Anda di halaman 1dari 21

Tugas Mata Kuliah

Perancangan Menara Dan Pabik Kimia

PT South Pacivic Viscose


( PT.SPV)

Disusun Oleh:
KELOMPOK 4

Dhila Ayuningtyas (40040119655006)

Marini Hermaningsih (40040119655006)

Zahra Aumy Panita (40040119655006)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN


TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI
DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI
SEKOLAH VOKASI
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2019

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa
yang telah melimpahkan rahmat, pertolongan serta kemudahan, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penyusunan makalah dengan tema “Pra Rancang Pabrik Polimer” makalah ini
disusun sebagai salah satu penilaian pada mata kuliah Analisis Proses Industri Kimia.

Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah bersedia
membantu dalam pembuatan makalah ini, kepada Bu Anggun Puspita S, selaku dosen pengampu
mata kuliah Perancangan Menara dan Pabrik Kimia yang telah memberikan masukan dan
bimbingan sehingga tugas ini dapat diselesaikan dengan baik.
Namun tidak lepas dari semua itu, penulis menyadari sepenuhnya bahwa ada kekurangan
baik dari segi penyusunan bahasa maupun lainnya. Oleh karena itu penulis dengan senang hati
menerima saran dan kritik pembaca sehingga penulis dapat memperbaikinya.

Semarang, 7 November 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................. ii


DAFTAR ISI............................................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang .............................................................................................................. 1
1.2 Kegunaan Produk .......................................................................................................... 1
1.3 Ketersediaan Bahan Baku ............................................................................................. 1
1.4 Lokasi Pabrik................................................................................................................. 2
BAB II PEMILIHAN BAHAN BAKU DAN PROSES PRODUKSI ......................................... 4
2.1 Bahan Baku, Bahan Koreksi, Bahan Pembantu ............................................................ 4
2.1.1 Bahan Baku dalam Pembuatan Semen .................................................................. 4
2.1.2 Bahan Koreksi dalam Pembuatan Semen .............................................................. 4
2.1.3 Bahan Pembantu dalam Pembuatan Semen ........................................................... 4
2.2 Proses Pembuatan Semen .............................................................................................. 5
2.2.1 Proses Basah (Wet Process) ................................................................................... 5
2.2.2 Proses Semi Basah (Semi Wet Process) ................................................................. 5
2.2.3 Proses Semi Kering (Semi Dry Process) ............................................................... 6
2.2.4 Proses Kering (Dry Process) ................................................................................. 6
2.3 Tata Letak Pabrik .......................................................................................................... 7
BAB III DESKRIPSI PROSES ................................................................................................... 8
3.1 Persiapan Bahan ............................................................................................................ 8
3.1.1 Persiapan Batu Kapur ............................................................................................ 8
3.1.2 Persiapan Tanah Liat.............................................Error! Bookmark not defined.
3.2 Tahapan Proses .............................................................................................................. 8
3.2.1 Unit Penyiapan Bahan Baku .................................................................................. 9
3.2.2 Unit Pengolahan Bahan.......................................................................................... 9
3.2.3 Unit Pembakaran dan Pendinginan ........................................................................ 9
3.2.4 Unit Penggilingan Akhir ...................................................................................... 12
3.2.5 Unit Pengemasan Semen...................................................................................... 12
3.3 Diagram Blok Proses Pembuatan Semen di PT Sinar Tambang Arthalestari – Semen
Bima ..................................................................................................................................... 12
BAB IV RULE OF THUMB ..................................................................................................... 13
4.1 Rule of Thumb Row Mills .......................................................................................... 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan industri kimia di Indonesia sendiri telah mengalami kemajuan dari tahun
ke tahun. Pertumbuhan penduduk dan kemajuan teknologi mengakibatkan permintaan
produk-produk terkait pangan, sandang, dan papan menjadi meningkat. Indonesia sendiri
untuk pembuatan bahan baku sandang masih belum banyak terlihat, terlebih pabrik yang
membuat bahan kain seperti rayon masih mengandalkan import dari luar negeri.

Oleh sebab itu, kami merencanakan pembangunan pabrik polimer yang memproduksi
rayon fiber dengan kapasitas pabrik sebesar 325.000 ton per tahun untuk memenuhi
kebutuhan serat rayon di dalam negeri. Sehingga kualitas kain dalam negeri dapat meningkat
yang mengakibatkan peningkatan ekspor pakaian ke luar negeri

1.2 Kegunaan Produk

Serat rayon viscose merupakan serat semi sintetik yang digunakan pada pembuatan benang
untuk tekstil. Serat rayon viscose sangat sesuai sebagai bahan campuran dengan serat-serat
lain seperti kapas, wool, dan serat-serat sintetik polyester. Serat ini menjadikan campuran
bahan tersebut menghasilkan kain yang memberikan tekstur yang lembut, mudah diberi
warna yang cerah, enak dipakai, dan memiliki sifat higroskopis yang baik. Serat ini
diproduksi dengan kapasitas ± 325.000 ton/tahun. Bahan baku serat viscose atau rayon fiber
berasal dari wood pulp. Serat ini mempunyai kelebihan yaitu apabila sudah menjadi kain
lebih kuat, mudah menyerap keringat dan nyaman dipakainya. Serat ini dipakai di dalam
negeri dan diekspor ke beberapa negara diantaranya Austria, Pakistan dan Bulgaria.

1.3 Ketersediaan Bahan Baku dan Bahan Pembantu

Bahan Baku yang digunakan untuk memproduksi rayon fiber ialah pulp yang didatangkan

dari Afrika, Alabama, dan Austria dikarenakan di dalam negeri belum memiliki supplier yang

tersertifikasi oleh Forest Stewardship Council (FSC), NaOH (Natrium Hydroxide) yang pasok

dari PT. Asahimas Subentra Chemical, Cilegon dan CS2 (Carbon Disulfide) didatangkan dari

Canada, Thailand dan untuk bahan baku arang dipasok dari Sumatera Selatan.

Bahan pembantu berfungsi untuk menunjang pembuatan produk rayon fiber dimana

bahan pembantu antara lain adalah soft water (air lunak) yang didapatkan dari air Sungai

Citarum, MNSO4(Mangan Sulfate) dan Berol 15

1
1.4 Lokasi Pabrik

Lokasi suatu pabrik sangat berpengaruh pada keberadaan suatu proyek baik dari segi

komersil maupun kemungkinan pengembangan yang akan datang. Hal ini berkaitan dengan

kegiatan fabrikasi, produksi dan distribusi.

Perencanaan penentuanlokasi pabrik yang baik akan dapat menekan biaya produksi dan

distribusi. Secara singkat dapat dikatakan bahwa orientasi dalam menentukan lokasi pabrik yaitu

untuk mendapatkan keuntungan seoptimal mungkin.

Gambar 1. Google Maps Lokasi Pabrik Google Maps -2019


Pabrik semen PPC akan berlokasi di Desa Tipar Kidul, Kecamatan Ajibarang, Kabupaten
Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Pemilihan lokasi ini berdasarkan pada pertimbangan sebagai
berikut
1. Ketersediaan bahan baku
Salah satu alasan didirikannya pabrik Semen bima ini adalah karena struktur
geografis yang dekat dengan pegunungan kapur yang mempunyai kemungkinan
dilakukan penggalian bahan baku sampai dengan beberapa tahun mendatang.
Batu kapur diperoleh dari area penambangan yang terletak di daerah sawangan, yang
jauhnya sekitar ± 1,8 km dari lokasi pabrik, sedangkan tanah liat diperoleh dari area
penambangan yang letaknya di desa Tipar kidul yakni sekitar 600 m dari lokasi pabrik.
2. Daerah Pemasaran

2
Daerah pemasaran produk PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima yaitu di
daerah Pulau Jawa. Produk semen PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima
dipasarkan dengan kapasitas 50 kg dan 40 kg per kantong (per sak). Selain itu, PT Sinar
Tambang Arthalestari-Semen Bima juga memasarkan produk semen dalam semen curah
(bulk cement) dengan kapasitas 30 ton. Sebagai sarana untuk memperlancar distribusi
pembangunan.
3. Penyediaan Utilitas
Untuk menjalankan proses produksi, diperlukan sarana pendukung seperti
pembangkit tenaga listrik dan penyediaan air. Sumber air diperoleh dari Sungai Tajung
yang mengalir di belakang pabrik.
4. Transportasi
PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima memiliki lokasi yang strategis karena
letak pabrik di tepi jalan raya yang menghubungkan kota-kota besar (Jalur PANTURA).
5. Tenaga Kerja
Wilayah Ajibarang, Banyumas sebagai lokasi didirikannya pabrik Semen Bima
memiliki cukup banyak SDM yang bisa diambil sebagai karyawan. Hal ini memudahkan
PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima dalam recruitment karyawan dan juga
membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah pengangguran.
6. Sosial Masyarakat
Pembangunan pabrik ini tidak akan menganggu kehidupan masyarakat lingkungan
sekitar, karena daerah yang dipilih merupakan daerah yang jauh dari warga dan
merupakan lahan kosong. Sehingga membuat kondisi sosial masyarakat lebih kondusif

3
BAB II
PEMILIHAN BAHAN BAKU DAN
PROSES PRODUKSI

2.1 Bahan Baku, Bahan Koreksi, Bahan Pembantu


2.1.1 Bahan Baku dalam Pembuatan Semen
a. Batu kapur / limestone (CaCO3).
Batu kapur diperoleh dari Desa Sawangan, yang berjarak sekitar 1,8 km dari pabrik
semen bima. PT Sinar Tambang Arthaletari menggunakan batu kapur dengan kualitas High
Grade Limestone dan Medium Grade Limestone yang diperoleh dengan cara penambangan.
b. Tanah liat / clay (Al2O3.2SiO2.2H2O).
Tanah liat merupakan sumber utama senyawa silikat yang mengandung senyawa–
senyawa penting lainnya yaitu alumina dan besi serta merupakan hasil pelapukan kimia yang
disebabkan adanya pengaruh air dan gas CO2 dari batuan-batuan silika yang kaya akan mineral.
Tanah liat semen bima Berasal dari Desa Tipar Kidul, kecamatan Ajibaran yang berjarak sekitar
600 m dari plant site.
2.1.2 Bahan Koreksi dalam Pembuatan Semen
Bahan koreksi merupakan bahan yang digunakan untuk mengisi kekurangan pada salah
satu komponen utama pada pencampuran bahan baku. Material yang termasuk bahan koreksi
diantaranya yaitu
a. Laterit / Tanah Merah
Laterit yang digunakan PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima berasal dari
Kalimantan. Pada umumnya laterit mengandung besi, timah, zirkon, kwarsa, aluminium, nikel,
oksida titanium dan lain-lain. Fungsi penambahannya adalah untuk meningkatkan kandungan
oksida besi yang ada sehingga diperoleh komposisi sesuai dengan yang diinginkan.
b. Pasir silika
Pasir silika didatangkan dari daerah Rembang, Banjar, dan Belitung. Pasir silika ini
sebagai pembawa Silika dioksida (SiO2) dengan kadar yang cukup tinggi yaitu sekitar 90%,
dalam keadaan murni berwarna putih. Fungsi penambahannya adalah untuk memperbaiki
kandungan oksida dalam campurannya
2.1.3 Bahan Pembantu dalam Pembuatan Semen
Bahan pembantu merupakan bahan yang dicampurkan ke dalam klinker untuk
mendapatkan sifat-sifat tertentu yang diinginkan. Material yang termasuk bahan pembantu
diantaranya yaitu:
a. Gipsum / gypsum (CaSO4.2H2O)

4
Gypsum didatangkan dari Thailand. Gypsum merupakan bahan sedimen CaSO4 yang
mengandung dua molekul hidrat yang berfungsi sebagai penghambat proses pengeringan atau
memperlambat waktu pengerasan (setting time) semen.
b. Trass (2CaO.SiO2)
Trass dipenuhi oleh PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima dengan
mendatangkannya dari Banjarnegara. Trass digunakan sebagai bahan campuran PPC sebagai
pozzolan activity. Penambahan trass bertujuan agar kadar freelime dapat direduksi sehingga
kualitas semen menjadi lebih baik dan memberikan kuat tekan awal yang kurang tetapi
memberikan kuat tekan akhir yang stabil, serta bertujuan agar produk semen tahan terhadap asam
maupun basa sehingga cocok untuk bangunan di perairan (tahan korosi).

2.2 Proses Pembuatan Semen


Putra (2009), meninjau dari kadar air proses pembuatan semen dibagi menjadi 4 proses,
yaitu:
1. Proses Basah (Wet Process)
2. Proses Semi Basah (Semi Wet Process)
3. Proses Semi Kering (Semi Dry Process)
4. Proses Kering (Dry Process)

2.2.1 Proses Basah (Wet Process)


Pada proses ini bahan baku dihancurkan dalam Raw Mill kemudian digiling dengan
ditambah air dalam jumlah tertentu. Hasilnya berupa slurry/bubur, kemudian dikeringkan dalam
Rotary Dryer sehingga terbentuk umpan tanur berupa slurry dengan kadar air 25 – 40%. Pada
umumnya menggunakan “Long Rotary Kiln” untuk menghasilkan terak dengan perpindahan
panas awal terjadi pada rantai atau chain section. Terak tersebut kemudian didinginkan dan
dicampur dengan gypsum untuk selanjutnya digiling dalam Finish Mill hingga terbentuk semen.
Proses ini diaplikasikan pertama kali oleh PT Semen Indonesia (Persero) Tbk, unit Gresik.
Proses ini boros, karena menggunakan panas sekitar 1500-1900 kcal/kg terak, dan biasanya
mempunyai suhu gas keluar 150 – 250C.

2.2.2 Proses Semi Basah (Semi Wet Process)


Pada proses semi basah, bahan baku dipecah kemudian pada unit homogenisasi
ditambahkan air dalam jumlah tertentu serta dicampur dengan luluhan tanah liat. Sehingga
terbentuk bubur halus dengan kadar air 15-25% (slurry), disini umpan tanur disaring terlebih
dahulu dengan filter press. Filter cake yang berbentuk pellet kemudian mengalami kalsinasi
dalam tungku putar panjang (Long Rotary Kiln). Konsumsi panas pada proses ini 1000 – 1200

5
kcal/kg terak. Dengan perpindahan panas awal terjadi pada rantai (chain section). Sehingga
terbentuk terak sebagai hasil proses kalsinasi.

2.2.3 Proses Semi Kering (Semi Dry Process)


Proses semi kering dikenal sebagai grate proses, dimana merupakan transisi dari proses
basah dan proses kering dalam pembuatan semen. Umpan tanur pada proses ini berupa tepung
baku kering, lalu dengan alat granulator (pelletizer) umpan disemprot dengan air untuk dibentuk
menjadi granular dengan kadar air 10 – 12% dan ukurannya 10 – 12 mm seragam. Kemudian
kiln feed dikalsinasi dengan menggunakan tungku tegak (shaft kiln) atau Long Rotary Kiln.
Sehingga terbentuk terak sebagai hasil akhir proses kalsinasi.

2.2.4 Proses Kering (Dry Process)


Pada proses ini bahan baku dipecah dan digiling disertai pengeringan dengan jalan
mengalirkan udara panas ke dalam Raw Mill sampai diperoleh tepung baku dengan kadar air 0,5-
1,0%. Selanjutnya tepung baku yang telah homogen ini diumpankan ke dalam Suspension
Preheater sebagai pemanasan awal, disini terjadi perpindahan panas melalui kontak langsung
antara gas panas dengan material dengan arah berlawanan (Counter Current). Adanya sistem
suspension preheater akan menghilangkan kadar air dan mengurangi beban panas pada Kiln.
Material yang telah keluar dari Suspension Preheater siap menjadi umpan Kiln dan
diproses untuk mendapatkan terak. Terak tersebut kemudian didinginkan secara mendadak agar
terbentuk kristal yang bentuknya tidak beraturan (amorf) agar mudah digiling. Selanjutnya
dilakukan penggilingan di dalam Finish Mill dan dicampur dengan gypsum dengan perbandingan
96 : 4. Proses kering merupakan proses yang paling banyak diaplikasikan di Indonesia seperti
pada PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima, PT Sinar Tambang Arthalestrai-Semen
Bima, Semen Holcim, semen gresik, Indocement dan lain sebagainya.

6
2.3 Tata Letak Pabrik

Gambar 2. Tata Letak Pabrik


(Anonim2, 2018)

Keterangan :
1. Clay Mining 15. Cooling Tower
2. Limestone Storage 16. Cement Dosing
3. Refractories Storage 17. Additive Storage
4. Work Shop 18. Cement Grinding
5. Water Treatment Plant 19. Silo Semen
6. Raw Meal Grinding 20. Cement Packing
7. Coal Grinding 21. Raw Meal Dosing
8. Waste Gas Treatment 22. Coal Storage
9. Raw Meal Homogenizing 23. Clay and Corrective Storage
10. Suspension Preaheater 24. Coal Crushing
11. Rotary Kiln 25. Fresh Coal Storage
12. Central Control Room 26. Fresh Additive Storage
13. Clinker Cooler 27. Water Intake
14. Clinker Storage 28. Gypsum Crushing

7
BAB III
DESKRIPSI PROSES

3.1 Persiapan Bahan


Bahan baku pembuatan semen di PT Sinar Tambang Arthalestari – Semen Bima, terdiri dari
3 komponen, yaitu bahan baku utama, bahan koreksi dan bahan pembantu. Bahan baku utama
yang digunakan adalah batu kapur dan tanah liat, yang dipenuhi sendiri oleh PT Sinar Tambang
Arthalestari – Semen Bima, sedangkan bahan baku koreksi yaitu laterit yang didatangkan dari
luar daerah yaitu Kalimantan dan pasir silika yang didatangkan dari daerah Banjarnegara,
Belitung dan Tuban. Untuk bahan pembantu berupa gypsum didatangkan dari Thailand dan Trass
didatangkan dari Banjarnegara.
Pada unit persiapan bahan ini meliputi persiapan bahan baku berupa batu kapur dan tanah
liat dari penambangan sampai pada pemecahan awal, karena untuk batu kapur dan tanah liat
dipenuhi sendiri oleh PT Sinar Tambang Arthalestari – Semen Bima.

3.1.1 Persiapan Batu Kapur dan Tanah Liat


Tahap-tahap penambangan meliputi :
1. Pembersihan (Clearing)
Merupakan pembersihan kotoran, tumbuhan dan semak-semak yang ada di atas lapisan
dengan menggunakan buldozer.
2. Pengupasan (Stripping)
Merupakan pengupasan tanah, Tujuannya untuk menghilangkan lapisan tanah yang dapat
mengurangi persentase bahan baku.
3. Penggerukkan (Digging)
Merupakan pengambilan bahan baku dari tambang dengan cara digali atau dikeruk
menggunakan eskavator, kemudian dipindahkan ke alat angkut.
4. Pemuatan (Loading)
Merupakan pemuatan bahan baku setelah dikeruk dimasukkan ke dump truck dengan
bantuan alat angkut eskavator dibawa ke Crusher dan Storage.
5. Penghancuran (Crushing)
Merupakan proses penghancuran bahan baku yang dilakukan di Crushe..

3.2 Tahapan Proses


Proses pembuatan semen di PT Sinar Tambang Arthalestari – Semen Bima menggunakan
proses kering. Unit-unit yang ada meliputi:
1. Unit Penyiapan Bahan Baku
2. Unit Pengecilan ukuran dan Pengeringan

8
3. Unit Pembakaran dan Pendinginan
4. Unit Penggilingan Akhir
5. Unit Pengemasan Semen
3.2.1 Unit Penyiapan Bahan Baku
Pada unit ini bertugas menyiapkan bahan baku utama dalam pembuatan semen, terdiri dari:
1. Penyiapan batu kapur
Pada unit penyiapan batu kapur meliputi proses penambangan batu kapur sampai proses
pengecilan ukuran dengan alat crusher, sehingga menjadi umpan yang siap diproses.
2. Penyiapan tanah liat
Pada unit penyiapan tanah liat meliputi proses penambangan tanah liat sampai proses
pengecilan ukuran dengan alat crusher, sehingga menjadi umpan yang siap diproses.
3.2.2 Unit Pengolahan Bahan
Unit pengolahan bahan bertugas untuk menyiapkan bahan mentah yang mempunyai
komposisi sesuai dengan yang diperlukan sebagai umpan Kiln. Unit pengolahan dibagi menjadi
2, yaitu:
1. Raw material reclaiming
Proses pengambilan bahan baku (batu kapur,tanah liat, laterit dan pasir silica) dari
dalam storage yang di lengkapi dengan reclaimer atau mesin penggaruk yang
sealnjutnya
2. Raw grinding
Limestone, Clay, Laterit dan Pasir Silika sebagai umpan akan ditransfer ke Raw Mill
tipe Vertikal Roller Mill . Di dalam Vertikal Roller Mill material akan mengalami
pengecilan ukuran dan penguapan air.
3.2.3 Unit Pembakaran dan Pendinginan
Unit pembakaran merupakan unit yang sangat vital sehingga perlu penanganan serius,
karena kualitas semen yang dihasilkan sangat ditentukan oleh keberhasilan unit ini. Unit
pembakaran mempunyai beberapa sub bagian, yaitu :
1. Blending silo dan umpan kiln
Di Dalam blending silo terjadi proses homogenisasi atau pencampuran material. Prinsip
dari proses pencampuran material yaitu adanya blower yang menghembuskan aliran
udara sehingga terjadi aliran turbulen yang dapat mengaduk material, sehingga material
dapat bercampur secara sempurna.

2. Suspension preheater
Di dalam suspension preaheater terjadi proses pemanasan material dan mengalami

9
kalsinasi minimal sampai 90%
Pada Suspension Preheater terjadi proses reaksi kimia pada material :
1. Pengurangan kadar air yang terkandung dalam umpan pada stage I pada suhu 100C
-2000C.
Reaksi :
H2O(l) H2O(g)
o
T=100 – 200 C

2. Penguapan air hidrat yang terkandung dalam tanah liat pada suhu 500C – 600C.
Reaksi :
Al2O37H2O(s) Al2O3(s) + 7H2O(g)
o
T=500 – 600 C

SiO27H2O(s) SiO2(s) + 7H2O(g)


o
T=500 – 600 C

3. Penguraian Carbonat (Calcium terjadi pada suhu 600C –800C).


Reaksi :
CaCO3(s) CaO(l) + CO2(g)
o
T=600 – 800 C

MgCO3(s) MgO(l) + CO2(g)


o
T=600 – 800 C

4. Reaksi pembentukan senyawa 2CaO.SiO2 sebagian pada suhu 800–930C.


Reaksi :
2 CaO(l) + SiO2(l) 2 CaO.SiO2(l) atau C2S
o
T=800 – 930 C

3. Rotary kiln.
Rotary Kiln merupakan tempat pembakaran material dan proses kalsinasi lanjutan.
Rotary Kiln dibagi menjadi 4 zone sesuai dengan reaksi yang terjadi. Umpan kiln terus
terbakar dan meleleh hingga akhirnya akan terbentuk senyawa-senyawa semen yang
disebut clinker. Senyawa tersebut adalah : C2S, C3S, C4AF dan C3A.
Berikut adalah reaksi yang terjadi di setiap zone pada rotary kiln :
a. Zone kalsinasi lanjutan
Pada zone ini material akan mengalami proses kalsinasi lanjutan yang sebelumnya telah
terjadi suspension preheater 98%, kalsinasi dilanjutkan dalam kiln sampai 100%
sempurna serta pembentukan komponen C2S (Dicalsium Silikat) yang sebagian juga
telah terbentuk di preheater.
Reaksi :

10
CaCO3 (s) CaO(s) + CO2 (g)
o
T = 900 – 1100 C

MgCO3(s) MgO(s) + CO2(g)


o
T = 900 – 1100 C

2CaO(l) + SiO2(l) 2CaO.SiO2(l) atau C2S


o
T = 900 – 1100 C

b. Zone Transisi
Pada zone transisi mulai terbentuk komponen-komponen dasar penyusun semen seperti
C3A (Trikalsium Silikat) dan C4AF (Tetra Aluminat Ferrit)
Reaksi :
CaO(l) + Al2O3(l) CaO.Al2O3(l)
T = 1100 – 1250C

2CaO(l) + CaO.Al2O3(l) 3CaO.Al2O3(l) atau C3A


T = 1100 – 1250C

CaO + 2CaO.Fe2O3 + CaO.Al2O3 4CaO.Al2O3.Fe2O3 atau C4AF


T = 1100 – 1250C

c. Zone klinkerisasi
Klinkerisasi merupakan proses persenyawaan terakhir pada zone ini akan terbentuk
sempurna yaitu C3S yang merupakan bahan utama penyusun semen.
Reaksi :
CaO + 2CaO.SiO2 3CaO.SiO2 atau C3S
T = 1250–1450C

d. Zone Pendinginan
Setelah Umpan kiln melewati zone klinkerisasi, umpan kiln akan tetap meleleh dan
bergerak ke daerah zone pendinginan. Pada zone pendinginan lelehan akan mengalami
penurunan suhu dari 1450oC menjadi 1300oC. Clinker ini selanjutnya akan bergerak
menuju Clinker Cooler untuk segera didinginkan
4. Grate Cooler
Di dalam grate cooler terjadi proses pendinginan secara mendadak, Grate Cooler
berfungsi sebagai pendingin clinker yang sudah terbentuk. Pendinginan yang dilakukan
secara mendadak bertujuan untuk :
- Klinker panas sukar di transformasikan
- Udara panas yang dihasilkan pada pendinginan klinker dapat digunakan sebagai
udara tertiary untuk pembakaran di Suspension Preheater dan udara secondary pada
pembakaran di rotary kiln.

11
- Menghindari terurainya C3S dan C2S
- Menghindari peruraian gypsum yang ditambahkan pada penggilingan akhir.
- Menghindari terbentuknya crystal periclase, yang akan menurunkan kualitas
semen.

3.2.4 Unit Penggilingan Akhir


Unit penggilingan semen dibagi menjadi 2 bagian, yaitu :
1. Penanganan clinker dan penggilingan bahan pembantu
Clinker disimpan dalam clinker storage silo, kemudian bahan pembantunya yaitu gypsum
dan trass dari storage additive dilakukan size reduction. Untuk di tambahkan pada proses
penggilingan akhir.
2. Penggilingan akhir
Unit Penggilingan Akhir bertugas menggiling clinker yang telah terbentuk pada unit
pembakaran. Pada proses ini dilakukan penambahan bahan pembantu yang berupa
gypsum, dan trass yang akan digiling dalam finish mill sampai kehalusan tertentu sehingga
dihasilkan semen.

3.2.5 Unit Pengemasan Semen


Unit pengemasan bertugas melaksanakan pengisian, penyimpanan, pengiriman dan
pengeluaran semen di tiap-tiap silo. Pengepakan di PT Sinar Tambang Arthalestari-Semen
Bima ada 2 macam proses pengepakan, yaitu:
1. Semen Curah (dalam truk tangki)
Semen jenis OPC dikemas dalam bentuk curah yang diangkut menggunakan bulk
carrier truck dengan kapasitas 30 ton.
2. Semen Kantong (dalam sak)
Semen jenis PPC dikemas dalam kemasan 40 kg dan kemasan 50 kg

3.3 Diagram Blok Proses Pembuatan Semen di PT Sinar Tambang Arthalestari – Semen
Bima
Proses pembuatan semen dapat dilihat pada skema sebagai berikut:
.
Batu Kapur Limestone
Crusher

12
Raw Kiln Finish
Tanah Liat Clay Crusher Mill Mill

Pasir Silika
Packer

Laterit
Konsumen

Batu Bara Coal Mill

I.D.O

Gypsum

Trass
(untuk PPC)

Gambar 3. Blok Diagram Proses Pembuatan Semen


PT Sinar Tambang Arthalestari – Semen Bima
Diagram alir proses pembuatan semen dapat dilihat pada Gambar 5.

BAB IV
RULE OF THUMB DAN BIAYA PROJEK

4.1 Rule of Thumb Row Mills

13
Primery Crusher harus mampu menerima shot rock dengan minimum pemborosan atau
pengurangan ukuran awal. Biasanya feed harus kurang dari 120 cm dan baiknya feed hopper
harus dilindungi oleh grizzly yang tepat, atau pemecah hidrolik dapat dipasang untuk
mengurangi batu yang oversized. Umumnya ada primery crusher, sekunder dan, kadang-kadang,
tersier. Sebagian besar crusher dioperasikan di sirkuit terbuka, tetapi seringkali juga didahului
oleh screen atau grizzly untuk melewatkan material halus langsung ke produk.

Batu yang dihancurkan idealnya harus -20 mm untuk umpan ke raw mills tipe ball. Untuk
roller milss dan tekanan rol, ukuran umpan dapat secara kasar terkait dengan diameter rol (Dr):

Roller mills - bahan penggilingan mudah <4% + 0,06Dr; <20% + 0,025 Dr

-bahan penggilingan kasar 0% + 0,06Dr; <20% + 0,015 Dr

Kadang-kadang rule of thumb tidak lebih dari 5% dari diameter meja digunakan untuk bahan
grindability rata-rata.

Roll press - umpan maksimum tidak boleh melebihi 0,05 Dr

Atau, batas dua kali celah roll digunakan (liedtke, WC, 9/2000, hal.41)

Lokasi crusher yang dapat di tambang adalah sebagian besar dari fungsi haulage cost conveying
cost (Heur, WC, n 11/97, hal.34). crusher mobile yang umum di tambang adalah agregat tetapi
jarang untuk semen (RP, 9/1994, hal.31)

4.2 Rule of Thumb for Rotary Kiln

Kecepatan kiln harus sedemikian rupa agar muatan volumetric berada pada range 10-
13%. Biasanya cyclone preheater kiln berputar pada 2-2,5rpm (50-70cm/detik) dan memiliki
waktu penyimpanan material 20 – 40 menit. Precalciner kilns berputar pada 2,5-4,5 rpm (80-

14
100cm/detik) for waktu penyimpanan yang sama. Penyimpanan pada preheater selama 20 – 40
detik.

4.3 Biaya Projek Konstruksi Plan

Biaya projek untuk menambah 1,5 juta ton/ tahun pada plan yang sudah ada :

Equipment : Quarry & raw storage US$ 8,000,000


Raw milling & blending 15,000,000
Preheater, kiln & cooler 20,000,000
Coal system & storage 5,000,000
Clinker storage 3,000,000
Cement milling 10,000,000
Cement storage and packing 4,000,000
Electrical & control 10,000,000
Sub-total $75,000,000

Civil, structural & erection $55,000,000


Engineering, construction management, freight, $20,000,000
commissioning
Owner's capitalized cost $ 5,000,000
Construction interest $14,000,000
Spares $ 4,000,000
Contingency (5%) $ 7,000,000
Total project cost $180,000,000

BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
 PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima yang berlokasi di Desa Tipar Kidul,
Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas, provinsi Jawa Tengah.

15
 Bahan utama dari pembuatan Semen adalah batu kapur, tanah liat, dengan bahan
pembantu Laterit dan pasir silika. Jenis semen yang dihasilkan adalah Pozzolan Portland
Cement (PPC) dan Ordinary Portland Cement (OPC.
 Proses pembuatan semen di PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima menggunakan
proses kering. Proses kering biaya operasi yang dikeluarkan jauh lebih kecil jika
dibandingkan dengan proses lainnya, hal ini dikarenakan panas yang dibutuhkan relatif
lebih rendah sehingga bahan bakar yang dibutuhkan juga cenderung lebih sedikit, selain
itu kapasitas produksi juga lebih besar apabila dibandingkan dengan proses lainnya.
Peralatan utama yang digunakan meliputi Suspension Preheater, dan Rotary Kiln.
 Dari perhitungan neraca massa, bahan baku yang masuk untuk produksi tanggal 4 Januari
2018 didapatkan produksi (massa) semen sebesar 166.382,847 kg dan penggunaan panas
sebesar 49.091.211,126 kcal.
 Sarana penunjang pada PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima meliputi Unit
Penyediaan Air, Unit Penyediaan Tenaga Listrik, Unit Penyediaan Udara Proses dan Unit
Penyediaan Bahan Bakar. Pengurangan polusi yang disebabkan oleh debu hasil proses
produksi dilakukan pemasangan peralatan penangkap debu seperti Bag Filter di setiap
lokasi yang berpotensi menimbulkan polusi udara.
 Sistem pengendalian mutu produksi PT. Sinar Tambang Arthalestari-Semen Bima
dilakukan pemantauan dan analisa secara kimia dan fisika terhadap bahan baku, bahan
setengah jadi (klinker) dan produk yang berupa semen.

DAFTAR PUTSAKA

Alshop, A Philip. 1998. The Cement Plant Operations Handbook Second Edition.Houston,
Texas

Arizal, Fadhila. 2016. Sifat Kimia Semen. https://www.scribd.com/doc/ 307058172/sifat-kimia-


semen. Akses: 18 April 2018

16
Arnas. 2011. Special Blended Cement. http://www.slideshare.net/arnasaidil/ special-blended-
cement-sbc.html. Akses: 14 April 2018

Austin, G.T. 1984. “Industri Proses Kimia”. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Austin, G.T. 1996. “Industri Proses Kimia“. Edisi Kelima. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Deolalkar, S.P. 2009. “Handbook for Designing Cement Plants”. London: BS Publication.

Duda, W.H. 1985. “Cement Data Book“. International Process Engineering In The Cement
Industry. 3rd edition. Germany: Bauverlag GmbH Weisbaden and Berlin.

Golightly, J.P. 1979. “Nilckeliferous Laterites-A General Description”. Proceedings,


International Laterite Symposium, New Orleans, Vol. 1, pp. 3-23.

Kohlhaas. 1983. “Cement Engineer’s Handbook”. Germany: Bauverlag GmbH Weisbaden and
Berlin.

Maulana. 2012. Semen. http://maulhidayat.wordpress.com/2012/10/23/semen. html. Akses: 13


April 2016

Putra, A. 2013. Definisi Semen Secara Umum https://bobiandikaputra.


wordpress.com/2013/01/08/definisi-semen-secara-umum/. Akses: 18 April 2017

Peray, Kurt. 1979. Cement Manufacture’s Handbook. New York: Chemical Publishing. Co

Perry, Robert.H. 2008. “Perry’s Chemical Engineer’s HandBook8th edition”. New York: Mc
Graw Hill Book Company.

Wahyuningsih. 2014. “Proses Industri Kimia 2”. Semarang: UPT UNDIP Pres

17
31

Anda mungkin juga menyukai