PPKD Kabupaten Cilacap Versi MS WORD 2018-1 PDF
PPKD Kabupaten Cilacap Versi MS WORD 2018-1 PDF
(PPKD)
KABUPATEN CILACAP
Oleh :
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR ISI
BAB I RANGKUMAN 1
vi
V.8 Bahasa 45
V.9 Permainan Rakyat 46
V.10 Olahraga Tradisional 47
V.11 Cagar Budaya 48
vii
BAB I
RANGKUMAN UMUM
Rangkuman seluruh dokumen PPKD yang dihasilkan Tim Penyusun Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Cilacap adalah sebagai berikut :
Bab II, menguraikan profil Kabupaten Cilacap meliputi 1.) kondisi umum wilayah dan
karakteristik alam, demografi, latar belakang budaya menurut corak utama dan keragaman
budayanya, sejarah singkat budaya maupun wilayah administratif, peraturan tingkat daerah
terkait kebudayaan yang berlaku maupun pernah ada dan sudah tidak berlaku; 2.) ringkasan
proses penyusunan PPKD oleh Tim Penyusun yang ditetapkan dengan Keputusan Bupati
Cilacap, Nomor : 430/412/15/Tahun 2018 tanggal 16 Agustus 2018 tentang Pembentukan
Tim dan Sekretariat Tim Penyusun Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah Kabupaten Cilacap,
dengan proses pendataan, proses penyusunan masalah dan rekomendasi, disertai catatan
evaluasi atas proses penyusunan dimaksud.
Bab III, menguraikan daftar sekolah menengah (SMA dan SMK) di Kabupaten Cilacap yang
berhubungan dengan kebudayaan. Sesuai data sebanyak 3 SMA memiliki jurusan Bahasa,
sebanyak 18 SMK memiliki jurusan Multimedia, Usaha Perjalanan Wisata, Jasa Boga,
Perhotelan dan Tata Busana. Sementara itu sebanyak 11 (sebelas) sekolah tinggi vokasi dan
universitas yang berlokasi di Kabupaten Cilacap tidak memiliki fakultas, jurusan yang
berhubungan dengan kebudayaan seperti pariwisata, tata boga, karawitan, dan jurusan di
bidang kesenian, perfilman, animasi, dan jurusan universitas seperti antropologi, sosiologi,
arkeologi, bahasa daerah, bahasa asing, bahasa Indonesia, kajian budaya, sejarah, tradisi
lisan, seni, dan lain-lain yang berhubungan dengan kebudayaan.
Bab IV, menyajikan data visual-tabel dan grafik data Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK)
yang dihasilkan dari pengisian borang melalui survei dan forum terbuka serta penjelasan
singkat. Melalui survei dan forum terbuka, diperoleh data OPK : a.) Manuskrip, sebanyak 3
OPK; b.) Tradisi Lisan, sebanyak 13 OPK; c.) Adat Istiadat, sebanyak 25 OPK; d.) Ritus,
sebanyak 25 OPK; e.) Pengetahuan Tradisional, sebanyak 12 OPK; f.) Teknologi Tradisional,
sebanyak 39 OPK; g.) Seni, sebanyak 114 OPK; h.) Bahasa, sebanyak 9 OPK; i.) Permainan
Rakyat, sebanyak 8 OPK; j.) Olahraga Tradisional, sebanyak 5 OPK; dan k.) Cagar Budaya,
sebanyak 17 OPK.
Bab V, menyajikan data visual-tabel dan grafik tentang Sumber Daya Manusia dan Lembaga
Kebudayaan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang dihasilkan dari pengisian borang
melalui survei dan forum terbuka serta penjelasan singkat. Melalui survei dan forum terbuka
diperoleh data Sumber Daya Manusia dan Lembaga Kebudayaan OPK : a.) Manuskrip,
sebanyak 5 SDM/lembaga; b.) Tradisi Lisan, sebanyak 40 SDM/Lembaga; c.) Adat Istiadat,
sebanyak 29 SDM/Lembaga; d.) Ritus, sebanyak 63 SDM/Lembaga; e.) Pengetahuan
Tradisional, sebanyak 14 SDM/Lembaga; f.) Teknologi Tradisional, sebanyak 27
SDM/Lembaga; g.) Seni, sebanyak 181 SDM/Lembaga; h.) Bahasa, sebanyak 33
SDM/Lembaga; i.) Permainan Rakyat, sebanyak 3 SDM/Lembaga; j.) Olahraga Tradisional,
sebanyak 1 SDM/Lembaga; dan k.) Cagar Budaya, sebanyak 138 SDM/Lembaga.
Bab VI, menyajikan data visual-tabel dan grafik tentang Sarana Prasarana (sarpras) Objek
Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang dihasilkan dari pengisian borang melalui survei dan
forum terbuka serta penjelasan singkat. Melalui survei dan forum terbuka diperoleh data
Sarana Prasarana OPK : a.) Manuskrip, sarpras masyarakat sebanyak 5 jenis; b.) Tradisi
Lisan, sarpras masyarakat sebanyak 17 jenis dan sarpras pemerintah, sebanyak 39 jenis; c.)
Adat Istiadat, sarpras masyarakat sebanyak 46 jenis dan sarpras pemerintah, sebanyak 39
jenis; d.) Ritus, sarpras masyarakat sebanyak 52 jenis dan sarpras pemerintah, sebanyak 34
jenis; e.) Pengetahuan Tradisional, sarpras masyarakat sebanyak 16 jenis dan sarpras
pemerintah, sebanyak 2 jenis; f.) Teknologi Tradisional, sarpras masyarakat sebanyak 90
jenis dan sarpras pemerintah, sebanyak 5 jenis; g.) Seni, sarpras masyarakat sebanyak 517
jenis dan sarpras pemerintah, sebanyak 119 jenis; h.) Bahasa, sarpras masyarakat
sebanyak 15 jenis dan sarpras pemerintah, sebanyak 8 jenis; i.) Permainan Rakyat, sarpras
masyarakat sebanyak 7 jenis dan sarpras pemerintah, sebanyak 1 jenis; j.) Olahraga
Tradisional, sarpras masyarakat sebanyak 4 jenis; dan k.) Cagar Budaya, sarpras
1
masyarakat sebanyak 8 jenis dan sarpras pemerintah, sebanyak 33 jenis.
Bab VII, menguraikan 1.) permasalahan umum perjenis Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK)
hasil analisis atas data yang terkumpul; 2.) upaya inisiatif masyarakat dan Pemerintah
Kabupaten Cilacap yang sudah dilakukan per permasalahan; dan 3.) keseluruhan
permasalahan dan rekomendasi dengan sudut pandang menyeluruh atas semua
permasalahan per Objek Pemajuan Kebudayaan, kesimpulan pola rekomendasi dan
sebagainya.
2
BAB II
PROFIL KABUPATEN/KOTA
Tabel 1.
Wilayah Administratif Menurut Kecamatan, Desa/Kelurahan, RT, RW dan Luas
Wilayah Per Kecamatan Tahun 2016
Luas
No. Kecamatan Desa Kelurahan RT RW Wilayah
(Ha)
1. Dayeuhluhur 14 - 386 118 18.506
2. Wanareja 16 - 665 182 18.973
3
3. Majenang 17 - 785 167 13.856
4. Cimanggu 15 - 446 107 16.744
5. Karangpucung 14 - 417 107 11.500
6. Cipari 11 - 363 80 12.147
7. Sidareja 10 - 293 54 5.495
8. Kedungreja 11 - 485 93 7.143
9. Patimuan 7 - 322 79 7.530
10. Gandrungmangu 14 - 583 88 14.319
11. Bantarsari 8 - 410 67 9.554
12. Kawunganten 12 - 468 80 11.743
13. Kampung Laut 4 - 128 39 14.614
14. Jeruklegi 13 - 432 83 9.680
15. Kesugihan 16 - 690 156 8.231
16. Adipala 16 - 515 118 6.119
17. Maos 10 - 263 66 2.805
18. Sampang 10 - 228 72 2.730
19. Kroya 17 - 550 111 5.883
20. Binangun 17 - 363 110 5.142
21. Nusawungu 17 - 452 119 6.126
22. Cilacap Selatan - 5 447 73 911
23. Cilacap Tengah - 5 421 80 2.215
24. Cilacap Utara - 5 351 70 1.884
25. Pulau Nusa - - - - 11.511
Kambangan
Jumlah 269 15 10.463 2.319 225.161
Sumber : BPS, Buku Kabupaten Cilacap Dalam Angka 2017, 2017
Kabupaten Cilacap terletak diantara 1080 4’ 30” – 1090 30’ 30” (Garis Bujur
Timur) serta 7o30’ - 7o45’20” (Garis Lintang Selatan). Kabupaten Cilacap
secara geografis terdiri dari wilayah perbukitan, dataran rendah dan
pesisir.
Wilayah tertinggi adalah Kecamatan Dayeuhluhur dengan ketinggian rata-
rata 198 meter dari permukaan laut. Sedang wilayah terendah adalah
Kecamatan Kampung Laut dengan ketinggian rata-rata 1 meter dari
permukaan laut.
Tabel 2.
Ketinggian Rata-Rata Kecamatan Kabupaten Cilacap
Ketinggian Dari
No. Kecamatan Permukaan Laut Di tempat tertentu
(m)
1 Dayeuhluhur 198 Dayeuhluhur
2 Wanareja 25 Wanareja
3 Majenang 23 Majenang
4 Cimanggu 40 Cimanggu
5 Karangpucung 50 Karangpucung
6 Cipari 50 Cipari
7 Sidareja 26 Sidareja
8 Kedungreja 45 Kedungreja
9 Patimuan 5*) Patimuan
10 Gandrungmangu 15 Gandrungmangu
11 Bantarsari 8*) Bantarsari
12 Kawunganten 56 Kawunganten
13 Kampung Laut 1*) Kampung Laut
14 Jeruklegi 9 Jeruklegi
15 Kesugihan 8 Kesugihan
16 Adipala 8 Adipala
17 Maos 8 Maos
18 Sampang 8*) Sampang
19 Kroya 10 Kroya
4
20 Binangun 8 Binangun
21 Nusawungu 10 Nusawungu
22 Cilacap Selatan 6 Cilacap Selatan
23 Cilacap Tengah 5 Cilacap Tengah
24 Cilacap Utara 6 Cilacap Utara
Ket: *) Data BMG tidak tersedia, berdasarkan hasil Pendataan Podes 2011, di
Ibukota Kecamatan
Sumber : BPS, Kabupaten Cilacap dalam angka, 2017
5
Tabel 4.
Luas Penggunaan Tanah/Lahan Tahun 2016
II.1.2 Demografi
Jumlah penduduk di Kabupaten Cilacap tahun 2016 sebanyak 1.785.971
jiwa. Rinciannya 895.201 jiwa penduduk laki-laki dan 890.770 jiwa
penduduk perempuan. Rasio jenis kelamin mencapai 100,4. Jumlah
penduduk pada tahun 2016 meningkat 0,33% di bandingkan tahun 2015
dengan jumlah penduduk sebanyak 1.780.533 jiwa. Secara rinci dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5.
Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio Tahun 2012-2016
6
Tabel 6.
Persebaran Penduduk Kabupaten Cilacap Berdasarkan Wilayah Kecamatan Tahun
2012-2016 (jiwa)
Tahun
No. Kecamatan
2012 2013 2014 2015 2016
1 Dayeuhluhur 49.089 49.329 49.677 49.833 49.830
2 Wanareja 96.332 96.922 97.660 98.494 98.739
3 Majenang 126.629 127.275 127.769 128.317 128.856
4 Cimanggu 97.678 97.482 97.237 97.069 97.122
5 Karangpucung 73.214 73.422 73.642 73.825 73.958
6 Cipari 61.879 62.135 62.508 63.021 63.172
7 Sidareja 57.228 57.302 57.403 57.600 57.704
8 Kedungreja 81.121 80.957 81.093 81.191 81.435
9 Patimuan 45.841 46.211 46.223 46.348 46.478
10 Gandrungmangu 104.805 105.095 105.426 105.989 106.190
11 Bantarsari 69.096 69.387 69.484 69.613 69.970
12 Kawunganten 80.879 80.812 81.077 81.337 81.435
13 Kampung Laut 17.061 17.163 17.181 17.230 17.263
14 Jeruklegi 64.179 64.757 65.369 66.140 66.471
15 Kesugihan 95.961 96.090 96.442 96.737 97.904
16 Adipala 79.417 79.463 78.842 78.694 79.025
17 Maos 47.945 47.394 48.731 48.928 48.987
18 Sampang 37.521 37.574 37.660 37.797 37.816
19 Kroya 103.322 103.553 103.947 104,28 104.648
20 Binangun 66.086 66.246 66.314 66.530 66.670
21 Nusawungu 77.543 77.956 78.010 78.084 78.178
22 Cilacap Selatan 78.330 78.175 78.512 78.601 78.697
23 Cilacap Tengah 83.810 84.093 84.261 84.346 84.441
24 Cilacap Utara 69.037 69.709 70.181 70.613 71.072
Jumlah 1.764.003 1.768.502 1.774.649 1.780.533 1.785.971
Sumber : Buku Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap Tahun 2017
Tabel 7.
Jumlah Penduduk Kabupaten Cilacap Berdasarkan Data SIAK/ Data Konsolidasi
Bersih Tahun 2012-2016
Tabel 8.
Penduduk Kabupaten Cilacap Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin
Tahun 2012-2016
7
15-64 1.136826 1.163.598 1.170.819 1.177.203 1.182.891
65+ 126.159 131.519 134.929 138.791 143.023
Rasio 55,17 51,99 51,57 51,25 50,98
Ketergantungan
8
Tabel 9.
Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan
Luas
Jumlah Kepadatan Penyebaran
No Kecamatan Wilayah
Penduduk
km2 (Jiwa) (%)
1 Dayeuhluhur 185,06 49.830 269 2,79
2 Wanareja 189,73 98.739 520 5,53
3 Majenang 138,56 128.856 930 7,21
4 Cimanggu 167,44 97.122 580 5,44
5 Karangpucung 115,00 73.958 643 4,14
6 Cipari 121,47 63.172 520 3,54
7 Sidareja 54,95 57.704 1.050 3,23
8 Kedungreja 71,43 81.345 1.139 4,55
9 Patimuan 75,3 46.478 617 2,60
10 Gandrungmangu 143,19 106.190 742 5,95
11 Bantarsari 95,54 69.970 732 3,92
12 Kawunganten 117,43 81.435 693 4,56
13 Kampunglaut 146,14 17.263 118 0,97
14 Jeruklegi 96,8 66.471 687 3,72
15 Kesugihan 82,31 97.904 1.189 5,48
16 Adipala 61,19 79.025 1.291 4,42
17 Maos 28,05 48.987 1.746 2,74
18 Sampang 27,3 37.816 1.385 2,12
19 Kroya 58,83 104.648 1.779 5,86
20 Binangun 51,42 66.670 1.297 3,73
21 Nusawungu 61,26 78.178 1.276 4,38
22 Cilacap Selatan 9,11 78.697 8.639 4,41
23 Cilacap Tengah 22,15 84.441 3.812 4,73
24 Cilacap Utara 18,84 71.072 3.772 3,98
Kabupaten Cilacap 2.138,50*) 1.785.971 835 100
Sumber : Buku Indikator Pembangunan Kabupaten Cilacap Tahun 2017
*) Luas wilayah belum termasuk Pulau Nusa Kambangan, luas Pulau Nusa
Kambangan 11,5 km². Apabila Kepadatan penduduk berdasarkan luas wilayah
Kabupaten Cilacap dengan Pulau Nusa Kambangan adalah sebesar : 830
jiwa/ km².
II.1.4 Sejarah
II.1.4.1 Sejarah Singkat Budaya
Dimulai pada abad ke-14, terjadi persinggungan antara
Majapahit dan Pajajaran. Kemudian Islam masuk melalui
9
Demak dan menyebar mempengaruhi corak ekpresi
kebudayaan. Keragaman budaya yang berkembang terlihat dari
bahasa, arsitektur, pekerjaan, adat tradisi dan ritual.
Munculnya beberapa kerajaan kecil di Cilacap wilayah Barat
yakni kerajaan Dayeuluhur, kemudian Kadipaten Adiraja di
timur. Di Dayehluhur tumbuh tradisi Pajajaran yang dipengaruhi
Demak yang masuk melalui Cirebon. Sedang Adiraja adalah
wilayah bentukan Mataram melalui Kadipaten Banyumas.
Perlu diketahui pada abad ke-15, para legiun perang Mataram
yang terlibat dalam penyerangan VOC di Batavia, mengikuti
jejak para panglimanya, tidak kembali ke Mataram, dan memilih
bersembunyi dan tinggal di Cilacap Barat. Di samping itu juga
ada sejumlah panglima pelarian Mataram yang menghindar dari
serangan Madura mencari tempat yang aman di Cilacap.
Sementara itu Mataram secara spesifik pernah menugaskan
pasukan di bawah pimpinan Rangga untuk menjaga wilayah
pesisir Cilacap. Perihal ini yang juga menjadi muasal
pemukiman penduduk di wilayah pesisir di antaranya Kampung
Laut dan Donan.
Perlahan pada abad ke-18, pendangkalan di wilayah segara
anakan menjadi tanah timbul. Beberapa warga dari timur seperti
Yogyakarta sampai Kebumen melakukan eksodus. Selain itu
dibangunnya jalur kereta api untuk mendukung fungsi
pelabuhan Cilacap, juga mendorong perpindahan masyarakat
sekitar Cilacap memasuki wilayah Cilacap.
Pada abad ke-19, usai Perang Jawa, wilayah-wilayah
Dayeuhlur dan Adiraja disatukan oleh pemerintah Kolonial
Belanda menjadi Cilacap.
II.1.4.2 Sejarah Singkat Wilayah Administratif
1. Periode Kerajaan Jawa
Penelusuran sejarah zaman kerajaan Jawa diawali sejak
zaman Kerajaan Mataram Hindu sampai dengan Kerajaan
Surakarta. Pada akhir zaman Kerajaan Majapahit (1294-
1478) daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap terbagi dalam
wilayah-wilayah Kerajaan Majapahit, Adipati Pasir Luhur
dan Kerajaan Pakuan Pajajaran, yang wilayahnya
membentang dari timur ke arah barat :
a. Wilayah Ki Gede Ayah dan wilayah Ki Ageng Donan
dibawah kekuasaan Kerajaan Majapahit;
b. Wilayah Kerajaan Nusakambangan dan wilayah
Adipati Pasir Luhur;
c. Wilayah Kerajaan Pakuan Pajajaran.
Menurut Husein Djayadiningrat, Kerajaan Hindu Pakuan
Pajajaran setelah diserang oleh kerjaan Islam Banten dan
Cirebon jatuh pada tahun 1579, sehingga bagian timur
Kerajaan Pakuan Pajajaran diserahkan kepada Kerajaan
Cirebon. Oleh karena itu seluruh wilayah cikal-bakal
Kabupaten Cilacap di sebelah timur dibawah kekuasaan
Kerajaan Islam Pajang dan sebelah barat diserahkan
kepada Kerajaan Cirebon.
Kerajaan Pajang diganti dengan Kerajaan Mataram Islam
yang didirikan oleh Panembahan Senopatipada tahun
1587-1755, maka daerah cikal bakal Kabupaten Cilacap
yang semula di bawah kekuasaan Kerajaan Islam Pajang
diserahkan kepada Kerajaan Mataram.
Pada tahun 1595 Kerajaan Mataram mengadakan
ekspansi ke Kabupaten Galuh yang berada di wilayah
Kerajaan Cirebon.
Menurut catatan harian Kompeni Belanda di Benteng
10
Batavia, tanggal 21 Pebruari 1682 diterima surat yang
berisi terjemahan perjalanan darat dari Citarum, sebelah
utara Karawang ke Bagelen. Nama-nama yang dilalui
dalam daerah cikal-bakal Kabupaten Cilacap adalah
Dayeuhluhur dan Limbangan.
2. Periode Penjajahan Belanda
Pembentukan Onder Afdeling Cilacap (dua bulan setelah
Residen Launy bertugas) dengan besluit Gubernur
Jenderal D.De Erens tanggal 17 Juli 1839 Nomor 1,
memutuskan : “Demi kepentingan pelaksanaan
pemerintahan daerah yang lebih rapi di kawasan selatan
Banyumas dan peningkatan pembangunan pelabuhan
Cilacap, maka sambil menunggu usul organisasi distrik-
distrik bagian selatan yang akan menjadi bagiannya, satu
dari tiga Asisten Resident di Karesidenan ini akan
berkedudukan di Cilacap".
Karena daerah Banyumas Selatan dianggap terlalu luas
untuk dipertahankan oleh Bupati Purwokerto dan Bupati
Banyumas maka dengan Besluit tanggal 27 Juni 1841
Nomor 10 ditetapkan :"Patenschap" Dayeuhluhur
dipisahkan dari Kabupaten Banyumas dan dijadikan satu
afdeling tersendiri yaitu afdeling Cilacap dengan ibu kota
Cilacap, yang menjadi tempat kedudukan Kepala Bestuur
Eropa Asisten Residen dan Kepala Bestuur Pribumi
Rangga atau Onder Regent. Dengan demikian Pemerintah
Pribumi dinamakan Onder Regentschap setaraf dengan
Patih Kepala Daerah Dayeuhluhur. Bagaimanapun
pembentukan afdeling memenuhi keinginan Bupati
Purwokerto dan Banyumas yang sudah lama ingin
mengurangi daerah kekuasaan masing-masing dengan
Patenschap Dayeuhluhur dan Distrik Adiraja. Adapun batas
Distrik Adiraja yang bersama pattenschap Dayeuhluhur
membentuk Onder Regentschap Cilacap menurut rencana
Residen Banyumas De Sturier tertanggal 31 Maret 1831
adalah sebagai berikut : Dari muara Sungai Serayu ke hulu
menuju titik tengah ketinggian Gunung Prenteng. Dari sana
menuju puncak, turun ke arah tenggara pegunungan
Kendeng, menuju puncak Gunung Gumelem (Igir Melayat).
dari sana ke arah selatan mengikuti batas wilayah
Karesidenan Banyumas menuju ke laut. Dari sana ke arah
barat sepanjang pantai menuju muara Sungai Serayu.
Dari batas-batas Distrik Adiraja dapat diketahui bahwa
Distrik Adiraja sebagai cikal-bakal eks Kawedanan Kroya
lebih besar dari pada eks Kawedanan Kroya, karena waktu
itu belum terdapat Distrik Kalireja, yang dibentuk dari sub-
bagian Distrik Adiraja dan sebagai Distrik Banyumas.
Sehingga luas kawasan Onder Regentschap Cilacap masih
lebih besar dari luas Kabupaten Cilacap sekarang.
Pada masa Residen Banyumas ke-9 Van de Moore
mengajukan usul Pemerintah Hindia Belanda pada tanggal
3 Oktober 1855 yang ditandatangani Gubernur Jenderal
Duijmaer Van Tuist, kepada Menteri Kolonial Kerajaan
Belanda dalam Kabinet Sreserpt pada tanggal 29
Desember 1855 Nomor 86, dan surat rahasia Menteri
Kolonial tanggal 5 Januari 1856 Nomor 7/A disampaikan
kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda. Usul
pembentukan Kabupaten Cilacap menurut Menteri Kolonial
bermakna dua yaitu permohonan persetujuan
pembentukan Kabupaten Cilacap dan organisasi bestir
11
pribumi dan pengeluaran anggaran lebih dari F.5.220 per
tahun yang keduanya memerlukan persetujuan Raja
Belanda,setelah menerima surat rahasia Menteri Kolonial
Pemerintah Hindia Belanda dengan besluit Gubernur
Jenderal tanggal 21 Maret 1856 Nomor 21 antara lain
menetapkan Onder Regentschap Cilacap ditingkatkan
menjadi Regentschap (Kabupaten Cilacap).
12
2. Syamsul Auliya Rachman, S.STP.,M.Si. (Wakil Bupati Cilacap);
B. Pengarah
1. Drs. Farid Ma’ruf, S.T.,M.M. (Sekretaris Daerah Kabupaten
Cilacap);
2. Drs. Wasi Ariyadi, M.M. (Asisten Pemerintahan dan Kesra Sekda
Kabupaten Cilacap);
C. Pelaksana Harian
1. Ketua, Warsono, S.H.,M.Hum. (Kepala Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan Kabupaten Cilacap);
2. Sekretaris, Wuyung Sulistya Pambudi, S.Pd.,M.Pd. (Sekretaris
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Cilacap);
3. Anggota :
a. Sumbowo, S.Sos.,M.Si. (Kepala Bappelitbangda Kabupaten
Cilacap);
b. Drs. Subiharto, M.Si. (Kepala BPPKAD Kabupaten Cilacap);
c. Murniyah, S.Pd.,M.Pd. (Kepala Dinas Pemuda, Olahraga dan
Pariwisata Kab. Cilacap);
d. Badrudin, S.H.,M.H. (Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kab. Cilacap);
e. Ir. Pawana, M.Si. (Kepala Bidang Pemerintahan dan Kesra
pada Bappelitbangda Kab. Cilacap);
f. Sapta Giri Putra, S.E. (Kepala Bidang Anggaran pada
BPPKAD Kabupaten Cilacap);
g. Drs. Musa Ahmad, M.Si. (Dosen UNUGHA Kesugihan
Kabupaten Cilacap);
h. Nasruddin Mudaff (Wakil Ketua Dewan Kesenian Cilacap);
i. Nuryanto, S.Pd. (Sekretaris PEPADI Kab. Cilacap);
j. Kyai Sunardi Kuntang (Sesepuh Paguyuban ATAP Kalikudi
Adipala, Kabupaten Cilacap);
k. Abdul Aziz (Pemerhati Kesenian Kabupaten Cilacap);
l. Imam Hamidi Antassalam (Pemerhati Tradisi Kabupaten
Cilacap);
Selanjutnya dalam melaksanakan tugasnya, Tim tersebut di atas dibantu
Sekretariat Tim, yang terdiri atas tugas :
1. Tugas Survey, koordinator : Jarmo, S.Pd. (Kasi Pembinaan
Kesenian dan Tenaga Kebudayaan pada Dinas P dan K Kabupaten
Cilacap);
2. Tugas Input Data, koordinator : Supino, S.T.,M.T. (Kasi Pembinaan
Sejarah dan Kepurbakaan pada Dinas P dan K Kabupaten Cilacap);
3. Tugas Pendokumentasian, koordinator : A. Fauzan Tri W.,S.Pd.
(Kasubag Perencanaan pada Dinas P dan K Kabupaten Cilacap);
4. Tugas Publikasi, koordinator : Slamet Wigati (Kasubag Umum dan
Kepegawaian pada Dinas P dan K Kabupaten Cilacap);
13
b. Penyusunan jadwal kegiatan Tim Penyusun, seperti survey dan rapat
forum terbuka;
c. Pembagian tugas Tim Penyusun.
Selama beberapa hari, sebelum Rapat Kedua dilaksanakan, sesuai
kesepakatan, setiap anggota Tim Penyusun mengalisis data awal dari
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap. Di samping itu,
Tim Penyusun juga menyiapkan data seniman, budayawan, tokoh
masyarakat dan agama, pemangku adat, pelaku perdagangan, pengrajin,
pemilik usaha kuliner dan sebagainya untuk diundang mengikuti Rapat
Forum Terbuka.
Kemudian Rapat Kedua dilaksanakan pada tanggal 6 November 2018, di
Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap. Rapat yang
diikuti oleh anggota Tim Penyusun dan personil Sekretariat Tim,
menyepakati :
a. Data-data terkait Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) milik Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan agar dikembangkan dan dimanfaatkan
untuk mendukung penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah
Kabupaten Cilacap;
b. Seniman, budayawan, tokoh masyarakat dan agama, pelaku adat,
pelaku perdagangan, pengrajin, pemilik usaha kuliner dan sebagainya
agar diundang mengikuti Rapat Forum Terbuka sesuai jadwal yang
telah ditentukan.
Sesuai jadwal Rapat Forum Terbuka dilaksanakan pada tanggal 13
November 2018 di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Cilacap. Berbagai pandangan dan masukan terkait Objek Pemajuan
Kebudayan (OPK ) disampaikan peserta rapat, adalah bersifat :
a. Memperbaiki data Objek Pemajuan Kebudayaan yang disajikan Tim
Penyusun dalam Rapat dimaksud;
b. Menambah informasi keberadaan Objek Pemajuan Kebudayan (OPK)
di beberapa lokasi;
c. Saran terbuka agar Tim Penyusun bersungguh-sungguh dalam
melakukan kajian.
Selesai Rapat Forum Terbuka, secara khusus Tim Penyusun membahas
langkah-langkah yang diperlukan guna menindaklanjuti masukan-masukan
peserta Rapat Forum Terbuka. Hal mendesak yang perlu dilakukan adalah
melakukan pertemuan khusus dengan para Pamong Budaya yang jauh
sebelumnya, sesuai perintah Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Cilacap, telah melaksanakan survey dengan menggunakan
borang pendataan. Pertemuan dengan para Pamong Budaya
dilaksanakan, pada tanggal 14 November 2018 di Aula Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap. Kepada para Pamong Budaya, Tim
Penyusun menyampaikan, bahwa data-data Objek Pemajuan Kebudayaan
yang telah diinput ke dalam system APIK belum dapat menggambarkan
kondisi factual kebudayaan di wilayah timur dan wilayah barat Kabupaten
Cilacap yang meliputi kebudayaan etnis Jawa dan etnis Sunda
Dayeuhluhur, tradisi masyarakat petani, nelayan dan peladang. Untuk itu
Pamong Budaya diminta membantu Tim Penyusun untuk segera
melakukan survei tambahan, sehingga data merepresentasikan lokasi-
lokasi yang telah dipetakan sebelumnya. Bahkan untuk mendapatkan data
faktual, pada tanggal 15-16 November 2018 beberapa anggota Tim
Penyusun mengunjungi daerah Dayeuhluhur, Wanareja, terlibat dalam
beberapa ritus Sedekah Gunung, serta ritus-ritus lainnya. Setelah data
hasil survey terkumpul, sambil menunggu tambahan data yang diperlukan,
mulai tanggal 18 November 2018 Tim Penyusun melakukan analisis data,
menyusun permasalahan serta memberikan rekomendasi.
14
bergantian memberikan pandangan, saling memperkuat. Terkadang satu
berbicara, yang lain memperhatikan, dan lainnya lagi menuangkan dalam
format yang telah tersedia sambil memperbaiki redaksi, sehingga makna
teks permasalahan dan rekomendasi Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah
tetap utuh, tidak mengalami bias serta mudah dipahami.
15
hidup tradisi Bayen-Birahen-Paten. Semua serba petung
(dihitung harinya) dan didukung sekitar 600 kepala
Keluarga anggota Peguyuban Rasa Sejati. Di desa ini juga
berkembang macapatan yang bergantian membawakan
Serat Suluk Nabi, Serat Darmogandul, Serat Centini dan
Serat Kamandaka. Kesenian rakyat ebeg, kotekan, calung
Banyumasan dan dalang juga ada.Yang perlu diketahui,
donga (doa-penyusun) itu ada 2 macam, yaitu donga rosul
dan donga slamet. Di mana-mana jika akan mengakhiri
bulan Sura, yang percaya akan melaksanan Tutup Suran
(ritus-penyusun).
2.) Aman Sutrisno (pemerhati budaya dari Kecamatan Cipari)
menyampaikan, bahwa masih ada peninggalan-
peninggalan yang diketahuinya belum masuk data.
Misalnya bangunan paviliun tua (1841) di Desa
Pegadingan Kecamatan Cipari, keris tua. Menoreh (jenis
teater rakyat yang mementaskan cerita-cerita Menak-
penyusun) di Cipari ada 3 (tiga) grup, yang didukung
pemain muda. Permainan rakyat gumbungan, gobak
sodor, jemblung (kesenian rakyat-penyusun), macapatan
belum didata. Dirinya juga menemukan cerita penyarang
(Babad Penyarang-penyusun).
3.) Kyai Haris Hamam (pemerhati tradisi Islam dari DEsa
Pahonjean, Kecamatan Majenang), menyampaikan
beberapa naskah yang menurutnya termasuk manuskrip
berupa kitab tulisan tangan karya Kyai Mukti, Kyai Ibrahim,
Kyai Munaji dari Cigaru Majenang, serta sebuah kajian
karya Syekh Mas’ud dari Kawunganten.
4.) Agus Santoso (pegiat seni sanggar tari Giyan Lakshita
Cilacap) mengungkapkan kegelisahannya, bahwa saat ini
banyak orang tua yang meminta digelar ritus Begalan saat
menikahkan anak perempuannya, tak penting apakah
anaknya sulung atau bukan. Dalam kesempatan tersebut
Kyai Wangsa Dikarya (pelaku adat tradisi Desa Kalikudi,
Kecamatan Adipala) langsung menanggapi, bahwa setiap
pewaris nilai-nilai tradisi sebaiknya dapat menyampaikan
pada mereka aturan-aturan tradisi yang harus diikuti;
5.) Nur Ery Priyanto (pegiat seni media Cilacap Human
Interest Photography) menyampaikan, bahwa pelaku seni
sibuk dengan dirinya masing-masing. Yang terpenting saat
ini pihaknya dibantu bagaimana dapat melakukan ijin
pemotretan di lokasi-lokasi tertentu seperti kompleks
Stasiun Besar Cilacap.
6.) Ceceng Rusmana (pemerhati dan pelaku budaya Desa
Hanum, Kecamatan Dayeuhluhur) melihat, bahwa selama
ini wilayah Dayeuhluhur kurang mendapatkan perhatian,
padahal di sana banyak sekali tempat untuk ritual semisal
Sedekah Gunung yang beberapa hari lagi akan
dilaksanakan masyarakat Desa Hanum dan masyarakat
desa lainnya di sebanyak 51 titik. Menurutnya di Desa
Datar ada 31 tempat keramat. Yang menjadi masalah,
terkadang saat siswanya hendak terlibat dalam kegiatan
ritual, pihak sekolah melarangnya, padahal durasinya
hanya 1,5 jam. Dirinya berharap Pemerintah Kabupaten
dapat mendukung kegiatan ritual yang ada, sehingga anak
mengenal warisan budaya di daerahnya. Juga berharap
semua warisan budaya yang ada di sana didaftarkan, data
tidak harus lengkap, yang penting tercatat dulu, sambil
jalan nanti tugas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk
16
melengkapinya. Olahraga Tradisional juga masih banyak di
sana, seperti Bendrong, Gampar Batu dan sebagainya,
tetapi belum didata. Belum lagi ada teknologi tradisional
seperti pembuatan gula aren, sapu ijuk, pengolahan balok
kayu, dan usaha-usaha lainnya.
7.) Bambang HS (dalang sekaligus pengrajin wayang golek
Pasundan, Kecamatan Wanareja) menyampaikan, bahwa
dirinya di samping sebagai dalang juga telah bertahun-
tahun menjadi pengrajin (tatah ukir-penyusun) wayang
golek Pasundan. Menurutnya karya-karyanya memiliki
keunikan yang tidak dimiliki wayang golek selain karyanya.
Hingga sekarang karyanya sudah sering dimanfaatkan
oleh beberapa dalang wayang golek Pasundan kondang,
seperti Acep Sunandar Sunarya (Bandung), bahkan sudah
mencapai sekitar 120.000 buah dikoleksi hingga luar
negeri. Namun sampai hari ini karyanya belum memiliki
Hak Cipta. Ia khawatir jika karyanya tidak dilindungi,
daerah lain akan menirunya, sehingga dirinya tidak leluasa
mengembangkan lagi. Dirinya memohon Dinas Pendidikan
dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap untuk dapat
memfasilitasi upayanya memperoleh Hak Cipta bagi karya-
karyanya yang khas “Wayang Golek Tjlatjapan”. Dalam
kesempatan tersebut Agus Santoso (pegiat seni sanggar
tari Giyan Lakshita Cilacap) langsung teringat kasus, jika
sampai hari ini rias busana penganten Cilacapan
rancangan ibu Yatno (Ketua Himpunan Rias Pengantin
Indonesia Cilacap) juga belum memiliki Hak Cipta. Ia juga
berharap ada langkah-langkah Dinas Pendidikan dan
Kebudayaan untuk memperhatikan masalah tersebut.
8.) Pandu Bayu Laksono (kolekter tosan aji, Ketua Peguyuban
Payung Agung, Maos), menanggapi apa yang disampaikan
Kyai Wangsa Dikarya (pelaku adat tradisi Desa Kalikudi,
Kecamatan Adipala). Karena tradisi yang berkembang di
Desa Maos Lor, Kecamatan Maos seperti ritus jamas
pusaka Penembahan Patrakusuma, tak bisa dipisahkan
dengan tradisi Desa Kalikudi, Kecamatan Adipala. Ia
berharap tradisi-tradisi tersebut juga didata sebagai Objek
Pemajuan Kebudayaan. Setiap bulan Sura, peguyubannya
juga sering diminta untuk jamasan pusaka Pendapa
Wijayakusuma Kabupaten Cilacap berupa tombak, gong
dan payung.
9.) R. Muhammad Naelya Helmi Tanjung (pemilik usaha
kuliner Warung Ndeso, Maos) melihat data OPK tentang
kuliner belum lengkap. Di warungnya ia mencoba
menyediakan khazanah makanan sajian ritual adat
labuhan berupa bubur ganyong untuk dipasarkan.
Persoalannya saat ini untuk mendapatkan bahan dasar
bubur di Kabupaten Cilacap cukup sulit. Untuk itu pihaknya
mencari ke daerah Gunung Kidul yang terkenal dengan
makanan thiwul. Katanya warungnya juga menyediakan
makanan hasil teknologi tradisional seperti buntil, jangan
lumbu, jangan jantung, pepes sidat dan beberapa lagi.
Gembus, lanting, krupuk ikan tengiri dan kripik sukun juga
belum didata. Tentang pembuatan (tatah sungging)
wayang kulit Banyumasan dari Sikampuh, Kecamatan
Kroya juga belum didata, padahal karya pak Tugiman
sudah dikoleksi oleh pelukis terkenal nasirun, kemudian
pak Sudiro (pensiunan pilot Garuda).
10.) Muhammad Yusun (pengrajin bambu, seniman ukir bambu
17
Desa Kroya, Kecamatan Kroya) mengeluhkan lemahnya
perhatian Pemerintah terhadap pengrajin seperti dirinya.
Padahal karya-karyanya yang sudah ratusan sudah pernah
diekspor, tetapi perhatian Pemerintah masih kurang. Ia
berharap ke depan dirinya dapat dimanfaatkan sebagai
pelatih di daerahnya, sehingga seni kriya bambu dapat
berkembang dengan lebih baik. Dan beberapa kali
Pemerintah Kabupaten Cilacap mengundang dirinya untuk
melatih masyarakat di sana.
11.) Budi Wibowo (pelukis, pemerhati seni rupa Cilacap)
menjelaskan jika dasar seni rupa adalah seni kriya. Maka
karya-karya Bambang HS. dan Muhammad Yunus dapat
dimasukkan ke dalam cabang seni rupa. Tetapi di
Kabupaten Cilacap kehidupan seni rupa ngenes, para
perupa berjuang secara underground. Kebutuhan utama
perupa saat ini adalah sarana seperti galeri untuk publikasi
karya, sehingga masyarakat dapat mengakses. Dirinya
berharap hal tersebut dapat diwujudkan, sebagaimana
mewujudkan pembangunan sebuah Rumah Sakit, meski
tidak berharap ada orang sakit, tetapi Rumah Sakit tetap
dibutuhkan.
12.) Bambang Triyono (Ketua Ganasetra Cilacap) menilai data
Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) yang disajikan belum
lengkap. Tembang ritual Cowong di masyarakat memang
tidak popular, tetapi ini perlu didata, didokumentasikan.
Beberapa di antaranya Kembang Putut, Ilir-ilir, Senggori,
Ireng-irengna, Kembang Melati, Siwur Tukung, Rug Urub-
uruban dan Kembang Andum Lima.
13.) Sapto Widodo (pegiat seni rakyat Ebeg, Cilacap)
mengeluhkan ketidakpahaman masyarakat terhadap sesaji
ebeg. Sehingga kesenian rakyat Ebeg dipandang negatip.
Dan sekarang tidak banyak grup yang menyajikan gagrag
aslinya. Hanya tinggal 4 (empat), di Desa Doplang,
Kecamatan Adipala ada 1. Di Desa Pekuncen Kecamatan
Kroya ada 1, Desa Karangbenda Kecamatan Adipala
hanya 1 dan Kecamatan Kesugihan tinggal 1. Memang
saat ini kesenian ini seolah kembali menjadi daya tarik bagi
anak-anak muda, tetapi mereka datang hanya untuk
mendhem (trance-penyusun). Dan tidak jarang datang
berombong dengan membawa penimbul (juru sembuh
trance-penyusun).
2.4.4. Pertemuan dengan Pamong Budaya, tanggal 14 November 2018
di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap
a. Badrudin, S.H., M.H. (anggota Tim Penyusun), mewakili Ketua
Tim Penyusun, setelah memaparkan data Objek Pemajuan
Kebudayaan (OPK) memberi kesempatan kepada narasumber
dari unsur Perguruan Tinggi untuk memberikan tanggapannya.
b. Dalam sesi tanggapan, Indra Rukmana, S.Pd., M.Sn. (dosen
UNUGHA/IAIIG Kesugihan, Cilacap) menyampaikan, bahwa
dalam kajian nanti yang perlu dipertimbangkan adalah faktor
yang mendorong masyarakat berkesenian, meliputi : (i.) adanya
kontak dengan budaya lain; (ii.) sistem pendidikan yang maju;
(iii.) sikap menghargai karya orang lain; (iv.) orientasi ke depan
yang jelas. nara sumber dari peserta untuk menyampaikan
pendapatnya.
c. Dalam sesi tanya jawab yang dipandu Badrudin, S.H., M.H.
(anggota Tim Penyusun), beberapa peserta Rapat juga
memberikan tanggapannya, antara lain :
1.) Budi Harsono (Pamong Budaya) mengulas proses
18
terciptanya Tari Jalungmas yang sempat berkembang di
pertengahan tahun 90 an. Pada saat itu kalangan penari
muda seperti Tiek Entarti, Hartoyo, Margono dan Anjani
memandang Tari Kuda Calung, Gambyong Cilacapan, Tari
Lenggeran tidak sesuai dengan budaya daerah. Apalagi Tari
Bodoran, yang memperagakan adegan ciuman sepasang
remaja di depan khlayak yang di dalamnya terdapat
penonton berusia anak. Menyikapi hal tersebut, keterlibatan
almarhum Bapak Supardi (dulu menjabat Kasi Kebudayaan
Kantor Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten
Cilacap) dalam menginisiasi ide-ide penciptaan tari baru
yang kemudian dikenal sebagai Tari Jalungmas, mendorong
kalangan penari muda (kebanyakan guru kesenian)
bersama-sama melakukan kajian. Mulai dari mengamati pola
gerak Tari Gambyong Cilacapan hingga Tari Lenggeran,
kemudian terciptalah Tari Jalungmas.
2.) Bambang Listiono, S.Sn. (Pamong Budaya) menyampaikan,
bahwa data yang disajikan memang kurang lengkap. Di
Kecamatan Jeruklegi menurut informasi yang ia terima,
terdapat manuskrip yang berhubungan dengan Silsilah
Kediri, ini perlu ditelusuri lebih jauh. Selain itu dirinya juga
memiliki informasi OPK Teknologi Tradisonal yaitu sistem
pengawetan ikan, namun pemilik data sudah meninggal. Di
bidang seni pertunjukan, di Kabupaten Cilacap belum ada
seniman yang bersungguh-sungguh menekuni bidang
seninya. Terkadang seorang seniman bermain di beberapa
organisasi seni, sehingga tidak ada grup kesenian yang
mapan. Ini menunjukkan jika Kabupaten Cilacap kekurangan
sumber daya kesenian. Di Bali menurutnya setiap desa
memiliki kesenian yang kuat, karena sejak anak-anak
mereka sudah bergaul di lingkungan yang membentuk
mereka. Menyela pembicaraan, Budi Harsono (Pamong
Budaya) menginformasikan jika di daerah Sitinggil,
Kecamatan Kawunganten, setiap keluarga juga memiliki
tradisi menari.
3.) Sigit Priyatmono, S.Pd. (Pamong Budaya), menanggapi
keterbatasan sumber daya manusia kesenian yang
disampaikan Bambang Listiono, S.Sn. (Pamong Budaya),
mengusulkan adanya Sekolah Menengah Kejuaruan jurusan
kesenian seperti SMKI Banyumas dulu.
4.) Drs. Musa Ahmad, M.Si. (anggota Tim Penyusun dari unsur
Perguruan Tinggi) menyampaikan, bahwa Kabupaten
Cilacap saat ini berdiri dengan dua kaki. Sungai Serayu
merupakan wilayah perbatasan kebudayaan Jawa-Sunda.
Kabupaten Cilacap wilayah timur Serayu dipengaruhi
Majapahit hingga Mataram, sedang wilayah barat Serayu
berkembang budaya Sunda Pejajaran. Tetapi perkembangan
data hingga hari ini, masih sangat kurang, terutama OPK
Teknologi Tradisional dan Pengetahuan Tradisional.
Dimohon Pamong Budaya dapat menelusuri kekurangan-
kekurangannya. Tim Penyusun tidak bisa bekerja sendiri.
5.) Abdul Aziz (anggota Tim Penyusun dari pemerhati seni,
penulis), mencontoh gelar lengger Lanang Banyumas, yang
terpenting adalah bagaimana membangun narasi suatu
kesenian lokal, dengan demikian pertunjukan menjadi
bernilai meski berangkat dari khazanah lokal. Hal seperti ini
belum banyak dilakukan seniman Kabupaten Cilacap,
padahal banyak karya khas Cilacapan yang lahir, seperti
wayang golek dan lainnya. Ini penting untuk membangun
19
kepercayaan diri.
6.) Imam Hamidi Antassalam (anggota Tim Penyusun dari
pemerhati tradisi, penulis) menyampaikan, bahwa
Pemerintah Kabupaten perlu memfasilitasi dua kebudayaan
yang berkembang di Kabupaten Cilacap. Calung
Banyumasan sendiri sejak tahun 2013 diputuskan menjadi
warisan budaya Nasional, dan tahun 2015 diajukan jadi
warisan budaya dunia menyusul angklung yang tahun 2009
ditetapkan sebagai warisan budaya dunia. Tahun 2018
wayang golek Cilacapan diharap dapat menyusul menjadi
warisan budaya Nasional, selanjutnya dunia..
7.) Kyai Sunardi Kuntang (anggota Tim Penyusun dari sesepuh
ATAP Kalikudi, pelaku adat tradisi) menyampaikan
keperihatinannya terhadap permainan anak yang sudah
tidak dikenal anak-anak lagi. Padahal setelah dicoba bukan
merupakan sesuatu yang sulit diikuti. Di suatu sekolah (SMP
Negeri 1 Kesugihan-penyusun), setelah beberapa kali
mencoba mengikuti, akhirnya siswa-siswa merasa senang.
20
BAB III
LEMBAGA PENDIDIKAN BIDANG KEBUDAYAAN
21
BAB IV
DATA OBJEK PEMAJUAN KEBUDAYAAN
IV.1 Manuskrip
Data visual-tabel dan grafik tentang Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK)
MANUSKRIP yang dikumpulkan melalui survei dan forum terbuka meliputi :
Kertas; tinta 2
Kuningan 1
JUMLAH 3
Bahasa Arab 1
Bahasa India Selatan 1
Bahasa Jawa 1
22
JUMLAH 3
Melalui data di atas terlihat, jika Kabupaten Cilacap merupakan daerah baru,
sehingga OPK Manuskrip jarang ditemukan di wilayah ini. OPK tersebut hanya
ditemukan 3 (tiga) buah dan disimpan secara turun temurun, isinya kemungkinan
terkait dengan kerajaan-kerajaan awal di wilayah ini, seperti silsilah keluarga raja-raja
Pejajaran yang ditemukan di Penyarang, Sidareja. Sedang manuskrip lain terkait
pengikut Sultan Agung pasca penyerangan ke Batavia, pengingkut Amangkurat Jawa
serta Pangeran Diponegoro yang melakukan pengungsian ke Kabupaten Cilacap.
Sebenarnya manuskrip itu dapat dimanfaatkan sesuai minat para pengakses. Namun
baru Turunan Mushaf Alquran karya Kyai Nur Iman (Kyai Nur Iman dipercaya pemilik
manuskrip sebagai pengikut Pangeran Diponegoro) yang diakses oleh 200 orang,
bahkan sekarang mungkin lebih dari itu. Dari huruf yang digunakan untuk
menyampaikan pesan dan maksud tujuan, teks manuskrip dimungkinkan
menggunakan bahasa Jawa, India Selatan dan Arab.
23
Gambar 6. Grafik OPK Tradisi Lisan Menurut Jenis
Cerita Rakyat 2
Sejarah lisan 4
Mitos 2
Cabang Babad Tanah Jawa 1
Menyampaikan makna sajian selamatan 1
Pantun 1
Legenda 1
Panduan memasuki jalan spiritual 1
Mohon didoakan padi yang hendak dipanen membawa berkah 1
Jumlah 14
Berdasarkan data di atas diketahui, bahwa sebanyak 13 (tiga belas) OPK Tradisi
Lisan Kabupaten Cilacap yang berkembang di masyarakat terbagi atas corak Sunda
dan Jawa, tidak ketinggalan Cina. Jenis OPK ini kebanyakan cerita rakyat, sejarah
lisan, legenda lisan terkait dengan tokoh setempat.
24
8. Adat Birahen Dan Mantenan Masyarakat Kalikudi - Persiapan Resepsi
9. Adat Birahen dan Mantenan Masyarakat Kalikudi - Gotek
10. Adat Birahen dan Mantenan Masyarakat Kalikudi - Ijab Qobul
11. Adat Birahen dan Mantenan Masyarakat Kalikudi - Nglamar
12. Adat Paten Anak Putu Desa Kalikudi
13. Adat Among Tani Masyarakat Desa Kalikudi - Panen
14. Adat Tejakembang
15. Adat Na’as Patining Dina Anak Putu Kalikudi
16. Babarit
17. Kidung Kawih Runcang
18. Ngarupus
19. Ngabeungkat Dawuan
20. Pamali
21. Salambekti
22. Sedekah Laut di Pantai Srandil
23. Sidekah Gunung
24. Sidekah Kupat Dayeuhluhur
25. Tradisi Sedekah Bumi Anak Putu Kalikudi
Jumlah Objek Adat istiadat 25
25
Gambar 9. Grafik OPK Adat Istiadat Menurut Etnis
Jawa 16
Sunda 6
Sunda Dayeuhluhur 2
Jawa; Sunda 1
JUMLAH 25
Data di atas menegaskan, bahwa sebanyak 25 (dua puluh lima) OPK Adat Istiadat
yang tersebar di masyarakat terbagi atas corak Sunda, Sunda Dayeuhluhur dan
Jawa. Jenisnya menyangkut harmoni antara Tuhan, manusia dan alam. Selain itu
juga menyangkut siklus kehidupan yang termanifestasikan dalam bentuk peringatan-
peringatan dan syukuran.
IV.4 Ritus
Data visual-tabel dan grafik tentang data Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) RITUS
yang peroleh melalui survei dan forum terbuka mencakup :
Tabel 13. Daftar Nama dan Konteks Adat Istiadat OPK Ritus
No. Nama Ritus Konteks Adat Istiadat
1. Punggahan warga Adat Tradisi Anak Menyambut datangnya bulan Puasa, Memohon
Putu Kalikudi keselamatan para leluhur
2. Sowan warga Anak Tradisi Anak Putu Ada kepentingan penting
Kalikudi
3. Larungan Nelayan Cilacap Syukur nelayan Cilacap atas melimpahnya hasil laut,
Permohonan panen laut yang akan datang lebih
berkah
4. Sedekah Kupat Sedekah Kupat adalah tolak bala pada Rebo Wekasan
yang dilakukan pada hari Rabo terakhir di Bulan
Saphar. Acara ini dilakukan dengan menggantung
kupat di batas kota sebagai simbol penolak bala. ,
Tolak bala
5. Begalan Adat menikahkan anak sulung perempuan
6. Berjanjen Puputan bayi berumur 7 hari, Pujian terhadap Nabi
Muhammad SAW
7. Dandan warga Adat Tradisi Anak Putu Menyiaadmin_pkan kebutuhan kegiatan Nyadran
Kalikudi
8. Pudhunan warga Adat Tradisi Anak Mendoakan leluhur, Menunjukkan kesetiaan terhadap
Putu kalikudi nilai warisan budaya, Membersihkan makam leluhur
9. Jamasan Pusaka Pendapa Membersihkan tosan aji peninggalan Adipati I
Wijayakusuma Cakti Cilacap Kabupaten Cilacap
10. Ritual Cowongan di Kroya Hujan yang ditunggu tidak kunjung turun, Permohonan
kepada Tuhan agar hujan yang ditunggu cukup untuk
memenuhi semua kebutuhan petani
11. Wukon warga Adat Tradisi Anak Putu Membersihkan makam cikal bakal, Mendoakan para
26
Kalikudi leluhur
12. Resik Kubur warga Adat Tradisi Anak Menjaga kebersihan lingkungan makam leluhur,
Putu Kalikudi Mendoakan leluhur
13. Sadran Sumur warga Adat Tradisi Anak Selamatan menjelang kegiatan punggahan, Selamatan
Putu Kalikudi menjelang kegiatan Nyadran
14. Nyadran / Sedekah Gunung Doa Keselamatan, Nyadran/sedekah gunung mulai
dilakukan pada malam hari jumat kliwon bulan mulud.
malamnya masyarakat akan mandi di sendang. paginya
kembali berkumpul berdoa bersama atas keselamatan
desa dan leluhur. acara di akhiri dengan makan
bersama/ daharan yang dibawa oleh masing-masinmg
warga.
15. Manaqib Ma'ani Pembacaan riwayat Syekh Abdul Qodlir Jailani,
Pembuka pembacaan Sholawat
16. Manaqib Nurul Burhan Media penyampain hajat penyelenggara (tuan rumah),
Pembacaan riwayat Syekh Abdul Qodlir Jailani
17. Mapag Pengantin masyarakat Sunda Menyambut kedatangan pengantin pria, Menyambut
kedatangan pengantin wanita, Melestarikan warisan
budaya Pejajaran
18. Nyadran warga Adat Tradisi Anak Putu kelanjutan kegiatan punggahan, mendoakan cikal
Kalikudi bakal masing-masing, untuk kesempurnaan
pelaksanaan ibadah bulan ramadhan
19. Nyawen Bumi Anyar Merupakan ritus adat Sidekah Ngeusi yang
dilaksanakan sebelum menempati rumah (bangunan)
baru
20. Ngarupus Upacara penamaan bayi umur 40 hari dengan
mengguting rambut bayi dengan mengayun sambil
menyanyikan kidung Kawihruncang. , Kelahiran
21. Ritus Jamasan Penembahan Melestarikan tradisi mbah Patrakusuma
Patrakusuma Maos
22. Ruwat Murwakala Membuang "sukerta" (kotoran jiwa), sebagai sarana
ikhtiar dalam rangka memudahkan seorang anak
menjadi kehidupannya di kemudian hari
23. Upacara Obong wong Kalang Upacara kematian, Menyempurnakan kehidupan ruh si
mati
24. Wayang Ruwatan Menggelar wayang kulit lakon lahirnya Betara Kala
untuk memenuhi hajat keluarga yang ingin diruwat
25. Ziarah Nelayan Cilacap Harapan supaya larungan sesaji Nelayan Cilacap pada
Jumat Kliwon bisa tercapai maksud tujuannya
Berdasarkan data di atas diketahui, bahwa sebanyak 25 (Dua puluh lima) OPK Ritus
didominasi ritus-ritus kelahiran, perkawinan, kematian serta hubungan manusia
dengan alam. Sebagian besar masih sering dilaksanakan, terutama dilakukan oleh
etnis Jawa dan Sunda di lingkungan komunitas masyarakat adat, petani, peladang,
pedagang dan nelayan. Tujuan ritus menjaga keharmonisan antara alam, manusia
dan Tuhan. Media yang digunakan dalam ritus terutama doa, mantra dan sesaji.
27
IV.5 Pengetahuan Tradisional
Data visual-tabel dan grafik tentang Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK)
PENGETAHUAN TRADISIONAL yang terhimpun yang dapat dihimpun melalui survei
dan forum terbuka adalah :
28
Mengetahui jenis awan tanda datangnya puting beliung 1
Pemanfaatan tempe 1
Tanda musim di mana nelayan diperbolehkan turun ke laut menangkap ikan 1
Maksud dan tujuan menggunakan pancing untuk menangkap ikan tuna 1
Cara rias pengantin Cilacap 1
Maksud dan tujuan mengetahui arah arus air laut 1
Cara menentukan arah di malam hari dengan rasi bintang (Layang-layang, Kalajengking, 1
Garu-Tetap)
Maksud dan tujuan menggunakan jaring nilon untuk menangkap ikan, udang dan kepiting 1
Cara menyiapkan bibit padi 1
Cara melaksanakan ritual bercocok tanam 1
Mengetahui jenis ikan yang berkembang di suatu tempat 1
Mengetahui jenis awan tanda datangnya badai 1
Tanda musim ikan mulai bertelur 1
Maksud dan tujuan menggunakan jaring pensin (keruk) untuk menangkap ikan, udang dan 1
kepiting
Dengan data sebagaimana tersebut di atas diketahui kondisi corak 12 (dua belas)
OPK Pengetahuan Tradisional yang hidup di Kabupaten Cilacap menyangkut
masyarakat komunal terutama etnis Jawa dan Sunda Dayeuhluhur, siklus kehidupan,
harmonisasi manusia dan alam yang secara keseluruhan termanifestasikan dalam
weton dan pranatamangsa. Keduanya juga menyangkut panduan waktu untuk
bertani, berladang dan melaut.
29
JENIS TEKNOLOGI TRADISIONAL JUMLAH
Teknik mengolah bambu menjadi sarana rumah tangga 1
Teknik penyaluran air 1
Teknik pembuatan bahan bangunan 1
Teknik mengolah ikan tengiri 1
Teknik mengolah ikan laut menjadi lauk makan 1
Teknik mengolah bahan dasar jamu menjadi bahan pengobatan tradisional (jamu) 1
Teknik canting pola cebong kumpul 1
Teknik pembuatan alat peraga pergelaran wayang kulit khas Mataraman 1
Teknik canting pola sida mukti 1
Teknik pembibitan tanaman buah langka 1
Teknik canting pola parang kembang 1
Teknik pembuatan bumbu masak 1
Teknik membuat lauk makan berbahan tangkai daun lumbu 1
Teknik penyiapan bahan masakan 1
Teknik pembuatan alat peraga pergelaran wayang kulit khas Banyumasan 1
Teknik mengolah tepung ganyong menjadi makanan tambahan 1
Teknik pemupukan dengan pupuk organik 1
Teknik pembuatan kripik tempe 1
Teknik pembuatan bumbu masak 1
Teknik pembuatan bahan minuman kopi 1
Teknik pembuatan kripiki pisang 1
Teknik membuat pepes dari ikan sidat 1
Teknik pembuatan alat peraga pergelaran wayang kulit khas Surakartan 1
Teknik pengolahan getah karet 1
Teknik mengolah singkong 1
Teknik pengolahan buah sukun 1
Teknik membuat minyak atsiri 1
Teknik canting pola perang angkik 1
Teknik canting pola mega mendung 1
Teknik membuat peralatan memasak 1
Teknik mengolah lauk makan 1
Teknik menyiapkan pupuk organik 1
Teknik pengobatan dengan bahan organik 1
Teknik membuat alat musik calung khas Banyumasan 1
Teknik pembuatan batu bata merah 1
Teknik canting pola rujak sente 1
Teknik membuat alat kebersihan 1
Teknik menyiapkan bahan penyedap masakan 1
Teknik penyediaan bahan makanan 1
Teknik pembuatan bahan penyedap masakan 1
Mengolah bakal buah pisang (jantung) menjadi lauk makan 1
Teknik pembuatan wayang golek khas Cilacap 1
Teknik pembuatan batu bata merah 1
Teknik merangkai rotan sedemikian rupa menjadi alat permainan anak 1
Teknik mengolah singkong 1
Teknik pembuatan kripik talas 1
Teknik pembuatan peralatan dapur dari tanah liat 1
30
Gambar 15. Grafik Jumlah Pelaku Pemanfaatan Teknologi Tradisional
Pembuat +
No. Nama Teknologi Tradisional Pembuat Pemelihara Pengguna
P
1. Tatah Sungging Wayang Kulit 7 7 7 10.000
Banyumasan
2. Tatah Sungging Wayang Kulit 6 6 6 5.000
Mataraman
3. Tatah Sungging Wayang Kulit 6 6 6 10.000
Surakartan
4. Pengolahan Jangan Jantung 500 0 0 0
5. Pengolahan Pepes Sidat 500 0 0 0
6. Pengolahan Jangan Lumbu 500 0 0 0
7. Pembuatan Kopi Cilumping 500 0 0 5.000
8. Pengolahan Jamu Gendong 50 0 0 0
9. Penyediaan Padi Organik 50 0 0 1.000
10. Pembuatan Minyak Klentik 50 0 0 10.000
11. Pembuatan Gula Merah 50 0 0 0
12. Pembuatan Tepung Sagu Aren 50 0 0 0
13. Penyulingan Minyak Atsiri 50 0 0 5.000
14. Pembuatan Gula Aren 50 0 0 20.000
15. Pembuatan Kripik Dayeuhluhur 50 0 0 25.000
16. Pembuatan Serbuk Cabai Merah 50 0 0 5.000
31
17. Pembuatan Batik Rajasamas 50 50 50 25.000
18. Pembuatan Krupuk Tengiri 50 0 0 20.000
19. Pembuatan Balok Kayu 30 0 0 10.000
20. Pengairan Sawah Bingkeng 3 0 0 500
21. Pembuatan Shet karet 250 0 0 100.000
22. Pengolahan Pala 25 0 0 5.000
23. Penyediaan Bibit Tanaman Buah 25 0 0 1.000
Langka
24. Pembuatan Kripik Sukun 200 0 0 20.000
25. Pembuatan Sapu Ijuk 20 0 0 10.000
26. Pengolahan Brekecek Patak 20 0 0 10.000
Jahan
27. Pembuatan Mebeler Bambu 2 1 0 5.000
28. Pembuatan Gembus 100 0 0 0
29. Pembuatan Lanting Singkong 100 0 0 0
30. Pembuatan Batu Bata Merah 10 0 0 0
Cibeureum
31. Pembuatan Kukusan Bambu 10 0 0 1.000
32. Pembuatan Grabah Tanah Liat 10 0 0 20.000
33. Pengolahan Bubur Ganyong 1.000 0 0 10.000
34. Pembuatan Batu Bata Merah 1.000 0 0 10.000
Bunton
35. Pembuatan Wayang Hoe
1 1 1 200
(Wayang Rotan)
36. Pengolahan Buntil Lumbu 1.000 0 0 0
37. Tatah Ukir Wayang Golek 1 1 1 120.000
Cilacapan
38. Pembuatan Calung Laras Pelog- 1 1 1 1.000
Slendro
39. Pengawetan jagung atau tarang 0 0 0 6000
Berdasarkan data jenis OPK, sebanyak 39 (tiga puluh sembilan) OPK Teknologi
Tradisional menunjukkan ragam corak teknologi yang berkembang di Kabupaten
Cilacap, terutama di lingkungan etnis Jawa, Sunda dan Sunda Dayeuhluhur, mulai
dari pertanian organik, penjagaan lingkungan, kerajinan seni, hingga kuliner. Hampir
semua produk teknologi telah dapat dimanfaatkan oleh pengguna, yang
kemungkinan tidak hanya di Kabupaten Cilacap.
IV.7 Seni
Data visual-tabel dan grafik tentang Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) SENI yang
terkumpul melalui survei dan forum terbuka terdiri atas :
32
17. Pentas Ketoprak lakon KEMBANG WIJAYAKUSUMA Seni Teater
18. Pentas Teater lakon KANCIL DAN BUAYA Seni Teater
19. Pentas Cerita Menak Cilacap Seni Teater
20. Pentas Ketoprak lakon JOKO TINGKIR Seni Teater
21. Pentas Ketoprak lakon MENAK JINGGO Seni Teater
22. Pentas Teater lakon DIK Seni Teater
23. Pentas Teater lakon DOKTER GADUNGAN Seni Teater
24. Pentas Teater lakon NARKOBA Seni Teater
25. Pentas Teater lakon NASIB PRIS NAN TRAGIS Seni Teater
26. Pentas Teater lakon NYANYIAN ANGSA Seni Teater
27. Pentas Teater lakon PEJUANG TERAKHIR Seni Teater
28. Sintren Cilacap Seni Teater
29. Cerita Ramayana Seni Sastra
30. Cerpen Bera (2017) Seni Sastra
31. Cerpen Guru Jupri (2017) Seni Sastra
32. Esai 400 Tahun Kegilaan (2018) Seni Sastra
33. Esai Kisah-kisah Penculikan (2018) Seni Sastra
34. Kumpulan Cerpen Aroma Rindu (2014) Seni Sastra
35. Kumpulan Cerpen Kamu Sedang Membaca Tulisan Ini (2017) Seni Sastra
36. Kumpulan Puisi Senandung Pandang Aran (2018) Seni Sastra
37. Kumpulan Puisi Untuk yang Mati dan yang Tak Bisa Mati (2013) Seni Sastra
38. Novel Carlos Seekor Anjing (2018) Seni Sastra
39. Novel Kidul Putri Sinder (2018) Seni Sastra
40. Novel Para Penjahat dan Kesunyiannya Masing-masing (2018) Seni Sastra
41. Puisi Antarane Dalan Buntu-Kroya (2015) Seni Sastra
42. Puisi Jam Pasir (2018) Seni Sastra
43. Puisi Kesunyian Panjang 1 (2016) Seni Sastra
44. Puisi Kesunyian Panjang 2 (2016) Seni Sastra
45. Puisi Sungai yang Dalam (2007) Seni Sastra
46. Puisi Tandikat Tanah Datar (2018) Seni Sastra
47. Serat Centini Seni Sastra
48. Serat Damarwulan Seni Sastra
49. Serat Darmogandul Seni Sastra
50. Serat Kamandaka Seni Sastra
51. Serat Suluk Nabi Seni Sastra
52. Cerita Mahabarata Seni Sastra
53. Kumpulan Puisi Alangkah Tolol Patung Ini (2007) Seni Sastra
54. Kumpulan Puisi Diksi Para Pendendam (2012) Seni Sastra
55. Gending Banyumasan ~ Cobowo Seni Musik
56. Gending Banyumasan ~ Gudril Seni Musik
57. Gending Banyumasan ~ Ilo Gondang Seni Musik
58. Gending Banyumasan ~ Kembang Glepang Seni Musik
59. Gending Banyumasan ~ Kuluh-kuluh Seni Musik
60. Gending Banyumasan ~ Randa Nunut Seni Musik
61. Gending Banyumasan ~ Ricik-ricik Seni Musik
62. Gending Banyumasan ~ Rinjing Tugel Seni Musik
63. Gending Banyumasan ~ Sekar Gadung Seni Musik
64. Gending Banyumasan ~ Tlutur Seni Musik
65. Gending Banyumasan ~ Untuluwuk Seni Musik
66. Gending Banyumasan ~ Waru Doyong Seni Musik
67. Gending Cilacap Bercahaya Seni Musik
68. Gending Banyumasan ~ Eling-eling Seni Musik
69. Lagu Balada Petani Negeri Seni Musik
70. Lagu Catatan Lusuh Seni Musik
71. Lagu Ibu Negeri Seni Musik
72. Lagu Nyanyian Bawah Air Seni Musik
33
73. Lagu Nyanyian dari Pesisir Seni Musik
74. Lagu Pusara Rindu Seni Musik
75. Lagu-lagu Teater Niat Ingsun Ngaji Seni Musik
76. Mars Bangga Mbangun Desa Seni Musik
77. Mars Cilacap Bercahaya Seni Musik
78. Musik Perkusi Tabuh Singmoni Seni Musik
79. Seni Karawitan Jawa Seni Musik
80. Seni Karawitan Sunda Seni Musik
81. Tembang Cowong ~ Ilir-ilir Seni Musik
82. Tembang Cowong ~ Ireng-irengna Seni Musik
83. Tembang Cowong ~ Kembang Andum Lima Seni Musik
84. Tembang Cowong ~ Kembang Melati Seni Musik
85. Tembang Cowong ~ Kembang Putut Seni Musik
86. Tembang Cowong ~ Rug Urub-uruban Seni Musik
87. Tembang Cowong ~ Senggori Seni Musik
88. Tembang Cowong ~ Sewiwi Tukung Seni Musik
89. Solawatan Jawa (Janeng) Seni Musik
90. Film Damai itu Indah Seni Film
91. Film Gado-gado dan Kopi Hitam Seni Film
92. Film Penambang Pasir Citanduy Seni Film
93. Lukisan My Fantacy Seni Rupa
94. Tatah Ukir Wayang Golek Cilacapan Seni Rupa
95. Lukisan Miris Seni Rupa
96. Lukisan Bengkel Kapal PPC Seni Rupa
97. Lukisan Berkemas Mengirim Ikan Seni Rupa
98. Lukisan Garis Kehidupan Seni Rupa
99. Lukisan Memandang Indonesia Seni Rupa
100. Lukisan Ndondomi Seni Rupa
101. Lukisan Simbok Manak Ula Seni Rupa
102. Lukisan Suasana Teluk Penyu Sore Hari Seni Rupa
103. Lukisan Sudut Ruang Seni Rupa
104. Lukisan Sun Set in Sermo Seni Rupa
105. Lukisan Wayang Suket Seni Rupa
106. Lukisan Wirang Seni Rupa
107. Seni Sungging Wayang Kulit - Bajing Wetan, Kroya Seni Rupa
108. Seni Sungging Wayang Kulit - Mrenek, Maos Seni Rupa
109. Seni Sungging Wayang Kulit - PPC, Cilacap Seni Rupa
110. Seni Sungging Wayang Kulit - Pagubugan, Binangun Seni Rupa
111. Seni Sungging Wayang Kulit - Sikampuh, Kroya Seni Rupa
112. Seni Sungging Wayang Kulit - Tritih Kulon, Cilacap Seni Rupa
113. Seni Ukir Bambu Yunus Kroya Seni Rupa
114. Foto-foto Warisan Budaya Cilacap Seni Media
Jumlah Objek Seni 114
34
Seni Tari 12
Seni Teater 16
Seni Sastra 26
Seni Musik 35
Seni Film 3
Seni Rupa 21
Seni Media 1
Dengan data seperti tersebut di atas, dapat diketahui bahwa sebanyak 114 OPK Seni
dari 6 (enam) cabang Seni yang berkembang di Kabupaten Cilacap umumnya
digerakkan secara komunal dan sebagian lagi menjadi ekspresi pribadi. Secara
komunal seni dikembangkan oleh komunitas adat dalam bentuk kesenian rakyat yang
memuat nilai-nilai tradisi tertentu. Sedang seni ekpresi pribadi bercorak kontemporer
dalam naskah puisi, cerita pendek, novel, lukisan, kriya yang mengangkat sosial
historis Cilacap.
IV.8 Bahasa
Data visual-tabel dan grafik tentang Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) BAHASA
yang terkumpul melalui survei dan forum terbuka meliputi :
35
Berdasarkan data di atas menunjukkan, bahwa sebanyak 9 OPK Bahasa yang masih
digunakan, yang berkembang kuat adalah corak bahasa yang bersifat egaliter di
mana klasifikasi penggunaan bahasa tidak terbagi berdasarkan perbedaan strata
sosial. Setiap orang sama kedudukannya dalam berbahasa, yang dikenal dengan
blakasuta (berbahasa apa adanya), sebagaimana nilai-nilai yang berkembang.
Bahasa yang seperti itu terutama adalah Bahasa Jawa Banyumasan dengan jumlah
penutur terbanyak (1.386.990 orang).
Jawa; 5
Sunda
Jawa 1
Jawa; 1
Sunda;
Cina; Arab
Jawa; 1
Cina; Arab
36
4. Gatrik
5. Konto
Jumlah Objek Olahraga Tradisional 5
Sunda 3
Jawa; Sunda: Cina 1
Jawa 1
Fungsi utama olahraga tradisional tak semata untuk kesehatan fisik, tapi juga
keceriaan, solidaritas dan keselarasan manusia dan alam. Tetapi berdasarkan data
OPK Olahraga Tradisional di atas, saat ini masyarakat sudah jarang yang
mempraktikan Olahraga Tradisional.
37
Njappa) Nusakambangan, Kelurahan Cagar Budaya Peringkat
Tambakreja, Kecamatan Cilacap Kabupaten
Selatan, Kabupaten Cilacap
9. Makam Adipati Cilacap Kelurahan Donan, Kecamatan Layak ditetapkan sebagai
Karangsuci Cilacap Tengah, Kabupaten Cilacap Cagar Budaya Peringkat
Kabupaten
10. Rumah Sinder Kebun Karet Jalan Majenang-Cipari, Desa Layak ditetapkan sebagai
Cilongkrang Cilongkrang, Kecamatan Wanareja, Cagar Budaya Peringkat
Kabupaten Cilacap Kabupaten
11. Watu Lumpang dan Alu Jalan Argosunyo Timur, Kelurahan Layak ditetapkan sebagai
Mertasinga, Kecamatan Cilacap Cagar Budaya Peringkat
Utara, Kabupaten Cilacap Kabupaten
12. Kawasan Dermaga Pelabuhan 1 Kelurahan Tambakreja, Kecamatan Layak ditetapkan sebagai
Tanjung Intan Cilacap Cilacap Selatan, Kabupaten Cilacap Cagar Budaya Peringkat
Kabupaten
13. Bangunan Cagar Budaya ~ Depan Kantor Pelindo III Cilacap, Bupati Cilacap
Bungker Tanjung Intan Cilacap 1 Jalan Laut Jawa Nomor 1,
Kelurahan Tambakreja, Kecamatan
Cilacap Selatan
14. Bangunan Cagar Budaya ~ Belakang Kantor Pelindo III Cilacap, Bupati Cilacap
Bungker Tanjung Intan Cilacap 2 Jalan Laut Jawa Nomor 1,
Kelurahan Tambakreja, Kecamatan
Cilacap Selatan
15. Benda Cagar Budaya ~ Watu Tanah Desa Pesanggrahan, Jalan Bupati Cilacap
Lingga Pesanggrahan Candrayuda, Desa Pesanggrahan,
Kecamatan Kesugihan
16. Benda Cagar Budaya ~ Watu Tanah Desa Penyarang, Jalan Bupati Cilacap
Lingga Penyarang Ranggasena Km 7, Desa Penyarang,
Kecamatan Sidareja
17. Kawasan Cagar Budaya ~ Jalan Karang, Kelurahan Cilacap, Bupati Cilacap
Makam Kerkhof (Taman Bunga Kecamatan Cilacap Selatan
Kamboja) Cilacap
Sebanyak 10 OPK Cagar Budaya yang terdata, adalah merupakan salah satu bukti
sejarah perkembangan pra islam, penyebaran islam dan masa kolonialisme di
Kabupaten Cilacap. Kondisi aktual sebagian besar terawat, yang telah ditetapkan
dengan Keputusan Bupdati Cilacap menjadi Cagar Budaya Peringkat Kabupaten
sebanyak 5 (lima) OPK Cagar Budaya, sedang menurut Tim Ahli Cagar Budaya
(TACB) Kabupaten Cilacap, yang dipandang layak ditetapkan menjadi Cagar Budaya
peringkat Kabupaten sebanyak 5 (lima) OPK Cagar Budaya.
38
BAB V
DATA SUMBER DAYA MANUSIA KEBUDAYAAN
DAN LEMBAGA KEBUDAYAAN
V.1 Manuskrip
Data visual-tabel dan grafik tentang Sumber Daya Manusia dan Lembaga
Kebudayaan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) MANUSKRIP yang terkumpul
melalui survei dan forum terbuka adalah :
Dari data di atas dapat diketahui sebanyak 3 (tiga) OPK Manuskrip dimiliki keluarga
atau komunitas pelestari secara turun temurun. Para ahli waris manuskrip yang
memiliki pertalian darah dengan sumber pertama penyusun manuskrip, berusaha
merawat, melindungi dengan cara menyimpannya di suatu tempat yang mendukung
sedemikian rupa kelestarian OPK di maksud.
39
Kadipaten Dayeuhluhur 7
Kisah Ki Lonco 6
Santri Undig 6
Lembu Andini Mencari Air Abadi 6
Parikan Banyumasan 500
Haryoleno, Pendiri Sidareja 5
Kyai Tunggul Wulung 4
Sepatnunggal 4
Legenda Waduk Naga Wangsa 2
Mbah Daun Lumbung 15
Ratu Brantarara 10
Kabulan Jabel 10
Parikan Banyumasan 20
Ratu Brantarara 4
Santri Undig 2
Kisah Ki Lonco 2
Kyai Tunggul Wulung 2
Haryoleno, Pendiri Sidareja 2
Lembu Andini Mencari Air Abadi 2
Kadipaten Dayeuhluhur 2
Legenda Waduk Naga Wangsa 2
Mbah Daun Lumbung 2
Asal mula tradisi lisan bersumber dari masyarakat adat dan asal-usul legenda
setempat. Berdasarkan data tersebut di atas, meski OPK Tradisi Lisan sudah
jarang dilaksanakan, upaya-upaya pelestarian tetap dilakukan masyarakat maupun
Pemerintah Kabupaten Cilacap misalnya melalui penyelenggaraan lomba bercerita
40
(mendongeng), penerbitan buku, pertunjukan kesenian rakyat dan sebagainya.
Dari data di atas diketahui besarnya peran komunitas adat, sesepuh, dan kuatnya
keyanikan masyarakat dalam pelaksanaan Adat Istiadat. Pada umumnya frekuensi
pelaksanaan Adat Istiadat di Kabupaten Cilacap masih sering dilaksanakan oleh
komunitas adat, baik secara perorangan maupun komunal melalui ritus-ritus tanpa
meninggalkan ajaran agama yang dianut.
V.4 Ritus
Data visual-tabel dan grafik tentang Sumber Daya Manusia dan Lembaga
Kebudayaan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) RITUS yang terkumpul melalui
survei dan forum terbuka, adalah :
Gambar 27. Diagram OPK Ritus Menurut Frekuensi Pelaksanaan
41
Tidak Ada 0
Jarang 7
Sering 18
Data di atas memberikan gambaran, sebagai bagian dari Adat Istiadat, Ritus
dilaksanakan oleh komunitas adat dalam berbagai bentuk kegiatan yang dipandang
sebagai ibadah dan penghormatan terhadap leluhur. Tak ketinggalan Pemerintah
Kabupaten juga mendukung, bahkan memfasilitasi, terutama ritus yang potensial
mendukung upaya peningkatan daya tarik wisata, misalnya ritus tahunan Sedekah
laut Nelayan Cilacap
42
Gambar 29. Diagram OPK Pengetahuan Tradisional Menurut Frekuensi
Pelaksanaan
Tidak Ada 1
Jarang 2
Sering 9
43
V.6 Teknologi Tradisional
Data visual-tabel dan grafik tentang Sumber Daya Manusia dan Lembaga
Kebudayaan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) TEKNOLOGI TRADISIONAL yang
terkumpul melalui survei dan forum terbuka meliputi :
Keahlian dan alat yang digunakan oleh masyarakat adat maupun masyarakat umum
yang berprofesi sebagai pengrajin tetap dipraktikkan, sebagian lainnya ditinggalkan
44
akibat modernisasi. Faktor yang mendorong mereka tetap mempraktikan salah
satunya adalah tuntutan ekonomi keluarga pengrajin, serta adanya permintaan dari
para pengguna produk teknologi tradisional.
V.7 Seni
Data visual-tabel dan grafik tentang Sumber Daya Manusia dan Lembaga
Kebudayaan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) SENI yang terkumpul dan melalui
survei dan forum terbuka di bawah menjelaskan, bahwa seni dikembangkan baik oleh
masyarakat adat, juga menjadi ekspresi etis, estetis, religi, kritik sosial bagi pribadi-
pribadi pelaku seni. Data tersebut juga memperlihatkan, bahwa lembaga-lembaga
kesenian dibentuk oleh komunitas-komunitas tertentu yang memiliki minat dan
kepedulian pada seni. Lembaga atau organisasi seni bentukan masyarakat yang
paling banyak adalah grup kesenian rakyat Jaran Kepang (hampir 70 grup), yang
berkembang di wilayah pesisir maupuan pedalaman Kabupaten Cilacap. Ekspresi
berkesian kerap digelar dalam acara-acara kesenian yang independen dan bersinergi
dengan Pemerintah Kabupaten. Adanya Dewan Kesenian Cilacap, Pepadi Cilacap,
Perguruan Tinggi Seni dan beberapa lembaga seni lainnya juga cukup membantu
masyarakat dalam memperoleh sajian seni yang berkualitas.
V.8 Bahasa
Data visual-tabel dan grafik tentang Sumber Daya Manusia dan Lembaga
Kebudayaan Objek Pemajuan Kebudayaan (OPK) BAHASA yang dihimpun melalui
survei dan forum terbuka meliputi :
45
Gambar 35. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Bahasa
Bahasa Jawa 12
Bahasa Sunda 8
Bahasa Arab 4
Bahasa Cina 3
Bahasa Madura 2
Bahasa Betawi 1
Bahasa Melayu 1
Bahasa Minangkabau 1
Bahasa Batak 1
JUMLAH 33
Tidak Ada 1
Jarang 5
Sering 0
46
Gambar 37. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Permainan Rakyat
Egrang 2
Layangan 1
JUMLAH 3
Pelaku permainan rakyat sebagian bermula dari komunitas masyarakat adat dan
sebagian lain pelaku permainan yang populer di masyarakat umum. Permainan
dilakukan secara berkelompok ada yang khusus anak-anak, ada pula yang dimainkan
oleh remaja sampai dewasa. Bahkan khusus permainan rakyat populer seperti
layang-layang membentuk komunitas tertentu sesuai dengan minat.
TidakAda 1
Jarang 4
Sering 0
Pelaku olahraga tradisional bermula dari komunitas masyarakat adat yang di satu sisi
47
berkurang peminatnya, tapi sebagian lain menjadi populer. Permainan dilakukan
secara berkelompok, ada yang khusus untuk anak-anak, ada pula yang dimainkan
oleh remaja sampai dewasa. Data menunjukkan jika Olahraga Tradisional Konto
masih didukung komunitas peminat olahraga tersebut, sehingga ke depan dapat lebih
berkembang.
48
BAB VI
DATA SARANA DAN SARANA PRASARANA KEBUDAYAAN
VI.1 Manuskrip
Data visual-tabel dan grafik tentang Sarana dan Prasarana Kebudayaan Objek
Pemajuan Kebudayaan (OPK) MANUSKRIP yang terkumpul melalui survei dan forum
terbuka adalah :
Sarana Masyarakat 5
Sarana Pemerintah 0
49
Radio 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Lomba bercerita 1
Forum kajian kitab Ihya Ulumuddin 1
Lomba bercerita 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Lomba bercerita 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Pertunjukan seni Jemblung 1
Lomba cerita rakyat 1
Penerbitan 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Lomba bercerita 1
Lomba cerita rakyat 1
Pertunjukan kesenian Calung Banyumasan 1
Lomba bercerita 1
Lomba bercerita 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Ritual selamatan menyongsong panen padi 1
Lomba bercerita 1
Lomba Bercerita 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Pertunjukan kesenian Ebeg 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Forum kajian kitab Ihya Ulumuddin karya Imam Al Ghazali 1
Buku cerita rakyat Cilacap 1
Sarana Masyarakat 17
Sarana Pemerintah 39
Sebagai salah satu warisan budaya, tradisi lisan juga memerlukan upaya
perlindungan, pengembangan dan pemanfaatan. Untuk mendukung upaya tersebut
sebagaimana data di atas, baik masyarakat maupun Pemerintah Kabupaten Cilacap
memerlukan dukungan sarana dan prasarana, misalnya Radio untuk publikasi,
gedung pertemuan untuk penyelenggaraan lomba pelisanan cerita rakyat, serta
perpustakaan untuk penyimpanan hasil pendokumentasian (penerbitan) tradisi lisan.
50
VI.3 Adat Istiadat
Data visual-tabel dan grafik tentang Sarana dan Prasarana Kebudayaan Objek
Pemajuan Kebudayaan (OPK) ADAT ISTIADAT yang terkumpul melalui survei dan
forum terbuka adalah :
Gambar 43. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang Mendukung OPK Adat
istiadat
Sarana Masyarakat 46
Sarana Pemerintah 13
Data menunjukkan, bahwa kegiatan adat istiadat yang dilangsungkan di wilayah desa
adat pada umumnya dilaksanakan di lokasi tanah adat, rumah adat. Juga sarana
prasarana Pemerintah Desa seperti balai desa, lapangan desa serta jalan umum
sebagai sarana mobilitas.
VI.4 Ritus
Data visual-tabel dan grafik tentang Sarana dan Prasarana Kebudayaan Objek
Pemajuan Kebudayaan (OPK) RITUS yang terkumpul melalui survei dan forum
terbuka yaitu :
Gambar 44. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang Mendukung OPK Ritus
Sarana Masyarakat 52
Sarana Pemerintah 34
Data di atas menginformasikan, bahwa Ritus yang merupakan bagian Adat Istiadat
umumnya dilaksanakan di wilayah desa adat, tanah adat, rumah adat, balai desa,
sampai bangunan perkantoran pemerintah. Alat-alat yang digunakan dalam ritus
51
terkait alat-alat kesenian, alat transportasi, alat mata pencaharian sampai busana
adat.
Sarana Masyarakat 16
Sarana Pemerintah 2
Sarana Masyarakat 90
Sarana Pemerintah 5
52
Perlu diketahui, bahwa teknologi tradisional mendukung pengembangan sarana
produksi pertanian, perladagangan dan perikanan. Data menjelaskan, bahwa sarana
produksi terkait dengan dukungan pemerintah melalui fasilitasi berupa pasar, akses
usaha mulai dari benih, pengolahan sampai distribusi menyangkut akses jalan dan
transportasi.
VI.7 Seni
Data visual-tabel dan grafik tentang Sarana dan Prasarana Kebudayaan Objek
Pemajuan Kebudayaan (OPK) SENI yang terkumpul melalui survei dan forum
terbuka, adalah :
Gambar 47. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang Mendukung OPK Seni
Data menjelaskan, bahwa sebagai produk, Seni memerlukan proses dan publikasi.
Untuk mendukung aktivitas seni di atas, diperlukan sanggar, tempat-tempat
pementasan, sekolah, gedung pemerintah, ruang publik semisal alun-alun atau
taman terbuka. Produk seni dipamerkan di ruang terbuka dari alun-alun, tempat
wisata, pasar sampai ruang komersil baik café sampai hotel.
VI.8 Bahasa
Data visual-tabel dan grafik tentang Sarana dan Prasarana Kebudayaan Objek
Pemajuan Kebudayaan (OPK) BAHASA yang terkumpul melalui survei dan forum
terbuka, yaitu :
53
Sarana Masyarakat 15
Sarana Pemerintah 8
Sarana Masyarakat 7
Sarana Pemerintah 1
54
Sarana Masyarakat 4
Sarana Pemerintah 0
55
BAB VII
PERMASALAHAN DAN REKOMENDASI
VII.1.1 Manuskrip
56
Tahapan Indikator Capaian
No. Permasalahan Rekomendasi Tujuan Sasaran
Kerja 2024 2029 2034 2039
Lemahnya Melakukan Memba- Masyara- Memaknai Penyelenga Kongres Pembuda- Publikasi
regenerasi dari regenerasi bagi ngun kat adat raan festival Adat. yaan adat khasanah
pelaku adat dan penerus adat karakte- pelaku sebagai budaya dari lokal budaya lokal
stigma negatif. istiadat. ristik adat. kearifan masing- Penguatan sebagai sebagai
masyara- Pelajar lokal. masing adat multikultur bagian dari
Telaah yang kat dan adat. melalui berbangsa multikultur
berorientasi melalui mahasis- Pelaku peraturan dan dunia.
pada adat dan wa. adat Pembentu- dan bernegara.
pendekatan kearifan diposisi- kan perundang-
budaya dengan local. Masyara- kan lembaga undangan.
pemaknaan kat sebagai pelestari
ulang terhadap umum. local adat tingkat
interpresentasi genius. daerah.
dari peristiwa
budaya adat Adat
tersebut. istiadat
dimaknai
sebagai
kekayaan
multikultu-
ral.
VII.1.4 Ritus
57
VII.1.6 Teknologi Tradisional
Perlindu-
ngan
terhadap
teknologi
tradisional.
Pemutakhi-
ran
teknologi
tradisional.
VII.1.7 Seni
58
kan kat.
Terjadi gedung
pening- kesenian.
katan Mengada-
kualitas kan
apresi- workshop,
asi pendampi-
masya- ngan
rakat apresiasi
terha- seni pada
dap seni pelajar.
tradisi
maupun
modern.
VII.1.8 Bahasa
59
sekolah- keterampi-
sekolah. lan.
VII.2 Upaya
Upaya inisiatif masyarakat dan Pemerintah Kabupaten Cilacap yang sudah dilakukan
per permasalahan, dengan mengacu tabel-tabel dalam Sub Bab VII.1 adalah :
VII.2.1 Manuskrip :
60
Upaya penyimpanan dan perawatan manuskrip baru diupayakan oleh
masyarakat.
VII.2.4 Ritus :
Berbagai ritus yang menyangkut siklus kehidupan dan harmonisasi
manusia dan alam dilakukan sesuai aturan adat, kepercayaan di setiap
komunitas masyarakat adat.
Pemerintah Desa dan Pemerintah Kabupaten melakukan pendampingan.
VII.2.7 Seni :
Di tataran masyarakat, seni dipraktikkan baik dalam kaitan tradisi maupun
kontemporer.
Upaya pemerintah adalah mengaktualisasikan dan mempublikasikan
keabekaragaman seni dalam kegiatan semisal fesitival dan pameran.
VII.2.8 Bahasa :
Bahasa Jawa Banyumasan dan Sunda dipraktikkan sebagai bahasa
pergaulan oleh masyarakat Kabupaten Cilacap. Pemerintah daerah
melestarikan bahasa Daerah dalam muatan lokal di ranah pendidikan.
61
VII.2.11 Cagar Budaya :
Masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengusulan dan perawatan Cagar
Budaya.
Sedang pemerintah melakukan sosialisasi regulasi, pembentukan Tim Ahli
Cagar Budaya, pendataan, penelitian, pendokumentasian dan penetapan
cagar budaya tingkat Kabupaten, termasuk menyelenggarakan Tour the
City (jelajah budaya) yang diikuti guru dan siswa.
62
BAB VIII
LAMPIRAN-LAMPIRAN
VIII.1 Surat Keputusan Bupati Cilacap, Nomor : 430/412/15/Tahun 2018 tanggal 16 Agustus
2018 tentang Pembentukan Tim dan Sekretariat Tim Penyusun Pokok Pikiran
Kebudayaan Daerah Kabupaten Cilacap
63
64
65
66
67
VIII.2 Notulen
Notulen Rapat Koordinasi Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD)
Kabupaten Cilacap
68
69
Notulen Rapat Validasi Data Objek Pemajuan Kebudayaan untuk Penyusunan Pokok
Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Cilacap
70
71
Notulen Rapat Pendataan Objek Pemajuan Kebudayaan untuk Penyusunan Pokok Pikiran
kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Cilacap
72
73
74
75
VIII.3 Dokumentasi Foto
Foto-foto Rapat I : Rapat Koordinasi Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan
Daerah (PPKD) Kabupaten Cilacap, Selasa, 23 Oktober 2018, di Aula Dinas
Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Cilacap
76
Foto-foto Rapat II : Rapat Validasi Data Objek Pemajuan Kebudayaan
Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Cilacap,
Selasa, 6 November 2018, di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Cilacap
77
Foto-foto Rapat III : Rapat Pendataan Objek Pemajuan Kebudayaan untuk
Penyusunan Pokok Pikiran Kebudayaan Daerah (PPKD) Kabupaten Cilacap,
Selasa, 13 November 2018, di Aula Dinas Pendidikan dan Kebudayaan
Kabupaten Cilacap
78
VIII.4 Peraturan-peraturan yang Berkaitan dengan Kebudayaan
Peraturan Bupati Cilacap, Nomor 76 Tahun 2011 tanggal 9 September 2011 tentang
Pedoman Pelaksanaan Gerakan “Bangga Mbangun Desa”
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
Surat Keputusan Bupati Cilacap, Nomor : 431/344/18/Tahun 2016 tanggal 12 April 2016
tentang Penetapan Pengurus Dewan Kesenian Cilacap Periode 2016-2019
92
93
94
95
Surat Keputusan Bupati Cilacap, Nomor : 556/294/15/Tahun 2017 tanggal 26 April 2017
tentang Pembentukan Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Cilacap
96
97
98
99
100
Surat Keputusan Bupati Cilacap, Nomor : 556/246/15/Tahun 2018 tanggal 7 Maret 2018
tentang Penetapan Cagar Budaya Peringkat Kabupaten di Kabupaten Cilacap
101
102
103
104
105
106
107
108
109
VIII.5 Peraturan-peraturan Berkaitan Kebudayaan yang Pernah Ada dan Sudah
Tidak Berlaku
Surat Keputusan Bupati Cilacap, Nomor : 556/295/18/Tahun 2016 tanggal 21 Maret 2016
tentang Pembentukan Tim Ahli Cagar Budaya Kabupaten Cilacap
110
111
112
VIII.6 Daftar Tabel
Kode
Judul Tabel Halaman
Tabel
Tabel 1. Wilayah Administratif Menurut Kecamatan, Desa/ 3
Kelurahan, RT, RW dan Luas Wilayah Per Kecamatan
Tahun 2016
Tabel 2. Ketinggian Rata-Rata Kecamatan Kabupaten Cilacap 4
Tabel 3. Banyaknya Curah Hujan Terbesar dan Jumlah Hari 5
Hujan Yang tercatat Di Stasiun Meterologi Cilacap
Tahun 2016
Tabel 4. Luas Penggunaan Tanah/Lahan Tahun 2016 6
Tabel 5. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Ratio 6
Tahun 2012-2016
Tabel 6. Persebaran Penduduk Kabupaten Cilacap Berdasarkan 7
Wilayah Kecamatan Tahun 2012-2016 (jiwa)
Tabel 7. Jumlah Penduduk Kabupaten Cilacap Berdasarkan Data 7
SIAK/Data Konsolidasi Bersih Tahun 2012-2016
Tabel 8. Penduduk Kabupaten Cilacap Menurut Kelompok Umur 7
dan Jenis Kelamin Tahun 2012-2016
Tabel 9. Kepadatan Penduduk Menurut Kecamatan 9
Tabel 10. Daftar Nama OPK Manuskrip 22
Tabel 11. Daftar Nama OPK Tradisi Lisan 23
Tabel 12. Daftar Nama OPK Adat istiadat 24
Tabel 13. Daftar Nama dan Konteks Adat Istiadat OPK Ritus 26
Tabel 14. Daftar Nama OPK Pengetahuan Tradisional 28
Tabel 15. Daftar Nama dan Cabang Seni OPK Seni 32
Tabel 16. Statistik OPK Bahasa 35
Tabel 17. Statistik OPK Permainan Rakyat 36
Tebel 18. Daftar Nama OPK Olahraga Tradisional 36
Tabel 19. Daftar Nama dan Lokasi OPK Cagar Budaya 37
Tabel 20. OPK Cagar Budaya Menurut Kondisi Aktual 38
Tabel 21. Jumlah Lembaga menurut Objek Cagar Budaya 48
113
VIII.7 Daftar Gambar
Kode
Judul Gambar Halaman
Gambar
Gambar 1. Peta Wilayah Administrasi Kabupaten Cilacap 3
Gambar 2. Piramida Penduduk Kabupaten Cilacap Tahun 2016 8
Gambar 3. Grafik OPK Manuskrip Menurut Bahan 22
Gambar 4. Diagram Persentase OPK Manuskrip Menurut 22
Bahasa
Gambar 5. Grafik Jumlah Pengakses Menurut OPK Manuskrip 23
Gambar 6. Grafik OPK Tradisi Lisan Menurut Jenis 24
Gambar 7. Grafik OPK Tradisi Lisan Menurut Etnis 24
Gambar 8. Grafik OPK Adat istiadat Menurut Jenis 25
Gambar 9. Grafik OPK Adat Istiadat Menurut Etnis 26
Gambar 10. Grafik OPK Ritus Menurut Etnis 27
Gambar 11. Grafik OPK Pengetahuan Tradisional Menurut Jenis 28
Gambar 12. Grafik OPK Pengetahuan Tradisional Menurut Etnis 29
Gambar 13. Grafik OPK Teknologi Tradisional Menurut Jenis 29
Gambar 14. Grafik OPK Teknologi Tradisional Menurut Etnis 30
Gambar 15. Grafik Jumlah Pelaku Pemanfaatan Teknologi 31
Tradisional
Gambar 16. Grafik OPK Seni Menurut Cabang Seni 34
Gambar 17. Grafik Jumlah Pelaku/Pendukung Seni Menurut 35
Cabang Seni
Gambar 18. Diagram OPK Bahasa Menurut Status Penggunaan 35
Gambar 19. Grafik OPK Permainan Rakyat Menurut Etnis 36
Gambar 20. Grafik OPK Olahraga Tradisional Menurut Etnis 37
Gambar 21. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Manuskrip 39
Gambar 22. Diagram OPK Tradisi Lisan Menurut Frekuensi 39
Pelaksanaan
Gambar 23. Grafik Jumlah Penutur Menurut OPK Tradisi Lisan 40
Gambar 24. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Tradisi Lisan 40
Gambar 25. Diagram OPK Adat Istiadat Menurut Frekuensi 41
Pelaksanaan
Gambar 26. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Adat istiadat 41
Gambar 27. Diagram OPK Ritus Menurut Frekuensi Pelaksanaan 42
Gambar 28. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Ritus 42
Gambar 29. Diagram OPK Pengetahuan Tradisional Menurut 43
Frekuensi Pelaksanaan
Gambar 30. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Pengetahuan 43
Tradisional
Gambar 31. Diagram OPK Teknologi Tradisional Menurut 44
Frekuensi Pelaksanaan
Gambar 32. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Teknologi 44
Tradisional
Gambar 33. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Seni 45
Gambar 34. Diagram OPK Bahasa Menurut Status Penggunaan 45
Gambar 35. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Bahasa 46
Gambar 36. Diagram OPK Permainan Rakyat Menurut Frekuensi 46
Pelaksanaan
Gambar 37. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Permainan 47
Rakyat
Gambar 38. Diagram OPK Olahraga Tradisional Menurut 47
Frekuensi Pelaksanaan
Gambar 39. Grafik Jumlah Lembaga menurut Objek Olahraga 47
Tradisional
Gambar 40. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 49
114
Mendukung OPK Manuskrip
Gambar 41. Grafik OPK Tradisi Lisan Menurut Media Penyajian 49
Gambar 42. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 50
Mendukung OPK Tradisi Lisan
Gambar 43. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 51
Mendukung OPK Adat istiadat
Gambar 44. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 51
Mendukung OPK Ritus
Gambar 45. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 52
Mendukung OPK Pengetahuan Tradisional
Gambar 46. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 52
Mendukung OPK Teknologi Tradisional
Gambar 47. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 53
Mendukung OPK Seni
Gambar 48. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 53
Mendukung OPK Bahasa
Gambar 49. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 54
Mendukung OPK Permainan Rakyat
Gambar 50. Diagram Persentase Sarana Prasarana yang 54
Mendukung OPK Olahraga Tradisional
115