada Balita. Jurnal, Stikes Husada, Mojokerto.

Lestari, T.R.P. 2014. Analisis Ketersediaan Tenaga Kesehatan di Puskesmas


Kota Mamuju Provinsi Sulawesi Barat tahun 2014. Jurnal, Pusat
Penelitian Badan Keahlian DPR RI, Jakarta.

Moerdiyanto. 2009. Teknik Monitoring dan Evaluasi (MONEV) dalam


Rangka Memperoleh Informasi untuk Pengambilan Keputusan
Manajemen. Tesis, Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta.

Moleong, L.J. 2014. Metodologi Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.


Bandung.

Muninjaya, G. 2015. Manajemen Kesehatan. Buku kedokteran EGC. Jakarta.

Peraturan Menteri Kesehatan RI. 2014. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat. Jakarta.

. 2016. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 44 Tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen
Puskesmas. Jakarta.

. 2017. Peraturan Menteri Kesehatan Republik


Indonesia Nomor 12 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan Imunisasi.
Jakarta.

Pratiwi, D & Maharani, C. 2013. Pengelolaan Limbah Medis Padat Pada


Puskesmas Kabupaten Pati. Jurnal, Universitas Negeri Semarang,
Semarang.

Puskesmas Tukka. 2017. Profil Puskesmas Tukka Tahun 2017. Tukka

Rahmawati, S.P. 2007. Analisis Faktor Sumber Daya Manusia yang


Berhubungan dengan Hasil Kegiatan Imunisasi Dasar Bayi oleh
Petugas Imunisasi Puskesmas di Kabupaten Blora Tahun 2006. Tesis,
Universitas Diponegoro, Semarang.

Ranuh, G; Suyitno, H; Hadinegoro, S.R.S; Kartasasmita, C.B; Izmoedijanto;


Soedjatmiko. 2011. Pedoman Imunisasi di Indonesia. IDAI. Jakarta.

Saryono. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. PT Alfabeta. Bandung.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


71

Sondakh, G; Maramis; Kolibu, F. 2017. Analisis Pemanfaatan dan Pengelolaan


Dana Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) di Puskesmas Sario
Kota Manado. Jurnal, Universitas Sam Ratulangi, Manado.

Sucsesa, M & Hargono, A. 2018. Kualitas dan Akurasi Pencatatan Pelaporan


Imunisasi Dasar Lengkap dengan DQS di Blitar. Jurnal, Universitas
Airlangga, Blitar.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D.


Alfabeta. Bandung.

Susyanty, Andi Leny; Supardi, Sudibyo; Herman, Max Joseph; Lestary, Heny. 2014.
Kondisi Sumber Daya Tenaga Pengelola Vaksin di Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas. Jurnal,
Badan Litbang Kesehatan RI, Jakarta.

Sutrisno, E. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi ketujuh).


Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Wulandari, K.A. 2011. Hubungan antara Pelaksanaan Prosedur tetap Rantai


Dingin (Cold Chain) Vaksin Tingkat Puskesmas dengan kejadian
PD3I di Kabupaten Jember. Skripsi, Universitas Jember, Jember.

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 1. Pedoman Wawancara

PEDOMAN WAWANCARA MENDALAM (IN-DEPTH-INTERVIEW)


ANALISIS MENAJEMEN PROGRAM IMUNISASI DALAM
PENCAPAIAN CAKUPAN UNIVERSAL CHILD IMMUNIZATION (UCI)
DI PUSKESMAS TUKKA KABUPATEN TAPANULI TENGAH TAHUN
2018

I. Daftar pertanyaan untuk informan Kepala Puskesmas Tukka

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

1. Bagaimana program imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas Tukka

2. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Tukka ?

3. Bagaimana sumber pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan imunisasi

di wilayah kerja Puskesmas Tukka ?

4. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana untuk kegiatan

imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Tukka ?

5. Bagaimana perencanaan program imunisasi di Puskesmas Tukka ?

6. Bagaimana kelengkapan data untuk pelaksanaan perencanaan ?

7. Apakah ada lokakarya mini dalam rangka meningkatkan kegiatan

imunisasi di Puskesmas Tukka ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


8. Apa penyebab dari rendahnya imunisasi di Puskesmas Tukka?

9. Jenis imunisasi apa yang tidak mencapai target ? mengapa ?

10. Bagaimana kegiatan pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan

imunisasi di puskesmas Tukka?

11. Bagaimana kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan

imunisasi di puskesmas Tukka?

II. Daftar pertanyaan untuk informan koordinator imunisasi

Puskesmas Tukka

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

1. Bagaimana program imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas Tukka

2. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Tukka ?

3. Bagaimana sumber pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan imunisasi

di wilayah kerja Puskesmas Tukka ?

4. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana untuk kegiatan

imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Tukka ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


5. Bagaimana kegiatan perencanaan program imunisasi di Puskesmas

Tukka ?

6. Bagaimana persiapan kegiatan perencanaan program imunisasi ?

7. Bagaimana kelengkapan data untuk pelaksanaan perencanaan ?

8. Bagaimana pelaksanaan pelayanan imunisasi di wilayah kerja

puskesmas Tukka?

9. Apakah ada lokakarya mini dalam rangka meningkatkan kegiatan

imunisasi di Puskesmas Tukka ?

10. Apa penyebab dari rendahnya imunisasi di Puskesmas Tukka?

11. Bagaimana kegiatan pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan

imunisasi di puskesmas Tukka ?

12. Bagaimana koordinasi petugas program imunisasi di Puskesmas

Tukka ?

13. Bagaimana kegiatan monitoring dan evaluasi terhadap kegiatan

imunisasi di puskesmas Tukka?

III. Daftar pertanyaan untuk informan pelaksana imunisasi (bidan) di

Puskesmas Tukka

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


B. Pertanyaan

1. Bagaimana program imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas Tukka

2. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Tukka ?

3. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana untuk kegiatan imunisasi

di wilayah kerja Puskesmas Tukka ?

4. Bagaimana kegiatan perencanaan program imunisasi di Puskesmas

Tukka ?

5. Bagaimana persiapan kegiatan perencanaan program imunisasi ?

6. Bagaimana kelengkapan data untuk pelaksanaan perencanaan ?

7. Bagaimana pelaksanaan pelayanan imunisasi di posyandu?

8. Apa penyebab rendahnya imunisasi di Pukesmas Tukka?

9. Bagaimana kegiatan pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan

imunisasi di puskesmas Tukka ?

IV. Daftar pertanyaan untuk informan pengelola vaksin di

Puskesmas Tukka

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


1. Bagaimana program imunisasi yang dilaksanakan di Puskesmas Tukka

2. Bagaimana ketersediaan tenaga kesehatan di Puskesmas Tukka ?

3. Bagaimana sumber pendanaan untuk pelaksanaan kegiatan imunisasi

di wilayah kerja Puskesmas Tukka ?

4. Bagaimana kelengkapan sarana dan prasarana untuk kegiatan

imunisasi di wilayah kerja Puskesmas Tukka ?

5. Bagaimana kegiatan perencanaan program imunisasi di Puskesmas

Tukka ?

6. Bagaimana persiapan kegiatan perencanaan program imunisasi ?

7. Bagaimana kelengkapan data untuk pelaksanaan perencanaan ?

8. Bagaimana pelaksanaan pelayanan imunisasi di wilayah kerja

puskesmas Tukka?

9. Apakah ada lokakarya mini dalam rangka meningkatkan kegiatan

imunisasi di Puskesmas Tukka ?

10. Apa penyebab dari rendahnya imunisasi di Puskesmas Tukka?

11. Bagaimana kegiatan pencatatan dan pelaporan terhadap kegiatan

imunisasi di puskesmas Tukka ?

12. Bagaimana koordinasi petugas program imunisasi di Puskesmas

Tukka ?

13. Bagaimana kegiatan monitring dan evaluasi terhadap kegiatan

imunisasi di puskesmas Tukka?

14. Bagaimana pengelolaan rantai vaksin di Puskesmas Tukka ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


15. Apakah ada kendala untuk ketersediaan vaksin ?

V. Daftar pertanyaan untuk informan kader posyandu di wilayah

kerja Puskesmas Tukka

A. Identitas informan

1. Nama :

2. Umur :

3. Jenis kelamin :

4. Pendidikan terakhir :

5. Tanggal wawancara :

B. Pertanyaan

1. Bagaimana dengan jumlah kader yang ada ? apakah mencukupi untuk

membantu dalam kegiatan imunisasi di Posyandu ?

2. Bagaimana proses pelayanan imunisasi di posyandu?

3. Bagaimana dengan kelengkapan sarana dan prasarana dalam

pelaksanaan imunisasi di Posyandu ?

4. Apakah hambatan yang ditemukan dalam pelaksanaan imunisasi di

Posyandu ?

5. Apakah ada pengawasan dari pihak puskesmas untuk kegiatan

imunisasi di posyandu ?

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 2. Surat Izin Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 3. Surat Persetujuan Penelitian Dinas Kesehatan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 4. Surat Keterangan Selesai Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 5. Matriks Pernyataan Informan

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Sumber Daya


Manusia

Informan Pertanyaan Pernyataan


Informan 1 Ketersediaan Sumber Petugas imunisasi disini ada korim
Daya Manusia nya 1 orang dan dibantu 2 orang
petugas dari puskesmas, terus ada 9
bidan desa karna kan ada 9 desa
disini, ya ada kader juga yang bantu
di posyandu, paling kalau dari luar
kayak camat dan ibu pkk gitulah
yang bantu-bantu mengajak
masyarakat agar mau anaknya di
imunisasi, saya rasa cuma itu aja

Informan 2 Ya kalau petugas imunisasi di


puskesmas ada saya, ada 2 petugas
yang bantu saya, kalau di posyandu
nya ya ada bidan desa dan kader.
Kalau khusus pengelola vaksin
disini sebenarnya tidak ada, yang
menjalankan tugas itu saya sendiri
dan kadang-kadang dibantu sama
ibu fitri dan ibu mardiah, kalau
lintas sektoral juga berperan sih
secara tidak langsung untuk ngajak
ibu-ibu datang ke posyandu
mengimunisasi anak nya

Informan 1 Penyebab double job Karna gini, kan pengelola vaksin itu
berarti harus tau bagaiamana
pengelolaan rantai vaksin seperti
penyimpanannya, penjemputannya
ke dinkes, penyediaannya,
pengecekan suhu nya, dan untuk
pengelola vaksin kan harus sudah
pernah mendapatkan pelatihan juga.
Sedangkan petugas imunisasi disini
yang pernah mendapatkan pelatihan
rantai vaksin itu cuma pak pipin aja
lah, ada juga kmarin itu yang pernah
mendapat pelatihan pengelolaan
rantai vaksin tapi bapak itu sudah
pindah tugas tahun lalu. Lagian juga

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kan tugas pengelola vaksin bisanya
dikerjakan sama korim, kan sejalan
nya tugas nya itu jadi gak ada
masalah lah menurut saya kalo
dirangkap tugasnya, gak pernah
pula lah ada keluhan dari si pipin
karna tugas rangkapnya soalnya
dibantu nya dia sama 2 petugas di
puskesmas, si fitri dan si mardiah

Informan 2 Pelatihan petugas Pernah saya mendapat pelatihan di


imunisasi dinkes, itu kira-kira satu tahun yang
lalu. Pelatihan itu perlu sekali ya
menurut saya untuk
mengembangkan kinerja petugas
tapi sayangnya pelatihan itu sangat
jarang dilakukan di tapteng ini.
Harusnya kan pelatihan itu minimal
sekali setahun dilaksanakan,
sedangkan ini tidak. Baru tahun lalu
lah kira-kira ada pelatihan nya.
Tahun ini sepertinya tidak ada ya

Informan 3 Saya sih belum pernah ya dek dapat


pelatihan imunisasi itu, harusnya
kan perlu ya. Tapi mau gimana dari
pihak dinkes tidak ada
mengadakan”(Informan 3).

Informan 4 Gak ada aku dapat pelatihan,


seingatku dulu tahun lalu ada itu
dilaksanakan tapi aku gak ikut
itupun cuma tahun lalu aja nya yang
dilaksanakan, sebelum-sebelumnya
mana ada

Informan 5 Tidak ada saya ikut pelatihan


program imunisasi, pelatihannya
biasanya sih di dinkes. Tapi dinkes
sini kayaknya jarang membuat
pelatihan-pelatihan gitu

Informan 6 Enggak, saya gak ada ikut pelatihan.


Karna disini memang jarang ada

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pelatihan kayak gitu dibuat

Informan 7 Gak ada kakak ikut pelatihan dek

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Sarana dan


Prasarana
Informan Pertanyaan Pernyataan
Informan 1 Ketersediaan sarana dan Peralatan disini sudah memadai dan
prasarana sudah cukup juga seperti sudah
tersedianya kulkas khusus
penyimpanan vaksin yang berwarna
biru disana, vaksin disini mencukupi
karna kan langsung diambil ke
dinkes, buku pedoman juga sudah
ada disini, safety box nya ada,
vaccine carrier juga ada, alat-alat
suntik juga tersedia, komputer untuk
mengolah datanya juga sudah ada,
tidak ada kendala selama ini kalau
masalah sarana prasarana saya rasa

Informan 2 Cukup kalau sarana prasarana nya,


vaksin setiap bulan kami ambil ke
dinkes, alat suntik tersedia, safety
box tersedia, vaccine carrier
tersedia, pemantau suhu nya juga
tersedia, buku pedoman tersedia,
kulkas juga tersedia, untuk
penyuluhan kami pakai LCD
proyektor

Informan 5 kalau di desa Tukka sih paling ya


posyandu nya masih numpang di
rumah warga, kalau dari alat-alatnya
sudah mencukupi gitulah. Kayak
vaksin, alat suntik, termos vaksin,
safety box dan buku kohort bayi

Informan 6 Sarana prasarana untuk pelaksanaan


imunisasi di desa saya desa
Bonalumban sudah lengkap, yang
dibutuhkan itu vaksin, pelarut dan
penetes,alat suntik, safety box, buku

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kohort, kartu-kartu imunisasinya dan
alat tulis, alat mengantar vaksin nya,
dan sabun untuk cuci tangan juga
perlu, kalau posyandu ya enggak ada
cuma posyandu nya numpang
dirumah warga

Informan 7 kalo ditempat kakak udah terpenuhi


semua sarana nya dek, vaksin kami
gak pernah kurang, alat suntik pun
gitu, bukunya, safety box nya, alat
pencatat nya udah lengkap pokoknya

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Ketersediaan Dana


Informan Pertanyaan Pernyataan
Informan 1 Ketersediaan dana kan sekarang dana bantuan untuk
puskesmas itu sudah ada namanya
dana BOK yaitu Bantuan Operasional
Kesehatan itu langsung dari
pemerintah. Tetapi dana ini hanya bisa
digunakan untuk pelayanan promotif
dan preventif bukan untuk pengobatan
dan rehabilitatif, kan imunisasi bagian
dari preventif makanya dana imunisasi
itu berasal dari BOK, kalau saya tidak
salah BOK mulai berlaku pada tahun
2010 ya. Untuk pencairan nya terlebih
dahulu membuat POA, dari POA itu
puskesmas mengusulkan kebutuhan
dana untuk kegiatan imunisasi ke
dinkes, trus bendahara dinkes akan
mencairkan permintaan dana
puskesmas

Informan 2 gimana ya, kalau berbicara dana takut


salah juga. Dan kalau masalah dana
yang lebih paham itu ibu kapus lah
tanya, cuma dari yang saya tahu dana
imunisasi sekarang itu berasal dari
dana BOK. Dana BOK itu khusus buat
dana puskesmas. Kalau adanya
kegiatan imunisasi saya minta dana ke
bendahara, seperti pembiayaan untuk
kader, ongkos, bahan penyuluhan dan
dana nya selalu mencukupi buat

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


kegiatan kami

Informan 3 Dana imunisasi itu dek berasal dari


BOK, pokoknya semua kegiatan yang
berhubungan dengan imunisasi kami
minta lah dana nya,gak mungkin kan
pake uang pribadi orang udah di biaya
dari pemerintah kok. Selama ini gak
pernah ada ke kurangan dana untuk
kegiatan imunisasi disini

Informan 4 Dari BOK, pokoknya semua kegiatan


di puskesmas yang berkaitan sama
promotif dan preventif dana nya dari
BOK termasuklah ini imunisasi,
misalnya biaya transport menuju
posyandu atau biaya transport untuk
antar atau menjemput vaksin, terus
kalau ada peralatan yang kurang di
posyandu ataupun untuk keperluan
penyuluhan langsung kami minta ke
bendahara dan kami pun tidak pernah
kekurangan dana, dananya selalu ada
dan cukup

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Perencanaan


Informan Pertanyaan Pernyataan
Informan 2 Penentuan sasaran untuk penentuan sasaran kan perlu data
jumlah penduduk dan jumlah bayi dan
data itu dari dinas kesehatan, saya
sebagai koordinator yang akan
menetukan jumlah sasarannya

Informan 3 menentukan jumlah sasaran itu dek


caranya membagi jumlah bayi desa
tahun lalu dengan jumlah bayi
kecamatan tahun lalu terus dikaliin
dengan jumlah bayi kecamatan tahun
ini sedangkan untuk data nya kami
dapat dari dinkes

Informan 4 sasaran imunisasi itu kan bayi, jadi


kami perlu data bayi di tiap desa dan
kecamatan baru bisa kami tentukan
berapa jumlah sasarannya

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Informan 2 Perencanaan Kebutuhan kalau perencanaan vaksin itu harus tau
vaksin dulu jumlah sasaran imunisasi, target
cakupan, hitung indeks pemakaian
vaksin baru bisa ditentukan berapa
kebutuhan vaksin, baru dikasihkan ke
dinkes terus dinkes membuat
pengadaan vaksin itu

Informan 3 perhitungan nya dihitung tiap bulan


sesuai dengan jumlah sasaran yang
mau di imunisasi, terus hasil laporan
nya kami kirim ke dinkes

Informan 4 setiap bulan buat perencanaan jumlah


vaksin nya sesuai sama jumlah bayi
nya dan jumlah posyandu yang ada di
desa

Informan 2 Menghitung indeks indeks vaksin itu artinya pemakaian


vaksin rata-rata dari setiap kemasan vaksin,
cara ngitungnya itu jumlah cakupan
dibagi jumlah vaksin yang dipakai

Informan 2 Perencanaan kebutuhan gak ada perencanaan itu kami buat,


alat suntik, safety box soalnya perencanaan itu dibuat
dan cold chain langsung dari dinas kesehatan. Kami
langsung nerima peralatan nya dari
dinas kesehatan

Informan 3 Setau aku ya dek gak ada kami buat


perencanaan alat-alat suntik itu,
peralatan itu langsung dikasih sama
pihak dinas kesehatan

Informan 4 Sudah disediakan dari dinas kesehatan,


alat-alat nya kami terima dari dinas
kesehatan kami gak ada buat
perencanaan alat suntik, safety box
sama cold chain itu

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Pelayanan Imunisasi


Informan Pertanyaan Pernyataan
Informan 2 Pelayanan imunisasi Menurut saya kalau pelaksanaan
imunisasi disini sudah berjalan dengan

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


baik, imunisasi disini dilakukan setiap
bulan dan proses nya menyiapkan
petugas, alat-alat yang diperlukan
seperti vaksin, alat suntik, safety box,
memberikan penyuluhan,
mengumumkan sehari sebelum
imunisasi kepada masyarakat, baru
lah saat hari H nya dilaksanakan
imunisasi. Yang bertanggung jawab
mengimunisasi di tiap posyandu itu
bidan desa nya dan dibantu sama
kader-kader

Informan 3 Gini dek, kalo pelayanan imunisasi itu


dilaksanakan di setiap posyandu yang
ada di desa masing-masing. Sebelum
dilaksanakan terlebih dahulu
disiapkan petugasnya, peralatannya
kemudian diberikan penyuluhan
kepada ibu-ibu yang punya anak
balita. Terus ya kader memberikan
pengumuman ke ibu-ibu supaya
membawa anaknya imunisasi saat hari
buka posyandu

Informan 4 biasanya kalo mau ada imunisasi ada


pengumuman dulu ke orang tua bayi
minta persetujuannya dulu. Ada
penyuluhan juga tentang imunisasi
apa keuntungan dan kerugiannya, efek
sampingnya gimana. Kalo penyuluhan
biasanya bekerja sama, sama lintas
sektoral

Informan 4 Lintas program dan lintas program itu ya seperti petugas


lintas sektoral imunisasi, bidan desa, KIA kalau
lintas sektoral kepala desa, camat, ibu-
ibu PKK, kader juga

Informan 5 Pelayanan imunisasi di Ya kayak biasa sih menurut saya,


posyandu masyarakat diberi tahu kan akan ada
imunisasi besok. Besoknya kan udah
pada datang, ke meja 1 dulu untuk
mendaftar kemudian ke meja 2 untuk
menimbang bayinya ke meja 3
pencatatan ke kms ke meja 4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


penyuluhan dan ke meja 5 pemberian
imunisasi, setelah kegiatan imunisasi
terlaksana kami mencatat kembali
data-data nya kedalam buku
pencatatan kemudian setelah itu kami
lakukan lagi penyuluhan kerumah-
rumah sekalian mengajak ibu-ibu
balita supaya datang saat imunisasi
bulan depan nya

Informan 6 Kalau di desa saya itu pelayanannya


sudah baik, saya di bantu oleh
beberapa kader. pertama sekali harus
mempersiapkan petugas dulu,
kemudian mempersiapkan vaksin-
vaksin nya, suntik, safety box. Setelah
siap semua baru dilaksanakan
imunisasinya

Informan 7 di desa kakak nurut kakak udah baik


kok dek, lancar-lancar aja kok
pelaksanaan imunisasi disitu. Paling
penting nurut kakak ya dek itu harus
pande ngasih penyuluhan supaya mau
ibu-ibu itu datang bawa anak nya baru
abis itu ketersediaan vaksin harus
selalu mencukupi, alat suntik juga
baru kader-kader nya harus pande juga
ber partisipasi

Informan 8 pelayanan di posyandu, sudah baik


pelayanan imunisasi ditempat saya.
pertama : ibu-ibu datang lah ke
posyandu bawa anak-anak nya, ke dua
: orang itu mendaftar ke bagian
pendaftaran, ke tiga : anak-anaknya
kami timbang pake dacin, ke empat :
kami isi lah KMS, kelima : kami kasi
penyuluhan, ke enam: bidan
mengimunisasi anak-anak itu

Informan 9 persiapan petugas dulu terus


menyiapkan alat bahan nya kayak
vaksin, alat suntik, tempat limbah,
meja di posyandu, alat tulis dan buku
register, kasih penyuluhan, kasih tau

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


ibu-ibu balita supaya bawa anak
mereka ke posyandu agar di imunisasi
kasih tau hari tanggal dan jam nya.
Yang memberikan imunisasi ato
menyuntik nya ibu bidan disini

Informan 10 aku rasa pelayanan yang kami kasih


sudah pas, sebelum kegiatan imunisasi
kami kasih tau kan sama masyarakat
jadwal kegiatan imunisasi yang
ngimunisasinya bidan desa saya cuma
membantu aja

Informan 5 Penyebab rendahnya hambatan nya sih dari masyarakat


imunisasi sendiri ya, terkadang ada yang tidak
sempat membawa anak nya karena
sibuk atau kerja, ada juga karna malas
katanya, jadi kalau gitu pergi kami
kerumah-rumah masyarakat langsung
mengimunisasi dirumahnya, mau kok
orang itu kalau datang langsung
kerumahnya

Informan 6 susah kali masyarakat disini kalau


disuruh imunisasi, sampe pergi kami
ke rumah-rumah penduduk untuk
mengimunisasi. nggak lagi di
posyandu kami imunisasi tapi itu pun
masih ada juga ibu-ibu nya yang
bersembunyi di rumah gak mau
keluar, pengetahuan mereka tentang
imunisasi itu masih kurang walaupun
udah kami kasih penyuluhan berkali-
kali tapi tetap takut juga orang itu
imunisasi anak nya, tapi kalau
menurut saya itu suami-suami orang
itu yang melarang keras anak nya
imunisasi kalau udah dilihatnya dikit
anak nya demam langsung disalahkan
istrinya karna dibawa anaknya itu
imunisasi

Informan 7 aduh dek kayakmana lah kakak bilang


ya, tahu la kan desa kakak itu jauh kali
didesa itu pun gak ada posyandu nya
jadi posyandunya itu kami buat di

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


desa hutanabolon sana, karna kalau
mau menuju kesana susah kali ada
sekitar 2 jam itupun harus naik mobil
truk kesana. Jadi kami suruh
masyarakatnya yang datang ke desa
hutanabolon, kayakmana ya karna
jarak nya jauh terus transportasi
kesana pun susah orang itupun malas
lah jadinya, jalan kaki gak mungkin
juga memang karna jauh kali. Selain
itu juga ya dek, disana kan tempatnya
memang masih kental budaya kami
aja kalau datang kesana entah mau
penyuluhan gitu gak ada orang itu
yang mau keluar, masuk semua,
pengetahuan orang itu juga masih
sangat kurang sekali, marah suami
sama mertua nya kalau anak mereka
di imunisasi juga, pernah kami
sweeping imunisasi kesana. Tapi lah
memang udah masyarakat nya susah
sekali di ajak dan diberitahukan
tentang imunisasi, akses kesana juga
susah itu lah yang buat rendah kali
imunisasinya disini jadinya

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Pengelolaan Rantai Vaksin


Informan Pertanyaan Pernyataan
Informan 2 Pelanyediaan vaksin Kalau vaksin kami terima dari dinas
kesehatan sedangkan dinas kesehatan
menerima vaksin dari provinsi. Kami
membuat permintaan vaksin kepada
dinas kesehatan setelah 2-4 hari kami
sudah bisa ambil vaksin itu ke dinas
kesehatan

Informan 3 Dinkes menerima vaksin dari provinsi


itu setahun sekali biasanya, terus di
dinkes vaksin disimpan di dalam
gudang penyimpanan. Dan kami dari
pihak puskesmas hanya menerima
langsung dari pihak dinkes setiap
sebulan sekali

Informan 2 Penyimpanan dan Vaksin yang sudah dibuka harus

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


pemeliharaan vaksin segera dipake dan kalau untuk
penyimpanan nya sudah sesuai standar
yaitu suhu nya 2-8oC. Vaksin
disimpan di dalam kulkas,
pemeliharaan vaksin nya di lakukan
pengecekan suhu setiap hari dan
menaikkan grafik suhu sesuai standar
selain itu ruangan tempat
penyimpanan vaksin terhindar dari
sinar matahari langsung dan hasilnya
dibuat laporan dalam buku setiap hari.
Kalo mau lihat vaksin bisa dipakai apa
gak bisa liat VVM juga

Informan 2 Pendistribusian vaksin Kalo ke posyandu itu kadang kami


yang antar, kadang juga bidan desa
yang jemput kesini menggunakan
termos vaksin. Tapi kalo vaksin dari
dinkes biasanya saya yang ambil tapi
kadang-kadang mereka mau juga
ngantar, orang itu ngantar pake cold
box dan ada lampiran surat bukti
barang keluar nya dan suhu harus
tetap dijaga juga. Biasanya kami
ajukan permintaan vaksin ke dinkes
baru mereka antar lah, kalo gak saya
langsung kesana yang ambilnya

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Pengelolaan Limbah


Informan Pertanyaan Pernyataan
Informan 2 Pengelolaan limbah Itu nanti di masukkan kedalam safety
box, kemudian dibawa ke puskemas
terus kami timbun

Informan 3 Limbahnya dimasukkan ke dalam


safety box dek, terus ditimbun

Informan 4 terpenting ya kalo pengelolaan limbah


itu harus ada safety box, karna gak
boleh dibuang sembarangan itu alat
suntik yang udah dipakai. Kalo udah
dikumpulin dalam safety box pihak
posyandu yang antar ke puskesmas
atau kami yang jemput, abis itu kami
timbun disini. Kalo dibakar kan butuh

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


incinerator sedangkan disini gak ada
itu jadi kami timbun aja
Informan 2 Pemusnahan akhir limbah vaksin nya kan didalam safety
limbah box, setelah dibawa ke puskesmas
kami timbun tuh di belakang,
timbunnya ya cuma kami gali tanah
agak dalam terus kami tutup terkadang
ya kami bakar juga sih bakarnya juga
kayak bakar sampah biasa aja soalnya
kalo mau pakai incinerator gak ada

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Pencatatan dan Pelaporan

Informan Pertanyaan Pernyataan


Informan 2 Pencatatan dan Bidan mencatat semua hasil imunisasi
pelaporan di desa nya kemudian dikumpulkan
dan diberikan kepada saya dan
kemudian saya rekap di buku
pencatatan imunisasi. Kalau pelaporan
ke dinkes menurut saya agak lama
memang, soalnya saya menerima
laporan dari tiap desa itu lama.
Pencatatan yang saya kasihkan itu
kayak pencatatan rutin imunisasi bayi
dan pencatatan stok vaksin, kalo
pelaporannya ya laporan imunisasi,
KIPI dan laporan pemakaiam vaksin

Informan 5 Saya mencatat hasil imunisasi kedalam


buku kohort bayi dan melaporkannya
ke puskesmas

Informan 6 saya catat itu semua ke buku kohort


bayi baru saya kasi kan ke puskesmas

Informan 7 kakak catat kedalam buku imunisasi


abis itu kakak laporkan ke koordinator
imunisasi

Matriks Pernyataan Informan Mengenai Monitoring dan Evaluasi


Informan Pertanyaan Pernyataan
Informan 1 Monitoring setiap bulan saya melakukan
monitoring karna saya harus tanda
tangan laporan tiap bulannya, jadi dari

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


situ saya liat mengapa cakupan bisa
kurang, mengapa rendah dan apa yang
harus dilakukan jika kurang

Informan 2 saya langsung ke desa untuk


melakukan pemantauan terus laporan
nya saya laporkan ke kepala
puskesmas untuk dimonitoring apa
saja yang perlu diperbaiki

Informan 1 Evaluasi evaluasi itu diadakan setiap bulan yaitu


melalui lokmin dan lokbun, kalo
lokmin itu semua yang hadir petugas
imunisasi dan lintas sektoralnya. Kalo
lokbun cuma petugas dari puskesmas
aja

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


Lampiran 6. Dokumentasi Penelitian

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA


UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Anda mungkin juga menyukai