Anda di halaman 1dari 23

Askep katarak

2.1.2. Pengertian Katarak


Katarak merupakan keadaan di mana terjadi kekeruhan pada serabut atau bahan lensa di
dalam kapsul lensa (Sidarta Ilyas, 1998)
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau kapsul lensa,
umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang lebih dari 65 tahun
(Marilynn Doengoes, dkk. 2000).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya terjadi akibat proses
penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital). Dapat juga berhubungan
dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan kortikosteroid jangka panjang,
penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi,
pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar ultra violet), atau kelainan mata lain seperti
uveitis anterior. (Brunner & suddart, 2001)
2.1.3. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia seseorang.
Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan tetapi, katarak
dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat hamil muda. Penyebab
katarak lainnya meliputi:
a.Faktor keturunan.
b.Cacat bawaan sejak lahir.
c. Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d. Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e. Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
f. Gangguan pertumbuhan,
g. Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h.Rokok dan Alkohol
i.Operasi mata sebelumnya.
j.Trauma (kecelakaan) pada mata.
k. Faktor-faktor lainya yang belum diketahui
2.1.4. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul. Nukleus
mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan bertambahnya usia. Disekitar
opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul
posterior merupakan bentuk katarak yang paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam
lensa mengakibatkan hilangnya transparansi. Salah satu teori menyebutkan terputusnya
protein lensa normal terjadi disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut
lensa yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu
enzim mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita
katarak.

Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi. Perubahan pada
serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier sekitar daerah di luar lensa,
misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan
menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein
lensa normal terjadi disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa
yang tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun
denga bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda. Dapat
disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun sebenarnya
merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan katarak berkembang
secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke tujuh. Katarak dapat bersifat
kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila tidak terdiagnosa dapat menyebabkan
ambliopia dan kehilangan penglihatan permanen. Faktor yang paling sering yang berperan
dalam terjadinya katarak meliputi radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok,
diabetes, dan asupan vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

2.1.4. Manifestasi Klinis


Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif (seperti rabun
jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat asap dan pupil mata
seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak
benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negatif (-). Bila Katarak
dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan akan dapat menimbulkan komplikasi
berupa glaukoma dan uveitis.

Gejala umum gangguan katarak meliputi :


1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek

2. Peka terhadap sinar atau cahaya

3. Dapat melihat dobel pada satu mata

4. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca

5. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

2.1.6. Klasifikasi
 Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
  Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
  Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
  Katarak komplikata.
  Katarak traumatik.
 Berdasarkan usia pasien, katarak dapat di bagi dalam :
  katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
 Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak lahir, dan terjadi
akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin. Biasanya kelainan ini tidak meluas
mengenai seluruh lensa
 Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan metabolisme serat lensa
 Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat segera setelah bayi
Iahir sampai berusia 1 tahun
 Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada saat pembentukan
serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan metabolisme jaringan lensa pada saat bayi
masih di dalam kandungan, dan gangguan metabolisme oksigen
 Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan pupil yang disebut
sebagai leukokoria (pupil berwarna putih).
 Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya seperti
retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik vitreus primer, dan miopia
tinggi di samping katarak sendiri
 Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel atau serat lensa
masih muda dan berkonsistensi cair.
 Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi linear.
 Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah ambliopia eks-
anopsia.
 Pasca bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya yang telah
menjadi afakia
  katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah 40 tahun
 Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun  lanjutan katarak kongenital yang
makin nyata,
  Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat penyakit lokal pada
satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma, ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi,
yang mengenai satu mata, penyakit sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan akibat
trauma tumpul.
 Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak dipengaruhi oleh
beberapa faktor
  katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
 Katarak senil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai dengan penyakit
lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih cepat.
 Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun berbeda.
 Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak senil.
 Pada katarak senil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
 Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur.
 Katarak senil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya degenerasi serat lensa
karena proses penuaan

  katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
 Stadium insipien,
o di mana mulai timbul katarak akibat proses degenerasi lensa.
o Kekeruhan lensa berbentuk bercak-bercak kekeruhan yang tidak teratur.
o Pasien akan mengeluh gangguan penglihatan seperti melihat ganda dengan satu matanya.
o Pada stadium ini., proses degenerasi belum menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga
akan terlihat bilik mata depan dengan kedalaman yang normal, iris dalam posisi biasa disertai
dengan kekeruhan ringan pada lensa.
o Tajam penglihatan pasien belum terganggu.
 Stadium imatur,
o Lensa yang degeneratif mulai menyerap cairan mata ke dalam lensa sehingga lensa
menjadi cembung.
o Terjadi pembengkakan lensa yang disebut sebagai katarak intumesen. P
o Terjadi miopisasi akibat lensa mata menjadi cembung  pasien menyatakan tidak perlu
kacamata sewaktu membaca dekat.
o Akibat lensa yang bengkak, iris terdorong ke depan, bilik mata dangkal dan sudut bilik
mata akan sempit atau tertutup.
o Pada stadium ini dapat terjadi glaukoma sekunder.
o Pada pemeriksaan uji bayangan iris atau shadow test akan terlihat bayangan iris pada
lensa. Uji bayangan iris positif
 Stadium matur
o Merupakan proses degenerasi lanjut lensa.
o Terjadi kekeruhan seluruh lensa.
o Tekanan cairan di dalam lensa sudah dalam keadaan seimbang dengan cairan dalam mata
sehingga ukuran lensa akan menjadi normal kembali.
o Pada pemeriksaan terlihat iris dalam posisi normal, bilik mata depan normal, sudut bilik
mata depan terbuka normal, uji bayangan iris negatif.
o Tajam penglihatan sangat menurun dan dapat hanya tinggal proyeksi sinar positif
 Stadium hipermatur
o terjadi proses degenerasi lanjut lensa dan korteks lensa dapat mencair sehingga nukleus
lensa tenggelam dalam korteks lensa (katarak Morgagni).
o Pada stadium ini jadi juga degenerasi kapsul lensa sehingga bahan lensa ataupun korteks
yang cair keluar dan masuk ke dalam bilik mata depan.
o Pada stadium matur akan terlihat lensa yang lebih kecil daripada normal, yang akan
mengakibatkan iris tremulans, dan bilik mata depan terbuka.
o Pada uji bayangan iris terlihat positif walaupun seluruh lensa telah keruh sehingga stadium
ini disebut uji bayangan iris pseudopositif.
o Akibat bahan lensa keluar dari kapsul, maka akan timbul reaksi jaringan uvea berupa
uveitis.
o Bahan lensa ini juga dapat menutup jalan keluar cairan bilik mata sehingga timbul
glaukoma fakolitik.
  Katarak komplikata, terjadi sebagai akibat langsung dari penyakit intraokuler, misalnya
akibat uveitis, glaukoma, retinitis pigmentossa & ablatio retinae. Biasanya bersifat unilateral
& prognosis tidak sebaik katarak senilis.
o Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel lensa oleh faktor
fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan lensa.
o Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia tinggi, ablasio
retina, dan glaukoma.
o Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan mengenai kedua
mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata
  Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata
2.1.7. Pemeriksaan Diagnostik
1. Keratometri

2. Pemeriksaan lampu slit

3. Oftalmoskopis

4. A-scan ultrasound (echography)

5. Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000 sel/mm 3,
pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan fakoemulsifikasi dan implantasi
IOL.

2.1.8. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya konservatif.
Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan akut untuk bekerja
ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam penglihatan yang terbaik yang
dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila ketajaman pandang mempengaruhi
keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi segmen posterior sangat perlu untuk
mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit retina atau sarf optikus, seperti
diabetesdanglaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan ;
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan mencapai
sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat struktur mata selama
pembedahan.
2.1.9. Pengobatan
Satu-satunya adalah dengan cara pembedahan ,yaitu lensa yang telah keruh diangkat
dan sekaligus ditanam lensa intraokuler sehingga pasca operasi tidak perlu lagi memakai kaca
mata khusus (kaca mata aphakia). Setelah operasi harus dijaga jangan sampai terjadi infeksi.
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit seperi
glaukoma dan uveitis. Teknik yang umum dilakukan adalah ekstraksi katarak ekstrakapsular,
dimana isi lensa dikeluarkan melalui pemecahan atau perobekan kapsul lensa anterior
sehingga korteks dan nukleus lensa dapat dikeluarkan melalui robekan tersebut. Namun
dengan tekhnik ini dapat timbul penyulit katarak sekunder. Dengan tekhnik ekstraksi katarak
intrakapsuler tidak terjadi katarak sekunder karenaseluruh lensa bersama kapsul dikeluarkan,
dapat dilakukan pada yang matur dan zonula zinn telah rapuh, namun tidak boleh dilakukan
pada pasien berusia kurang dari 40 tahun, katarak imatur, yang masih memiliki zonula zinn.
Dapat pula dilakukan tekhnik ekstrakapsuler dengan fakoemulsifikasi yaitu fragmentasi
nukleus lensa dengan gelombang ultrasonik, sehingga hanya diperlukan insisi kecil, dimana
komplikasi pasca operasi lebih sedikit dan rehabilitasi penglihatan pasien meningkat.
2.1.10. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yg terjadi berupa visus tdk akan mencapai 5/5. Komplikasi yang
terjadi yaitu nistagmus dan strabismus.
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1. Pengkajian
3.1.1. Identitas Klien
 Nama : Ny. W
 Umur : 50 th
 Jenis Kelamin : Perempuan
 Agama : islam
 Status Perkawinan : kawin
 Suku Bangsa : Indonesia
 Pendidikan : SMA
 Pekerjaan : swasta
 Tgl masuk RS : 01 Januari 2012
 No. Register : 15665

Penanggung Jawab
 Nama : Tn. F
 Umur : 56 th
 Pekerjaan : swasta
 Alamat : Hibrida 10

3.1.2. Keluhan utama


Klien mengalami penglihatan kabur. Klien mengalami penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat.
3.1.3. Riwayat Kesehatan
 Riwayat kesehatan Sekarang
Pasien datang kerumah sakit dengan keluhan pusing dan penglihatannya kabur, penglihatan
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1 tahun yang lalu. Penglihatan kabur/tidak jelas dan
seperti ada kabut serta terkadang pasien merasa silau saat melihat cahaya. Klien juga
mengalami kesulitan melihat pada jarak jauh atau dekat, pandangan ganda, susah melihat
pada malam hari. Setelah dilakukan pengkajian pupil berwarna putih dan ada dilatasi pupil,
nucleus pada lensa menjadi coklat kuning, lensa menjadi opak, retina sulit dilihat, terdapat
gangguan keseimbangan pada susunan sel lensa oleh factor fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.klien disarankan oleh dokter untuk dilakukan tindakan
pembedahan atau dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik di mana
pasien melakukan aktivitas sehari-hari.klien jg mengalami hiperglikemia karena panyakit
diabetis yang dideritanya.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, didiagnosis sejak kurang lebih 1 tahun
yang lalu.
 Riwayat Penyakit Keluarga
Ada dari keluarga pasien yang menderita penyakit Diabetes Melitus /gejala-gejala yang sama
seperti yang diderita oleh pasien saat ini.

3.1.4. Pemeriksaan Fisik


a. Pola fungsi kesehatan
1) Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan :
Keuarga klien takut akan penyakit yang diderita klien, dan berharap agar bisa cepat sembuh
Penggunaan tembakau (bungkus/hari, pipa, cerutu, berapa lama, kapan berheti) : tidak
menggunakan tembakau
Alkohol : tidak mengkonsmsi alkohol
Alergi (obat-obatan, makanan, plster dll) : makanan
2) Pola nutrisi dan metabolisme
Diet/suplemen khusus : tidak ada
Nafsu makan : menurun
Penurunan sensasi kecap, mual-muntah, stomatitis : mual muntah
Fluktuasi BB 6 bulan terakhir (naik/turun) : turun
Kesulitan menelan (disfagia) : disfagia
Gigi : Lengkap
Frekuensi makan : 1-2x sehari
Jenis makanan : nasi, sayur, buah-buahan
Pantangan/alergi : ikan
3) Pola eliminasi
BAB :
Frekuensi : lebih dari 3x sehari
Warna : kuning
Waktu : tidak teratur
Konsistensi : cair
Kesulitan (diare, konstipasi, inkontinensia) : inkontinensia
BAK :
Frekuensi : lebih dari 8x perhari jika dalam keadaan kejang
Kesulitan : inkotinensia
4) Pola aktivitas dan latihan
Kekuatan otot : penurunan kekuatan/tonus otot secara menyeluruh
Kemampuan ROM : ada keterbatasan rentang gerak
Keluhan saat beraktivitas : mudah lelah, dan lemas saat berktivitas
5) Pola istirahat dan tidur
Lama tidur : 4-6 jam sehari
Waktu : malam
6) Pola kognitif dan persepsi
Status mental : penurunan kesadaran
Bicara : aphasia ekspresif
Kemampuan memahami : tidak
Tingkt ansietas : berat
Penglihatan : pandangan kabur
Ketidaknyamanan/nyeri : nyeri kronik
7) Persepsi diri dan konsep diri
Perasaan klien tentang masalah kesehatan ini : klien merasa malu dan minder
8) Pola peran hubungan
Pekerjaan : swasta
Sistem pendukung : keluarga
9) Pola koping dan toleransi aktivitas
Hal yang dilakukan saat ada masalah : cerita dengan orang terdekat atau keluarga
Penggunaan obat untuk menghilangkan stress : ada
Keadaan emosi dalam sehari-hari : tegang
10) Keyakinan dan kepercayaan
Agama : islam
Pengaruh agama dalam kehidupan : segala sesuatu dalam kehidupannya diserahkan pada
agamanya
1. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum : tampak gelisah dan bingung
Penampilan umum : bersih dan rapi
Kliean tampak sehat/sakit/sakit berat : sakit
Kesadaran :
BB : 50 kg
TB : 155 cm
2) Tanda-tanda vital
TD : 150/ 110mmHg
ND : 90 x/i
RR :22 1x/i
S : 36,5 derajat celcius
3) Kulit
Warna kulit : tidak sianosis
Kelembapan : kering
Turgor kulit : elastic berkurang
Ada/tidaknya oedema : ada oedema
4) Kepala :
Inspeksi : rambut bersih
Palpasi :tidak Ada benjolan

5) Mata
Inspeksi : kekeruhan, berkabut atau opak pada lensa mata. Pada inspeksi visual katarak
Nampak abu-abu atau putih susu. Pada inspeksi pada lampu senter, tidak timbul refeksi
merah.
Fungsi penglihatan : gangguan penglihatan
Ukuran pupil : pupil dilatasi
Konjungtiva : anemis
Sklera : putih
6) Telinga
Fungsi pendengaran :tidak ada gangguan pendengaran
Kebersihan : bersih
Sekret : tidak ada
7) Hidung dan sinus
Fungsi penciuman : baik
Pembegkakan : tidak ada Perdarahan : tidak ada
Kebersihan : bersih sekret : tidak ada
8) Mulut dan tenggokan
Membran mukosa : kering kebesihan mulut : bersih
Keadaan gigi : lengkap
Tanda radang : Lidah
Trismus :tidak ada
Kesulitan menelan : tidak ada, disfagia tidak ada
9) Leher
Trakea : simetris
Kelenjar limfe : ada
Kelenjar tiroid : tidak ada pembesaran
10) Thorak/paru
Inspeksi : dada simetris dan tidak menggunakan otot bantu pernafasan
Perkusi :tidak ada massa, dengan tidak adanya peningkatan produksi mukus
Auskulktasi : pernafasan stridor (ngorok)
11) Jantung
Inspeksi : iktus kordis terlihat
12) Abdomen
Inspeksi : simetris
Auskultasi : peristaltik usus
Palpasi : tidak ada benjolan atau massa, tidak ada ascites
13) Ekstremitas
Ekstremitas atas : pergerakan normal
Ekstremitas bawah : pergerakan normal
ROM :
Kekuatan otot : penurunan kekuatan tonus otot
14) Neurologis
Kesadaran (GCS) :
Status mental : penurunan kesadaran
Motorik : kejang
Sensorik : gangguan pada sistem penglihatan,mata kabur ,pengelihatan silau dan
gangguanpendengaran
Refleks fisiologis : mengalami penurunan terhadap respon stimulus
3.2. Analisa Data
No Data Etiologi Masalah
1 DS: perdarahan intra Resio tinggi
-klien mengatakan pusing dan okuler(dikoreksi terhadap cidera
penglihatannya kabur, penglihatan dengan dilator pupil)
kabur dirasakan sejak kurang lebih 1
tahun yang lalu.
-klien mengatakan bahwa dokter
menyarakan untuk dilakukan
tindakan yaitu dikoreksi dengan
dilator pupil.
DO:
- Pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil
-nucleus pada lensa menjadi coklat
kuning, lensa menjadi opak, retina
sulit dilihat
2 DS: bedah pengangkatan Resiko tinggi
-klien mengatakan kesulitan melihat katarak terhadap infeksi
pada jarak jauh atau dekat,
pandangan ganda, susah melihat
pada malam hari.
-klien mengatakan bahwa dia juga
mnderita penyakit diabetis mellitus
DO:
- terdapat gangguan keseimbangan
pada susunan sel lensa oleh factor
fisik dan kimiawi sehingga
kejernihan lensa berkurang.
-Hiperglikemia
3 DS: gangguan Gangguan sensori
-klien mengatakan mengalami penerimaan persepsi(penglihat
penglihatan kabur. sensori/status organ an)
-Klien mengatakan mengalami indra penglihatan
penglihatan kabur, kesulitan melihat
dari jarak jauh ataupun dekat
DO:
- pupil berwarna putih dan ada
dilatasi pupil, nucleus pada lensa
menjadi coklat kuning, lensa
menjadi opak, retina sulit dilihat

Diagnosa keperawatan yang muncul


 Resio tinggi terhadap cidera b/d perdarahan intra okuler(dikoreksi dengan dilator pupil)
 Resiko tinggi terhadap infeksi b/d bedah pengangkatan katarak
 Gangguan sensori persepsi(penglihatan) b/d gangguan penerimaan sensori/status organ indra
penglihatan
3.3. Nursing Care Planning
N
Diagnosa Tujuan Kriteria hasil Intervensi Rasional
o
1 Resio tinggi Setelah Menunjukkan Mandiri :
cidera dilakukan perubahan 1. Diskusikan apa 1. Membantu
berhubunga intervesi perilaku, pola yang terjadi pada megurangi rasa
n dengan selama hidup untuk pasca dikoreksi takut an
perdarahan 3x24 jam menurunka tentang nyeri, meningkatkan
intra okuler diharapkan faktor resiko pembatasan kerja sama
perdrahan dan untuk aktivitas, dalam
intra okuler melidungi penampilan dan pembatasan
dapat segera diri dari balutan mata yang diperlukan
diatasi cedera. 2. Batasi aktivitas
seperti megerakkan2. Menurunkan
kepala tiba-tiba, stres pada area
menggaruk mata, pengikisan/men
membongkok urunkan TIO
3. Dorong napas
dalam batuk untuk
bershan nafas
berihan paru
3. Batuk
4. Pertahankan
meningkatkan
perlindungan mata
TIO
sesuai indikasi

5. Minta pasien untuk


4. Digunaknuntuk
membedakan
melindungi dari
antara
cedera dan
ketidakyamanan
menurunkan
dan nyeri mata
gerakan mata
tajam tiba-tiba,
5. Ketidak amanan
selidiki
mungkin karena
kegelisaan,disorien
prosedur
tasi, gangguan
pembedahan,
balutan
nyeri akut
menunjukkan
TIO dan atau
perdarahan yang
Kolaborasi: terjadi karena
1. berikan obat sesuai regangan dan
indikasi atau tak
 antiemetik contoh diketahui
proklorprazin penyebabnya.

  mual, muntah
asetazolamid(diom dapat
ox) meningkatkan
TIO,
memerlukan
tindakan segera
untuk mencega
cedera okuler
 diberikan untuk
 analgesik contoh menurun TIO
empirin dengam bila terjadi
kodein, peningkatan,
asetaminofen(tynol membatasi kerja
) enzim pada
produksi akueus
humor
 digunakan
untuk ketidak
nyamanan
ringan, mencega
gelisah yang
dapat
mempengaruhi
TIO
2 Resiko Setelah - Meningkat Mandiri
tinggi dilakukan kan 1. Diskusikan 1. Menurunkan
terhadap intervesi penyembuha pentingnya jumlah bakteri
infeksi selama n luka tepat mencuci tangan pada tangan,
berhubunga 3x24 jam waktu sebelum menyentu mencega
n dengan diharapkan - bebas atau mengobati kontaminasi
bedah factor drainase mata area operasi
pengangkat resiko purulen dan 2. Gunakan atau 2. Tehnik aseptic
an katarak infeksi eritema tunjukan tehnik menurunkan
dapat yang tepat untuk resiko
diatasi membersihkan penyebaran
mata dari dalam bakteri dan
keluar dengan tisu kontaminasi
basah atau bola silang
kapas untuk tiap
usapan ganti
balutan dan
masukkan lensa
kontak bila
menggunakan
3. Tekankan
pentingnya untuk
tidak menyentuh 3. Mencegah
atau menggarut kontaminasi dan
mata yang di kerusakan sisi
operasi operasi
4. Obserpasi tanda
terjadinya infeksi
contah kemerahan,4. Infeksi mata
kelopak mata terjadi 2-3 hari
bengkak, drainase setelah prosedur
purulen. dan memerlukan
Kolaborasi: upaya intervensi
1. Berikan obat yang tepat
sesuai indikasi
 antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)  sediakan topical
yang digunakan
sevara
profilaksis,
dimana terapi
lebih akresif
diperlukan bila
terjadi infeksi.
Catatan steroid
mungkin
ditambahkan
 steroid pada antibiotic
topical bila
pasien
mengalami
implantasi.
 Digunakan
untuk
menurunkan
implamasi
3 Gangguan Setelah - Dapat Mandiri
sensori dilakukan meningkatka 1. Tentukann 1. kebutuhan
persepsi(pe intervesi n ketajaman ketajaman individu dan
nglihatan) selama penglihatan penglihatan, catat pilihan
berhubunga 3x24 jam batas situasi apakah 1 atau 2 intervensi
n dengan diharapkan individu mata terlibat bervariasi sebab
gangguan gangguan - Memperbaiki kehilangan
penerimaan sensori potensi penglihatan
sensori/statu persepsi bahaya dalam terjadi lambat
s organ dapat lingkunga dan progresif.
indra diatasi Bila bilateral
penglihatan tiap mata dapat
berlangjut pada
laju yang
berbeda tetapi
biasa nya hanya
1 mata
diperbaiki
2. Orientasikan perprosedur.
pasien terhadap 2. memberikan
lingkungan,stap, peningkatan
orang lain di area kenyamanan dan
nya kekeluargaan,
menurunkan
cemas dab
disorientasi
pasca operasi
3. Observasi tanda- 3. terbangun dan
tanda dan gejala- lingkungan tak
gejala disorientasi, dikenal dan
pertahankan pagar mengalami
tempat tidur sampai tetbatasan
benar-benar senbuh penglihatan
dari anastesia dapat
mengakibatkan
bingung pada
orang tua.
Menurunkan
resiko jatuh bila
4. Pendekatan dari pasien bingung
sisi yang tak atai tak kenal
dioperasi , bicara, ukuran tempat
dan menyentuh tidur
sering, dorong
orang terdekat 4. Memberikan
tinggal dengan rangsangan
pasien sensori tepat
terhadap isolasi
5. Perhatikan tentang dan menurunkan
suram atau bingung
penglihatan kabur
dan iritasi mata
5. Gangguan
penglihatan atau
iritasi dapat
berakhir 1-2
jam setelah
diberikan
pengobatan
tetapi secara
bertahap
menurunkan
6. Ingatkan pasien dengan
menggunakan penggunaan.
kacamata Catatan :
katarakyang Iritasi local
tujuannya harus dilaporkan
memperbesar ke dokter tetapi
kurang lebih 25% jangan hentikan
penglihatan perifer penggunaan
hilang dan buta obat sementara
titik mungkin ada 6. perubahan
ketajaman dan
kedalaman
persepsi dapat
menyebabkan
bingung
penglihatan atau
meningkatkan
resiko cedera
sampai pasien
belajar untuk
mengkompensas
i.
3.4. Catatan Perkembangan

No Diagnose Keperawatan Implementasi


Evaluasi
1. Resiko tinggi cidera Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
berhubungan dengan Mandiri : S: klien meengatakan nyeri
perdarahan intra okuler 1. Mendiskusikan apa yang pasca dikoreksi sudah
terjadi pada pasca dikoreksi berkurang.
tentang nyeri, pembatasan O: klien tampak rileks
aktivitas, penampilan dan pasca dikoreksi,tetapi
balutan mata aktivitas klien masih
2. Membatasi aktivitas seperti dibatasi,seperti terlalu
megerakkan kepala tiba- banyak menggerkkan
tiba, menggaruk mata, kapala dan menggaruk mata
membongkok A: Masalah teratasi
3. Mendorong napas dalam sebagian,aktivitas klien
batuk untuk bershan nafas masih dibatasi untuk
berihan paru melindungi mata pasca
4. Mempertahankan dikoreksi
perlindungan mata sesuai P: Intervensi dilanjutkan
indikasi 1. Batasi aktivitas klien
5. Meminta pasien untuk seperti megerakkan kepala
membedakan antara tiba-tiba, menggaruk mata,
ketidakyamanan dan nyeri membongkok
mata tajam tiba-tiba, 2. Mempertahankan
selidiki perlindungan mata sesuai
kegelisaan,disorientasi, indikasi
gangguan balutan 3. Meminta pasien untuk
Kolaborasi: membedakan antara
1. Memberikan obat sesuai ketidakyamanan dan nyeri
indikasi mata tajam tiba-tiba,
 antiemetik contoh selidiki
proklorprazin kegelisaan,disorientasi,
 asetazolamid(diomox) gangguan balutan
2. Resiko tinggi terhadap Jam 08.00 wib Jam 12.00wib
infeksi berhubungan Mandiri S: Klien mengatakan dapat
dengan bedah 1. Mendiskusikan pentingnya beristrahat dengan baik
pengangkatan katarak mencuci tangan sebelum tanpa terasa nyeri pasca
menyentu atau mengobati operasi pengangkatan
mata katarak
2. Menggunakan atau O: klien dapat beristirahat
tunjukan tehnik yang tepat dengan tenang dan lebih
untuk membersihkan mata rilek serta tidak terdapat
dari dalam keluar dengan tanda-tanda terjadinya
tisu basah atau bola kapas infeksi pada mata klien
untuk tiap usapan ganti A: Masalah klien teratasi
balutan dan masukkan lensa sebagian,tidak terjadi
kontak bila menggunakan infeksi pada mata klien
3. Menekankan pentingnya pasca operasi.
untuk tidak menyentuh P: Intervensi dilanjutkan
atau menggarut mata yang 1. Tekankan pentingnya untuk
di operasi tidak menyentuh atau
4. Mengobserpasi tanda menggarut mata yang di
terjadinya infeksi contah operasi
kemerahan, kelopak mata 2. obserpasi tanda terjadinya
bengkak, drainase purulen. infeksi contah kemerahan,
Kolaborasi: kelopak mata bengkak,
1. Memberikan obat sesuai drainase purulen
indikasi
 antibiotik(topical,
perenteral, atau
subkunjungival)
 Steroid
3. Gangguan sensori Jam 08.00 wib Jam 12.00 wib
persepsi(penglihatan) Mandiri S: klien mengatakan setelah
berhubungan dengan 1. Menentukann ketajaman dilakukan operasi matannya
gangguan penerimaan penglihatan, catat apakah 1 sudah dapat melihat
sensori/status organ indra atau 2 mata terlibat walaupun tanpa bantuan
penglihatan 2. Mengorientasikan pasien kaca mata katarak
terhadap lingkungan,stap, O: klien sudah dapat
orang lain di area nya melihat benda-benda
3. Mengobservasi tanda-tanda disekitarnya
dan gejala- gejala A: Masalah teratasi
disorientasi, pertahankan P: Intervensi dihentikan
pagar tempat tidur sampai
benar-benar sembuh dari
anastesia
4. Pendekatan dari sisi yang
tak dioperasi , bicara, dan
menyentuh sering, dorong
orang terdekat tinggal
dengan pasien
5. Memperhatikan tentang
suram atau penglihatan
kabur dan iritasi mata
6. Mengingatkan pasien
menggunakan kacamata
katarakyang tujuannya
memperbesar kurang lebih

Anda mungkin juga menyukai