Anda di halaman 1dari 11

PRAKTIKUM VIII

UJI POTENSI ANTI MIKROBA TERHADAP BAKTERI

A. Tujuan
Menentukan MIC dan MBC suatu antibiotika terhadap bakteri
B. Pendahuluan
Dewasa ini kata antimikroba dan antibiotik sudah tidak asing lagi. Antimikroba adalah
obat pembasmi mikroba. Sedangkan antibiotik adalah zat yang dihasilkan oleh suatu mikroba
yang dapat menghambat maupun membasmi mikroba yang lain. Penggunaan antimikroba
sebagai agen pembasmi mikroba di kalangan masyarakat sudah sangat luas. Luasnya penggunaan
antimikroba ini dapat berujung pada suatu keadaan dimana kuman patogen sudah tidak lagi
berespon terhadap antimikroba yang digunakan yang dikenal dengan istilah resisten. Resistensi
suatu antimikroba dipermudah oleh beberapa faktor seperti penggunaan antimikroba yang sering,
irasional, berlebihan dan penggunaan dalam jangka waktu yang lama (Soekardjo, 1995).
Antibiotika adalah senyawa kimia khas yang dihasilkan atau diturunkan oleh organisme
hidup, termasuk struktur analognya yang dibuat secara sintetik, yang dalam kadar rendah mampu
menghambat proses penting dalam kehidupan satu spesies atau lebih mikroorganisme. Pada
awalnya antibiotika diisolasi dari mikroorganisme, tetapi sekarang beberapa antibiotika telah
didapatkan dari tanaman tinggi atau binatang (Soekardjo, 1995).
Suatu zat antibiotik kemoterapeutik yang idealnya hendaknya memiliki sifat-sifat sebagai
berikut: harus mempunyai kemampuan untuk merusak atau menghambat mikroorganisme
patogen spesifik. Makin besar jumlah dan macam mikroorganisme yang dipengaruhi makin baik.
Tidak mengakibatkan berkembangnya bentuk-bentuk resiten parasit. Tidak menimbulkan efek
sampingan yang tidak dikehendaki pada inang, seperti reaksi alergis, kerusakan pada saraf, iritasi
pada ginjal atau saluran gastrointestin. Tidak melenyapkan flora mikroba normal pada inang.
Gangguan terhadap flora normal dapat mengaucaukan „keseimbangan alamiah‟ sehingga
memungkinkan microbe yang biasanya nonpatogenik atau bentuk-bentuk patogenik yang semula
dikendalikan oleh flora normal, untuk menimbulkan infeksi baru (Pelczar, 1988).
Antibiotik adalah suatu senyawa yang dihasilkan oleh mikroorganisme yang pada
konsentrasi rendah dapat memusnahkan atau menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Pengujian potensi antibiotik dilakukan untuk memberikan jaminan bahwa kualitas dan mutu
antibiotik yang digunakan dalam pengobatan memenuhi persyaratan yang telah ditentukan
(Radji, 2010)
Antibiotik digunakan untuk membasmi mikroba penyebab terjadinya infeksi. Gejala
infeksi terjadi akibat gangguan langsung oleh mikroba dan berbagai zat toksik yang dihasilkan
mikroba. Pada dasarnya suatu infeksi dapat ditangani oleh sistem pertahanan tubuh, namun
adakalanya sistem ini perlu ditunjang oleh penggunaan antibiotik. Antibiotik yang digunakan
untuk membasni mikroba penyebab infeksi pada manusia, harus memiliki sifat toksisitas selektif.
Artinya antibiotik harus bersifat toksik untuk mikroba, tetapi relatif tidak toksik untuk hospes.
Toksisitas selektif tergantung kepada struktur yang dimiliki sel bakteri dan manusia misalnya
dinding sel bakteri yang tidak dimiliki oleh sel manusia, sehingga antibiotik dengan mekanisme
kegiatan pada dinding sel bakteri mempunyai toksisitas selektif relatif tinggi (Ganiswarna,
1995).
Prinsip penetapan potensi antibiotik dalam sediaan obat adalah membandingkan dosis
larutan sediaan uji terhadap dosis larutan baku pembanding yang menghasilkan derajat hambatan
yang sama pada mikroorganisme uji (Radji, 2010)
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) didefinisikan sebagai konsentrasi terendah
antimikroba yang akan menghambat pertumbuhan mikroorganisme yang terlihat setelah semalam
diinkubasi. MIC digunakan oleh laboratorium diagnostik, terutama untuk konfirmasi perlawanan,
namun paling sering sebagai alat riset untuk menentukan in-vitro aktivitas antimikroba baru, dan
data dari studi tersebut telah digunakan untuk menentukan MIC breakpoints (Andrews, 2001).
Konsentrasi minimun penghambatan atau lebih dikenal dengan MIC (Minimum
Inhibitory Concentration) adalah konsentrasi terendah dari antibiotika atau antimikrobial yang
dapat menghambat pertumbuhan mikroba tertentu. Nilai MIC adalah spesifik untuk tiap-tiap
kombinasi dari antibiotika dan mikroba (Greenwood, 1995).
MIC dari sebuah antibiotika terhadap mikroba digunakan untuk mengetahui sensitivitas
dari mikroba terhadap antibiotika. Nilai MIC berlawanan dengan sensitivitas mikroba yang diuji.
Semakin rendah nilai MIC dari sebuah antibiotika, sensitivitas dari bakteri akan semakin besar.
MIC dari sebuah antibiotika terhadap spesies mikroba adalah rata-rata MIC terhadap seluruh
strain dari spesies tersebut. Strain dari beberapa spesies mikroba adalah sangat berbeda dalam hal
sensitivitasnya (Greenwood, 1995)
Kadar minimum yang digunakan untuk menghambat pertumbuhan suatu mikroorganisme
disebut Kadar Hambatan Minimum (KHM). Anti mikroba dapat meningkatkan aktivitasnya dari
bakteri ostatik menjadi bakteri osid, apabila kadar anti mikrobanya ditingkatkan lebih besar dari
MIC (Minimum Inhibitory Concentration), untuk mengetahui kadar MIC maka digunakan
metode dilusi. Aktivitas anti bakteri ditentukan oleh spectrum kerja, cara kerja, MIC, serta
potensi pada MIC. Suatu bakteri dikatakan mempunyai aktivitas yang tinggi bila MIC terjadi
pada kadar rendah tetapi mempunyai daya bunuh atau daya hambat yang besar. Metode dilusi
adalah metode yang menggunakan antimikroba dengan kadar yang menurun secara bertahap,
baik dengan media cair atau padat yang kemudian media diinokulasi bakteri uji dan diinkubasi.
Tahap akhir dilarutkan antimikrobia dengan kadar yang menghambat atau mematikan.
Metode dilusi terdiri dari dua teknik pengerjaan yaitu teknik dilusi perbenihan cair dan
teknik dilusi agar. Yang bertujuan untuk penentuan aktifitas antimikroba secara kuantitatif,
antimikroba dilarutkan ke dalam media agar atau kaldu, yang kemudian ditanami bakteri yang
akan dites. Setelah diinkubasi semalam, konsentrasi terendah yang dapat menghambat
pertumbuhan bakteri di sebut dengan MIC (minimal inhibitory concentration). Nilai MIC dapat
pula dibandingkan dengan konsentrasi obat yang didapat di serum dan cairan tubuh lainnya
untuk mendapatkan perkiraan respon klinik.
C. Alat dan bahan
Bahan Alat
 Bakteri Eschericia coli  Lampu spiritus
 Media TSB (Trypticase Soy  Timbangan elektrik
Broth)  Gelas beaker
 Antibiotik Ampicillin  Gelas ukur
 Standard Brown III  Mikropipey
 Aquadest  Inkubator
 Autoklaf
 Kaca arloji
 Batang pengaduk
 Timbangan analitik
 Blue tip dan yellow tip
 LAF

D. Cara Kerja
Ditimbang media TSB 0,336 gram dilarutkan dengan 12 mL aquadest di dalam Erlenmeyer

Menyiapkan 7 tabung reaksi, masing-masing tabung mendapatkan perlakuan

Bl Kon 400 200 100 50 25


anko : 2 trol : µg/ml µg/ml: 1 µg/ml: 1,5 µg/ml: 1,75 µg/ml: 1,875
ml 2 ml (stock): 2 ml media ml ml ml
media media ml + 1 ml media+0,5 media+0,25 media+0,125
Ampicillin Ampicillin ml Amp. ml Amp. ml Amp.

Ketujuh tabung reaksi+yellow tape+blue tape disterilkan dengan autoclave

Melakukan penanaman E. Coli di dalam LAF (dimana bakteri yang digunakan


konsentrasinya telah disesuaikan dengan standar Mc. Farland III)

Masing-masing tabung reaksi (kecuali blanko) ditambahkan 20µl mikroorganisme E. coli

Diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37C di dalam inkubator

Melakukan pengamatan terhadap kekeruhan yang terjadi pada kelima tabung reaksi
perlakuan dan dibandingkan dengan kekeruhan pada kontrol

Catat hasil pengamatan


E. Hasil Penelitian
Tabung Warna
Blanko Kuning keruh
Kontrol Kuning keruh
400 µg/ml Putih bening
200 µg/ml Kuning bening
100 µg/ml Kuning bening
50 µg/ml Kuning bening
25 µg/ml Kuning bening

F. Pembahasan
Antibakteri atau antimikroba adalah bahan yang dapat membunuh atau menghambat
aktivitas mikroorganisme dengan bermacam-macam cara. Senyawa antimikroba terdiri atas
beberapa kelompok berdasarkan mekanisme daya kerjanya atau tujuan penggunaannya. Bahan
antimikroba dapat secara fisik atau kimia dan berdasarkan peruntukannya dapat berupa
desinfektan, antiseptik, sterilizer, sanitizer dan sebagainya.
Antibiotik adalah zat kimia yang dihasilkan oleh suatu mikroba yang mempunyai khasiat
antimikrobal. Orang yang pertamakali mempelajari antibiotik secara sistematis adalah Gratia dan
Dath (1924) dengan menemukan Actinomycetinyang berasal dari Actinomycetes.Sampai
sekarang sudah ditemukan beribu-ribu antibiotika, tetapi tidak semuanya dapat digunakan dalam
pengobatan
Pada praktikum kali kami melakukan pengujian tentang MIC dan MBC suatu antibiotika
terhadap bakteri. Uji ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibiotik terhadap bakteri pada
konsentrasi minimumnya. Suatu sediaan antibiotika seharusnya memiliki aktivitas untuk
menginhibisi pertumbuhan bakteri dengan konsentrasi yang sekecil mungkin. Hal tersebut
menandakan jika antibiotika ini tidak menimbulkan keresistenan terhadap bakteri tertentu. Jadi,
uji MIC juga penting dilakukan untuk mengetahui keresistenan suatu antibiotik terhadap bakteri.
Nilai MIC yang dihasilkan itu menggambarkan sensitivitas bakteri terhadap antibiotik.
Sensitivitas antibiotik terhadap bakteri itu berbanding terbalik dengan konsentrasi. Jadi jika
antibiotik itu memiliki sensitivitas yang tinggi terhadap bakteri maka konsentrasi yang
dipakainya rendah, sedangkan untuk antibiotik yang memiliki sensitivitas rendah akan
memerlukan konsentrasi antibiotik yang tinggi. Pada praktikum yang dilakukan, pengujian MIC
antibiotik terhadap bakteri dilakukan secara in-vitro. Pengujian secara in-vitro ini maksudnya
adalah pengujian yang dilakukan tidak dalam tubuh organisme hidup tetapi dalam lingkungan
yanag terkontrol.
Antibiotik yang kami gunakan adalah antibiotic Ampicillin yaitu adalah obat yang dapat
digunakan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri, seperti infeksi saluran pernapasan, saluran
pencernaan, jantung (endokarditis), saluran kemih, kelamin (gonore), dan telinga. Obat yang
termasuk ke dalam golongan antibiotik penisilin ini bekerja dengan cara membunuh bakteri
penyebab infeksi.
Dalam praktikum kali ini dilakukan dalam tabung reaksi dan dalam cawan petri. Namun
penggunaan antibiotika untuk bakteri itu tidak dilakukan secara in-vitro, melainkan dilakukan
secara in vivo karena terdapat dalam tubuh manusia (organisme hidup). Nilai MIC yang
didapatkan dari MIC in-vitro dan In-vivo tidak menghasilkan kesetaraan. Hal tersebut
dikarenakan MIC secara in vivo antibiotik dalam tubuh bisa dipengaruhi oleh tubuh manusia
sendiri yang bisa melakukan biotransformasi antibiotik, penguraian bahkan fiksasi pada protein
plasmanya sehingga aktivitas antibiotiknya akan berkurang. Namun tidak semua antibiotik yang
bisa mengalami hal tersebut di dalam tubuh, karena hal tersebut bergantung pada sifat
fisikokimia antibiotik serta karakteristik dari pemakai antibiotik tersebut (manusia). Hal pertama
yang dilakukan adalah dengan membuat sediaan ujinya terlebih dahulu. Zat uji yang
digunakannya adalah antibiotika ampicillin. Ampicillin yang akan dibuat sebagai zat uji berasal
dari sediaan tablet (zat padat) sehingga perlu dibuat larutan untuk mengetahui konsentrasi yang
akan dibuatnya. Caranya dengan menggerus tablet ampicillinnya terlebih dahulu kemudian
melarutkan dalam aquades hingga volume tertentu. Dengan pembuatan larutan tersebut maka
akan dihasilkan nilai konsentrasi larutan tersebut. Alasan dilarutkan menggunakan aquadest
karena aquadest ini dalam zat cair yang bersifat inert sehingga ketika dijadikan sebagai pelarut
tidak akan menimbulkan efek pada antibiotiknya. Prosedur setelah membuat larutan antibiotik
adalah melakukan pengenceran.
Pengenceran dilakukan dari larutan stok dengan konsentrasi 5000 µg/mL dibuat menjadi
konsentrasi 500 µg/mL, 250 µg/mL, 125 µg/mL. Dilakukan tiga kali pengenceran adalah untuk
membuat variasi konsentrasi, sehingga dapat dilihat konsentrasi paling kecil mana yang bisa
menginhibisi pertumbuhan bakteri. Perhitungan pengenceran menggunakan rumus pengenceran
V1 x M1 = V2 x M2. Selanjutnya konsentrasi yang terakhir dimasukkan ke dalam tabung reaksi
kecil yang telah terdapat media pertumbuhan cair berupa Nurtrien Broth. Tabung reaksi pertama
yang dimasukkan pengenceran antibiotik tetrasiklin dengan media NB double strenght. NB
double strenght adalah nutrient broth yang volumenya 2x lebih banyak daripada tabung yang
lain. Alasan digunakan NB double strenght agar pada pengenceran ke tabung kedua, konsentrasi
antibiotik berasal dari konsentrasi yang sebanding dengan konsentrasi yang tadinya ada di dalam
labu ukur ke tabung reaksi besar. NB yang telah ditambahkan antibiotik dihomogenkan, agar
antibiotik bisa bercampur dengan sempurna pada media NB. Selanjutnya dihitung berapa
konsentrasi dari antibiotik yang ada dalam tabung reaksi kecil pertama (NB double strenght).
Hal tersebut dilakukan agar mempermudah pengenceran kedua serta pengenceran selanjutnya
pada tabung reaksi kecil selanjutnya. Setelah antibiotik tetrasiklin dengan konsentrasi berbeda
berada dalam media pertumbuhan cair Nutrient broth yang berbeda, kemudian dilakukan
penanaman bakteri dengan menggunakan ose bulat. Pengerjaan penanaman bakteri dilakukan
secara asepsis agar tidak ada bakteri lain yang masuk ke dalam media percobaan sehingga hasil
yang diamati sesuai dengan yang diharapkan. Caranya membuat ose menjadi steril adalah
dengan memanaskan ose diatas pembakar spirtus sampe logamnya berwarna merah. Namun
jangan langsung memasukkan ke dalam sampel bakteri, karena jika ose masih dalam keadaan
panas bisa membuat sampel bakteri menjadi mati. Setelah bakteri dimasukkan ke dalam media
NB, lalu diinkubasi selama 18-24 jam dalam suhu 37 derajat celsius. Alasannya karena pada
waktu 18-24 jam bakteri mengalami pertumbuhan yang baik, dan 37 derajat merupakan suhu
agar bakteri bisa tumbuh secara optimal. Tidak lupa juga membuat kontrol positif dan negatif
untuk percobaan ini. kontrol positif terdiri dari nutrien broth dengan bakteri, sedangkan kontrol
negatif terdiri dari nutrien brothnya saja. Alasan dibuat kontrol positif dan negatif adalah agar
kita bisa membandingkan hasil kerja antibiotik dengan media pertumbuhannya serta bakteri
yang digunakannya. Setelah dilakukan inkubasi, dilakukan pengamatan terhadap tabung reaksi
dan cawan petri yang diuji. Pada tabung reaksi dengan metode MIC cair dapat diamati perbedaan
dari ketiga tabung yang diuji, sedangkan kedua lainnya merupakan kontrol positif dan negatif.
Sebagai hasil, ketiga tabung uji yang berisi
Konsentrasi Bakteri yang kami gunakan pada pengujian ini disesuaikan dengan standar Mc
Farland. Standar Mc Farland adalah peyetaraan konsentrasi mikroba dengan menggunakan
larutan BaCl21% dan H2SO41%. Standar kekeruhan Mc Farland ini dimaksudkan untuk
menggantikan perhitungan bakteri satu per satu dan untuk memperkirakan kepadatan sel
yang akan digunakan pada prosedur pengujian antimikroba.Keuntungan dari penggunaan
standar Mc Farlandadalah tidak dibutuhkannya waktu ikubasi yang cukup untuk
memperoleh jumlah kepadatan bakteri yang diinginkan. Sedangakan kerugiannya, akan
terjadi perbedaan pandangan untuk menilai tingkat kekeruhan dari sel bakteri. Untuk menilai
kekeruhannya dapat digunakan spektrofotometer dengan panjang gelombang 600 nm (setara
dengan panjang gelombang E.coli)

G. Kesimpulan
Dari hasil pengamatan yang kami peroleh dapat diambil kesimpulan bahwa MIC dan MBC
suatu antibiotika terhadap bakteri adalah Pada tabung blanko menghasilkan warna kuning keruh,
pada control menghasilkan kuning keruh, pada tabung 400 menghasilkan warna putih bening,
dan tabung 200 sampai 25 menghasilkan warna kuning bening

H. Daftar pustaka

Ganiswarna, S., 1995, Farmakologi dan Terapi, edisi IV, 271-288 dan 800-810, Bagian
FarmakologiFakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.

Pelczar, M. J., Chan, E. C. S., 1988. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Jakarta: Universitas


Indonesia Press

Radji, Maksum. 2010. Buku Ajar Mikrobiologi Panduan Mahasiswa Farmasi dan
Kedokteran. Jakarta: EGC

Soekardjo, B, 2000, Kimia Medisinal Edisi 2 228-232, 234-239, Airlangga University


Press, Surabaya

Dosen Pengampu Asisten Dosen


Resqi Handayani, S.farm, M,P.H Apt Dede Zasqia Ashabar, Amd,A.k
Susi Novariatiin, M,Si Astriani

Praktikan

Muhammad pahdiannur
LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
PRAKTIKUM VIII
UJI POTENSI ANTI MIKROBA TERHADAP BAKTERI

Disusun Oleh
Kelompok 4

Nama : Muhammad Pahdiannur


Nim : 17.71.018054
Dosen Pengampu : Rezqi Handayani,M.P.H,Apt
Susi Novariatiin, M,Si

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALANGKARAYA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI D-III FARMASI
2019

Anda mungkin juga menyukai