NIM : 19005141
Tugas : Sosiologi
Ringkasan Buku :
1. Sosialisasi
Sosialisasi merupakan sebuah proses seumur hidup yang berkenaan dengan cara individu
mempelajari nilai dan norma sosial yang berlaku dalam masyarakat agar ia dapat berkembang
menjadi pribadi yang dapat diterima oleh kelompoknya. Menurut Vander Zande dalam Ihromi
(2004: 30), sosialisasi adalah proses interaksi sosial melalui mana kita mengenal cara-cara
berpikir, berperasaan dan berperilaku sehingga dapat berperan secara efektif dalam
masyarakat.
Sosialisasi juga dapat diartikan sebagai proses yang dialami individu dari masyarakatnya
mencakup kebiasaan, sikap, norma, nilainilai, pengetahuan, harapan, ketrampilan yang dalam
proses tersebut ada kontrol sosial yang kompleks sehingga anak terbentuk menjadi individu
sosial dan dapat berperan sesuai dengan apa yang diharapkan masyarakatnya. Sosialisasi
mempunyai arti dalam pembinaan kepribadian agar seseorang dapat hidup konform dengan
tuntutan kelompok dan kebudayaannya. Sosialisasi diarahkan bagi kelangsungan masyarakat,
kelompok sosial dan kebudayaan.
Kepribadian adalah segala corak kebiasaan manusia yang terhimpun dalam dirinya yang
digunakan untuk bereaksi serta menyesuaikan diri terhadap segala rangsang baik yang datang
dari dalam dirinya maupun dari lingkungannya, sehingga corak dan kebiasaan itu merupakan
suatu kesatuan fungsional yang khas untuk manusia itu. Dari pengertian tersebut, kepribadian
seseorang jelas sangat berpengaruh terhadap perilaku sehari-harinya.
Sehubungan dengan itu, perlu diketahui bahwa para sosiolog memusatkan penyelidikan
pola-pola tingkah laku sosial, para sosiolog membuatkan model dari sistem sosial, hal itu
tidak terlepas dari maksud untuk memberikan pengertian atau gambaran umum terhadap pola
tingkah laku sosial. Untuk memahaminya secara lebih khusus, haruslah diperhatikan faktor-
faktor penyebab terbentuknya tingkah laku. Di dalam kebanyakan model atau teori,
disebutkan tiga perangkat faktor dasar yang menjadi sebab-musabab daripada tingkah laku.
a. Struktur sosio-kultural, yaitu pada pola tingkah laku ideal yang diharapkan.
b. Faktor situasi, yaitu semua kondisi fisik dan sosial di tempat berbeda dan
diterapkannya sesuatu sistem sosial.
c. Faktor kepribadian, yaitu semua faktor psikologis dan biologis yang mempengaruhi
tingkah laku para pelaku secara perseorangan.
Dengan demikian faktor kepribadian dapat dipandang sebagai suatu bagian integral
dari organisasi sosial. Tanpa dikaitkan faktor-faktor tersebut, maka penyimpangan tingkah
laku dalam sistim sosial dari tingkah laku ideal yang diharapkan tentunya tak dapat dipahami
secara lengkap. Disamping itu, proses sosialisasi juga tak dipahami sepenuhnya. Dengan kata
lain penyimpangan atau ketidak sesuaian antara faktor struktural sosial, faktor situasi, dan
faktor kepribadian akan memberikan kerangka konsep untuk menganalisis dan menerangkan
tekanan struktural yang terjadi didalam setiap sistem sosial. Setiap kelompok variabel penting
fungsinya untuk menjelaskan perubahan dan kepecahan sosial, dan juga menerangkan
terjadinya organisasi sosial itu sendiri.
a. Pengertian kedirian
Sedangkan nilai diri (self-esteen) dalam pengertian umum adalah bagaimana seorang
merasa tentang dirinya atau seberapa banyak seseorang menyukai dirinya sendiri.
Perbedaan paling jelas antara manusia dengan makhluk yang lain adalah terletak dari
unsur kedirian yang ada pada manusia itu sendiri. Secara obyektif, kedirian (self) dapat
dikatakan sebagai kesadaran terhadap diri sendiri dan memandang adanya pribadi orang
lain di luar dirinya. Pada hakikatnya, kesadaran itulah yang membuat timbulnya sebutan
"aku" Atau "saya". Kedirian yang subyektif tidaklah mudah dipelajari, meskipun oleh si
orang yang mempunyai diri itu sendiri, sebab tidak seorang pun dapat meninjau dirinya
sendiri secara obyektif seratus persen.
Menurut Charles Horton Cooly, George Herbert Mead, dan Sigmund Freud
bersepakat mengenai kedirian, yaitu bahwa :
Istilah kepribadian yan dikemukakan diatas tentu saja mengandung pengertian yang
berbeda dengan penggunaan populernya. Dalam penggunaan populernya, seakan-akan
terdapat orang atau tokoh "berpribadi" dan ada yang tidak. Sebetulnya setiap orang memiliki
suatu kepribadian, hanya saja kepribadian orang yang satu berbeda dengan orang yang lainya.
Tidak ada satupun kepribadian yang dapat dikatakan baik atau buruk, kecuali dengan
menggunakan standar moral tertentu. Hal terakhir ini bukanlah wewenang para sosiolog,
meskipun mereka dapat menggambarkan kepribadian dengan berpatokan kepada suatu
kebudayaan tertentu.
Kepribadian itu terbentuk, hidup dan berubah seirama dengan jalannya proses sosialisasi.
Dan terdapat empat faktor yang menentukan kepribadian, yaitu :
a. Kebudayaan
b. Warisan Biologis
Sifat-sifat biologis manusia yang bersifat warisan, seperti perbedaan laki-laki dan
perempuan memberikan andil besar pada tahap pertama perkembangan kepribadian
seseorang. Hal itu menentukan batas-batas yang tidak mungkin dilampaui oleh setiap
individu. Batas-batas tersebut berpengaruh pada perkembangan sosialnya. Ada dua macam
keragaman yang terdapat pada manusia, yaitu perbedaan yang nyata, misalnya pria dan
wanita, serta perbedaan yang kontinu, misalnya tinggi dan berat badan. Hubungan yang
terjadi antara keragaman dan pembentukan kepribadian dapat dilihat sebagai berikut.
d. Lingkungan