Anda di halaman 1dari 9

PRAKTIKUM

FORMULASI TEKNOLOGI SEDIAAN OBAT TRADISIONAL


INFUSUM DAN DEKOKTA

KELOMPOK 6 :
AULIA SRI ASTUTI (17.71.018030)
ANA ISTIKHOMAH
YESI ANITA
RISKY YANUARI WAHYUNI (17.71.018692)
MUHAMMAD PAHDIANNUR

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKA RAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI FARMASI 2019
Jl. RTA Milono Km. 1,5 Palangka Raya Telp. (0536) 3222184. Fax.(0536) 3239884
www.umpalangkaraya.ac.id
PRAKTIKUM I
PEMBUATAN INFUSUM TEMULAWAK DAN DEKOKTA DAUN SIRIH

A. Tujuan
Mahasiswa mampu memahami dan mempraktekkan cara membuat infusa dan
dekokta.

B. Dasar Teori
Infusa atau infundasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari
simplisiadalam air pada suhu 90C selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian
yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut adalam air dari
bahan-bahan nabati. Penyarian dengan metode ini menghasilkan sari atau ekstrak
yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan kapang. Oleh sebab itu, sari
yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh disimpan lebih dari 24 jam. Umumnya
infusa selalu dibuat dari simplisia yang mempunyai jaringan lunak yang mengandung
minyak atsiri dan zat-zat yang tidak tahan pemanasan lama (Depkes RI, 1979).
Keuntungan metode infusa :
1. Unit alat yang digunakan sederhana.
2. Biaya operasionalnya relatif murah.
Kerugian metode infusa :
1. Zat-zat yang tertarik kemungkinan sebagian akan mengendap kembali apabila
kelarutannya sudah mendingin (lewat jenuh).
2. Hilangnya zat-zat atsiri.
3. Adanya zat-zat yang tidak tahan panas lama, disamping itu simplisia yang
mengandung zat-zat albumin tentunya zat ini akan menggumpal dan
menyukarkan penarikan zat-zat berkhasiat tersebut.
Dekokta atau dekoktum adalah sediaan cair yang dibuat dengan cara
mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada suhu 90C selama 30 menit,
terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih (Farmakope Indonesia, 1995).
Kelemahan metode dekokta :
1. Karena menggunakan pelarut air, maka bisa dipastikan ekstrak yang dibuat
menjadi tidak awet (mudah ditumbuhi jamur).
2. Tidak bisa disimpan lebih lama.
3. Ekstrak bisa berlendir, sehingga sulit disaring.
Banyaknya air yang dibutuhkan dalam pembuatan infusa atau dekokta adalah :
1. Untuk simpisia segar : sejumlah infusa atau dekokta yang dibuat.
2. Untuk simplisia 1⁄2 kering : sejumlah infusa atau dekokta yang dibuuat ditambah
1 kali berat simplisia.
3. Untuk simplisia kering : sejumlah infusa atau dekokta yang dibuat ditambah 2
kali berat simplisia.
(Depkes RI, 1997. Farmakope Indonesia edisi IV)
Klasifikasi tumbuhan yang digunakan :
 Temulawak
Divisi = Spermatophyta
Sub Divisi = Angiospermae
Kelas = Monocotyledonae
Ordo = Zingiberales
Famili = Zingiberaceae
Genus = Curcuma
Spesies = Curcuma Xanthorrhixs Roxb
 Daun sirih
Kingdom = Plantae
Divisi = Magnoliopsida
Kelas = Magnolioesidae
Ordo = Piperis
Famili = Pipericeae
Genus = Piper
Spesies = Piper Betle L
Khasiat empiris dan farmakologis Temulawak dan Daun Sirih :
a. Temulawak
Sari rimpang temulawak mempunyai khasiat sebagai obat penguat sehingga dapat
digunakan sebagai bahan campuran jamu. Jamu ini mempunyai beberapa khasiat
yang diantaranya yaitu sebagai penambah nafsu makan, serta banyak digunakan
sebagai obat penambah darah untuk orang yang menderita kurang darah atau
anemia.
b. Daun Sirih
Daun sirih mengandung zat antiseptik pada seluruh bagiannya. Daunnya bisa
mengobati mimisan, mata merah, dan keputihan. Sirih juga bersifat sebagai
penahan pendarahan, menyembuhkan luka pada kulit dan gangguan saluran
pencernaan.

C. Alat dan Bahan


1. Alat
- Panci
- Talenan
- Pisau
- Botol kaca
- Saringan
- Gelas ukur 150mL
- Termometer
- Hotplate
- Batang pengaduk
- Timbangan
2. Bahan
a. Bahan infusa :
Rimpang temulawak segar 20g
Asam jawa 10g
Gula 30g
Air ad 250mL
b. Bahan dekokta :
Daun sirih segar 10g
Gula merah 8g
Air ad 100mL
D. Cara Kerja
Infusa :
Rimpang temulawak diiris-iris lalu direbus bersama asam jawa, gula, air dalam panci
infusa pada suhu 90C (setelah keluar banyak uap) selama 15 menit.

Disaring dalam keadaan panas, kemudian diuji organoleptis.


Dekokta :
Potong-potong daun sirih (lebar dan panjang 2-3 mm), bersama dengan asam jawa,
gula, air dalam panci pada suhu 90C (setelah keluar banyak uap) selama 30 menit.

Disaring dalam keadaan panas, kemudian diuji organoleptis.

E. Hasil Pengamatan
a. Uji organoleptis infusa temulawak :
Konsistensi Cair (150 mL)
Warna Kuning Keruh
Bau Khas
Rasa Manis Dan Asam

b. Uji organoleptis dekokta daun sirih :


Konsistensi Cair (35 mL)
Warna Coklat
Bau Khas
Rasa Pahit dan Sepet

F. Pembahasan
Pada praktikum ini dibuat formula sediaan infusum dan dekokta. Untuk
sediaan infusum rimpang temulawak adalah sebagai berikut: Rimpang Temulawak,
Asam Jawa, Gula dan air pada pada volume yang ditentukan. Dalam pembuatan
infusum temulawak ini dilakukan dengan merendam dan memanaskan 20 gram
simplisia rimpang temulawak kedalam 250 mL air bersuhu 90°C selama 15 menit.
Karena menggunakan air sebagai pembawa di dalamnya, maka Infusum
mudah sekali ditumbuhi oleh bakteri dan jamur dan juga pada pembuatan sediaan ini
dipakai gula putih sebagai pemanis yang umumnya dapat di ditumbuhi oleh mikroba.
Pada pembuatan infusum sebaiknya digunakan kombinasi pengawet yang kerjanya
sinergis. Alasan penggunaan bahan pengawet secara kombinasi adalah dalam rangka
untuk meningkatkan kemampuan spektrum antimikroba, efek yang sinergis
memungkinkan penggunaan pengawet dalam jumlah kecil, sehingga kadar
toksisitasnya menurun pula, dan mengurangi kemungkinan terjadinya resistensi.
Umumnya metil paraben dan propil paraben digunakan sebagai kombinasi pengawet
yang efektif namun metil paraben inkompatibel dengan penggunaan sorbitol yang
digunakan dalam sediaan ini sehingga kombinasi pengawet ini tidak digunakan.
Namun pada pembuatan infusum yang kami lakukan semuanya menggunakan bahan
alami dan tidak menggunakan pengawet sama sekali.
Menurut Farmakope Indonesia edisi IV halaman 263, Rimpang Temulawak pada
pemeriannya memiliki bau khas aromatic : rasa tajam dan pahit. Namun setelah dibuat
cairan infusa, rasa simplisia hilang, menjadi hambar atau tidak berasa. Untuk
menambah cita rasa dalam sediaan infusum ini maka kedalam pembuatan sediaan ini
ditambahkan Gula Putih sebanyak 30 gram dan Asam Jawa sebanyak 10 gram.
Setelah sediaan jadi dilakukan evaluasi sediaan secara organoleptik. Sirop bahan
alam pada umumnya memiliki rasa dan bau yang khas jamu disertai warna larutan
yang coklat kehijauan. Dengan formula yang dibuat, diperoleh sediaan sirop Curcuma
xanthorrhiza infusa yang memiliki bau khas aromatik, rasanya manisasam, berwarna
kuning.
Untuk sediaan dekokta daun sirih adalah sebagai berikut: Daun Sirih, Asam
Jawa, Gula dan air pada pada volume yang ditentukan. Dalam pembuatan dekokta
daun sirih ini dilakukan dengan merendam dan memanaskan 10 gram daun sirih
kedalam 100 mL air bersuhu 90°C selama 30 menit. Dekokta daun sirih dapat
digunakan sebagai antiseptik karena mengandung zat anti mikroorganisme berupa
polifenol yaitu kavibetol dan kavikol. Kavikol yang memberikan bau khas pada daun
sirih memiliki daya bunuh bakteri lima kali lipat lebih tinggi daripada fenol biasa.
Kavibetol merupakan fenol yang khas dari minyak atsiri dan biasa disebut dengan
betelfenol. Beberapa cara penggunaan dekokta daun sirih yaitu digunakan untuk
mandi sehingga menghilangkan bau badan ataupun sebagai obat kumur untuk
menghilangkan bau mulut.
Setelah dekokta telah jadi, tahap berikutnya adalah melakukan evaluasi sediaan
secara organoleptis meliputi uji rasa, warna, dan bau. Rasa dari dekokta daun sirih ini
adalah rasa pahit dan sepet, hal ini karena rasa dari daun sirih yang pahit dan
tambahan gula merah yang tidak terlalu bisa menutupi rasa pahit dari daun sirih
sehingga rasanya pahit. Warna dari dekokta ini adalah coklat tua hasil dari perpaduan
daun sirih dan gula merah. Adapun bau dari dekokta ini adalah bau khas dari daun
sirih.

G. Kesimpulan
Infusa atau infundasi merupakan metode penyarian dengan cara menyari
simplisiadalam air pada suhu 90C selama 15 menit. Infundasi merupakan penyarian
yang umum dilakukan untuk menyari zat kandungan aktif yang larut adalam air dari
bahan-bahan nabati. Sedangkan dekokta atau dekoktum adalah sediaan cair yang
dibuat dengan cara mengekstraksi bahan nabati dengan pelarut air pada suhu 90C
selama 30 menit, terhitung setelah panci bagian bawah mulai mendidih.

H. Daftar Pustaka
Anief, Moh. 2010. Ilmu Meracik Obat. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 1995. Farmakope Indonesia. Edisi IV.


Jakarta.
Lampiran

1. Penimbangan Temulawak

2. Penimbangan Asam Jawa

3. Penimbangan Gula Putih


4. Penimbangan Gula Merah

Anda mungkin juga menyukai