Anda di halaman 1dari 9

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ANAK RETARDASI MENTAL

A. Pengertian
Redaksi mental adalah keadaan taraf perkembangan kecerdasan dibawah
normal sejak lahir atau masa anak anak, biasanya terdapat perkembangan mental
yang kurang secara keseluruhan,
Retardasi mental mengacu kepada kerata-rataan yang signifikan, fungsi
intelektual umum yang mengandung keadaan yang mengalami kekurangan pada
kemampuan yang beradaptasi dan terus berlanjut selama proses pertumbuhan.
Proses pertumbuhan berakhir sekitar pada umur 18 tahun.
Diagnosa retardasi mental tidak dapat hanya didasarkan pada intelegensi yang
rendah saja, tetapi juga, tetapi juga ditentukan oleh kapasitas individu beradaptasi
dengan lingkungan. Sehingga ada perbedaan antara ketidakmampuan belajar
dengan retardasi mental. Anak dengan gagguan belajar, tidak memiliki
kemampuan khusus yang diperlukan untuk belajar. Anak dengan keadaan ini
mungkin saja hasil tes psikologinya rata rata atau bahkan diatas tara-rata. Hanya
saja secara akademi tidak secerdas teman sebayanya. Anak retardasi mental
mempunyai intelengensi umum dibawah rata-rata. Retardasi mental dibagi atas 4
katagori berdasarkan IQ anak yaitu seperti yang ada pada tabel berikut ini
IQ 70-84 klasifikasi borderieni, tetapi sudah tidak digunakan lagi karena
biasanya disebabkan oleh pengaruh sosial ekonomi yang rendah.
Tingkatan Keparahan Retatdasi Mental
Tingkat keparahan Skor Tes IQ

Ringan 50-55 sampai 70

Sedang 36-40 sampai 59-55

Berat 20-25 sampai 35-40

Sangat berat Dibawah 20-25


B. Etiologi Retardasi Mental
Faktor penyebab retardasi mental erat kaitannya dengan keadaan sosial,
ekonimo dan kesehatan serta sumber yang tersedia untuk pendidikan,
perkembangan dan kesempatan kerja dari suatu masyarakat. Oleh karena itu angka
kejadian retardasi mental lebih tingi pada negara yang kurang mempunyai
program imunisasi massa, gizi dan sanitasi yang buruk, lingkungan yang kurang
aman , dan pelayanan kesehatan yang kurang pada wanita hamil dan anak-anak.
Etiologi anak anak dikelompokkan dalam 3 ketegori yaitu penyebab prenatal
perinatal postnatal, Dan yang perlu diketahui karena sebagian besar penyebab
pastinya retardasi mental belum diketahui.
Pengaruh prenatal terhadap perkembangn embrio mulai sejak masa
menentukan yaitu pada saat ibu belum menyadari bahwa ia hamil. Faktor genetik
dan lingkungan pada umumnya menjadi penyebab prenatal utama adalah
encephalopathy sebagai akibat dari luka pada fetus yang menyebabkan
abnormalitas neurologik yang selanjutnya menimbulakan masalah perkembangan.
Penyebab lain seperti hypoxia pada saat persalinan dan hespes simplek
encephalitis juga dapat menimbulkan kerusakan sistem syaraf karena syaraf pusat
mudah terinfeksi pada awal kehidupan.
Etiologi retardasi mental
Prenatal Perinatal Posnatal
Abnormalitas kromosom Asfiksia Perdarahan
Hidrocephalus congenital Hipoksia Intrventrikuler
Gangguan endokrin Iskemia Kerikterus
Radiasi Dosisi tinggi Prematur Malnutrisi
Malnutrisi Meningitis
Infeksi maternal kejang neonatal
Gangguan metabolisme Kebutuhan emosional
Neural tube defects yang terabaikan
Hiperbillirunemia berat
TORCH
C. Peran Perawat Dalam Upaya Pencengahan Retardasi Mental
1. prevensi primer
Perawat sangat berperan dalam usaha pencengahan primer melalui program
imunisasi dan program anak sehat yang merupakan cara yang paling efektif
untuk mencengah terjadinya retardasi mental. Sering kali program ini tidak
mencapai seluruh target populasi. Misalnya wanita hamil yang sangat rentan
terhadap campak, maupun pengaruh alkohol yang diminum oleh ibu hamil.
Kegiatan prevensi primer lainya yaitu pencegahan pada remaja putri terhadap
kehamilan pada usia yang sangat muda. Memberikan konsultasi pada orang
tua yang khawatir anak berikutnya akan mengalami retardasi mental dan
merujuk mereka untuk mendapatkan konsultasi genetik. Perawat juga
berperan untuk mengurangi kemungkinan bagi ibu hamil beresiko tinggi
antara lain anemia, hipertensi, diabetes militus (DM), peminum alkohol
dengan peningkatan kesehatan mereka sebelum konsepsi. Perawat paling
memungkinkan untuk menyarankan ibu hamil agar melakukan perawatan
kehamilan sedini mungkin.
2. Prevemsi sekunder
Mengkaji resiko, kebutuhan dan masalah pada anak dan keluarga merupakan
proses yang berlangsung terus menerus selama masa perkembangan anak.
Tujuan pengkajian ini yang mungkin telah terjadi, dan juga tanda tanda pada
anak yang potensial terjadi gangguan perkembangan.
3. Promosi kesehatan
Intervensi mengenai masalah kesehatan yang terjadi berulangkali merupakan
dasae pendidikan kesehatan pada orang tua dan anak. Perawatan perlu
menekankan pada kebu Kebutuhan gizi, kebersihan gigio, kebersihan mulut.
Bahaya alcohol dan narkotika zat adiptif(napza) serta merokok. Berfokus
pada keluarga sebagai pusat diskusi permasalahan danj pendidikan kesehatan,
memberikan kesempatan kepada semua anggota keluarga untuk meningkatkan
kesehatan mereka.
Cara penyampaian pendidikan kesehatan disesuai kan dengan tingkat
pendidikan orang tua dan anak. Empat hal utama yang perlu diperhatikan
ketika memberikan pendidikan kesehatan kepada anak-anak reterdasi mental -
ringan yaitu:
1. Menggunakan stimulasi
2. Memberikan pengarahan yang nyata agar anak dapat mengikuti
3. Memberikan kesempatan untuk mengambil keputusan
4. Mengajarkan anak untuk memilih alternative ketika mengambil keputusan
Untuk menegakkan diagnosa reterdasi mental, dilakukan tes inteligensi, dan
pengukuran kemampuan beradaptasi. Kedua hasil pemeriksaan ini sangat berguna
bagi perawat dalam merencanakan asuhan keperewatan pada anak-anak dengan
reterdasi mental. Jenis tes inteligensi yang biasanya dilakukan pada anak-anak
tersangka reterdasi mental : Bukan suatu hal aneh jika anak yang mengalami
gangguan intelektual, tetap memiliki kemampuan adaptasi yang sesuai.
Keterampilan yang diperlukan untuk beradaptasi pada masa kanak-kanak
melibatkan kemampuan proses belajar yang komplek. Oleh karna itu, tes
kemampuan terhadap anak beradaptasi sangat diperlukan untuk menegakkan
diagnose. Tes yang biasanya digunakan untuk mengukur adaptasi anak adalah
HOME (The home observation for measurement of the environment)

D. Dukungan untuk keluarga


Mengetahui bahwa anak nya mengalami ketidakmampuan yang serius
merupakan pengalaman yang sangat menyedihkan bagi orang tua yang
mempunyai anak reterdasi mental. Oleh karna itu tujuan intervensi keperawatan
adalah membantu anggota keluarga untuk menjalani proses berduka, sehingga
akhirnya mereka dapat menerima dan beradaptasi dengan kondisi anak.
Proses berduka meliputi emosi seperti ambivalen, mengingkari (denial), rasa
bersalah, rasa malu, ras kasihan terhadap diri sendiri, berduka cita, depresi dan
keinginan agar anaknya meninggal dunia.
(Mott Janes Dan Sperhac). Menurut Mercers proses berduka diawali dengan
mati rasa dan dikuti dengan reorganisasi kemudian adaptasi. Perawat tidak
seharusnya mengharapkan proses berduka yang dialami orang tua akan berlalu
dalam waktu tertentu, karna keadaan ini akan terus berlangsung dalam kehidupan
emosi keluarga. Orang tua memerlukan dukungan yang penuh pengertian dari
perawat dan tenaga professional lainnya yang jujur dan berpengertahuan. Orang
yang sedang mengalami stress tidak dapat menerima informasi sekaligus, oleh
karna itu perawat perlu memberikan kesempatan kepada orang tua untuk bertanya,
orang tuans erring mengajukan pertanyaan yang sama berulang-ulang kali sejalan
dengan perjuangan mereka untuk menghayati apa yang terjadi, mengapa
terjadi,apakah mereka penyebab kecacatan anakknya, dan apa yang mereka perlu
lakukan, perawat harus peka terhadap kebutuhan emosial orang tuan dan
memberikan dukungan yang tepat kepada mereka.

E. Proses Keperawatan
1. Pengkajian
Perawat dalam tiap tatanan dan bidang kerjanya sangat berperan dalam
melakukan pengkajian keperawatan kepada anak-anak dengan reterdasi
mental. Pengakajian keperawatan meliputi aspek fisik, psikologis dan social,
yang terutama dapat dilakukan pada saat kunjungan rumah atau kujngan
kesehatan sekolah. Sehingga data baik dari orang tyuanj maupun guru sangat
berguna untuk perencanaan keperawatan selanjutnya,
Hal-hal yang perlu dikaji meliputi: riwayat kesehatan, riwayat penyakit
sebelumnya, perekembangan personal dan social, perekambangan kognitif,
keterampilan bahasa, perkembangan motoric dan sensorik, dan lingkungan
tempat anak tinggal dan belajar.
1) Factor predisposisi
a. Factor yang mempengaruhi harga diri seperti pengalaman di jauhi
teman-teman yang normal.
b. Factor yang mempengaruhi identitas diri, ketidakpercayaan orang tua
pada anaknya.
c. Pemeriksaan pada saat kehamilan dan persalinan.
d. Pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Factor presipitasi
a. Trauma
b. Ketegangan peran akibat perubahan pertumbuhan
 Riwayat kesehatan
Perawat perlu mengumpulkan data dari orang tua anaak mengenai keluhan dan
dan poerilaku anak dirumah. Masalah fisik, seperti alergi, nafsu makan,
maslah eliminasi, penyakit infeksi yang baru diderita, dan maslah pernafasan
bagian atas, serta penyakit yang biasa dialami anak, juga perlu diperoleh dari
orang tua.
 Riwayat penyakit
Riwayat penyakit meliputi riwayat operasi dan pengobatan, kebiasaan
anak(seperti: bicara, emosi, tics, dan riwayat perkembangan serta pendidikan).
Sangat penting untuk mengetahui uasia anak pada setiap perkembangan:
kapan anak mulai berjalan, berbicara, belajar kebelakang, makan dan
berpakaian sendiri. Begitu pula informasi mengenai masa prenatal dan
perinatal ibu perlu dikaji. Jika memungkinkan, cacatan kesehatan bayi ketika
baru lahir, perlu diketahui. Menurut Capute (1979),80% anak di diagnose
sebagai reterdasi mental pada usia sekolah. Biasanya kekurangan anak
reterdasi mental baru diketahui setelah mereka mampu menyamai kemampuan
akademis teman sekelas mereka.
 Riwayat perkembangan personal dan social
Gejala yang terlihat pada anak reterdasi mental melalui ketidakmatangan
perilaku sosialnya, yang mana mereka lebih suka bermain dengan anak-anak
yang lebih kecil. Anak-anak reterdasi mental mungkin tidak berbica dan
melakukan sesuatu sesuai dengan tingkat usia mereka. Mungkin berperilaku
acting out , atau sebaliknya menarik diri dari anak-anak lain. Pada umumnya
mereka memiliki konsep diri yang rendah dan mudah prustasi serta menangis.
 Perkembangan kognitif
Anak-anak yang bermasalah dalam belajar, tidak mampu menstranfer hal-hal
yang telah di pelajari dari satu situasi ke situasi lain. Mereka belajar bahwa
langite berwarna biru, tetapi tidak dapat mengenal burung atau mobil yang
berwarna biru, Anak reterdasi mental juga tidak orang yang dapat
mengajarkan keterampilan melakukan kegiatan sehari-hari.

2. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan pada pengkajian diatas kemungkinan diagnosa keperawatan yag
terjadi adalah :
1. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan karena kerusakan fungsi kognitif
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah karena tidak efektifnya koping
mekanisme
3. Gangguan identitas diri karena tidak realistis harapan orang tua
4. Perubahan proses keluarga karena mempunyai anak yang retardasi mental
5. Gangguan komunikasi

3. Perencanaan
Perencanaan keperawatan bagi anak retardasi mental bersifat individual.
Selain sebagai manusia, anak reterdasi mental merupakan bagian dari kelompok
atau pasien dirumah sakit. Tujuan keperawatan yang utama adalah pencegahan
penyakit dan pengembalian fungsi serta kesehatan anak. Dimanapun tatanan
asuhan keperawatan yang diberikan kepada anak retardasi mental, rencana
keperawatan harus berdasarkan informasi tersebut:
a. Latar belakang informasi
Informasi dikumpulkan melalui pengkajian keperawatan, riwayat kesehatan,
riwayat keluarga, dan catatan medis.
b. Kebutuhan anak
Informasi mengenai kebutuhan anak sangat tergantung kepada hasil
pengkajian, kemampuan berbahasa, dan area sensorik, baik ekspresif maupun
reseptif, perkembangan perilaku dan sosial, dan kemampuan intelektual serta
keterbatasan fisik.
c. Tujuan keperawatan
Tujuan keperawatan direncanakan bersama orangtua, tenaga kesehatan lain,
guru dan anak(jika memungkinkan). Perencanaan keperawatan yang berkisar
pada keterampilan motorik, keterampilan menolong diri sendiri, keterampilan
berbahasa dan komunikasi, keterampilan kognitif, keperawatan sosial,
merupakan hal yang sangat penting untuk berhasil mencapai tiap tujuan
keperawatan.
d. Batu loncatan
Anak dengan retardasi mental sangat lamban dalam mempelajari sesuatu dan
memerlukan dorongan terus menerus. Serangkaian kegiatan yang sesuai
tingkat fungsi kognitif dan motorik harus dimulai sedini mungkin, pelajaran -
yang sama dapat direncanakan dengan menggunakan kegiatan yang berbeda.
e. Rujukan keperawatan
Seringkali ketika sedang memberikan asuhan keperawatan pada anak retardasi
mental berdasarkan hasil pengkajiannya perawat mungkin merencanakan
rujukan pada profesi lain. Rencana asuhan keperwatan yang digunakan di
rumah sakit dapat digunakan pada perencanaan asuhan keperawatan pada
tatanan pelayanan kesehatan lainnya. Rencana asuhan keperawatan dapat
membantu jika anak dirawat di rumah sakit lagi dan dipakai sebagai alat
mengajar tenaga kesehatan lainnya. Rencana asuhan keperawatan
mendokumentasikan asuhan keperawatan individual yang diberikan dalam
rangka memenuhi kebutuhan kesehatan untuk retardasi mental. Perawat
dalam merencankan asuhan keperawatan sebagai bagian dari tim kesehatan
dan memberikan pendidikan pada anak retardasi mental.

4. Implementasi
Anak dengan retardasi mental memerlukan lingkungan yang terstruktur
sehingga mereka dapat belajar dan berperilaku lebih baik. Jika anak mengetahui
dengan pasti apa yang diharapkan dari anak, anak perlu dipisahkan dari stimulus
atau gangguan. Anak perlu tempat di ruang sekolah, rumah atau tempat lain
dimana anak merasa memiliki. Pengalaman anak bahwa ia dapat menyelesaikan
tugas sangat penting untuk menigkatkan rasa percaya dirinya. Anak ini cukup
peka untuk mengetahui orang yang dengan tulus menginginkan keberhasilan
mereka. Anak berespon terhadap sentuhan, kontak mata, dan pujian. Instruksi
yang sederhana dan bertahap membantu proses belajar anak. Demonstrasi
keterampilan dilakukan secara perlahan dan berulang-ulang. Sering kali perawat
perlu menuntun tangan anak dalam menyelesaikan tugasnya. Memberikan
penghargaan berupa pujian atau pelukan sangat membantu anak untuk mencoba
melakukan kegiatan dengan lebih sungguh-sungguh.

5. Evaluasi
Evaluasi terhadap hasil asuhan keperawatan adalah untuk meningatkan
kemampuan anak dilakukan dengan membandingkan data dasar dengan tingkat -
perkembangan dan keadaan kesehatan anak dengan tujuan yang dicapai

Dalami, Ermawati. 2009. Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa.


Jakarta : Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai