Disusun Oleh:
KELOMPOK 4
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan rahmat, pertolongan serta kemudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “Pra Rancang Pabrik Polimer” makalah ini
disusun sebagai salah satu penilaian pada mata kuliah Analisis Proses Industri Kimia.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah bersedia
membantu dalam pembuatan makalah ini, kepada Bu Anggun Puspita S, selaku dosen pengampu
mata kuliah Perancangan Menara dan Pabrik Kimia yang telah memberikan masukan dan
bimbingan sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa maupun lainnya. Oleh karena itu penulis dengan senang hati
menerima saran dan kritik pembaca sehingga penulis dapat memperbaikinya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Oleh sebab itu, kami merencanakan pembangunan pabrik polimer yang memproduksi
rayon fiber dengan kapasitas pabrik sebesar 325.000 ton per tahun untuk memenuhi
kebutuhan serat rayon di dalam negeri. Sehingga kualitas kain dalam negeri dapat meningkat
yang mengakibatkan peningkatan ekspor pakaian ke luar negeri
Serat rayon viscose merupakan serat semi sintetik yang digunakan pada pembuatan benang
untuk tekstil. Serat rayon viscose sangat sesuai sebagai bahan campuran dengan serat-serat
lain seperti kapas, wool, dan serat-serat sintetik polyester. Serat ini menjadikan campuran
bahan tersebut menghasilkan kain yang memberikan tekstur yang lembut, mudah diberi
warna yang cerah, enak dipakai, dan memiliki sifat higroskopis yang baik. Serat ini
diproduksi dengan kapasitas ± 325.000 ton/tahun. Bahan baku serat viscose atau rayon fiber
berasal dari wood pulp. Serat ini mempunyai kelebihan yaitu apabila sudah menjadi kain
lebih kuat, mudah menyerap keringat dan nyaman dipakainya. Serat ini dipakai di dalam
negeri dan diekspor ke beberapa negara diantaranya Austria, Pakistan dan Bulgaria.
Bahan Baku yang digunakan untuk memproduksi rayon fiber ialah pulp yang didatangkan
dari Afrika, Alabama, dan Austria dikarenakan di dalam negeri belum memiliki supplier yang
tersertifikasi oleh Forest Stewardship Council (FSC), NaOH (Natrium Hydroxide) yang pasok
dari PT. Asahimas Subentra Chemical, Cilegon dan CS2 (Carbon Disulfide) didatangkan dari
Canada, Thailand dan untuk bahan baku arang dipasok dari Sumatera Selatan.
Bahan pembantu berfungsi untuk menunjang pembuatan produk rayon fiber dimana
bahan pembantu antara lain adalah soft water (air lunak) yang didapatkan dari air Sungai
1
1.4 Lokasi Pabrik
Lokasi suatu pabrik sangat berpengaruh pada keberadaan suatu proyek baik dari segi
komersil maupun kemungkinan pengembangan yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan
Perencanaan penentuanlokasi pabrik yang baik akan dapat menekan biaya produksi dan
distribusi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa orientasi dalam menentukan lokasi pabrik yaitu
2
Daerah pemasaran produk PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima yaitu di
daerah Pulau Jawa. Produk semen PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima
dipasarkan dengan kapasitas 50 kg dan 40 kg per kantong (per sak). Selain itu, PT Sinar
Tambang Arthalestari-Semen Bima juga memasarkan produk semen dalam semen curah
(bulk cement) dengan kapasitas 30 ton. Sebagai sarana untuk memperlancar distribusi
pembangunan.
3. Penyediaan Utilitas
Untuk menjalankan proses produksi, diperlukan sarana pendukung seperti
pembangkit tenaga listrik dan penyediaan air. Sumber air diperoleh dari Sungai Tajung
yang mengalir di belakang pabrik.
4. Transportasi
PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima memiliki lokasi yang strategis karena
letak pabrik di tepi jalan raya yang menghubungkan kota-kota besar (Jalur PANTURA).
5. Tenaga Kerja
Wilayah Ajibarang, Banyumas sebagai lokasi didirikannya pabrik Semen Bima
memiliki cukup banyak SDM yang bisa diambil sebagai karyawan. Hal ini memudahkan
PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima dalam recruitment karyawan dan juga
membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran.
6. Sosial Masyarakat
Pembangunan pabrik ini tidak akan menganggu kehidupan masyarakat lingkungan
sekitar, karena daerah yang dipilih merupakan daerah yang jauh dari warga dan
merupakan lahan kosong. Sehingga membuat kondisi sosial masyarakat lebih kondusif
3
BAB II
PEMILIHAN BAHAN BAKU DAN
PROSES PRODUKSI
4
Gypsum didatangkan dari Thailand. Gypsum merupakan bahan sedimen CaSO4 yang
mengandung dua molekul hidrat yang berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan atau
memperlambat waktu pengerasan (setting time) semen.
b. Trass (2CaO.SiO2)
Trass dipenuhi oleh PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima dengan
mendatangkannya dari Banjarnegara. Trass digunakan sebagai bahan campuran PPC sebagai
pozzolan activity. Penambahan trass bertujuan agar kadar freelime dapat direduksi sehingga
kualitas semen menjadi lebih baik dan memberikan kuat tekan awal yang kurang tetapi
memberikan kuat tekan akhir yang stabil, serta bertujuan agar produk semen tahan terhadap asam
maupun basa sehingga cocok untuk bangunan di perairan (tahan korosi).
5
kcal/kg terak. Dengan perpindahan panas awal terjadi pada rantai (chain section). Sehingga
terbentuk terak sebagai hasil proses kalsinasi.
6
2.3 Tata Letak Pabrik
Keterangan :
1. Clay Mining 15. Cooling Tower
2. Limestone Storage 16. Cement Dosing
3. Refractories Storage 17. Additive Storage
4. Work Shop 18. Cement Grinding
5. Water Treatment Plant 19. Silo Semen
6. Raw Meal Grinding 20. Cement Packing
7. Coal Grinding 21. Raw Meal Dosing
8. Waste Gas Treatment 22. Coal Storage
9. Raw Meal Homogenizing 23. Clay and Corrective Storage
10. Suspension Preaheater 24. Coal Crushing
11. Rotary Kiln 25. Fresh Coal Storage
12. Central Control Room 26. Fresh Additive Storage
13. Clinker Cooler 27. Water Intake
14. Clinker Storage 28. Gypsum Crushing
7
BAB III
DESKRIPSI PROSES
8
3. Unit Pembakaran dan Pendinginan
4. Unit Penggilingan Akhir
5. Unit Pengemasan Semen
3.2.1 Unit Penyiapan Bahan Baku
Pada unit ini bertugas menyiapkan bahan baku utama dalam pembuatan semen, terdiri dari:
1. Penyiapan batu kapur
Pada unit penyiapan batu kapur meliputi proses penambangan batu kapur sampai proses
pengecilan ukuran dengan alat crusher, sehingga menjadi umpan yang siap diproses.
2. Penyiapan tanah liat
Pada unit penyiapan tanah liat meliputi proses penambangan tanah liat sampai proses
pengecilan ukuran dengan alat crusher, sehingga menjadi umpan yang siap diproses.
3.2.2 Unit Pengolahan Bahan
Unit pengolahan bahan bertugas untuk menyiapkan bahan mentah yang mempunyai
komposisi sesuai dengan yang diperlukan sebagai umpan Kiln. Unit pengolahan dibagi menjadi
2, yaitu:
1. Raw material reclaiming
Proses pengambilan bahan baku (batu kapur,tanah liat, laterit dan pasir silica) dari
dalam storage yang di lengkapi dengan reclaimer atau mesin penggaruk yang
sealnjutnya
2. Raw grinding
Limestone, Clay, Laterit dan Pasir Silika sebagai umpan akan ditransfer ke Raw Mill
tipe Vertikal Roller Mill . Di dalam Vertikal Roller Mill material akan mengalami
pengecilan ukuran dan penguapan air.
3.2.3 Unit Pembakaran dan Pendinginan
Unit pembakaran merupakan unit yang sangat vital sehingga perlu penanganan serius,
karena kualitas semen yang dihasilkan sangat ditentukan oleh keberhasilan unit ini. Unit
pembakaran mempunyai beberapa sub bagian, yaitu :
1. Blending silo dan umpan kiln
Di Dalam blending silo terjadi proses homogenisasi atau pencampuran material. Prinsip
dari proses pencampuran material yaitu adanya blower yang menghembuskan aliran
udara sehingga terjadi aliran turbulen yang dapat mengaduk material, sehingga material
dapat bercampur secara sempurna.
2. Suspension preheater
Di dalam suspension preaheater terjadi proses pemanasan material dan mengalami
9
kalsinasi minimal sampai 90%
Pada Suspension Preheater terjadi proses reaksi kimia pada material :
1. Pengurangan kadar air yang terkandung dalam umpan pada stage I pada suhu 100C
-2000C.
Reaksi :
H2O(l) H2O(g)
o
T=100 – 200 C
2. Penguapan air hidrat yang terkandung dalam tanah liat pada suhu 500C – 600C.
Reaksi :
Al2O37H2O(s) Al2O3(s) + 7H2O(g)
o
T=500 – 600 C
3. Rotary kiln.
Rotary Kiln merupakan tempat pembakaran material dan proses kalsinasi lanjutan.
Rotary Kiln dibagi menjadi 4 zone sesuai dengan reaksi yang terjadi. Umpan kiln terus
terbakar dan meleleh hingga akhirnya akan terbentuk senyawa-senyawa semen yang
disebut clinker. Senyawa tersebut adalah : C2S, C3S, C4AF dan C3A.
Berikut adalah reaksi yang terjadi di setiap zone pada rotary kiln :
a. Zone kalsinasi lanjutan
Pada zone ini material akan mengalami proses kalsinasi lanjutan yang sebelumnya telah
terjadi suspension preheater 98%, kalsinasi dilanjutkan dalam kiln sampai 100%
sempurna serta pembentukan komponen C2S (Dicalsium Silikat) yang sebagian juga
telah terbentuk di preheater.
Reaksi :
10
CaCO3 (s) CaO(s) + CO2 (g)
o
T = 900 – 1100 C
b. Zone Transisi
Pada zone transisi mulai terbentuk komponen-komponen dasar penyusun semen seperti
C3A (Trikalsium Silikat) dan C4AF (Tetra Aluminat Ferrit)
Reaksi :
CaO(l) + Al2O3(l) CaO.Al2O3(l)
T = 1100 – 1250C
c. Zone klinkerisasi
Klinkerisasi merupakan proses persenyawaan terakhir pada zone ini akan terbentuk
sempurna yaitu C3S yang merupakan bahan utama penyusun semen.
Reaksi :
CaO + 2CaO.SiO2 3CaO.SiO2 atau C3S
T = 1250–1450C
d. Zone Pendinginan
Setelah Umpan kiln melewati zone klinkerisasi, umpan kiln akan tetap meleleh dan
bergerak ke daerah zone pendinginan. Pada zone pendinginan lelehan akan mengalami
penurunan suhu dari 1450oC menjadi 1300oC. Clinker ini selanjutnya akan bergerak
menuju Clinker Cooler untuk segera didinginkan
4. Grate Cooler
Di dalam grate cooler terjadi proses pendinginan secara mendadak, Grate Cooler
berfungsi sebagai pendingin clinker yang sudah terbentuk. Pendinginan yang dilakukan
secara mendadak bertujuan untuk :
- Klinker panas sukar di transformasikan
- Udara panas yang dihasilkan pada pendinginan klinker dapat digunakan sebagai
udara tertiary untuk pembakaran di Suspension Preheater dan udara secondary pada
pembakaran di rotary kiln.
11
- Menghindari terurainya C3S dan C2S
- Menghindari peruraian gypsum yang ditambahkan pada penggilingan akhir.
- Menghindari terbentuknya crystal periclase, yang akan menurunkan kualitas
semen.
3.3 Diagram Blok Proses Pembuatan Semen di PT Sinar Tambang Arthalestari – Semen
Bima
Proses pembuatan semen dapat dilihat pada skema sebagai berikut:
.
Batu Kapur Limestone
Crusher
12
Raw Kiln Finish
Tanah Liat Clay Crusher Mill Mill
Pasir Silika
Packer
Laterit
Konsumen
I.D.O
Gypsum
Trass
(untuk PPC)
BAB IV
RULE OF THUMB DAN BIAYA PROJEK
13
Primery Crusher harus mampu menerima shot rock dengan minimum pemborosan atau
pengurangan ukuran awal. Biasanya feed harus kurang dari 120 cm dan baiknya feed hopper
harus dilindungi oleh grizzly yang tepat, atau pemecah hidrolik dapat dipasang untuk
mengurangi batu yang oversized. Umumnya ada primery crusher, sekunder dan, kadang-kadang,
tersier. Sebagian besar crusher dioperasikan di sirkuit terbuka, tetapi seringkali juga didahului
oleh screen atau grizzly untuk melewatkan material halus langsung ke produk.
Batu yang dihancurkan idealnya harus -20 mm untuk umpan ke raw mills tipe ball. Untuk
roller milss dan tekanan rol, ukuran umpan dapat secara kasar terkait dengan diameter rol (Dr):
Kadang-kadang rule of thumb tidak lebih dari 5% dari diameter meja digunakan untuk bahan
grindability rata-rata.
Atau, batas dua kali celah roll digunakan (liedtke, WC, 9/2000, hal.41)
Lokasi crusher yang dapat di tambang adalah sebagian besar dari fungsi haulage cost conveying
cost (Heur, WC, n 11/97, hal.34). crusher mobile yang umum di tambang adalah agregat tetapi
jarang untuk semen (RP, 9/1994, hal.31)
Kecepatan kiln harus sedemikian rupa agar muatan volumetric berada pada range 10-
13%. Biasanya cyclone preheater kiln berputar pada 2-2,5rpm (50-70cm/detik) dan memiliki
waktu penyimpanan material 20 – 40 menit. Precalciner kilns berputar pada 2,5-4,5 rpm (80-
14
100cm/detik) for waktu penyimpanan yang sama. Penyimpanan pada preheater selama 20 – 40
detik.
Biaya projek untuk menambah 1,5 juta ton/ tahun pada plan yang sudah ada :
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima yang berlokasi di Desa Tipar Kidul,
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas, provinsi Jawa Tengah.
15
Bahan utama dari pembuatan Semen adalah batu kapur, tanah liat, dengan bahan
pembantu Laterit dan pasir silika. Jenis semen yang dihasilkan adalah Pozzolan Portland
Cement (PPC) dan Ordinary Portland Cement (OPC.
Proses pembuatan semen di PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima menggunakan
proses kering. Proses kering biaya operasi yang dikeluarkan jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan proses lainnya, hal ini dikarenakan panas yang dibutuhkan relatif
lebih rendah sehingga bahan bakar yang dibutuhkan juga cenderung lebih sedikit, selain
itu kapasitas produksi juga lebih besar apabila dibandingkan dengan proses lainnya.
Peralatan utama yang digunakan meliputi Suspension Preheater, dan Rotary Kiln.
Dari perhitungan neraca massa, bahan baku yang masuk untuk produksi tanggal 4 Januari
2018 didapatkan produksi (massa) semen sebesar 166.382,847 kg dan penggunaan panas
sebesar 49.091.211,126 kcal.
Sarana penunjang pada PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima meliputi Unit
Penyediaan Air, Unit Penyediaan Tenaga Listrik, Unit Penyediaan Udara Proses dan Unit
Penyediaan Bahan Bakar. Pengurangan polusi yang disebabkan oleh debu hasil proses
produksi dilakukan pemasangan peralatan penangkap debu seperti Bag Filter di setiap
lokasi yang berpotensi menimbulkan polusi udara.
Sistem pengendalian mutu produksi PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima
dilakukan pemantauan dan analisa secara kimia dan fisika terhadap bahan baku, bahan
setengah jadi (klinker) dan produk yang berupa semen.
DAFTAR PUTSAKA
Alshop, A Philip. 1998. The Cement Plant Operations Handbook Second Edition.Houston,
Texas
16
Arnas. 2011. Special Blended Cement. http://www.slideshare.net/arnasaidil/ special-blended-
cement-sbc.html. Akses: 14 April 2018
Austin, G.T. 1996. “Industri Proses Kimia“. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Deolalkar, S.P. 2009. “Handbook for Designing Cement Plants”. London: BS Publication.
Duda, W.H. 1985. “Cement Data Book“. International Process Engineering In The Cement
Industry. 3rd edition. Germany: Bauverlag GmbH Weisbaden and Berlin.
Kohlhaas. 1983. “Cement Engineer’s Handbook”. Germany: Bauverlag GmbH Weisbaden and
Berlin.
Peray, Kurt. 1979. Cement Manufacture’s Handbook. New York: Chemical Publishing. Co
Perry, Robert.H. 2008. “Perry’s Chemical Engineer’s HandBook8th edition”. New York: Mc
Graw Hill Book Company.
Wahyuningsih. 2014. “Proses Industri Kimia 2”. Semarang: UPT UNDIP Pres
17
31