Anda di halaman 1dari 13

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN

KEHILANGAN DAN BERDUKA

Untuk memenuhi tugas matakuliah

Keperawatan Gerontik

Yang dibina oleh Ibu Ns. Sri Mugianti, M.Kep

Oleh:

1. Siti Sholihatin (1301300013)

2. Anis Susanti (1301300017)

3. Eni Hariati (1301300020)

4. Wahyuwati Handayani (1301300033)

5. Besty Ana Damayanti (1301300039)

POLTEKKES KEMENKES MALANG

JURUSAN KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN BLITAR

Maret 2015
KONSEP ASKEP PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA

1. Pengkajian
Pengkajian meliputi upaya mengamati dan mendengarkan isi duka cita klien: apa
yang dipikirkan, dikatakan, dirasakan, dan diperhatikan melalui perilaku.
Beberapa percakapan yang merupakan bagian pengkajian agar mengetahui apa yang
mereka pikir dan rasakan adalah :
 Persepsi yang adekuat tentang kehilangan
 Dukungan yang adekuat ketika berduka akibat kehilangan
 Perilaku koping yang adekuat selama proses

a. Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi yang mempengaruhi rentang respon kehilangan adalah:
1) Faktor Genetic : Individu yang dilahirkan dan dibesarkan di dalam keluarga
yang mempunyai riwayat depresi akan sulit mengembangkan sikap optimis
dalam menghadapi suatu permasalahan termasuk dalam menghadapi perasaan
kehilangan.
2) Kesehatan Jasmani : Individu dengan keadaan fisik sehat, pola hidup yang
teratur, cenderung mempunyai kemampuan mengatasi stress yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik
3) Kesehatan Mental : Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama yang
mempunyai riwayat depresi yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya
pesimis, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat peka
dalam menghadapi situasi kehilangan.
4) Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu : Kehilangan atau perpisahan dengan
orang yang berarti pada masa kana-kanak akan mempengaruhi individu dalam
mengatasi perasaan kehilangan pada masa dewasa (Stuart-Sundeen, 1991).
5) Struktur Kepribadian
6) Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah diri akan menyebabkan
rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif terhadap stress yang
dihadapi.

b. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stressor yang dapatmenimbulkan perasaan kehilangan.
Kehilangan kasih sayang secara nyata ataupun imajinasi individu seperti:
kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
1) Kehilangan kesehatan
2) Kehilangan fungsi seksualitas
3) Kehilangan peran dalam keluarga
4) Kehilangan posisi di masyarakat
5) Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
6) Kehilangan kewarganegaraan.

c. Mekanisme Koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara
lain: Denial, Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi,
Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk menghindari intensitas stress yang
dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi sering ditemukan pada pasien
depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme koping tersebut sering
dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.

d. Respon Spiritual
1) Kecewa dan marah terhadap Tuhan
2) Penderitaan karena ditinggalkan atau merasa ditinggalkan
3) Tidak memilki harapan; kehilangan makna

e. Respon Fisiologis
1) Sakit kepala, insomnia
2) Gangguan nafsu makan
3) Berat badan turun
4) Tidak bertenaga
5) Palpitasi, gangguan pencernaan
6) Perubahan sistem imune dan endokrin

f. Respon Emosional
1) Merasa sedih, cemas
2) Kebencian
3) Merasa bersalah
4) Perasaan mati rasa
5) Emosi yang berubah-ubah
6) Penderitaan dan kesepian yang berat
7) Keinginan yang kuat untuk mengembalikan ikatan dengan individu atau
benda yang hilang
8) Depresi, apati, putus asa selama fase disorganisasi dan keputusasaan
9) Saat fase reorganisasi, muncul rasa mandiri dan percaya diri

g. Respon Kognitif
1) Gangguan asumsi dan keyakinan
2) Mempertanyakan dan berupaya menemukan makna kehilangan
3) Berupaya mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
4) Percaya pada kehidupan akhirat dan seolah-olah orang yang meninggal
adalah pembimbing.

h. Perilaku
Individu dalam proses berduka sering menunjukkan perilaku seperti :
1) Menangis tidak terkontrol
2) Sangat gelisah; perilaku mencari
3) Iritabilitas dan sikap bermusuhan
4) Mencari dan menghindari tempat dan aktivitas yang dilakukan bersama
orang yang telah meninggal.
5) Menyimpan benda berharga orang yang telah meninggal padahal ingin
membuangnya
6) Kemungkinan menyalahgunakan obat atau alkohol
7) Kemungkinan melakukan gestur, upaya bunuh diri atau pembunuhan
8) Mencari aktivitas dan refleksi personal selama fase reorganisasi

2. Analisa data
1) Merasa putus asa dan kesepian
2) Kesulitan mengekspresikan perasaan
3) Konsentrasi menurun.

Data objektif:
1) Menangis
2) Mengingkari kehilangan
3) Tidak berminat dalam berinteraksi dengan orang lain
4) Merenungkan perasaan bersalah secara berlebihan
5) Adanya perubahan dalam kebiasaan makan, pola tidur, tingkat aktivitas
3. Diagnosa keperawatan
Lynda Carpenito (1995), dalam Nursing Diagnostic Application to Clinicsl
Pratice, menjelaskan tiga diagnosis keperawatan untuk proses berduka yang
berdasarkan pada pada tipe kehilangan. NANDA 2011 diagnosa keperawatan yang
berhibungan dengan asuhan keperawatan kehilangan dan berduka adalah :
a) Duka cita
b) Duka cita terganggu
c) Risiko duka cita terganggu

4. Intervensi
Intervensi untuk klien yang berduka :
a) Kaji persepsi klien dan makna kehilangannya. Izinkan penyangkalan yang
adaptif.
b) Dorong atau bantu klien untuk mendapatkan dan menerima dukungan.
c) Dorong klien untuk mengkaji pola koping pada situasi kehilangan masa lalu
saat ini.
d) Dorong klien untuk meninjau kekuatan dan kemampuan personal.
e) Dorong klien untuk merawat dirinya sendiri.
f) Tawarkan makanan kepada klien tanpa memaksanya untuk makan.
g) Gunakan komunikasi yang efektif.

 Tawarkan kehadiran dan berikan pertanyaan terbuka


 Dorong penjelasan
 Ungkapkan hasil observasi
 Gunakan refleksi
 Cari validasi persepsi
 Berikan informasi
 Nyatakan keraguan
 Gunakan teknik menfokuskan
 Berupaya menerjemahkan dalam bentuk perasaan atau menyatakan hal
yang tersirat.
h. Bina hubungan dan pertahankan keterampilan interpersonal seperti :
 Kehadiran yang penuh perhatian
 Menghormati proses berduka klien yang unik
 Menghormati keyakinan personal klien
 Menunjukan sikap dapat dipercaya, jujur, dapat diandalkan, konsisten
 Inventori diri secara periodik akan sikap dan masalah yang
berhubungan dengan kehilangan.
i. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Pasien dengan Respon Kehilangan
 Bina dan jalin hubungan saling percaya
 Diskusikan dengan klien dalam mempersepsikan suatu kejadian yang
menyakitkan dengan pemberian makna positif dan mengambil
hikmahnya
 Identifikasi kemungkinan faktor yang menghambat proses berduka
 Kurangi atau hilangkan faktor penghambat proses berduka
 Beri dukungan terhadap repon kehilangan pasien
 Tingkatkan rasa kebersamaan antara anggota keluarga
 Ajarkan teknik logotherapy dan psychoreligious therapy
 Tentukan kondisi pasien sesuai dengan fase berikut :
a) Fase Pengingkaran
o Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan
perasaannya.
o Dorong pasien untuk berbagi rasa, menunjukkan sikap menerima,
ikhlas dan memberikan jawaban yang jujur terhadap pertanyaan
pasien tentang sakit, pengobatan dan kematian.
b) Fase marah
o Beri dukungan pada pasien untuk mengungkapkan rasa marahnya
secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan.
c) Fase tawar menawar
o Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan
takutnya.
d) Fase depresi
o Identifikasi tingkat depresi dan resiko merusak diri pasien.
o Bantu pasien mengurangi rasa bersalah.
e) Fase penerimaan
o Bantu pasien untuk menerima kehilangan yang tidak bisa
dihindari.
j. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Anak dengan Respon Kehilangan
 Beri dorongan kepada keluarga untuk menerima kenyataan serta
menjaga anak selama masa berduka.
 Gali konsep anak tentang kematian, serta membetulkan konsepnya
yang salah.
 Bantu anak melalui proses berkabung dengan memperhatikan perilaku
yang diperhatikan oleh orang lain.
 Ikutsertakan anak dalam upacara pemakaman atau pergi ke rumah
duka.
k. Prinsip Intervensi Keperawatan pada Orangtua dengan Respon
Kehilangan (Kematian Anak)
 Bantu untuk diakan sarana ibadah, termasuk pemuka agama.
 Menganjurkan pasien untuk memegang/ melihat jenasah anaknya.
 Menyiapkan perangkat kenangan.
 Menganjurkan pasien untuk mengikuti program lanjutan bila
diperlukan.
 Menjelaskan kepada pasien/ keluarga ciri-ciri respon yang patologis
serta tempat mereka minta bantuan bila diperlukan.
5. Evaluasi
1. Klien mampu mengungkapkan perasaannya secara spontan
2. Klien menunjukkan tanda-tanda penerimaan terhadap kehilangan
3. Klien dapat membina hubungan yang baik dengan orang lain
4. Klien mempunyai koping yang efektif dalam menghadapi masalah akibat
kehilangan
5. Klien mampu minum obat dengan cara yang benar
ASUHAN KEPERAWATAN Pada Ny. N dengan
KEHILANGAN dan BERDUKA

KASUS

Di sebuah desa dikota A ada sepasang suami istri yang baru 1 bulan menikah,
sang suami bernama Arza dan sang istri bernama Ningrum. Mereka satu sama lain
sangat mencintai. Apabila Arza sakit sang istri pun ikut merasakan sakit, begitu pula
sebaliknya. Ketika itu Ningrum baru saja di ketahui positif hamil. Arza dan Ningrum
pun sangat senang dan berusaha semaksimal mungkin melindungi dan menjaga calon
anak mereka itu.pada suatu hari arza mengalami kecelakaan yang mengakibatkan arza
meninggal. Ibu ningrum mengatakan Hal ini membuat ningrum merasa sangat
terpukul dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar dia mengurung diri
dan memandang foto arza dia menjadi jarang berbicara dan terkadang sering teriak
memanggil nama arza. Dia sering berkata bahwa tidak percaya arza telah pergi selain
itu dia sering terbangun dan menangis keras memanggil arza. Saat pengkajian
ningrum tampak lemas,wajah tampak kusut. Klien tampak putus asa dan sedih, klien
susah berkosentrasi ketika perawat bertanya. Tampak kantung mata tanda-tanda vital
N: 75x/mnt , S: 370C , TD: 120/80 mmhg RR: 24x/mnt.

Data Fokus
Data subyektif Data obyektif
 Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul  Klien tampak lemas
 wajah tampak kusut,
dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar
 Klien tampak putus asa
kamar
dan sedih,
 Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri
 klien susah berkosentrasi
dan memandang foto arza
ketika perawat bertanya.
 Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara
 tampak kantung mata
dan terkadang sering teriak memanggil nama arza.  tanda-tanda vital
 Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah  N: 75x/mnt S:
pergi. 370C
 Klien mengatakan sering terbangun dan menangis  TD: 120/80 mmHg
keras memanggil arza  RR: 24x/mnt
Analisa data
Data Masalah keperawatan
Data subyektif: Duka cita terganggu
 Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia terus
menangis, tidak mau makan dan keluar kamar
 Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri dan
memandang foto arza
 Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang berbicara dan
terkadang sering teriak memanggil nama arza.
 Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah pergi.
 Klien mengatakan sering terbangun dan menangis keras
memanggil arza

Data obyektif
 wajah tampak kusut,
 Klien tampak putus asa dan sedih,
 klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
 tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt

Data Masalah keperawatan


Data subyektif Ketidak efektian koping
 Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul
dia terus menangis, tidak mau makan dan keluar
kamar
 Ibu klien mengatakan klien sering mengurung diri
dan memandang foto arza
 Ibu klien mengatakan klien menjadi jarang
berbicara dan terkadang sering teriak memanggil
nama arza.
 Klien mengatakan bahwa tidak percaya arza telah
pergi.
 Klien mengatakan sering terbangun dan menangis
keras memanggil arza

Data obyektif
 Klien tampak lemas
 wajah tampak kusut,.
 Klien tampak putus asa dan sedih,
 klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
 tampak kantung mata
 tanda-tanda vital
N: 75x/mnt
S: 370C
TD: 120/80 mmHg
RR: 24x/mnt

Data Masalah keperawatan


Data subyektif: Isolasi sosial
 Ibu klien mengatakan klien merasa sangat terpukul dia
terus menangis, tidak mau makan dan keluar kamar
 Ibu klien mengatakan klien sering

Data obyektif
 wajah tampak kusut,
 Klien tampak putus asa dan sedih,
 klien susah berkosentrasi ketika perawat bertanya.
 tanda-tanda vital
N: 75x/mnt TD: 120/80 mmHg
S: 370C RR: 24x/menit

Pohon masalah

isolasi sosial

Duka cita terganggu


Ketidak efektifan koping individu

Kehilangan: orang yang


di cintai.

Diagnosa Keperawatan: Duka cita terganggu b/d ketidak efektifan koping individu
dan isolasi social akibat kehilangan orang yang dicintai.

Intervensi
Tujuan umum:
Pasien berperan aktif melalui proses berduka secara tuntas.
Tujuan khusus:
1. Mampu mengungkapkan perasaan berduka
2. Menjelaskan makna kehilangan
3. Klien dapat mengungkapkan kemarahan nya secara verbal
4. Klien dapat mengatasi kemarahan nya dengan koping yang adaptif
5. Klien dapat mengidentifikasi rasa bersalah dan perasaan takutnya
6. Klien dapat mengidentifikasi tingkat depresi
7. Klien dapat mengurangi rasa bersalah nya
8. Klien dapat menghindari tindakan yang dapat merusak diri
9. Klien dapat menerima kehilangan
10. Klien dapat bersosialisasi lagi dengan keluarga atau orang lain.

TAHAP TINDAKAN KEPERAWATAN


a. Mengingkari
 Jelaskan proses berduka
 Beri kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan perasaan nya
 Mendengarkan dengan penuh perhatian
 Secara verbal dukung pasien,tapi jangan dukung pengingkaran yang
dilakukan
 Jangan bantah pengingkaran pasien,tetapi sampaikan fakta
 Teknik komunikasi diam dan sentuhan
 Perhatikan kebutuhan dasar pasien
b. Marah
 Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk mengungkapkan
kemarahan secara verbal tanpa melawan dengan kemarahan
 Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti bahwa marah adalah
respon yang normal karena merasakan kehilangan dan
ketidakberdayaan
 Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan keluarga
 Hindari menarik diri dan dendam karena pasien /keluarga bukan marah
pada perawat
 Tangani kebutuhan pasien pada segala reaksi kemarahan nya.
c. Tawar-menawar
 Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa bersalah dan rasa takutnya
 Dengarkan dengan penuh perhatian
 Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa bersalah dan ketakutan
yang tidak rasional
 Berikan dukungan spiritual
d. Depresi
 Identifikasi tingkat depresi dan bantu mengurangi rasa bersalah
 Berikan kesempatan kepada pasien untuk mengekspresikan
kesedihannya
 Beri dukungan non verbal dengan cara duduk disamping pasien dan
memegang tangan pasien
 Hargai perasaan pasien
 Bersama pasien bahas pikiran negatif yang sering timbul
 Latih pasien dalam mengidentifikasi hal positif yang masih dimiliki

e. Penerimaan
 Sediakan waktu untuk mengunjungi pasien secara teratur
 Bantu klien untuk berbagi rasa ,karena biasaanya tiap anggota tidak
berada ditahap yang sama pada saat yang bersamaan.
 Bantu pasien dalam mengidentifikasi rencana kegiatan yang akan
dilakukan setelah masa berkabung telah dilalui.
 Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,hal yang dapat dilakukan
adalah ziarah (menerima kenyataan),melihat foto-foto proses
pemakaman
DAFTAR PUSTAKA
Budi, Anna Keliat. 2009. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta
: EGC

NANDA.2011. Diagnosis Keperawatan : Defenisi dan Klasifikasi. Jakarta :


EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan volume 1. Jakarta: EGC.

Stuart and Sundeen. 1998. Buku Saku Keperawatan Jiwa, ed.3. Jakarta:
ECG.
Suseno, Tutu April. 2004. Pemenuhan Kebutuhan Dasar Manusia:
Kehilangan, Kematian dan Berduka dan Proses keperawatan. Jakarta:
Sagung Seto.

Townsend, Mary C. 1998. Diagnosa Keperawatan pada Keperawatn Psikiatri,


Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan Edisi 3. Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai