Oleh :
TAHUN 2019
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat Beliau
dan kerja keras penulis, maka makalah “Post Partum dengan Sectio Caesarea (SC)” dapat penulis
selesaikan dengan tepat waktu. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak
yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah, diantaranya :
1. Bapak I G.P. Darma Suyasa, S.Kp., M.Ng., Ph.D. selaku Rektor Institud Teknologi dan
Kesehatan Bali yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menuntut ilmu di
sini.
2. Ns. Ida Ayu Ningrat Pangruating Diyu, S.Kep., M.Kep selaku dosen pembimbing mata
kuliah Keperawatan Maternitas 1yang telah membimbing penulis dalam pembuatan
laporan ini.
3. Teman - teman kelompok kelas C yang telah mendukung pembuatan laporan ini.
4. Teman sejawat kelas C program studi Ilmu Keperawatan yang telah mendukung
pembuatan laporan ini.
Penulis menyadari bahwa makalah yang telah penulis susun jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk penulisan
laporan yang lebih baik untuk berikutnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Setiap perempuan menginginkan persalinannya berjalan lancar dan dapat melahirkan bayi
dengan sempurna. Persalinan bisa saja berjalan secara normal, namun tidak jarang proses
persalinan mengalami hambatan dan harus dilakukan melalui operasi. Hal ini berarti janin
dan ibu dalam keadaan gawat darurat dan hanya dapat diselamatkan jika persalinan dilakukan
dengan jalan operasi. Persalinan pervaginam dianggap sebagai proses persalinan yang sulit
dan cenderung berbahaya bagi calon ibu dan bayinya, sehingga memilih operasi sesar
meskipun merupakanmetode persalinan dengan melakukan pembedahan besar pada perut.
Meskipun pada masa lalu Sectio Caesarea (SC) masih menjadi hal yang menakutkan namun
dengan berkembangnya kecanggihan bidang ilmu kedokteran pandangan tersebut mulai
bergeser. Kini persalinan melalui operasi sesar kerap menjadi alternatif pilihan persalinan.
World Health Organization (WHO) menetapkan standar rata-rata persalinan operasi sesar di
sebuah negara adalah sekitar 5-15 persen per 1000 kelahiran di dunia. Menurut WHO,
peningkatan persalinan dengan operasi sesar di seluruh negara terjadi semenjak tahun 2007-
2008 yaitu 110.000 per kelahiran diseluruh Asia. Di Indonesia sendiri, angka kejadian
operasi sesar juga terus meningkat baik di rumah sakit pemerintah maupun di rumah sakit
swasta. Menurut Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) menunjukkan
terjadi kecenderungan peningkatan operasi sesar di Indonesia dari tahun 1991 sampai tahun
2007 yaitu 1,3-6,8 persen.
1
1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui pengertian dari Sectio caesarea.
2. Untuk mengetahui tujuan dari Sectio caesarea.
3. Untuk mengetahui jenis jenis Sectio caesarea.
4. Untuk mengetahui apa saja komplikasi yang dapat terjadi setelah Sectio caesarea.
5. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis dari Sectio caesarea.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Sectio caesarea.
JJ
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
ditolong dengan sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan cara lain.
2. Letak belakang
Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak belakang bila panggul
sempit, primigravida, janin besar dan berharga.
b. Plasenta previa sentralis dan lateralis
c. Distosia serviks
3. Tujuan Sectio Caesarea
Tujuan melakukan sectio caesarea (SC) adalah untuk mempersingkat lamanya
perdarahan dan mencegah terjadinya robekan serviks dan segmen bawah rahim.
Sectio caesarea dilakukan pada plasenta previa totalis dan plasenta previa lainnya
jika perdarahan hebat. Selain dapat mengurangi kematian bayi pada plasenta previa,
sectio caesarea juga dilakukan untuk kepentingan ibu, sehingga sectio caesarea
dilakukan pada placenta previa walaupun anak sudah mati.
4. Jenis - Jenis Operasi Sectio Caesarea (SC)
a. Abdomen (SC Abdominalis)
1. Sectio Caesarea Transperitonealis
Sectio caesarea klasik atau corporal : dengan insisi memanjang pada
corpus uteri.
Sectio caesarea profunda : dengan insisi pada segmen bawah uterus.
2. Sectio caesarea ekstraperitonealis
Merupakan sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis dan dengan
demikian tidak membuka kavum abdominalis.
b. Vagina (sectio caesarea vaginalis)
Menurut arah sayatan pada rahim, sectio caesaria dapat dilakukan apabila :
Sayatan memanjang (longitudinal)
Sayatan melintang (tranversal)
Sayatan huruf T (T Insisian)
c. Sectio Caesarea Klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira-kira
10cm.
4
Kelebihan :
Mengeluarkan janin lebih memanjang
Tidak menyebabkan komplikasi kandung kemih tertarik
Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal
Kekurangan :
Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak ada
reperitonial yang baik.
Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri spontan.
Ruptura uteri karena luka bekas SC klasik lebih sering terjadi
dibandingkan dengan luka SC profunda.Ruptur uteri karena luka bekas SC
klasik sudah dapat terjadi pada akhir kehamilan, sedangkan pada luka
bekas SC profunda biasanya baru terjadi dalam persalinan.
Untuk mengurangi kemungkinan ruptura uteri, dianjurkan supaya ibu
yang telah mengalami SC jangan terlalu lekas hamil lagi. Sekurang-
kurangnya dapat istirahat selama 2 tahun.Rasionalnya adalah memberikan
kesempatan luka sembuh dengan baik.Untuk tujuan ini maka dipasang
akor sebelum menutup luka rahim.
5
Luka dapat melebar ke kiri, ke kanan dan bawah sehingga dapat
menyebabkan arteri uteri putus yang akan menyebabkan perdarahan yang
banyak.
Keluhan utama pada kandung kemih post operatif tinggi.
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerperalis
Komplikasi ini bersifat ringan,seperti kenaikan suhu selama beberapa hari
dalam masa nifas atau dapat juga bersifat berat, misalnya peritonitis,sepsis
dan lain-lain. Infeksi post operasi terjadi apabila sebelum pembedahan sudah
ada gejala - gejala infeksi intrapartum atau ada faktor - faktor yang
merupakan predisposisi terhadap kelainan itu (partus lama khususnya setelah
ketuban pecah, tindakan vaginal sebelumnya). Bahaya infeksi dapat
diperkecil dengan pemberian antibiotika,tetapi tidak dapat dihilangkan sama
sekali, terutama SC klasik dalam hal ini lebih berbahaya daripada SC
transperitonealis profunda.
b. Perdarahan
Perdarahan banyak bisa timbul pada waktu pembedahan jika cabang arteria
uterina ikut terbuka atau karena atonia uteri
c. Komplikasi - komplikasi lain seperti :
1. Luka kandung kemih
2. Embolisme paru - paru
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya perut
pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa terjadi ruptura
uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan sesudah sectio caesarea
klasik.
6. Prognosis
Dengan kemajuan teknik pembedahan,adanya antibiotika dan persediaan
darah yang cukup, pelaksanaan sectio ceesarea sekarang jauh lebih aman
dari pada dahulu.
6
Angka kematian di rumah sakit dengan fasilitas baik dan tenaga yang
kompeten < 2/1000. Faktor - faktor yang mempengaruhi morbiditas
pembedahan adalah kelainan atau gangguan yang menjadi indikasi
pembedahan dan lamanya persalinan berlangsung.
Anak yang dilahirkan dengan sectio caesaria nasibnya tergantung dari
keadaan yang menjadi alasan untuk melakukan sectio caesarea. Menurut
statistik, di negara - negara dengan pengawasan antenatal dan intranatal
yang baik, angka kematian perinatal sekitar 4 - 7%
(Mochtar, 1998)
7. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya plasenta
previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo pelvic, rupture
uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-eklamsia, distosia serviks, dan
malpresentasi janin. Kondisi tersebut menyebabkan perlu adanya suatu tindakan
pembedahan yaitu Sectio Caesarea (SC).
Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan menyebabkan
pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan masalah intoleransi
aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan kelemahan fisik akan menyebabkan
pasien tidak mampu melakukan aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri
sehingga timbul masalah defisit perawatan diri.
Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan, penyembuhan, dan
perawatan post operasi akan menimbulkan masalah ansietas pada pasien. Selain itu,
dalam proses pembedahan juga akan dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen
sehingga menyebabkan terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan
saraf - saraf di sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin
dan prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah proses
pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan luka post op,
yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan masalah risiko infeksi.
7
B. WOC
8
C. Pemeriksaan Penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
4. Urinalisis/ kultur urine
5. Pemeriksaan elektrolit
9
5. Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri, dan pada hari ke-3 pasca operasi.pasien bisa dipulangkan
d. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak enak pada
penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan perdarahan.Kateter
biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi tergantung jenis operasi dan
keadaan penderita.
e. Pemberian obat-obatan
1. Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda setiap
institusi
2. Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria = ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral = tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi = penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3. Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita dapat
diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
f. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah dan berdarah
harus dibuka dan diganti
g. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu, tekanan darah,
nadi,dan pernafasan.
(Manuaba, 1999)
10
E. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
A. Identitas klien dan penanggung
B. Keluhan utama klien saat ini
C. Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien multipara
D. Riwayat penyakit keluarga
E. Keadaan klien meliputi :
a. Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi. Kemungkinan
kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-kira 600-800 mL
b. Integritas ego
Dapat menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda kegagalan dan
atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai wanita.Menunjukkan labilitas
emosional dari kegembiraan, ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
c. Makanan dan cairan
Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).
d. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal epidural.
e. Nyeri/ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah, distensi
kandung kemih, efek-efek anesthesia, nyeri tekan uterus mungkin ada.
f. Pernapasan
Bunyi paru-paru vesikuler dan terdengar jelas.
g. Keamanan
Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda/kering dan utuh.
h. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus.Aliran lokhea sedang.
11
2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dalam pembedahan (section
caesarea)
b. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif post SC
c. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
penyembuhan dan perawatan post operasi
d. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat tindakan
anestesi dan pembedahan
e. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
f. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
g. Resiko konstipasi berhubungan dengan penurunan mortilitas gastrointestinal
12
BAB III
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Mengkaji identitas pasien dan penanggung yang meliputi ; nama, umur, agama,
jenis kelamin,, suku bangsa, pendidikan, pekerjaan, status perkawinan,
perkawinan ke- , lamanya perkawinan, alamat, alamat terdekat, nomor telepon,
nomor registrasi, tanggal MRS.
3.1.2 Riwayat Kesehatan
A. Alasan dirawat
Kaji apakah ibu merasakan keluhan pada masa nifas. Kaji adanya sakit perut,
perdarahan, dan ketakutan untuk bergerak.
B. Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu: Penyakit kronis atau menular dan menurun
sepoerti jantung, hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau
abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang : Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka
cairan ketuban yang keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di
ikuti tanda-tanda persalinan, ) serta keadaan bayi saat ini meliputi berat
badan, lingkar kepala, lingkar dada, lingkar perut, dan lain-lain.
c) Riwayat kesehatan keluarga: Adakah penyakit keturunan dalam keluarga
seperti jantung, DM, HT, TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin
penyakit tersebut diturunkan kepada klien.
C. Riwayat obstertri dan ginokologi
Kaji riwayat menstruasi yang meliputi menarche, siklus, banyak, lama, keluhan,
dan HPHT. Kaji juga riwayat pernikahan, riwayat kelahiran, persalinan, nifas
yang lalu, dan riwayat keluarga berencana yang meliputi akseptor KB, msalah,
dan rencana KB.
14
3.1.3 Pola Kebiasaan
1) Bernafas
Kaji kemampuan ibu dalam bernafas secara sepontan. Tanyakan apakah ada sesak
saat menarik nafas,nyeri waktu bernafas, batuk, dada berdebar.
2) Makan dan minum
Kaji pola menu makanan yang dikonsumsi, jumlah, jenis makanan (Kalori,
protein, vitamin, tinggi serat), frekuensi, konsumsi snack (makanan ringan), nafsu
makan, pola minum, jumlah, frekuensi. Kehilangan nafsu makan mungkin
dikeluhkan usai post SC
3) Eliminasi
Apakah terjadi diuresis, setelah melahirkan, adakah inkontinensia (hilangnya
infolunter pengeluaran urin), hilangnya kontrol blas, terjadi over distensi blass,
apakah perlu bantuan saat BAK. Pola BAB, frekuensi, konsistensi, rasa takut
BAB karena luka perineum, kebiasaan penggunaan toilet. Diuresis biasanya
terjadi 12 jam setelah melahirkan.
4) Gerak dan aktivitas
Kemampuan mobilisasi beberapa saat setelah melahirkan menurun, kaji
kemampuan merawat diri dan melakukan eliminasi, kemampuan bekerja dan
menyusui.
5) Istirahat dan tidur
Jumlah jam tidur, kapan tidur (malam, siang), rasa tidak nyaman yang
mengganggu istirahat, penggunaan selimut, lampu atau remang-remang atau
gelap, apakah mudah terganggu dengan suara-suara, posisi saat tidur (penekanan
pada perineum). Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah persalinan
6) Kebersihan diri
Yang dikaji yaitu, frekuensi mandi sehari, kebersihan mulut dan gigi, kebersihan
rambut, kebersihan kuku, kemampua membersihkan diri, penggunaan pembalut
dan kebersihan genitalia, pola berpakaian, tata rias rambut dan wajah.
7) Pengaturan suhu tubuh
15
Kaji perasaan panas, berkeringat, kemerahan dan kaji ada tidaknya perubahan
suhu badan ibu dengan rentang normal yaitu 36-37oC
8) Rasa nyaman
Nyeri tekan payudara/pembesaran dapat terjadi diantara hari 3 sampai ke-5 pasca
partum dan nyeri pada luka post sectio caesarea.
9) Rasa aman
Peka rangsang, takut/menangis (“postpartum blues”sering terlihat kira-kira 3 hari
setelah melahirkan).
10) Data sosial
Kaji adakah perubahan pola komunikasi dan hubungan ibu pada keluarga dan
lingkungannya selama fase nifas.
11) Prestasi dan produktivitas
Kaji pendidikan terakhir ibu dan kaji adakah perubahan produktivitas ibu selama
berada dalam fase nifas.
12) Rekreasi
Yang dikaji situasi atau tempat yang menyenangkan, kegiatan yang membuat
fresh dan relaks.
13) Belajar
Pemahaman pasien terhadap keadaannya saat ini. Kaji adakah perubahan minat
ibu untuk mempelajari tentang perawatan ibu dan bayi selama masa nifas.
Mendidentifikasi ibu nifas dan suami apakah sudah menerima peran/tidak sebagai
orang tua.
14) Ibadah
Agama / kepercayaan yang dianut. Kaji adakah perubahan cara atau waktu ibadah
ibu selama masa nifas.
3.1.4 Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum
a) Kesadaran
Observasi tingkat kesadaran apakah composmentis/ sadar penuh, samnolen, koma,
dll.
16
b) Bangun tubuh
Observasi bangun tubuh apakah kurus, sedang, gemuk.
c) Postur tubuh
Observasi tegak, lordosis, kifosis, skoliosis.
d) Cara berjalan
Periksa cara berjalan lancar atau terganggu karena nyeri perut post sc.
e) Gerak motorik
Observasi gerak motorik normal atau tergangu karena nyeri perut post sc, nyeri
pada luka jahitan post sc, dan nyeri perut akibat involusi uteri.
f) Keadaan kulit
Warna : biasanya terdapat cloasma gravidarum. Kaji warna normal, ikterus,
sianosis, dan pucat/anemis.
Tugor : elastis, kurang elastis, jelek.
Kebersihan : bersih, kurang bersih, kotor.
Luka : terdapat lupa post sc diperut.
g) Gejala kardinal :
Tekanan darah
Tekanan darah bisa meningkat pada 1-3 hari post partum. Setelah persalinan
sebagian besar wanita mengalami peningkatan tekanan darah sementara waktu.
Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.
Suhu
Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit kemungkinan
disebabkan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai lebih dari 38oC pada
hari kedua sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau
sepsis nifas.
Nadi
Denyut nadi ibu akan meningkat akibat nyeri post sc
Respirasi rate
17
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila ada respirasi cepat
pospartum (> 30 x/menit) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.
2) Kepala
Observasi kulit kepala bersih, kotor, ketobe, kutu, kadang-kadang terdapat
cloasma gravidarum. Observasi Rambut rontok atau merah, terdapat nyeri tekan
atau tidak, terdapat luka, dan udema atau tidak.
3) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva, dan kadang-
kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena proses persalinan yang
mengalami perdarahan, sklera kunuing
4) Hidung
Observasi keadaan hidung bersih, secret, darah, polip. Periksa penciuman baik,
atau terganggu. Terdapat nyeri atau luka pada hidung.
5) Telinga
Observasi keadaan telinga ibu bersih, secret, darah. Periksa nyeri tekan,
pendengaran, pemeriksaan test rinne, test weber, dan tes swabach.
6) Mulut
Observasi mukosa bibir, gusi, gigi, lidah, tonsi.
7) Leher
Hiperpigmentasi perlahan berkurang, terkadang terjadi pembesaran kelejar tiroid,
kaji pembuluh limfe, dan pelebaran vena jugularis.
8) Thorax
A. Respirasi
a) Inspeksi
Kaji rongga dada simetris asimetris, pengembangan dada.
b) Palpasi
Pengembangan dada, vibrasi taktil premitus, dan nyeri tekan
c) Perkusi
Kaji suara paru : sonor/resonan, dullnes, hypersonor.
d) Auskultasi
Kaji suara paru : vesikular, wheezing, ronchi.
18
B. Kardiovaskuler
a) Inspeksi
Bentuk simetris atau tidak, ictus kordis, letak prosesus xipoedeus, adakah
eritema, sianosis maupun ematum.
b) Palpasi
Kaji nyeri dan massa.
c) Perkusi
Kaji suara jantung normalnya terdengar suara jantung dullnes
d) Auskultasi
Kaji munculnya bradikardi, S1 S2 reguler tunggal.
C. Ketiak dan payudara
a) Inspeksi
Payudara membesar, puting mudah ereksi, produksi kolostrums /48 jam,
adanya hiper pigmentasi areola mamae dan papila mamae
b) Palpasi
Kaji ada tidaknya massa, nyeri tekan, dan pembesaran pembuluh limfe.
9) Abdomen
a) Inspeksi
Kaji adanya linea gravidarum, strie alba, albican, dan luka post sc
b) Auskultasi
Kaji bising usus pada empat kuadran, konsistensi, kekuatan kontraksi,
posisi.
c) Palpasi
Kaji nyeri tekan
d) Perkusi
Kaji suara abdomen
10) Genetelia
a) Uterus: kaji apakah kondisi uterus sudah kembali dalam kondisi normal.
b) Lochia: periksa tahap dan karakterisitik lochia, banyaknya lochia pada
pembalut ditentukan setelah setelah 1 jam, dan bau.
19
c) Serviks: kaji adanya edema, distensi, dan perubahn struktur internal dan
eksternal.
d) Vagina: kaji adanya berugae, perubahan bentuk, produksi mukus,
Pengeluaran darah bercampur lendir, pengeluaran air ketuban, bila terdapat
pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan
menandakan adanya kelainan letak anak.
11) Perinium dan Anus
Pemeriksaan perineum: REEDA (red, edema, ecchymosis, discharge, loss of
approximation). Kadang-kadang pada klien nifas ada luka pada anus karena
rupture dan kaji ada tidaknya hemoroid.
12) Ekstremitas
Periksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari, hangat, adanya nyeri
dan kemerahan, varises, refleks patella, dan kaji homans’ sign (nyeri saat kaki
dorsofleksi pasif).
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus,
karenan preeklamsia atau karena penyakit jantung atau ginjal.
3.1.5 Pemeriksaan penunjang
1. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht)untuk pengkajian perubahan kadar pra
operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada pembedahan.
2. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
3. Tes golongan darah, lama pendarahan, waktu pembentukan darah
4. Urilinalisis /kultur urine
5. Pemeriksaan elektroli
3.2 Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik dalam pembedahan (section
caesarea)
2. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur invasif post SC
3. Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur penyembuhan
dan perawatan post operasi
4. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kelemahan fisik akibat tindakan anestesi
dan pembedahan
20
5. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
6. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
7. Resiko konstipasi berhubungan dengan penurunan mortilitas gastrointestinal
21
3.3 Intervensi
Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi Rasional
22
hidup misalnya saat
istirahat dan beraktifitas
N:
e. Memberikan ketenangan
kepada pasien sehingga nyeri
e. Kontrol faktor - faktor
tidak bertambah
lingkungan yang yang
dapat mempengaruhi
respon pasien terhadap
ketidaknyamanan
(ruangan, suhu, cahaya, f. Membantu pasien untuk
dan suara) mengontrol dan mengalihkan
E: rasa nyeri yang dirasakan, dan
juga meningkatkan kemampuan
f. Anjurkan menggunakan koping pasien
teknik disreaksi dan
23
relaksasi g. Analgetik dapat mengurangi
pengikatan mediator kimiawi
nyeri pada reseptor nyeri
sehingga dapat mengurangi
C: rasa nyeri
g. Kolaborasi untuk
penggunaan kontrol
analgetik, jika perlu.
Risiko tinggi infeksi Setelah diberikan asuhan O :
berhubungan dengan prosedur keperawatan selama 3 x 24 a. Tinjau ulang kondisi a. Kondisi dasar seperti diabetes /
invasif post SC ditandai dengan jam diharapkan klien tidak hemoragi menimbulkan
dasar / faktor risiko yang
mengalami infeksi dengan potensial risiko infeksi /
DS : - ada sebelumnya
kriteria hasil : penyembuhan luka yang buruk.
DO :
a. Tidak terjadi tanda b. Kaji adanya tanda infeksi
a. Efek prosedur infeksi
dolor, b. Mengetahui secara dini
- tanda infeksi (kalor, rubor,
b. Malnutrisi terjadinya infeksi sehingga
(kalor, rubor, tumor, fungsio laesa)
c. Ketidakadekuatan drapat dilakukan pemilihan
dolor, tumor,
pertahanan tubuh intervensi secara tepat dan
fungsio laesea) N:
sekunder : cepat
b. Suhu dan nadi
- Kerusakan integritas
dalam batas normal c. Lakukan perawatan luka
kulit c. Meminimalisir adanya
( suhu = 36,5 - dengan teknik aseptic
24
37,50 C, frekuensi kontaminasi pada luka yang
nadi = 60 - 100x/ dapat menimbulkan infeksi
menit) d. Inspeksi balutan
c. WBC dalam batas abdominal terhadap d. Balutan steril menutupi luka
normal (4,10-10,9 eksudat / rembesan. dan melindungi luka dari
10^3 / uL) Lepaskan balutan sesuai cedera /
indikasi kontaminasi. Rembesan dapat
menandakan terjadinya
hematoma yang memerlukan
intervensi lanjut
e. Pantau peningkatan suhu,
nadi, dan pemeriksaan
laboratorium jumlah e. Peningkatan suhu, nadi, dan
WBC / sel darah putih WBC merupakan salah satu
data penunjang yang dapat
mengidentifikasi adanya bakteri
di dalam darah. Proses tubuh
untuk melawan bakteri akan
meningkatkan produksi panas
E: dan frekuensi nadi. Sel darah
putih akan meningkat sebagai
25
f. Anjurkan klien dan kompensasi untuk melawan
keluarga untuk mencuci bakteri yang menginvasi tubuh.
tangan sebelum / sesudah
menyentuh luka f. Cuci tangan menurunkan resiko
terjadinya infeksi nosokomial
26
proses infeksi
27
perhatian pada klien sehingga
klien merasa nyaman dan
mengurangi ansietas yang
d. Dukung dan arahkan dirasakannya
kembali mekanisme
koping d. Mendukung mekanisme koping
dasar, meningkatkan rasa
percaya diri klien sehingga
E:
menurunkan ansietas
e. Berikan informasi yang
benar mengenai prosedur
e. Kurangnya informasi dan
pembedahan,
misinterpretasi klien terhadap
penyembuhan, dan
informasi yang dimiliki
perawatan post operasi
sebelumnya dapat
mempengaruhi ansietas yang
dirasakan
28
C:
g. Kilaborasi pemberian
obat ansietas jika perlu
g. Dengan obat ansietas dapat
menghambat kecemasan pasien
Defisit perawatan diri Setelah dilakukan asuhan O :
berhubungan dengan kelemahan keperawatan selama 3 x 24 a. Identivikasi kebutuhan a. Untuk membantu kelengkapan
fisik akibat tindakan anestesi jam diharapkan pasien alat bantu kebersihan diri, pasien dalam melakukan
dan pembedahan ditabdai dapat melakukan berpakaian, berhias perawatan diri ( mandi )
dengan perawatan diri secara
mandiri dengan kriteria b. Monitor tingkat b. Memantau sejauh mana
DS : -
hasil : kemandirian kemampuan pasien dalam
DO :
a. Pasien mampu melakukan perawatan diri
a. Tidak mampu mandi membina sehingga perawat dapat
secara mandiri hubungan saling melakukan tindakan yang tepat
b. Tidak mampu percaya
mengenakan pakaian b. Mampu
secara mandiri mengetahui N:
c. Dengan suasana yang
c. Tidak mampu ke teoilet pentingnya c. Suasanakan lingkungan terapeutik pasien dapat
secara mandiri perawatan diri yang terapeutik dan melakukan perawatan diri
c. Pasien mampu menjaga kerahasiaan dengan nyaman
29
mengetahui cara- pasien
cara perawatan diri d. Dengan membina hubungan
d. Bina hubungan saling saling percaya pasien dapat
percaya dan fasilitasi memberikan kepercayaan
kemandirian, bantu jika kepada perawat, dan dengan
tidak mampu melakukan bantuan perawat melakukan
perawatan diri perawatan diri, kebersihan
perawat dapat terjaga
C:-
30
Gangguan mobilitas fisik Setelah diberikan asuhan O :
berhubungan dengan nyeri keperawatan selama 3 x 24 a. Monitor lokasi dan a. Untuk mengetahui lokasi
jam diharapkan pasien
DS : ketidaknyamanan selama hambatan yang mengganggu
dapat melakukan melakukan aktivitas aktivitas pasien dan membantu
a. Mengeluh sulit
aktivitasnya tanpa adanya menentukan intervensi yang
mengerakan ekstremitas
komplikasi dengan tepat
b. Nyeri saat bergerak
Kriteria Hasil : N:
DO :
a. Pasien mampu b. Sediakan lingkungan b. Dengan lingkungan yang aman
a. Kekuatan otot menurun
menggerakkan nyaman,aman dan rendah pasien dapat berlatih
b. Rentang gerak rom
ekstermitas stimulus melakukan aktivitasnya tanpa
menurun
bawahnya secara khawatir timbulnya bahaya dari
c. Gerakan terbatas
mandiri lingkungannnya
d. Fisik lemah
b. Pasien mampu
melakukan c. Lakukan latihan rentang
aktivitasnya secara gerak pasif dan aktif
c. Latihan rentang gerak dapat
mandiri
membantu meningkatkan
E: kemampuannya melakukan
aktivitas secara perlahan
d. Anjurkan melakukan
aktivitas secara bertahap
31
C: d. Kembali melakukan aktivitas
setelah lakukan SC dapat
e. Kolaborasi dengan ahli
dilakukan secara bertahap dari
gizi tentang cara
aktivitas yang ringan
meningkatkan asupan
makanan
e. Dengan asupan makanan yang
cukup dapat meningkatkan
energi pasien dalam melakukan
aktivitas
32
konstipasi
d. Anjurkan minum air putih
sesuai kebutuhan d. Dengan mengkonsumsi air
putih yang cukup akan dapat
membantu pasien mengurangi
resiko konstipasi
33
terpapar informasi ditandai jam diharapkan kemampuan menerima pasien dapat menerima
dengan pengetahuan pasien informasi informasi dengan baik
DS : meningkat ditandai dengan N :
a. Pasien menanyakan a. Pasien memahami b. Sediakan materi dan b. Dengan adanya materi dan
masalah yang dihadapi tentang masalah media pendidikan media informasi, akan
DO : yang dihadapinya kesehatan dapat membantu pasien
a. Menunjukkan persepsi b. Pasien untuk mempermudah
yang keliru terhadap menunjukkan meneria informasi
masalah perilaku sesuai c. Untuk mengetahui sejauh
b. Menunjukkan perilaku anjuran c. Berikan kesempatan untuk mana pasien sudah
tidak sesuai anjuran bertanya memahami informasi
c. Menunjukkan perilaku
yang berlebihan E: d. Agar pasien dapat
d. Jelaskan faktor resiko mengetahui faktor yang
yang dapat mempengaruhi dapat mempengaruhi
kesehatan kesehatannya
C:-
34
35
BAB III
PENUTUP
3.4 kesimpulan
Sectio Caesarea adalah suatu tindakan pembedahan yang tujuannya untuk
mengeluarkan janin dengan cara melakukan sayatan pada dinding abdomen. Yang
memiliki tujuan untuk mempersingkat lamanya perdarahan dan mencegah terjadinya
robekan serviks dan segmen bawah rahim. Section caesarea dibagi menjadi 4 jenis yaitu
Vagina (sectio caesarea vaginalis), Abdomen (SC Abdominalis), Sectio Caesarea
Klasik (korporal) Sectio Caesarea (Ismika Profunda).
3.5 saran
perawat diharapkan mampu mempraktekan pada saat menjalani praktik di klinik
maupun di rumah sakit melakukan prosedur kerja. Memenuhi kebutuhan pasien dan
melakukan semua tindakan sesuai dengan SOP yang berlaku dan tepat sesuai kebutuhan
klien.
36
DAFTAR PUSTAKA
Manuaba, I.B.
2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan RutinObstetri Ginekologi dan KB. Jakarta : EGC
37