Anda di halaman 1dari 16

INDISCHE PARTIJ

(Partai Hindia)
OLEH :
Mirza Vadzilla (19)
M. Abdullah Munir (20)
Nabila Gita Eka Putri (24)
Widad Lazuardi (31)
Partai politik di Hindia
Belanda yang didirikan di
Bandung pada tanggal 25
Desember 1912
Didirikan oleh “Tiga Serangkai”
 E.F.E. Douwes Dekker (Setyabudi Danurdirjo)
 dr. Tjipto Mangunkusumo
 Ki Hadjar Dewantara (Suwardi Suryaningrat)
E.F.E. Douwes Dekker Tjipto Mangunkusumo Ki Hadjar Dewantara
Dalam anggaran dasar Indische Partij (Pasal 2) dirumuskan tujuan
sebagai berikut :

1. Untuk membangun patriotisme semua bangsa Hindia kepada tanah


air yang telah member lapangan hidup kepadanya.

2. Menganjurkan kerjasama atas dasar persamaan ketatanegaraan.

3. Memajukan tanah air Hindia.

4. Mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka.


a. Memelihara Nasionalisme Hindia dengan meresapkan cita-cita kesatuan
kebangsaan semua bangsa Hindia, meluaskan pengetahuan umum
tentang sejarah kebudayaan Hindia.
b. Menyingkirkan kesombongan rasial dan keistimewaan ras, baik dalam
bidang ke tatanegaraan maupun dalam bidang kemasyarakatan
c. Memperkuat tenaga bangsa Hindia dengan usaha kemajuan terus
menerima dari individu kearah aktivitas yang lebih besar dalam bidang
tehnik dan kearah penguasaan diri serta pola berfikir dalam bidang
kesusilaan.
d. Penghapusan ketidaksamaan hak kaum Hindia
e. Memperkuat daya pertahanan bangsa Hindia untuk mempertahankan
tanah air dari serangan asing, apabila perlu.
f. Mengusahakan unifikasi, perluasan, pendalaman dan Hindianisasi
pengajaran, yang di dalam semua hal harus ditujukan kepada
kepentingan ekonomis Hindia, dimana tidak diperbolehkan adanya
perbedaan perlakuan ras, seks atau kasta dan harus dilaksanakan sampai
tingkat setinggi-tingginya yang bisa di capai.
g. Memperbesar pengaruh Pro-Hindia ke dalam pemerintahan.
h. Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Hindia, terutama dengan
memperkuat yang lemah ekonominya.
Organisasi ini merupakan organisasi pertama yang secara tegas
menyatakan berpolitik. Dengan demikian Indische Partij adalah partai
politik pertama di Indonesia. Indische Partij ingin menggantikan
Indische Bond yang berdiri pada tahun 1899. Indische Partij secara
terang-terangan mengkritik pemerintah Belanda. Keistimewaan
Indische Partij adalah usianya yang pendek, tetapi anggaran dasarnya
dijadikan program politik pertama di Indonesia.
Nonkooperatif (tidak bekerja sama dengan siapapun), dengan
cara :
 Melakukan propaganda secara lisan maupun tulisan.

 Menyebarkan brosur yang berjudul Als Ik een

Nederlander was (andaikan aku seorang Belanda) saat


upacara 100 tahun peringatan kemerdekaan Belanda.
 Cita-cita perjuangannya disebarkan melalui surat kabar

De Expres.
 Memiliki semboyan yang terkenal yaitu

Indische los van Holland (Indonesia bebas dari


Belanda) dan Indie voor Indiers (Hindia untuk
orang Hindia).
 Memperkenalkan paham kebangsaan kepada

masyarakat yang disebut dengan Indische


Nationalism atau Nasionalisme Hindia yang
tidak membedakan keturunan, suku bangsa,
agama, kebudayaan, bahasa, dan adat istiadat.
 Douwes Dekker menerbitkan majalah dwi mingguan
dengan nama Het Tijdschrift yang sangat radikal
pembahasan politiknya dengan menyerukan aksi
melawan kolonial.
 De Expres diterbitkan di Bandung pada
tahun 1912 dengan harga banderol
mula-mula enam gulden untuk
pelanggan dalam negeri dan tujuh
setengah gulden bagi yang berdomisili
di luar negeri setiap empat bulan
 De Expres menjadi kereta paling
kencang larinya. Di sanalah Dekker
menuangkan gagasannya tentang apa
pun, terutama kesetaraan antara Indo
dengan Pribumi.
 Sejak diterbitkannya, koran ini paling sering memuat tulisan

dari “Tiga Serangkai” yang menjadi momok dan bisul oleh


pemerintah kolonial. Seperti tulisan Douwes Dekker yang
isinya menghimbau kaum Indo-Eropa untuk tak usah lagi
mengaku-aku dirinya menjadi orang Eropa kalau mau maju.
Terhadap golongan ini Douwes Dekker menyebutnya “kaum
Hindia” atau “Indiers“.

 De Expres pun yang tak luput terkena blacklist dan dicap

merah. Konsekuensinya De Expres dilarang dibaca oleh semua


pegawai negeri.
 Dilihat dari aktivitasnya, sejak semula Indische Partij memang

menunjukkan keradikalannya sehingga pemerintah kolonial Belanda merasa


perlu untuk cepat-cepat menghentikannya. Belanda pun menolak
permohonan organisasi ini untuk memperoleh badan hukum. Itulah
sebabnya organisasi ini tidak dapat berumur panjang karena pada akhirnya
pemimpinnya dibuang ke negeri Belanda pada tahun 1913.

 Alasan yang lain adalah organisasi ini bersifat politik serta mengganggu

ketertiban umum. Kepergian dari ketiga pemimpin tersebut membawa


pengaruh terhadap kegiatan Indische Partij yang makin lama makin
menurun.
 Pada tahun 1913, pemerintah Belanda menyatakan organisasi ini sebagai
organisasi terlarang. Organisasi ini kemudian berganti namamenjadi Partai
Insulinde. Sebagai asas yang utama dalam programnya yaitu “mendidik
suatu nasionalisme Hindia dengan memperkuat cita-cita persatuan
bangsa”, kepada anggota-anggota ditekankan supaya menyebut dirinya
“Indiers“, orang Hindia (Indonesia).
 Kembalinya Douwes Dekker dari negeri Belanda tahun 1919 tidak begitu
mempunyai arti bagi Partai Insulinde, yang kemudian pada bulan Juni
1919 berganti nama menjadi National Indische Partij (NIP). Dalam
perkembangannya partai ini tidak mempunyai pengaruh kepada rakyat
banyak bahkan akhirnya hanya merupakan perkumpulan orang-orang
terpelajar.
Para pemimpin Indische Partij (duduk dari kiri ke kanan): Dr. Cipto
Mangunkusumo, Dr. E.F.E. Douwes Dekker, R.M. Soen;(berdiri dari kiri
ke kanan): F. Berding, G.L. Topee, dan J. Vermaesen

Anda mungkin juga menyukai