BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Banyak metode yang digunakan untuk mengidentifikasi risiko, salah satu caranya
adalah dengan mengembangkan sistem pelaporan Insiden Keselamatan Pasien (IKP)
dan sistem analisa. Dapat dipastikan bahwa sistem pelaporan insiden akan mengajak
semua orang dalam organisasi untuk peduli akan bahaya/potensi bahaya yang dapat
terjadi kepada pasien. Pelaporan juga penting digunakan untuk memonitor upaya
pencegahan terjadinya error sehingga dapat mendorong dilakukannya investigasi lebih
lanjut.
Pelaporan insiden penting dilakukan karena sebagai awal proses pembelajaran untuk
mencegah kejadian yang sama terulang kembali. Pelaporan insiden keselamatan pasien
(IKP) adalah jantung dari mutu layanan, sangat penting untuk proses belajar dan revisi
dari kebijakan, SPO dan panduan yang ada. WHO melaporkan bahwa KTD berkisar
10% di Rumah Sakit.
2. Tujuan Pelaporan
Umum
Pelaporan insiden bertujuan untuk menurunkan insiden dan mengoreksi sistem dalam
rangka meningkatkan keselamatan pasien dan tidak untuk menyalahkan orang (non
blaming).
Khusus
a. Terlaksananya sistem pencatatan dan pelaporan insiden keselamatan pasien
b. Diketahui penyebab insiden keselamatan pasien sampai pada akar masalah
c. Untuk memperoleh data/angka insiden keselamatan pasien
d. Upaya pencegahan terjadinya kejadian/insiden keselamatan pasien berikutnya
e. Didapatkannya pembelajaran untuk perbaikan asuhan kepada pasien
3. Definisi
Laporan insiden keselamatan rumah sakit adalah suatu pelaporan secara tertulis
kejadian yang seharusnya tidak terjadi pada saat pemberian pelayanan/ perawatan di
lingkungan unit kerja rumah sakit. Pelaporan insiden adalah suatu sistem untuk
mendokumentasikan laporan insiden keselamatan pasien, analisis dan solusi untuk
pembelajaran. Sistem pelaporan insiden dilakukan secara internal di rumah sakit dan
eksternal kepada Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KKPRS).
Laporan insiden keselamatan pasien Internal adalah pelaporan secara tertulis setiap
kondisi potensial cedera dan insiden yang menimpa pasien, keluarga pengunjung,
maupun karyawan yang terjadi di rumah sakit.
Laporan insiden keselamatan pasien eksternal KKPRS, pelaporan secara anonim setiap
Insiden Keselamatan Pasien yang terjadi pada pasien, dan telah dilakukan analisa
penyebab, rekomendasi dan solusinya, melalui e-report ke Kementerian Kesehatan RI
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan dengan alamat web:
http://www.yankes.kemkes.go.id/
BAB II
RUANG LINGKUP
Panduan ini didesain untuk membantu petugas dalam melaporkan insiden keselamatan pasien .
Pelaporan insiden keselamatan pasien (IKP) dimulai sejak diketemukannya insiden sampai
dengan analisis akar masalah. Ruang lingkup panduan ini meliputi:
1. Insiden keselamatan pasien yang harus dilaporkan meliputi:
a. KTD ( Kejadian yang tidak diharapkan)
Yaitu suatu insiden/kejadian yang mengakibatkan cedera yang tidak diharapkan
pada pasien karena suatu tindakan (commission) atau karena tidak bertindak
(omission), yang bukan dikarenakan penyakit dasarnya atau kondisi pasien.
b. KNC ( Kejadian Nyaris Cedera ).
Yaitu merupakan terjadinya insiden yang belum sampai terpapar ke pasien
c. KTC ( Kejadian Tidak Cedera )
Kejadian Tidak Cedera, selanjutnya disingkat KTC adalah insiden yang sudah
terpapar ke pasien, tetapi tidak timbul cedera.
d. Kejadian Sentinel
Yaitu suatu KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang terjadi seperti :
1) Kematian yang tidak diduga, termasuk, dan tidak terbatas hanya :
Kematian yang tidak berhubungan dengan perjalanan penyakit pasien atau
kondisi yang mendasari penyakitnya (contoh, kematian setelah infeksi
pascaoperasi atau emboli paru-paru)
Kematian bayi aterm
Bunuh diri
2) Kehilangan permanen fungsi yang tidak terkait dengan perjalanan penyakit
pasien atau kondisi yang mendasari penyakitnya
3) Operasi salah tempat, salah prosedur, salah pasien
4) Terjangkit penyakit kronik atau penyakit fatal akibat transfusi darah atau produk
darah atau transplantasi organ atau jaringan
5) Penculikan anak termasuk bayi atau anak termasuk bayi dikirim ke rumah bukan
rumah orang tuanya.
BAB III
TATA LAKSANA PELAPORAN DAN ANALISA
Observasi
Kunjungan ke lokasi kejadian
Peralatan yang terlibat
Dokumentasi
Kebijakan dan prosedur internal rumah sakit
Peraturan dan perundang-undangan
Standar mutu
Referensi ilmiah terkini
Catatan medis
Dll
e. Memetakan informasi, ada beberapa alat yang dapat digunakan :
Kronologis narasi
Kronologi insiden sangat berguna bagi laporan akhir insiden
Timeline
Metode untuk menelusuri rantai insiden secara kronologis. Memungkinkan
investigator menemukan bagian dalam proses dimana masalah terjadi
Tabular timeline
Sama dengan timeline tetapi lebih detail menginformasikan Good Practice.
Time person grid
Memungkinkan untuk melacar gerak/kehadiran orang sebelum dan sesudah
insiden
f. Identifikasi dan memprioritaskan masalah/ Care Management Problem (CMP)
Prinsip dasar adalah :
- Pelayanan yang menyimpang dari standar pelayanan yang ditetapkan
- Penyimpangan memberikan dampak langsung atau tidak langsung pada
insiden
Identifikasi dapat dilakukan oleh orang yang memahami proses yang standar
Mencari tahu apakah kejadian-kejadian sudah sesuai dengan yang seharusnya
atau tidak
g. Pilih prioritas masalah, masalah kecil dapat disingkirkan, fokus pada masalah-
masalah utama
h. Analisa informasi untuk mencari faktor yang berperan.
Ada dua alat yang biasa dipakai untuk analisa :
5 Why dilakukan dengan cara bertanya “Why” sampai 5 kali terhadap suatu
masalah sampai tidak ada jawaban lagi yang dapat dikemukakan
Analisa Perubahan metode sederhana yang dapat membantu membandingkan
proses yang berjalan efektif atau gagal
Analisa Penghalang didisain untuk mengidentifikasi penghalang mana yang
seharusnya untuk mencegah insiden
Analisa dengan diagram tulang ikan (Fish Bone Analysis) dirancang untuk
mencari faktor yang berperan dengan terarah, terdiri dari :
1. Faktor eksternal di luar RS
2. Faktor organisasi dan management
3. Faktor lingkungan kerja
4. Faktor tim
5. Faktor staf
6. Faktor tugas
7. Faktor pasien
8. Faktor komunikasi
i. Membuat rekomendasi dan rencana tindak lanjut untuk improvement
- Merupakan hal yang paling penting
- Dapat menggunakan analisa penghalang (barrier), tdd :
Kebijakan/prosedur
Pelatihan
Teamwork
Lingkungan
Alat (barrier paling efektif)
- Mencantumkan : ukuran keberhasilan, penanggung jawab dan batas waktu
penyelesaian
j. Laporan RCA yang dilakukan Komite KPRS akan dilaporkan kepada pimpinan
rumah sakit.
4. Proses perbaikan dari analisa RCA melalui proses (HFMEA)
a. Menentukan topik proses HFMEA/ Analisa Modus Kegagalan dan Dampak
(AMKD)
Memilih proses yang berisiko tinggi, bisa :
Ped_KMH/SKP/1/003,Rev00, 18 Maret 2019
Hal 9 dari 14
KRAKATAU MEDIKA HOSPITAL
- Proses baru
- Proses yang sedang berjalan
- Proses dalam klinis
- Proses non klinis
Proses yang berisiko tinggi tergantung pada :
- Variabel input
- Kompleksitas
- Tidak memenuhi standar/prosedur
- Keterkaitan yang erat
- Ketergantungan pada intervensi manusia
- Budaya hirarki
- Keterbatasan waktu
Proses tambahan :
Proses yang risiko rendah tapi dapat berkembang menjadi kegagalan/dampak
yang besar
- Proses dimana kemungkinan terjadinya kegagalan sangat kecil, tetapi
dampak bila terjadi kegagalan tersebut sangat besar
- Alat baru
- Disain baru
Apabila terkumpul sekian banyak proses yang berisiko tinggi dan proses
tambahan maka dilakukan analisa dan memilih jumlah yang mampu dilakukan
(minimal 1 proses dalam satu tahun)
Pertimbangkan yang paling tinggi potensial risikonya, yang paling
“interrelated” dengan proses lainnya dan ketertarikan orang untuk memperbaiki
b. Bentuk Tim
Multidisiplin
Anggota tidak lebih dari 10 orang
Memiliki pengetahuan tentang proses yang akan dianalisa
Mewakili bidang yang akan dianalisa dan unit yang akan terkena perubahan
Mengikutkan orang yang tidak terlibat dalam proses tetapi memiliki “analytic
skill”
Setidaknya ada satu pembuat keputusan
Ped_KMH/SKP/1/003,Rev00, 18 Maret 2019
Hal 10 dari 14
KRAKATAU MEDIKA HOSPITAL
BAB IV
DOKUMEN
DAFTAR PUSTAKA