RINGKASAN BUKU
PENGAWASAN MUTU
Oleh :
Kelompok 3
Humairoh J1A117015
UNIVERSITAS JAMBI
2019
BAB I
PENDAHULUAN
Pengertian
Pangan
Uu No. 7
Tahun 1996
UU Pangan UU No.8
Dan Tujuan Tahun 1999
UU No 23
Tahun 1992
Pendahuluan Protein
Lemak
Komposisi
Zat Utama Karbohidrat
Pangan
Air
Mineral
Vitamin
Sumber Hewani
Pangan
Nabati
PENDAHULUAN
Sumber bahan pangan dapat dibagi menjadi dua yaitu bahan pangan nabati
dan hewani. Nabati dapat dibagi lagi menjadi biji-bijian, hortikultura, umbi-
umbian, kacang-kacangan. Yang dimaksud produk hortikultura adalah sayuran
dan buah-buahan, termasuk bunga-bungaan. Sedang produk hewani meliputi
produk hasil ternak besar ( sapi, kerbau), ternak kecil (kambing, domba) serta
unggas (ayam, bebek, kalkun) serta ikan dan kerang-kerangan serta hasil laut dan
perairan lainnya.
Pengertian
Mutu
Karbohidrat, Enzim
Protein Cita rasa
Lemak, Pigmen dan Warna
Emulsifier Vitamin dan
Asam Organik Mineral
Oksidasi dan
Antioksidan
Dasar Pertimbangan
Kelas Mutu
2.3.1 Karbohidrat
Karbohidrat adalah suatu zat gizi yang memiliki fungsi utama sebagai
penghasil energy, dimana setiap gramnya menghasilkan 4 kalori.
2.3.2 Protein
Protein adalah senyawa organic yang terdiri dari asam amino yang
bergabung karena adanya ikatan peptide.
2.3.3 Lemak
Lemak adalah salah satu kelompok lipid sederhana yang disintesis dari asam
lemak dan gliserol.
Unsur mutu meliputi dapat diukur dan yang tidak diukur dan nsur mutu
mencakup tiga hal yaitu sifat-sifat produk, parameter mutu dan faktor mutu.
Sifat-sifat mutu terdiri atas sifat mutu fisik yang obyektif, termasuk sifat
mutu mekanik, fisik, morfologi, kimiawi, mikrobiologi, sifat mutu gizi dan sifat
mutu biologi dan sifat mutu organoleptik (inderawi) yang subyektif termasuk rasa,
bau, warna, tekstur dan penampakan.
BAB III
Tanda- Tanda
Kerusakan Bahan
Pangan
Kerusakan
Mikrobiologis
Kerusakan
Mekanis
Kerusakan
Mikrobiologi
s
Kerusakan
Mikrobiologi
s
Faktor Utama
Penyebab
Kerusakan Pangan
BAB III
Kerusakan biologis yang terjadi pada bahan pangan dapat disebabkan oleh
adanya mikroba yang merugikan, bahan pangan sudah beracun, atau bahan
pangan yang menjadi beracun. Bahan pangan mengandung sejumlah mikroba,
baik mikroba yang membawa dampak positif maupun merugikan. Mikroba ini
hidup secara berdampingan. Mereka biasa disebut sebagai flora alami. Mikroba
merugikan terdiri dari mikroba pembusuk dan pathogen. Mikroba pembusuk
merupakan mikroba yang dapat menimbulkan kerusakan pada bahan pangan.
Bermacam-macam mikroba seperti kapang, bakteri, dan ragi mempunyai daya
perusak terhadap bahan hasil pertanian.
Bahan kimia berbahaya dapat dibedakan dalam dua kelompok yaitu (1)
Bahan kimia yang dapat terbentuk secara alami pada bahan pangan (2) Bahan
kimia yang sengaja ditambahkan kedalam bahan pangan maupun secara tidak
sengaja
PENGAWASAN MUTU
Pengertian mutu
Keterkaitan
Pengawasan Mutu
Pemerintah
Pengawasan Mutu Sosial Ekonomi
Kerja sama
Penelitian dan
Pengembangan
Produksi
Antar satuan
kerja
Penggunaan Pengawasan
Mutu
Makna mutu
Sifart mutu
Hubungan Mutu
Organoleptik dan
Mutu Fisik
Aspek Mutu Kimia
Pada Pengawasan
Mutu
BAB IV
PENGAWASAN MUTU
Sifat mutu produk yang hanya bisa diukur dengan uji organoleptik disebut
uji atau penilaian organoleptik disebut sifat mutu organoleptik.
1. Komposisi Kimia Dan Gizi : Komposisi ini berkaitan dengan mutu, yaitu
bergizi dan bersifat pengolahan, tak bergizi dan bersifat pengolahan,
structural dan beracun.
2. Komponen Kimia Aktif : Beberapa jenis produk tanaman menjadi
bermanfaat karena mengandung sejenis zat aktif didalamya.
3. Zat Kimia Yang Berhubungan Dengan Kesehatan: Pada saat pengolahan
bahan pangan terkadang ditambahkan zat kimia dengan maksud tertentu,
misalnya sebagai pengawet, mempertahankan mutu, penyedap makanan
dan lain-lain. Zat-zat kimia ini ditambahkan dalam jumlah kecil.
4. Zat Kimia Bersifat Pengolahan :Zat kimia bersifat pengolahan ini terdapat
pada beberapa jenis bahan pangan tertentu dan zat fungsional itu
berpegaruh terhadap pemanfaatan dan pengolahan bahan pangan
selanjutnya
BAB V
PENGENDALIAN MUTU
PENGENDALIAN MUTU
STANDARISASI MUTU
Spesifikasi teknis
dan dokumentasi
Pengertian
Kerjasama dan
Konsensus
Konsultasi ilmu
dan teknologi
Pengalaman
STANDARISASI MUTU
Perencanaan program
Kelayakan Mencakup
perusahaan Penerapan program
Assesmen status
Persyaratan bahan baku
Perencanaan Persyaratan penanganan
GMP (Good
Program penyusunan GMP Persyaratan pengolahan
Manufacturing
Persyaratan pengemasan
practice)
Persyaratan penyimpanan
Persyaratan distribusi
SSOP (sanitation
standart operating
Desain pabrik
procedure)
Area produksi dan
penyimpanan
NKV (nomor
Preventive maintenance
kontrol veteriner)
Prosedur dan alat-alat produksi dan
persyaratan GMP utility
Kalibrasi
Informasi produk
Penetapan bahan baku,
barang jadi dan spare part
Lalu lintas dalam lokasi
pabrik
Jalan perkarangan dan
tempat parkir
Saluran air
Ventilasi dan saluran udara
Fasilitas dan pengawasan
saniter
Keamanan pangan
Perencanaan dan Penerangan
Sanitasi
penyusunan GMP Pengelolaan
Kontaminasi sampah
silang
Personil
Sanitasi karyawan
Sumber kontaminasi
Bahan beracun
Kesehatan karyawan
Pengawasan terhadap
hewan penganggu
BAB VII
Pengertian Food
Safety/Keamanan
Pangan
Penerapan HACCP Wholesomeness/
Kebersihan
Economic
Deskripsi Distribusi Found/Pemalsuan
Produk
Cara Penggunaan
dan konsumen
Bahaya Biologis
Analisis Bahaya Bahaya Kimia
Bahaya Fisik
Identifikasi CCP
HACCP
Penetapan Batas
Kritis
Penetapan
Prosedur
Pemantauan
Penentuan
Tindakan Koreksi
Review rencana
Penetapan HACCP
Prosedur Verifikasi Validasi rencana
dan Pengujian HACCP
Pengujian
(verifikasi)
Penetapan
Prosedur Sistem Review Catatan
Pencatatan dan Audit
Dokumen
BAB VIII
HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT
Penerapan HACCP atau dikenal dengan analisis bahaya dan penentuan titik
kritis merupakan upaya untk melindungi masyarakat dari kemungkinan
penyebaran bahaya yang terkandung dalam pangan.
8.1 Pengertian
Hazard Analysis Critical Control Point (HACCP) adalah suatu
pendekatan sistematis dalam sistem pengendalian terhadap pencegahan bahaya
biologi, kimia, fisisk yang diterapkan pada seluruh aspek makanan meliputi semua
tahap mulai dari persiapan bahan baku hingga akhirnya penggnaan produk.
Ada dua titik pengendalian kritis, yaitu :
Titik Pengendalian Kritis 1 (CCP-1), adalah sebagai titik bahaya yang dapat
dihilangkan.
Titik Pengendalian Kritis 2 (CCP-2), adalah sebagai titik bahaya dikurangi.
8.2 Penerapan HACCP
Tiga pendekatan penting dalam pengawasan mutu produk pangan yang
digunakan dalam sistem HACCP, yaitu :
a. Food Safety/Keamanan Pangan
b. Wholesomeness/Kebersihan
c. Economic Fraund/Pemalsuan
Ada 12 tahap dalam penerapan HACCP antara lain ( 5 tahap pertama) :
1. Menyusun tim HACCP
2. Menguraikan deskripsi produk hingga distribusi produk
3. Menguraikan cara penggunaan dan kriteria konsumen
4. Menyusun Alur proses produksi
5. Verifikasi/Konfirmasi alur proses
7 Prinsip HACCP (7 Tahap kedua)
1. Mengidentifikasi Bahaya
2. Menentukan titik-titik kritis (CCP)
3. Menenukan batas kritis untuk masing-masing CCP
4. Menentukan suatu sistem pengawasan untuk masing-masing CCP
5. Menentukan Upaya-upaya perbaikan
6. Menyusun proses verifikasi
7. Menyusun dokumentasi dan penyimpanan catatan.
8.3 Deskripsi-Distribusi Produk
Berisi tentang penjelasan bahan baku, komposisi, proses, kemasan,
penyimpanan, distribusi, masa kadaluarsa, dan labeling.
8.4 Cara Penggunaan dan Konsumen
Merupakan identifikasi cara pengemasan, penyajian, dan kriteria
konsumen.
8.5. Analisis Bahaya (Prinsip 1)
Merupakan tindakan untuk mengidentifikasi dan menilai resiko yang
terjadi dalam proses pengolahan, distribusi, penggunaan produksi, dan tindakan
pencegahannya. Regulasi dalam HACCP mendefinisikan bahaya keamanan
pangan yaitu dari aspek secara biologi, kimia, dan fisik yang menyebabkan
pangan tidak aman dikonsumsi.
8.6 Identifikasi CCP (Prinsip 2)
CCP ditetapkan pada setiap proses mulai dari awal produksi hingga
sampai ke konsumen. Tahap ini merupakan kunci dalam menurunkan dan
mengeliminasi bahaya yang sudah diidentifikasi. Istilah CCP itu sendiri adalah
setiap titik atau tahap pada prosedur yang jika tidak dikendalikan akan bermasalah
dalam keamanan pangan.
8.7 Penetapan Batas Kritis
Batas kritis merupakan kriteria yang membedakan antara batas yang
dapat diterima dengan yang tidak dapat diterima. Keadaan ini digunakan untuk
memebedakan keadaan yang aman atau tidak aman pada CCP.
8.8 Penetapan Prosedur Pemantauan
Merupakan kegiatan pemantauan atau monitoring didefinisikan sebagai
pengecekan bahwa suatu prosedur pengolahan dan penanganan CCP dapat
dikendalikan. Tujuannya untuk mengendalikan proses, menentukan
penyimpangan, CCP, dan menyediakan dokumen tertulis untuk verifikasi.
8.9 Penentuan Tingkatan Koreksi
Dilakukan apabila CCP terjadi penyimpangan (out of control) dari batas
kritis. Tindakan yyang harus dilakukan adalah mengembalikan proses pada
keadaan yang terkendali sebelum penyimpangan yang mengakibatkan bahaya
keamanan pangan.
8.10 Penentuan Prosedur Verifikasi dan Pengujian
Verifikasi merupakan kegiatan evaluasi secara periodik oleh perusahaan
terhadap efektifitas proses kontrol dengan informasi pendukung dan pengujian.
Verifikasi secara sederhana untuk meyakinkan bahwa pelaksanaan aktivitas
sebagaimana yang telah dideskripsikan pada sistem keamanan pangan.
Prosedur verifikasi disusun dan dikembangkan sehingga sistem HACCP
berjalan secara efektif. Aktivitas didalamnya yaitu :
a. Review rencana HACCP
b. Validasi rencana HACCP
c. Pengujian (Verifikasi)
d. Review Catatan
e. Audit
8.11 Penentuan Prosedur Sistem Pencatatan dan Dokumentasi
Penyimpanan data merupakan hal yang paling penting dalam HACCP
untuk meyakinkan bahwa informasi yang dikumpulkan selama instalasi,
modifikasi, dan operasi sistem akan dapat diperoleh oleh siapapun yang terlibat
proses, juga dari pihak luar.
Tahap ini merupakan tahap akhir dari pengembangan CCP yang
mempunyai fungsi :
1. Mendokumentasikan bahwa “critical limit” pada CCP terpenuhi
2. Jika batas limit terlampaui dengan dokumen ini dapat mengetahui
kesalahan dapat diatasi atau tidak
3. “Record Keeping” dapat menjamin pelacakan produk sejak awal hingga
akhir.
BAB IX
SERTIFIKASI MUTU
pengertian
Legalitas
Tanggung Jawab
Secara Umum
Tujuan
Berbagai Lembaga
sertifikasi
SERTIFIKASI
MUTU
Persyaratan
Prosedur dan Sistem
Dasar
Sertifikasi Jaminan HACCP
Mutu
Prinsip Utama
Sertifikasi Wajib
Sistem Sertifikasi
Jaminan Mutu
Sertifikasi
Sukarela
BAB IX
SERTIFIKASI MUTU
9.1 Pengertian.
Hazard Analysis and Critical Control Point (HACCP). Sistem ini dikenal
dan diterima secara internasional sebagai suatu metoda penjaminan mutu, atau
yang di Indonesia dikenal sebagai “Analisa Bahaya dan Pengendalian Titik
Kritis”, dimana konsep manajemen mutu yang diterapkan khususnya ditujukan
untuk memberikan jaminan keamanan dari produk pangan yang dihasilkan.
Meskipun demikian, konsep ini dapat diterapkan untuk aspek mutu lainnya.
Lima persyaratan dasar dan tujuh prinsip utama pada HACCP yaitu
sebagai berikut:
Persyaratan dasar:
1. Pembentukan tim HACCP.
2. Pendiskripsian produk pangan, metoda produksinya serta metoda
distribusinya.
3. Penjelasan tentang penggunaannya, serta cara-cara penyajian yang
berhubungan.
4. Mengembangkan diagram alir yang menggambarkan proses.
5. Melakukan verifikasi diagram alir.
Prinsip utama:
1. Melaksanakan analisa bahaya (hazard)
2. Menentukan titik-titik kendali kritis (critical control points)
3. Menetapkan batas-batas kritis.
4. Menetapkan prosedur pemantauan.
5. Menetapkan tindakan perbaikan.
6. Menetapkan prosedur verifikasi.
7. Menetapkan prosedur pendokumentasian dan penyimpanan dokumen
laporan.