Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH MIKROBIOLOGI

“DESINFEKSI DAN STERILISASI ”

DOSEN PEMBIMBING :

Rahayu Winarni S.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 3

Azizah Berlianti P213351180

Hisyam Fadhlurrahman Ahmad P21335118024

Nabila Salsabila P21335118039

Vara Monica Irianto P21335118069

Yeni Lestari P21335118079


TINGKAT 2 DIV B KESEHATAN LINGKUNGAN

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES JAKARTA II

Jln. Hang Jebat III/F3 Kebayoran Baru Jakarta 12120 Telp. 021.7397641,
7397643

Fax. 021. 7397769 E-mail : info@poltekkesjkt2.ac.id Website :


http://poltekkesjkt2.ac.id
Kata Pengantar

Puji dan syukur saya mengucapkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini
tepat pada waktunya. Shalawat dan salam selalu dilimpahkan kepada Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya yang telah memberikan
penerangan pada umatnya. Makalah ini dibuat sebagai salah satu syarat memenuhi
tugas mata kuliah Mikrobiologi.

Dalam makalah ini, kami menyadari masih banyak terdapat kekurangan


karena keterbatasan yang kami miliki. Namun demikian, kami berharap makalah ini
dapat bermanfaat bagi pembaca dan juga dapat dimanfaatkan untuk keperluan
akademisi.

Jakarta, 12 Oktober 2019

Kelompok 3

i
ii
I. Pengertian

Pengawasan terhadap mikroorganisme penyebab penyakit telah menjadi


pemikiran para ahli semenjak penyakit-penyakit mulai dikenal. Berbagai macam
substansi telah dicoba untuk memilih yang paling tepat guna menghilangkan
pencemaran oleh jasad renik terhadap benda benda baik hidup ataupun mati. Bahan
antimikroba yang ditemukan memiliki keefektivan yang bermacam-macam, dan
penggunaannya pun ditujukan terhadap hal-hal yang berbeda-beda pula. Antiseptika
dan desinfektan misalnya, berbeda dalam cara digunakannya; antiseptika dipakai
terhadap jaringan hidup, sedangkan desinfektan untuk bahan-bahan tak bernyawa
seperti dahak dan sebagainya.

Antisepsis : Mencegah pertumbuhan atau aktivitas mikroorganisme baik dengan cara


menghambat atau membunuh; dipakai untuk zat-zat kimia terhadap jaringan hidup.

Antiseptik : Zatkimia yang dipakai untuk maksud antisepsis.

Desinfeksi : Membunuh organisme-organisme patogen ftecuali spora kuman) dengan


cara fisik atau kimia; dilakukan terhadap benda mati.

Desinfektan :Zat (biasanya kimia) yang dipakai untuk maksud desinfeksi.

Sterilisasi : Setiap proses (kimia atau fisik) yang membunuh semua bentuk hidup
terutama mikroorganisme.

- Cide (sid) : Akhiran untuk menunjukkan bahwa zat (biasanya kimia) yang dipakai,
mampu membunuh misalnya bakterisid; virusid; sporosid. -Statik : Akhiran untuk
menunjukkan bahwa zat ftiasanya kimia) yang dipakai, mampu mencegah

1
pertumbuhan organisme tetapi tidak membunuhnya (spora juga tidak dibunuh)
misalnya bakteriostatik; fungistatik.

Penggunaan antiseptika dan desinfektan Hingga sekarang semakin banyak zat-zat


kimia yang dipakai untuk membunuh atau untuk mengurangi jumlah organisme, dan
penemuan-penemuan baru terus muncul di pasaran. Oleh karena tidak adanya bahan
kimia yang ideal atau yang dapat dipergunakan untuk segala macam keperluan, maka
pilihan jatuh pada bahan kimia yang mampu membunuh organisme yang ada, dalam
waktu yang tersingkat dan tanpa merusak bahan yang didesinfeksi.

1. Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada desinfeksi secara kimia:

2. Rongga (space) yang cukup di antara alat-alat yang didesinfeksi, sehingga


seluruh permukaan alat-alar tersebur dapat berkontak dengan desinfektan.

3. Sebaiknya desinfektan yang dipakai bersifat membunuh (germisid).

4. Waktu (lamanya) desinfeksi harus tepat, alatalat yang desinfeksi jangan diangkat
sebelum waktunya.

5. Solusi yang biasa dipakai untuk membunuh spora kuman biasanya bersifat sangat
mudah menguap sehingga ventilasi ruangan perlu diperhatikan.

6. Pengenceran desinfektan harus sesuai dengan yang dianjurkan, dan setiap kali
harus dibuat pengenceran baru. Desinfektan yang sudah menunjukk an
tanda-tanda pengeruhan atau pengendapan harus diganti dengan yang baru.

7. Sebaiknya menyediakan hand lotion untuk merawat tangan setelah berkontak


dengan desinfektan.

2
II. Jenis-Jenis Antiseptik dan Desinfektan

1) Antiseptik kimia

Antiseptik biasanya dipergunakan dan dibiarkan menguap seperri halnya alkohol.


Umumnya isopropil alkohol 70-90% adalah yang termurah, namun merupakan
antiseptik yang sangat efektif. Penambahan Iodium pada alkohol akan meningkatkan
daya desinfeksinya. Dengan atau tanpa Iodium, isopropil alkohol tidak efektif
terhadap spora. Solusi terbaik unruk membunuh spora adalah campuran formaldehid
dengan alkohol, tetapi solusi ini terlalu toksik untuk dipakai sebagai antiseptik. Oleh
karena solusi desinfektan atau gas tidak perlu berkontak dengan kulit manusia atau
membran mukosa, maka toksisitas yang lebih tinggi masih dapat diterima, sehingga
mereka dapat dipakai sebagai bahan-bahan antimikroba. Pemilihan antiseptik
terutama tergantung pada kebutuhan daripada tujuan tertentu serta efek yang
dikehendaki. Perlu juga diperhatikan bahwa beberapa senyawa bersifat iritatif, dan
kepekaan kulit sangat bervariasi.

2) Halogen

Halogen meliputi senyawa-senyawa klorin dan Iodium, baik yang organik maupun
inorganik. Kebanyakan senyawa halogen membunuh sel hidup. Mereka membunuh
sel karena mengoksidasi protein, dan dengan demikian merusak membran dan
menginakti{kan enzim-enzim

3) Lodium

Solusi Iodium, baik dalam air maupun dalam alkohol bersifat sangat antiseptik dan
telah dipakai sejak lama sebagai antiseptik kulit sebelum proses pembedahan. Iodium
juga efektif terhadap berbagai protozoa seperti misalnya amuba yang menyebabkan
otttJ"ff konsentrasi yang tepat,Iodium tidak mengganggu kulit, namun penggunaan
tinctura iodii mewarnai jaringan dan menyebabkan iritasi lokal pada kulit, dan
kadang-kadang reaksi alergi.

3
4) Klorin

Klorin bebas memiliki warna khas (hijau) dan bau yang ta1am. Sudah sejak lama
klorin dikenal sebagai deodoran dan desinfektan yang sangat baik, dan dijadikan
standar pengolahan air minum di seluruh lingkungan. Sayangnya kebanyakan
senyawa klorin diinaktifkan oleh bahan-bahan organik dan beberapa katalisator logam.
Solusi hipoklorit paling banyak dipakai untuk maksud-maksud desinfeksi dan
menghilangkan bau, karena bersifat relatif tidak membahayakan jarirngan manusia,
mudah ditangani, tidak berwarna dan tidak mewarnai, meskipun memudarkan warna.
Di kebanyakan rumah sakit dipakai untuk mendesinfeksi ruangan,
permukaan-permukaan serta alat-alat nonbedah. Berbagai derivat klorin organik juga
dipakai untuk desinfeksi air. Ini terutama penting bagi pekemah (campers) yang
kadang-kadang harus mempergunakan air yang dikhawatirkan rercemar. Senyawa
yang sering dipergunakan adalah halazon atau pardsulfone dicbloramidobenzoic acid
yang pada konsentrasi 4-8 mgr/L dapat mendesinfeksi air yang mengandung
Salmonella typbi dalam waktu 30 menit.

5) Alkohol

Alkohol merupakan zat yang paling efektif dan dapat diandalkan untuk sterilisasi dan
desinfeksi. Alkohol mendenaturasi protein dengan jalan dehidrasi, dan juga
merupakan pelarut lemak. Oleh karenanya, membran sel akan dirusak, dan
enzimenzim akan diinaktifkan oleh alkohol. Ada tiga jenis alkohol yang dipergunakan
yaitu metanol, etanol, dan isopropanol menurut ketentuan, Semakin tinggi berat
molekulnya, semakin meningkat pula daya bakterisidnya. Oleh karenanya, di antara
ketiga jenis alkohol tersebut, isopropil alkohol adalah yangterbanyak dipergunakan.
Yang dipergunakan di dalam praktik adalah solusi alkohol 70-80% dalam air.
Konsentrasi di atas 90% atau di bawah 50% biasanya kurang efektif kecuali untuk
isopropil alkohol yang masih tetap efektif sampai konsentrasi 99%. Selama waktu 10
menit sudah cukup untuk membunuh sel vegetatif, tetapi spora tidak. Sendiri atau
dalam bentuk kombinasi, alkohol sering dipakai sebagai desinfektan kulit. Suatu
hapusan dengan alkohol secara cepat, tidak cukup mensterilkan, tetapi hanya
mengurangi jumlah populasi, dan dengan demikian juga mengurangi kemungkinan
timbulnya infeksi. Telah menjadi kebiasaan kita didalam praktik untuk mencelupkan

4
alat-alat seperti gunting, pisau, pinset dan sebagainya kedalam alkohol dan kemudian
membakarnya. Keefektivan cara ini masih dipertanyakan, dan hendaknya jangan
dipakai untuk menggantikan cara-cara sterilisasi yang lebih baik.

6) Fenol

Fenol (asam karbol) untuk peftama kalinya dipergunakan Lister di dalam ruang bedah
sebagai germicide untuk mencegah timbulnya infeksi pasca bedah. Pada konsentrasi
rendah, daya bunuhnya disebabkan karena fenol mempresipitasikan protein secara
aktif, dan selain itu juga merusak membran sel dengan menurunkan tegangan
permukaannya. Fenol merupakan standar pembanding untuk menentukan aktivitas
sesuatu desinfektan. Fenol dan kresol berbau khas dan bersifat korosif terhadap
jaringan.'Walaupun demikian mereka tahan terhadap pemanasan dan pengeringan
serta tidak terpengaruh oleh bahan-bahan organik, tetapi sayangnya mereka kurang
efektif terhadap spora.

7) Peroksida

Peroksida hidrogen merupakan anriseptik yang efektif dan nontoksik. Molekulnya


tidak stabil, dan apabila dipanaskan akan terurai menjadi air dan oksigen. Dengan
adanya ion-ion logam yang umumnya terdapat di dalam sitoplasma sel, maka selama
pembentukan oksigen, dibentuk pula radikal superoksida yang akan bereaksi dengan
grup-grup bermuaran negarif di dalam protein dan yang selanjutnya akan
menginaktifkan sistem enzim yang vital. Pada konsenrrasi dipakai untuk desinfeksi,
dan pada konsentrasi 6,0-25% akan dipakai untuk sterilisasi. Pada konsentrasi 0,1% di
dalam susu pada suhu 54”C selama 30 menit, HzOz dapat mengurangi jumlah kuman
sampai 99,99%. Terdapat bukti bahwa H2O2 10% bersifat virusid dan sporosid.
Larutan 3olo biasa dipakai untuk mencuci dan mendesinfeksi luka karena
kuman-kuman anaerob terutama sangat peka terhadap oksigen. Pasta Na2O2 dipakai
untuk mengobati akne sedangkan ZnO2 untuk mengobati infeksi kulit karena
kuman-kuman ^naerob dan mikroaerofilik.

5
8) Zat warna

Beberapa macam zat warna memiliki sifat menghambat pertumbuhan kuman


(bakteriostatik), misalnya derivat akridin dan zat warna rosanilin. Akriflavin
(campuran derivat akridin dengan senyawa lain) mempunyai spektrum aktivitas yang
luas, dan telah dipergunakan untuk mengobati infeksi traktus urinarius. Mekanisme
kerjanya agaknya disebabkan karena akridin mampu bereaksi dengan DNA.

Ungu kristal yang merupakan derivat metil dan zat warna rosanilin bersifat
bakteriostatik bagi kuman-kuman positif gram. Ungu kristal dipakai untuk mengobati
kandidiasis dan vaginitis karena trikomonas. Mekanisme kerja senyawa ini terhadap
kuman positif Gram, mirip dengan penisilin yaitu blokade tahap terakhir pada
penyusunan dinding sel.

9) Deterjen

Deterjen merupakan senyawa organik, yang karena strukturnya, dapat berkaitan


dengan air dan dengan molekul-molekul organik nonpolar. Molekul deterjen memiliki
satu ujung hidrofilik yang dapat bercampur dengan air, dan satu ujung hidrofobik
yang tidak dapat. Oleh karenanya, molekul deterjen akan menempel pada permukaan
bahan organik dengan ujung hidrofiliknya mengarah ke air Deterjen mungkin
bermuatan listrik (ionik), mungkin pula tidak (nonionik). Yang nonionik biasanya
tidak merupakan desinfektan yang baik, bahkan dalam beberapa hal dapat menyokong
pertumbuhan kuman dan jamur. Dari yang ionik, maka yang bermuatan negatif
biasanya lemah sifat bakterisidnya, sedangkan yang bermuatan positif sangat kuat
sifat bakterisidnya terutama terhadap Stafilokokus dan beberapa virus, meskipun tidak
efektif terhadap spora.

10) Logam-logam berat

Logam berat berperan sebagai antimikroba oleh karena dapat mempresipitasikan


enzim-enzim atau lain-lain protein esensial dalam sel. Logam-logam berat yang
umum dipergunakan adalah Hg, Ag, As,Zndan Cu. Daya antimikrobanya lazim pula
disebut sebagai daya oligodinamik..

6
 Hg, HgCl2

pernah merupakan desinfektan yang populer, tetapi kini sudah dianggap usang dan
tidak bermanfaat oleh karena dapat diinaktifkan oleh bahan organik. Senyawa Hg
organik efektif untuk mengobati lukaluka kecil (ringan) dan sebagai preservatif di
dalam serum dan vaksin.

 Ag

Pada konsentrasi biasa dipergunakan untuk mencegah kemungkinan terjadinya infeksi


gonokokus pada ma.'abayi yang baru lahir. Untuk selama beberapa tahun, penggunaan
telah diganti dengan penisilin, tetapi berhubung dengan meningkatnya resistensi
kuman-kuman ini terhadap penisilin, kini telah dipakai kembali.

 As

Arsen pernah terkenal sebagai obat pert^ma untuk sifilis, dan kini masih
dipergunakan dalam pengobatan infeksi oieh Protozoa

 Zn

Dalam bentuk pasta, dipakai untuk mengobati infeksi karena kuman atau jamur.

11) Adelhida

Aldehida juga membunuh sel dengan mendenaturasi protein. Larutan formaldehid


20% dalam 65 -70 % alkohol merup akan caian pensteril yang sangat baik apabila
alat-alat direndam selama 18 jam. Akan tetapi oleh karena meninggalkan residu, maka
alat-alat tersebut harus dibilas terlebih dahulu sebelum dipakai. Glutaraldehid
merupakan solusi seefektif formaldehid, terutama apabila pH nya 7,5 atau lebih.
Stafilokokus dan lainlain sel vegetatif akan dimatikan dalam waktu 5 menit,
Mycobacterium tuberculosis dan virus dalam waktu 10 menit, sedangkan untuk
membunuh spora diperlukan 3-12 jam. Solusi ini bersifat nontoksik dan tidak iritatif
bagi penderita.

III. Mekanisme kerja Antiseptik dan Desinfektan

7
Cara kerja dari antiseptik dan disinfektan memang sama, yaitu senyawa yang
terkandung di dalamnya akan menembus dinding sel organisme seperti bakteri Pada
umumnya senyawa ini akan mengganggu metabolisme sel atau mengubah
permeabilitas dari dinding sel mikroorganisme

Menurut Pelczar & Chan 1988, dalam Sunarti, 2007 bahwa mekanisme kerja
antibakteri dibagi menjadi empat, yaitu :

1) Penghambatan terhadap sintesis dinding sel.

Penghambatan terhadap sintesis dinding sel bakteri yaitu dengan cara mencegah
digabungkannya asam N-asetilmuramat ke dalam struktur mukopeptide yang biasanya
membentuk sifat kaku pada dinding sel. Contoh: Basitrasin, sefalosporin, sikloserin,
penisillin, vankomisin.

2) Penghambatan terhadap fungsi membran sel

Antibiotik ini bergabung dengan membran sel, menyebabkan disorientasi


komponen-komponen lipoprotein serta mencegah berfungsinya membran sebagai
perintang osmotik. Contoh: amfoterisin B, kolistin, imidazol, triasol, polien,
polimiksin.

3) Penghambatan terhadap sintesis protein

Antibiotik bekerja dengan cara menghalangi terikatnya RNA pada situs spesifik di
ribosom selama perpanjangan rantai peptida, yang berakibat pada hambatan sintesis
protein. Contoh: kloramfenikol, eritromisin, linkomisin, tetrasiklin, aminoglikosida.

4) Penghambatan terhadap sintesis asam nukleat

Bakteri membutuhkan asam p-aminobenzoat (APAB) untuk mensintesis asam folat,


suatu koenzim essensial. Dikarenakan molekul APAB dengan molekul antibiotik
hampir sama, maka antibiotik akan bersaing dengan APAB sehingga 21 sintesis asam
folat akan terhambat. Mekanisme kerja antibiotik ini merupakan contoh
penghambatan kompetitif antara metabolit esensial (APAB) dengan analog metabolit
(antibiotik). Contoh: quinolon, pyrimethamin, rifampin, sulfonamid, trimetrexat.

8
IV. Pengertian Sterilisasi

Sterilisasi adalah proses yang bertujuan untuk menghilangkan semua jenis


organisme hidup, nah dalam hal ini bisaberarti untuk menghilangkan mikroorganisme
(protozoa, fungi, bakteri, mycoplasma, virus) yang ada pada suatu benda. Dalam
proses Sterilisasi desain untuk bisa membunuh atau menghilangkan mikroorganisme
yang fungsinya untuk menjaga kebersihan suatu benda atau objek yang akan di pakai
oleh manusia.

Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua


bentuk organisme . Suatu benda yang steril, dipandang dari sudut mikrobiologi,
artinya bebas dari mikroorganisme hidup yang tidak diinginkan. Suatu benda atau
substansi hanya dapat steril atau tidak sreril tidak akan mungkin setengah steril atau
hampir steril (Pelozar, 1988).

Sedangkan menurut Fardiaz, sterilisasi yaitu suatu proses untuk membunuh


semua jasad renik yang ada, sehingga jika ditumbuhkan didalam suatu medium tidak
ada lagi jasad renik yang dapat berkembang biak (Fardiaz, 1992).

Peranan sterilisasi pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk mencegah


pencemaran organisme luar, untuk mempertahankan keadaan aseptis, sedangkan pada
pembuatan makanan dan obat-obatan, sterilisasi berfungsi untuk menjamin keamanan
terhadap pencemaran oleh mikroorganisme (Gupte, 1990).

Tujuan Sterilisasi adalah :

 Menjaga kebersihan, merawat alat kedokteran untuk siap pakai.


 Mencegah suatu peralatan cepat rusak(alat laboratorium, alat masak, alat
kedokteran).
 Mencegah adanya infeksi terhadap bakteri berbahaya.
 Menjamin kebersihan alat suatu alat.
 Sebagai jaminan suatu produk sudah steril dan aman digunakan oleh suatu
konsumen.

9
V. Cara Sterilisasi

Cara sterilisasi ada 2 yang umumnya digunakan, yaitu:

1. Terminal Sterlization (sterilisasi akhir)

Menurut PDA Technical Monograph dibagi menjadi dua, yaitu :

Overkill Method, adalah metode sterilisasi menggunakan pemanasan dengan uap


panas pada suhu 121C selama 15 menit. Penggunaan metode ini biasanya dipilih
untuk bahan-bahan yang tahan panas seperti zat anorganik. Dasar pemilihan metode
ini adalah karena lebih efisien, cepat, dan aman.

Bioburden Sterilitation, merupakan suatu metode sterilisasi yang dilakukan


dengan monitoring terkontrol dan ketat terhadap beban mikroba sekecil mungkin di
beberapa lokasi jalur produksi sebelum menjalani proses sterilisasi lanjutan dengan
tingkat sterilitas yang dipersyaratkan SAL 10 -6. Dalam metode ini digunakan suatu
zat yang dapat mengalami degradasi kandungan bila dipanaskan pada suhu yang
sangat tinggi. Sebagai contoh adalah penggunaan Dextrose yang bila dipanaskan
dapat menghasilkan senyawa Hidro Methyl Furfural (HMF) yang merupakan suatu
senyawa hepatotoksik.

2. Aseptic Processing

Metode ini merupakan metode pembuatan produk steril menggunakan saringan


dengan filter khusus untuk bahan obat steril atau bahan baku steril yang diformulasi
dan dimasukkan ke dalam kontainer steril dalam lingkungan terkontrol. Suplai udara,
material, peralatan, dan petugas telah terkontrol sedemikian hingga kontaminasi
mikroba tetap berada pada level yang dapat diterima dalam clear zone.
Sedangkan cara sterilisasi yang tepat tergantung pada jenis dan sifat bahan yang
disterilkan. Macam-macam sterilisasi :

1. Metode Radiasi

Dalam mikro biologi radiasi gelombang elektromagnetik yang banyak


digunakan adalah radiasi sinar ultaviolet, radiasi sinar gamma atau sinar X dan

10
sinar matahari. Sinar matahari banyak mengandung sinar ultaviolet, sehingga
secara langsung dapat dipakai untuk proses sterilisasi (Gabriel, 1996).

Sterilisasi dengan penyinaran sinar gamma berdaya tinggi dipergunakan


untuk objek-objek yang tertutup plastik (stick untuk swab, jarum suntik). Untuk
makanan maupun obat-obatan tidak boleh menggunakan sinar gamma untuk
sterilisasi oleh karena akan terjadi perubahan struktur kimia pada makanan
maupun obat-obatan tersebut (Gabriel, 1996).

2. Metode pemanasan dengan uap air dan pengaruh tekanan (autoklaf)

Benda yang akan disuci hamakan diletakkan di atas lempengan saringan


dan tidak lagsung mengenai air di bawahnya. Pemanasan dilakukan hingga air
mendidih (diperkirakan pada suhu 100˚C) pada tekanan 15 lb temperatur 121˚C
(Gabriel, 1996).

3. Metode pemanasan secara kering

Pemanasan secara kering kurang efektif apabila temperatur kurang tinggi.


Untuk mencapai efektifitas diperlukan pemanasan mencapai temperatur 160˚C s/d
180˚C. Pada temmperatur ini akan menyebabkan kerusakan pada sel-sel hidup
dan jaringan, hal ini disebabkan terjadinya autoksidasi sehingga bakteri patogen
dapat terbakar (Gabriel, 1996).

4. Metode penyaringan (filtration)

Metode penyaringan berbeda dengan metode pemanasan. Sterilisai dengan


metode pemanasan dapat membunuh mikroorganisme yang mati tetap berada
pada material tersebut, sedangkan sterilisasi dengan metode penyaringan
mikroorganisme tetap hidup hanya dipisahkan dari material. Bahan
filter/penyaringan adalah sejenis porselin yang berpori yang dibuat khusus dari
masing-masing pabrik (Gabriel, 1996).

5. Metode secara kimia

Sterilisasi secara kimia tidak dibahas secara terperinci disini, namun lazim
digunakan adalah alkohol 96 %, Aceton tab formalin, sulfur dioxida dan chlorine.
Materi yang akan disuci hamakan dibersihkan terlebih dahulu kemudian direndam
dalam alkohol atau aceton atau tab formalain selama ± 24 jam (Gabriel, 1996).

11
Daftar Pustaka

Ebook Mikrobiologi Kedokteran. Staf Pengajar Fakultas Kedokeran Universitas


Indonesia.

http://eprints.polsri.ac.id/4080/3/BAB%20II.pdf

http://repository.umy.ac.id/bitstream/handle/123456789/2959/antiseptik13.pdf?sequen
ce=1&isAllowed=y

http://www.alatlabor.com/article/detail/283/proses-sterilisasi

12
https://www.academia.edu/12462869/Pengertian_dan_Peranan_Sterilisasi_Dalam_Mi
krobiologi

13

Anda mungkin juga menyukai