Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Menstruasi atau haid merupakan proses rutin yang terjadi setiap bulannya pada tubuh
perempuan. Terkadang saat tamu bulanan itu datang, berbagai gejala muncul membuat
tubuh merasa sedikit berbeda. Kondisi tubuh yang terasa lemas, mudah lelah, rasa nyeri
pada bagian tubuh tertentu, dan lain sebagainya. Selain itu, perasaan pun seringkali jadi
tidak menentu. Pada saat menstruasi biasanya lebih sensitif dibandingkan hari-hari
lainnya, mudah marah, dan malas untuk melakukan aktifitas fisik. Menstruasi dikatakan
normal jika siklusnya tidak kurang dari 24 hari dan tidak lebih 35 hari, lama haid tiga
sampai tujuh hari, dengan jumlah darah tidak melebihi 80 ml, ganti pembalut dua
sampai enam kali per hari.
Perempuan dianggap sehat jika pada setiap bulannya mengalami menstruasi. Namun,
tidak semua perempuan mengalami hal yang demikian. Ada beberapa perempuan yang
masa menstruasinya tidak tertatur atau tidak terjadi haid dalam beberapa bulan, ketidak
teraturan haid dalam dunia medis disebut amenore. Pada saat terjadi amenore beberapa
perempuan mengalami kekhawatiran berlebihan yang sedikit banyak menganggu psikis
mereka. Bukan hanya itu, tubuh pun merasakan dampaknya seperti mudah lelah, serta
wajah terlihat sedikit pucat. Amenore dikategorikan menjadi dua yaitu, amenore primer
dan amenore sekunder, yang menggambarkan terjadinya amenore sebelum atau sesudah
terjadi menarke.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari amenorhea?
2. Apa etiologi dari amenorhea?
3. Bagaimana patofisiologi dari amenorhea?
4. Apa manifestasi klinis dari amenorhea?
5. Apa komplikasi dari amenorhea?
6. Bagaimana penatalaksanaan dari amenorhea?
7. Bagaimana asuhan keperawatan dari amenorhea?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian dari amenorhea
2. Untuk mengetahui etiologi dari amenorhea
3. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologi dari amenorhea
4. Untuk mengetahui apa manifestasi klinis dari amenorhea
5. Untuk mengetahui komplikasi dari amenorhea
6. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan dari amenorhea
7. Untuk mengetahui bagaimana asuhan keperawatan dari amenorhea
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian Amenorrhea
Amenorhea adalah tidak terjadi atau berhentinya aliran menstruasi yang
merupakan tanda dari berbagai macam kelainan (Lowdermilk,2013).
Amenorrhea terbagi primer dan skunder berdasarkan terjadinya sebelum atau
setelah menarche. Amenorrhea primer apabila menstruasi tidak terjadi pada usia
16,5 tahun bila tanpa disertai perkembangan seks sekunder. Amenorrhea
sekunder terjadi apabila siklus mens berhenti selama 6 bulan berturut-turut pada
wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur atau setelah 3 bulan berturut-
turut pada wanita dengan siklus menstruasi teratur (Benson, 2010)
B. Etiologi
1. Amenorhea primer
Penyebab amenorrhea primer terbanyak adalah kelainan genetik yaitu sekitar
43% dan penyebab terkecil adalah hymen imperforate, Androgen Insensitivity
Syndrom (AIS), Hiperplasia Adrenal Kongenital (HAK), dan penyakit susunan
saraf pusat yang masing-masing diketahui frekuensinya adalah sekitar 1%
2. Amenorhea sekunder
Ada beberapa etiologi yang berkaitan dengan terjadinya amenorrhea skunder
pada wanita. Beberapa teori di bawah ini mencakup sebab-sebab amenorrhea
skunder.

Benson (2010) menyebutkan ada 3 penyebab amenorrhea sekunder, yaitu:


a. Disfungsi ovarium
Penyebab disfungsi ovarium yang paling sering menyebabkan
amenorrhea skunder adalah sindrom ovarium polikistik. Kelainan ini
akibat dari peningkatan androgen (baik dari ovarium maupun kelenjar
andrenal) diikuti perubahan menjadi estrogen dalam jaringan lemak.
Peningkatan estrogen memacu hipofisis untuk menngkatkan LH dan
menekan FSH yang menyebabkan penyimpangan perkembangan
folikel, anovulasi dan peningkatan produksi androgen ovarium.
Menurut Norwitz E. (2008) kelainan ini merupakan kerusakan yang
disebabkan pengiriman sinyal yang tidak seharusnya ke hipotalamus
dan hipofisis.
b. Gagal ovarium
Gagal ovarium primer ditandai adanya peningkatan gonadotropin dan
rendahnya estradiol (hipogonadime hipergonadotropi). Gagal ovarium
skunder ditandai dengan kadar gonadotropin normal atau rendah dan
rendahnya estradiol (hipogonadisme hipogonadotropik). Akibat yang
ditimbulkan dari penyebab ini adalah kegagalan ovarium premature
(premature ovarium failure, POF) yaitu hilangnya semua folikel
ovarium disertai berhentinya menstruasi sebelum usia 40 tahun.
Penyebab tersering dari kasus ini adalah proses autoimun, kemoterapi,
radiasi, infeksi (Norwitz, 2008).
c. Penyebab sistemik
Selain penyebab yang disebutkan di atas, ada beberapa penyebab lain
yang sudah terbukti menyebabkan terjadinya amenorrhea skunder
antara lain ketidakseimbangan hormone yang disebabkan stress hingga
mengganggu fungsi dari hipotalamus.

Baziad (2010) menyebutkan amenorrhea skunder dapat dibagi menjadi


beberapa bagian, yaitu :
a. Penyebab umum (keadaan umum pasien)
Malnutrisi, obesitas, stress dan aktivitas berlebihan dapat mengganggu
kerja hipotalamus dalam system reproduksi. Keadaan-keadaan tersebut
menyebabkan penurunan frekuensi dan amplitude denyut GnRH secara
berkesinambungan.
b. Penyebab di uterus
Kerusakan uterus yang paling sering menyebabkan amenorrhea adalah
sinekia atau perlekatan intrauterine menutup rongga uterus dan
pembentukn jaringan parut yang dapat menutupi seluruh rongga uterus.
Keadaan ini disebut juga sebagai Sindrom Asherman. Penyebab dari
kasus ini adalah tindakan kuretase yang berlebihan yang mengangkat
lapisan dalam endometrium dan merusak kriptus dan kelenjar basal
yang penting untuk regenerasi endometrium. Selain itu infeksi
tuberkulosisi endometrium juga dapat menyebabkan kerusakan
endometrium yang dapat menyebabkan amenorrhea skunder.
c. Penyebab hipofisis
1) Sindrom Sheehan
Suatu keadaan yang ditemukan sesudah persalinan dan yang
disertai dengan banyak perdarahan dan/atau syok. Hal ini
menyebabkan nekrosis karena spasme atau thrombosis arteriola
pada hipofisis. Dengan adanya nekrosis fungsi dari hipofisis
terganggu dan menyebabkan menurunnya pembuatan hormone-
hormon gonadotropin sehingg dapat menyebabkan amenorrhea
skunder.
2) Tumor hipofisis
Diantara sebab-sebab amenorrhea skunder, tumor hipofisis
merupakan sebab yang jarang ditemui. Gejala yang mungkin
timbul pada wanita amenorrhea dengan tumor hipofisis adalah
sakit kepala dan gangguan pengelihatan. Potret Reontgen dari
sella tursika dan visus perifer akan memperkuat diagnosis.
d. Obat-obatan
Penggunaan steroid seks dan obat yang meningkatkan kadar prolaktin
dapat menyebabkan amenorrhea skunder.

C. Manifestasi Klinis
1. Amenorhea primer
Tanda dan gejala yang biasanya muncul diantaranya :
a. Tidak terjadi haid
b. Produksi hormone esteron dan progresteron menurun.
c. Nyeri kepala
d. Badan lemah
Berdasarkan penyebabnya :
a. Jika penyebabnya adalah kegagalan mengalami pubertas, mak tidak
akan ditemukan tanda-tanda pubertas seperti pembesaran payudara,
pertumbuhan rambut kemaluan dan rambut ketiak serta perahan bentuk
tubuh.
b. Jika penyebabnya adalah kehamilan, akan ditemukan mornig sickness
dan pembesaran perut.
c. Jika penyebabnya adalah kadar hormone tiroid yang tinggi maka
gejalanya adalah denyut jantung yang cepat, kecemasan kulit yang
hangat dan lembab.
d. Sindroma Cusing menyebabkan moon face, perut buncit, dan lengan
serta tungkai yang lurus.
2. Amenorhea skunder
a. Tidak ada perdarahan menstruasi selama 6 bulan atau ≥ 3 kali siklus
setelah adanya perdarahan menstruasi sebelumnya.
b. Galaktore
c. Penurunan atau peningkatan berat badan secara drastis
d. Hirsutisme
e. Pengelihatan kabur (Morgan, 2010)

D. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjang untuk kasus amenorrhea skunder menurut Morgan (2010)
adalah :
1. Tes kehamilan
Tes kehamilan harus dilakukan pada kasus amenorrhea skunder untuk
menyingkirkan diagnose kehamilan
2. Pemeriksaan hormonal
Hormone-hormon yang diperiksa adalah hormone yang menyebabkan
pertumbuhan dan perkembangan folikel serta hormone yang dikeluarkan oleh
hormone itu sendiri seperti hormone prolaktin, TSH, FSH, LH
3. USG
Untuk mengethui keadaan endometrium dan mendeteksi apabila ada kelainan
ginekologi yang berkaitan dengan amenorrhea skunder.

4. Pemeriksaan darah
Untuk mengetahui kelainan darah yang disebabkan oleh penyakit yang
menyebabkan terjadinya amenorrhea skunder seperti hipotrombosis pada
sindrom Sheehan dan sepsis pada sumbatan sindrom simmond.

E. Patofisiologi
Amenore primer dapat diakibatkan oleh tidak adanya uterus dan kelainan
pada aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium. Hypogonadotropic amenorrhoea
menunjukkan keadaan dimana terdapat sedikit sekali kadar FSH dan SH dalam
serum. Akibatnya, ketidakadekuatan hormon ini menyebabkan kegagalan
stimulus terhadap ovarium untuk melepaskan estrogen dan progesteron.
Kegagalan pembentukan estrogen dan progesteron akan menyebabkan tidak
menebalnya endometrium karena tidak ada yang merasang terjadilah amenore.
Hal ini adalah tipe keterlambatan pubertas karena disfungsi hipotalamus atau
hipofosis anterior, seperti adenoma pitiutari.
Hypergonadotropic amenorrhoea merupakan salah satu penyebab
amenore primer. Hypergonadotropic amenorrhoea adalah kondisi dimnana
terdapat kadar FSH dan LH yang cukup untuk menstimulasi ovarium tetapi
ovarium tidak mampu menghasilkan estrogen dan progesteron. Hal ini
menandakan bahwa ovarium atau gonad tidak berespon terhadap rangsangan
FSH dan LH dari hipofisis anterior. Disgenesis gonad atau prematur menopause
adalah penyebab yang mungkin. Pada tes kromosom seorang individu yang
masih muda dapat menunjukkan adanya hypergonadotropic amenorrhoea.
Disgenesis gonad menyebabkan seorang wanita tidak pernah mengalami
menstrausi dan tidak memiliki tanda seks sekunder. Hal ini dikarenakan gonad
( ovarium ) tidak berkembang dan hanya berbentuk kumpulan jaringan pengikat.
Amenore sekunder disebabkan oleh faktor lain di luar fungsi
hipotalamus-hipofosis-ovarium. Hal ini berarti bahwa aksis hipotalamus-
hipofosis-ovarium dapat bekerja secara fungsional. Amenore yang terjadi
mungkin saja disebabkan oleh adanya obstruksi terhadap aliran darah yang akan
keluar uterus, adanya abnormalitas regulasi ovarium seperti kelebihan androgen
yang menyebabkan polycystic ovary syndrome (PCOS), atau bisa karena
tekanan stres dan obat – obatan yang memicu siklus haid terganggu.

F. Penatalaksanaan
1. Amenorhea primer
Tatalaksanan amenorrhea primer tergantung pada penyebabnya. Terapi harus
dimulai segera setelah diagnosis ditegakkan dengan tujuan utama membantu
pasien mempertahankan perkembangan fisik atau tanda seks sekunder yang
feminim serta mengembalikan potensi fertilitas pasien. Secara umum terapi
amenorrhea harus disesuaikan per-individu sesuai factor penyebabnya.
a. Bila penyebab amenorrhea adalah anomaly genital atau gonad yang
berat, tidak banyak yang dapat dilakukan untuk mengembalikan
fertilitas. Terapi sulih estrogen akan menstimulasi maturasi
karakteristik seks skunder, namun koreksi genitalia ambigu dan eksisi
gonad yang mengandung kromosom Y yang harus dilakukan. Pada
kasus feminisasi testicular, gonad harus diangkat setelah pubertas
karena berisiko 22% berubah ke arah keganasan. Virilisasi pada
feminisasi testikuler tidak terjadi, karena disebabkan insensitivitas
androgen congenital, dan estrogen yang diproduksi gonad dibutuhkan
untuk perubahan fisiologis pada pubertas. Pada kondisi lain dimana
terdapat kromosom Y, gonadektomi harus dilakukan sebelum pubertas
untuk mencegah virilisasi dan maskulinisasi setelah pubertas yang
dapat secara biologis dan psikologis sangat menyusahkan bagi individu
yang dibesarkan sebagai wanita. Pembedahan korekai genitalia
eksterna untuk membuat genitalia yang dapat diterima secara
fungsional dan social, harus dilakukan bila memungkinkan dan
dibutuhkan oleh pasien.
b. Jika amenorrhea disebabkan kelainan hipotalamus atau hipofisis dan
organ genitalia normal, prognosis fertilitas hingga kelahiran yang
sukses sangat baik. Terapi sulih estrogen akan menstimulasi maturasi
dan perkembangan karakteristik seks skunder. Bila kehamilan
diinginkan, ovulasi dapat dirangsang dengan terapi gonadotropin atau
pada kasus hiperprolaktinemia, dengan bromokriptin
c. Kemajuan fertilisasi in vitro dan transfer embrio telah memperlus
alternative reproduksi pada wanita dengan disgenesis atau agenesis
mullerian. Donasi ovum memungkinkan pasien dengan Sindroma
Turner menjalani fertilisasi in vitro dan transfer embrio dengan sperma
pasangan dan uterus pasien sendiri. Pasien dengan agenesis mullerian
menjadi kandidat untuk uterus pengganti. Karena terdapat peningkatan
prevalensi kelainan kromosom pada pasien-pasien ini, pasien harus
menjalani pemeriksaan katiotipe sebelum pengambilan oosit untuk
transfer embrio pada uterus pengganti. Target tatalaksana juga
termasuk mencegah komplikasi seperti osteoporosis dan hyperplasia
endometrium sebagai akibat kadar hormone yang abnormal.
2. Amenorhea skunder
Penatalaksanaan pasien amenorrhea skunder tergantung pada keinginan individu
untuk mengalami ovulasi (menstruasi, kehamilan) dan penyebab amenorrhea.
a. Jika pasien mengalami amenorrhea karena hipotiroid maka
penggantian hormone tiroid merupakan terapi yang diperlukan.
b. Pasien dengan makroadenoma hipofisis, pengangkatan adenoma
dengan pembedahan harus dipertimbangkan.
c. Pasien dengan amenorrhea galaktore tanpa atau dengan adenoma,
terapi dengan bromokriptin 2,5 mg PO dua kali sehari sampai prolaktin
menjadi normal.
d. Pasien dengan gagal ovarium primer (POF), kemungkinan ovulasi
tidak ada kecuali jika penyebabnya ooforitis autoimun yang dapat
berespon terhadap kortikosteroid.
e. Pasien dengan tantangan uji progestin atau progesterone test negative
(-) diobati dengan hMG, seringkali dikombinasi dengan klomifen sitrat
untuk memicu ovulasi.
f. Pasien dengan tantangan uji progestin positif (+) yang mengharapkan
untuk hamil, terapi yang diberikan adalah berupa klomifen sitrat. Dosis
awal adalah 50 mg PO setiap hari selama 5 hari. Ovulasi biasanya
terjadi 5-10 hari setelah dosis kelima. Jika dosis harian tidak
mencukupi, dosis dapat dinaikkan secara bertahap hingga dosis
maksimum 250 mg/hari. Sedangkan untuk pasien yang tidak
mengharap hamil dan hanya menginginkan siklus menstruasi teratur
maka dapat diberikan progestin oral bulanan untuk menginduksi
perdarahan berkala dan pengelupasan endometrium.
g. Pasien dengan sindrom ovarium polikistik, obat pilihan adalah
klomifen sitrat diikuti oleh hMG jika tidak berhasil.

Amenorrhea tidak selalu memerlukan terapi. Penderita yang


memerlukan terapi adalah wanita muda yang mengeluh tentang infertilitas
atau yang sangat terganggu karena tidak mengalami haid.
Dalam terapi umum dilakukan tindakan memperbaiki keadaan
kesehatan termasuk perbaikan gizi, kehidupan dalam lingkungan yang sehat,
tenang, dan sebagainya. Pemberian estrogen bersama dengan progesterone
dapat menimbulkan perdarahan secara siklis. Akan tetapi perdarahan ini
bersifat withdrawal bleeding. Pada kasus yang ringan dapat menimbulkan
mekasnisme siklus haid lagi.
G. WOC Amenorrhea

Kegagalan fungsi Kelainan genetik Penyakit,


hipotalamus- stress, obat-
hipofisis obatan

hipogonadotropin Tertikulasr Disgenesis Siklus


feminization gonad menstruasi
terganggu
FSH dan LH ↓
Ovarium
gagal Tidak terjadi
Tidak Testis siklus
Ovarium tidak berkembang
memiliki menggantikan menstruasi
terangsang
uterus ovarium
Amenorrhea
Estrogen &
skunder
progesterone
tidak dihasilkan Tidak dapat Ovarium berupa
mengalami jaringan pengikat
menstruasi

Siklus menstruasi Amenorrhea Kurang


tidak terjadi primer terpapar
informasi

Khawatir
Tanda seks Ketidakadekuatan Ketidaktahuan tentang
sekunder tidak pemahaman tentang penyakit keadaannya
terjadi

Perasaan Perilaku tidak Ansietas


negative asertif Defisit
terhadap fungsi pengetahuan
tubuh Harga diri
rendah
situasional
Gangguan citra
tubuh
H. Asuhan keperawatan teoretis Amenorhea
1. Pengkajian
a. Data subjektif
1) Identitas meliputi : Nama, umur, suku bangsa, agama, pendidikan,
pekerjaan dan alamat
a) Nama untuk mengetahui identitas pasien dan penanggungjawab
b) Umur untuk mengetahui pasien dalam kasus amenorrhea skunder
sudah masuk dalam kategori umur reproduktif
c) Suku/ bangsa untuk mengetahui pengaruh factor ras dan lingkungan
d) Pendidikan untuk mengetahui tingkat pendidikan formal pasien yang
berhubungan dengan tingkat pengetahuan tentang kesehatan
reproduksi
e) Pekerjaan untuk menunjukkan aktivitas pekerjaan dan keadaan
ekonomi yang mempengaruhi permasalahan keluarga. Misalnya stres
yang dialami dalam kehidupan sehari-hari karena pekerjaan yang
berat dan penghasilan yang kurang
f) Alamat untuk mengetahui tempat tinggal dan lingkungan sekitar
tempat tinggal pasien.

2) Keluhan utama
Keluhan yang biasa dikemukakan oleh penderita amenorrhea yaitu keluhan
tidak datangnya menstruasi setelah pernah mengalami menstruasi
sebelumnya.

3) Data kesehatan
a) Data kesehatan sekarang untuk mengetahui apakah pasien sedang
menderita penyakit kronis. Dalam kasus amenorrhea perlu ditanyakan
apakah pasien sedang menderita diabetes mellitus karena ada
hubungannya dengan fungsi ovarium.
b) Riwayat kesehatan dahulu untuk mengetahui apakah sebelumnya
pasien pernah menderita penyakit kronis
c) Riwayat kesehatan keluarga, untuk mengetahui apakah dalam
keluarga pasien ada yang pernah mempunyai riwayat amenorrhea.
4) Data psikososial dan agama
Data ini berkaitan dengan hubungan pasien dengan keluarga,
masyarakat dan kegiatan spiritualnya. Hubungan dengan keluarga
untuk mengetahui psikologis pasien dalam keluarga. Mungkin pasien
memiliki masalah dengan keluarga sehingga menyebabkan pasien
berpikir terlalu berat serta mempengaruhi hipotalamus pasien dan
mengganggu pola menstruasi pasien.
5) Data kebiasaan sehari-hari
Pada kasus amenorrhea skunder perlu dikaji mengenai data kebiasaan
pemenuhan nutrisi dan istirahat. Karena gangguan nutrisi dan istirahat
merupakan factor yang sangat berperan terhadap terjadinya
amenorrhea.

b. Data objektif
1) Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan yang dilakukan pada kasus amenorrhea sekunder untuk
mengetahui keadaan umum dan kesadaran pasien, pengukuran tanda-
tanda vital yang meliputi tekanan darah, suhu, nadi dan respirasi, serta
pemeriksaan mulai dari kepala sampai ekstremitas bawah dan berat
badan. Pemeriksaan fisik pada kasus amenorrhea ini harus dilakukan
dengan seksama. Keadaan tubuh klien tidak jarang member petunjuk-
petunjuk. Apakah penderita pendek atau tinggi, apakah berat badan
sesuai dengan tingginya, apakah cirri-ciri kelamin skunder bertumbuh
dengan baik, apakah ada hirsutisme ; semua ini penting untuk
pembuatan diagnose.
2) Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang untuk kasus amenorrhea skunder menurut
Morgan (2010) adalah :
5. Tes kehamilan
Tes kehamilan harus dilakukan pada kasus amenorrhea skunder
untuk menyingkirkan diagnose kehamilan
6. Pemeriksaan hormonal
Hormone-hormon yang diperiksa adalah hormone yang
menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan folikel serta
hormone yang dikeluarkan oleh hormone itu sendiri seperti
hormone prolaktin, TSH, FSH, LH
7. USG
Untuk mengethui keadaan endometrium dan mendeteksi apabila
ada kelainan ginekologi yang berkaitan dengan amenorrhea
skunder.
8. Pemeriksaan Darah
Untuk mengetahui kelainan darah yang disebabkan oleh
penyakit yang menyebabkan terjadinya amenore sekunder
seperti hipotrombosis pada sindrom Sheehan dan sepsis
pada sumbatan Sindrom Simmond.

6) Diagnosa Keperawatan

a. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan fungsi


tubuh
b. Harga diri rendah situasional berhubungan dengan
ketidakadekuatan pemahaman
c. Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan
tentang penyakit
d. Ansietas berhubungan dengan kurang terpapar informasi
2. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan & Kriteria hasil Intervensi Rasional


Gangguan Setelah dilakukan asuhan Observasi
citra tubuh keperawatan selama ...x24 jam 1. Kaji secara verbal dan non 1. Untuk mengetahui respon pasien
diharapkan gangguan citra verbal respon klien terhadap terhadap keadaan dirinya.
tubuh dapat teratasi dengan tubuh dan keadaannya 2. Untuk mengetahui seberapa pasien
criteria hasil : 2. Monitor frekuensi mengkritik mampu menerima keadaan dirinya.
1. Body image positif dirinya 3. Pasien membutuhkan pengalaman
2. Mampu mengidentifikasi Nursing treatment: untuk didengarkan dan dipahami
kekuatan personal 3. Dorong pasien mengungkapkan dalam proses peningkatan kepercayaan
3. Mempertahankan interaksi perasaanya . diri.
social Edukasi : 4. Ketidahtahuan dan kurang pemahaman
4. Jelaskan tentang pengobatan, tentang pengobatan , perawatan,
perawatan, kemajuan dan kemajuan dan prognosis penyakit
prognosis penyakit menyebabakan perasaan negatif
Kolaborasi : - tentang keadaan dirinya.
Harga diri Setelah dilakukan asuhan Observasi :
rendah keperawatan selama ...x24 jam 1. Monitor frekuensi komunikasi 1. Untuk mengetahui seberapa pasien
situasional diharapkan meningkatnya harga verbal pasien yang negative mampu menerima keadaan dirinya.
diri pasien dengan kriteria hasil : Nursing treatment : 2. Membantu pasien untuk
1. Mampu menyesuaikan 2. Tunjukan rasa percaya diri mengembangkan pola pikir positif .
dengan perubahan fungsi terhadap kemampuan pasien 3. Untuk membantu mengembangkan
tubuh untuk mengatasi situasi kembali harga diri positif melalui
2. Komunikasi terbuka 3. Buat statement positif terhadap statement positif
3. Menunjukan penilaian pasien.
pribadi tentang harga diri Edukasi : -
4. Mengungkapkan Kolaborasi: -
penerimaan diri
Deficit Setelah dilakukan asuhan Observasi :
Pengetahua keperawatan selama ...x24 jam 1. Kaji pengetahauan pasien dan 1. Untuk mengetahui pemahaman
n diharapkan adanya peningkatan keluarga tentang penyakit dan pasien dan keluarga tentang
pemahaman pasien terhadap pengobatananya . penyakit dan pengibatannnya.
penyakitnya dengan dengan Nursing Treatment: 2. Membantu pasien memahami
criteria hasil : 2. Diskusikan perubahan gaya tentang penyakitnya.
1. Pasien menyatakan hidup yang mungkin 3. Membantu meningkatkan kualitas
pemahaman tentang penyakit, diperlukan untuk pencegahan hidup pasien.
kondisi dan program komplikasi di masa yang akan 4. Penyampain informasi yang tepat
pengobatan datang dan atau proses terkait kondisi yang dialami
2. Pasien mampu melaksanakan pengontrolan penyakit. memudahkan pasien memahami
prosedur yang dijelaskan 3. Gambarkan/ jelaskan tentang keadaan dirinya.
secara benar. proses penyakit dengan cara
yang tepat dan mudah
dipahami
4. Sediakan informasi pada pasien
tentang kondisi yang
dialaminya dengan cara yang
tepat

Ansietas Setelah dilakukan asuhan Observasi :


keperawatan selama ...x24 jam 1. Identifikasi tingkat kecemasan 1. Identifikasi masalah spesifik akan
diharapkan kecemasan pasien pasien. meningkatkan kemampuan individu
dapat teratasi dengan criteria Nursing treatment: untuk menghadapinya lebih
hasil : 2. Dorong pasien untuk realistis.
1. Pasien mampu mengungkapkan perasaan,
mengidentifikasi dan ketakutan, persepsi 2. Ungkapan perasaan pasien
mengungkapkan gejala cemas 3. Gunakan pendekatan yang membantu pasien untuk merasa
2. Postur tubuh, ekspresi wajah, menenangkan diterima.
bahasa tubuh dan tingkat Edukasi : 3. Memudahkan memberikan asuhan
aktivitas menunjukkan 4. Jelaskan semua prosedur dan keperawatan pada pasien
berkurangnya kecemasan. apa yang dirasakan selama 4. Ketidaktahuan dan kurangnya
3. Tanda- tanda vital dalam prosedur pemahaman dapat menyebabkan
batas normal. Kolaborasi : timbulnya ansietas.
TD: 110/70 mmHg - 120/80 5. Berikan obat untuk mengurangi 5. Membantu mengurangi kecemasan
mmHg kecemasan. pasien.
Suhu : 36,5 0C-37,5 0C
Nadi : 60 x/menit- 100x/menit
RR: 12x/menit- 20x/menit

3. Implementasi keperawatan
Tahap pelaksanaan merupakan tahap pada proses keperawatan, dimana semua rencana yang telah ditetapkan didalam rencana
keperawatan kemudian diimplementasikan pada pasien secara nyata, semua rencana sesuai dengan diagnosa sudah dapat dilakukan.
Asuhan keperawatan berfokus pada peningkatan pengetahuan,konseling, pemberian keyakinan, dan peningkatan atau pengembangan
pilihan untuk membantu pasien mengatasi masalah.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan, dimana ini dilakukan untuk menilai seberapa jauh diagnosa keperawatan,
rencana tindakan dan pelaksanaannya sudah berhasil tercapai. Melalui evaluasi penulis dimungkinkan untuk memonitoring hal-hal
yang terjadi selama tahap proses keperawatan sebelumnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Amenorhea berasal dari kata-kata Yunani yakni a (tidak ada), men


(bulan), rhoia (aliran/ flow) yang artinya tidak ada aliran bulanan. Definisi
amenorrhea berdasarkan American Society for Reproductive Medicine (ASRM)
2008 adalah tidak adanya atau berhentinya menstruasi secara abnormal.
Amenorrhea terbagi primer dan skunder berdasarkan terjadinya
sebelum atau setelah menarche. Amenorrhea primer apabila menstruasi tidak
terjadi pada usia 16 tahun bila tanpa disertai perkembangan seks sekunder.
Amenorrhea sekunder terjadi apabila siklus mens berhenti selama 6 bulan
berturut-turut pada wanita dengan siklus menstruasi yang tidak teratur atau
setelah 3 bulan berturut-turut pada wanita dengan siklus menstruasi teratur.
Beberapa diagnosa keperawatan yang sering muncul pada amenorrhea seperti
gangguan citra tubuh, harga diri rendah situasional, defisit pengetahuan dan
ansietas. Intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien yang mengalami
amenorrhea bertujuan untuk mengembangkan kembali harga diri positif dan
membantu meningkatkan kualitas hidup pasien.

3.2 SARAN

Penulis menyadari bahwa makalah diatas banyak sekai kesalahan dan jauh dari
kata sempurna. Penulis akan memperbaiki makalah tersebut dengan berpedoman pada
banyak sumber yang dapat dipertanggungjawabkan. Maka dari itu penulis
mengharapkan kritik dan saran mengenai pembahasan makalah dalam kesimpulan
diatas.
Bagi perawat sebaiknya seorang perawat dapat melaksanakan asuhan
keperawatan kepada pasien atresia ductus hepaticus sesuai dengn indikasi penyakit,
dan sebaiknya sesuai standar perawatan.
DAFTAR PUSTAKA

American Society for Reproductive Medicine. Premature Ovarian Failure (POF). [cited Apr
2016]. Available from: https://www.asrm.org

Baziad A. Amenorea sekunder. In Endokrinologi Ginekologi (3rd ed). Jakarta: Media


Aesculapius, 2010.

Benson, P & Pernoll. (2010). Buku saku OBSETRY Gynecology William. Jakarta : EGC.

Cashion, Perry & Lowdermilk. (2013). Keperawatan Maternitas Edisi 8. Jakarta : Elsevier.

Erna, S., Edi, S., (2017). Amenorea sekunder: tinjauan dan diagnosis: Manado

Huda, A., Kusuma, H., (2015). Asuhan keperawatan berdasarkan diagnose medis & NANDA
NIC-NOC: Jogjakarta

Koentjaraningrat. 2010. Pengantar Ilmu Antropologi, Ed. Revisi. Jakarta: Rineka Cipta (UI-
Press)

Morgan T. Turner syndrome: diagnosis and management. Am Fam


Physician.2010;76(3):405-
17

Ramadhina., (2015). Karakteristik pasien amenore primer di poliklinik imunoendokrinologi


reproduksi rumah sakit cipto mangunkusumo tahun 2014: Jakarta

Suardika, A., (2016). Gangguan endokrin dan amenore: Solo

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Anda mungkin juga menyukai