Anda di halaman 1dari 22

TUGAS KEPERAWATAN HIV / AIDS

KONSEP INFEKSI MENULAR SEKSUAL (IMS)

MAKALAH

Untuk memenuhi Tugas Keperawatan Gawat Darurat


Prodi Profesi Ners poltekkes kemenkes kaltim

Kelompok 2 :

Adhan Azhari Rauf


Eko Prasetya Budi
Ria Maharani
Victoria Paningoan

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN


KALIMANTAN TIMUR JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI PROFESI NERS
2019
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T., karena berkat

rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan penyusunan tugas keperawatan

HIV / AIDS dengan judul “Konsep Infeksi Menular Seksual (IMS)”.

Penyusunan tugas ini merupakan tugas mata kuliah keperawatan HIV / AIDS

untuk menyelesaikan pendidikan pada Program profesi Ners Poltekkes Kemenkes

Kalimantan Timur. Dengan segala keterbatasan yang penulis miliki, penyusunan

tugas ini akan sulit terwujud tanpa bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu

penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dosen mata kuliah Keperawatan HIV / AIDS.

2. Teman - teman Prodi Profesi Ners Poltekkes Kemenkes Angkatan 2019

khususnya, serta semua pihak yang telah turut serta membantu penyelesaian

tugas ini.

Akhirnya penulis berharap semoga tugas ini dapat berguna dan bermanfaat

bagi pengembangan ilmu dan semua pihak yang berkepentingan.

Samarinda, Agustus 2019

Penulis

ii
DARTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................................................................ i
KATA PENGANTAR .......................................... Error! Bookmark not defined.
DARTAR ISI ........................................................................................................ iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................
1.1. Latar Belakang ............................................ Error! Bookmark not defined.
1.2. Rumusan Masalah ....................................... Error! Bookmark not defined.
1.3. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................
2.1. Pengertian Infeksi Menular Seksual............................................................. 3
2.2. Etiologi ........................................................................................................ 3
2.3. Tanda dan Gejala.......................................................................................... 5
2.4. Kelompok Perilaku Resiko Tinggi ......................................................................... 5
2.5. Macam-macam Penyakit Menular Seksual .................................................. 5
2.6. Hubungan IMS dengan kejadian HIV/AIDS .............................................. 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 17
3.2. Saran ........................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang timbul atau
ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa
timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin. Kegagalan deteksi
dini IMS dapat menimbulkan berbagai komplikasi misalnya kehamilan
ektopik, kanker anogenital, infeksi pada bayi yang baru lahir atau infeksi
pada kehamilan. Pada prakteknya banyak IMS yang tidak menunjukkan
gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga mempersulit
pemberantasan dan pengendalian penyakit ini. (Widoyono, 2011)
Terdapat lebih dari 15 juta kasus IMS dilaporkan tiap tahun Menurut
The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan World
Health Organisation (WHO) memperkirakan setiap tahun terdapat 350 juta
penderita baru penyakit IMS di negara berkembang seperti Afrika, Asia,
Asia Tenggara, Amerika Latin. Indonesia adalah salah satu negara
berkembang dengan prevalensi penderita IMS masih sangat tinggi yaitu
berkisar antara 7,4% - 50%. Di negara-negara berkembang infeksi dan
komplikasi IMS adalah salah satu dari lima alasan utama tingginya angka
kesakitan. Dalam kaitannya dengan infeksi Human Infection Virus (HIV)
.United States Bureau of Census mengemukakan bahwa di daerah yang
tinggi prevalensi IMS-nya, ternyata tinggi pula prevalensi HIV-AIDS dan
banyak ditemukan perilaku seksual berisiko tinggi. Salah satu kelompok
seksual yang berisiko tinggi terkena IMS adalah perempuan pekerja seks.
(WHO, 2012)
Usia remaja merupakan kelompok yang paling rentan terkena
infeksi ini, dilaporkan lebih dari 3 juta kasus per tahun. Masa remaja
adalah masa peralihan antara tahap anak dan dewasa. Masa remaja di tandai
dengan kematangan fisik, sosial, dan psikologis yang berhubungan

1
2

langsung dengan kepribadian, seksual, dan peran sosial remaja. Masa


remaja terdiri dari masa remaja awal (10- 14 tahun), masa remaja
pertengahan (14- 17 tahun), dan masa remaja akhir (17 - 19 tahun). Untuk
itu, masa remaja membutuhkan perhatian khusus dalam mencegah
terjadinya IMS. (Permenkes, 2014)
Tahun 2016, Dinas Kesehatan Provinsi Kalimnatan timur
menemukan kasus infeksi menular seksual secara keseluruhan di Kalimantan
Timur berjumlah 7.523 kasus. Menurut data Samarinda tertinggi dengan
1.049 kasus, Balikpapan 978 kasus, Kutim 732 kasus, Kukar 654 kasus, dan
4 daerah ini yang paling aktif dalam pencarian kasus IMS. (Dinkes Prov
Kaltim, 2016)

1.2. Rumusan Masalah


Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini antara lain adalah:
1. Apa pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS)?
2. Apa penyebab Infeksi Menular Seksual (IMS)?
3. Apa saja jenis – jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)?
4. Bagaimana hubungan Infeksi Menular Seksual (IMS) dengan kejadian
HIV/AIDS

1.3. Tujuan Penulisan


1. Tujuan Umum
Untuk memahami dan mendalami perspektif keperawatan pada klien
dengan Infeksi Menular Seksual ( IMS ).
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengertian Infeksi Menular Seksual (IMS).
b. Untuk mengetahui penyebab Infeksi Menular Seksual (IMS)
c. Untuk mengetahui jenis-jenis Infeksi Menular Seksual (IMS)
d. Untuk mengetahui hubungan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan
HIV/AIDS
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infeksi Menular Seksual


Penyakit kelamin (veneral disease) sudah lama di kenal dan
beberapa di antaranya sangat populer di Indonesia yaitu sifilis dan
gonorrea. Dengan semakin majunya ilmu pengetahuan, dan semakin
banyaknya penyakit-penyakit baru, sehingga istilah tersebut tidak sesuai
lagi dan diubah menjadi Sexually Transmitted Diseases (STD) atau
Penyakit Menular Seksual (PMS). Kemudian sejak 1998, istilah Sexually
Transmitted Diseases (STD) mulai berubah menjadi Infeksi menular
seksual (IMS) agar dapat menjangkau penderitaan asimptomatik. (Daili,
2009)
Infeksi menular Seksual (IMS) adalah berbagai infeksi yang dapat
menular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua
teknik hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik
berlawanan jenis kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa
menjadi sarana penularan penyakit kelamin. Sehingga kelainan
ditimbulkan tidak hanya terbatas pada daerah genital saja, tetapi dapat
juga di daerah ekstra genital. Kelompok umur yang memiliki risiko
paling tinggi untuk tertular IMS adalah kelompok remaja sampai dewasa
muda sekitar usia (15-24 tahun). (Daili, 2009)
2.2 Etiologi
Menurut Handsfield (2001) dalam Chiuman (2009), penyakit
menular seksual dapat diklasifikasikan berdasarkan agen penyebabnya,
yakni :
1. Dari golongan bakteri, yakni Nisseria gonorrhoae, Treponema
Pallidum, Chlamydia Trachomatis, Ureaplasma Urealyticum,
Mycoplasma Hominis, Gardnella Vaginalis, Salmonella sp, Shigella sp,

3
4

Campy lobacter sp, Streptococus group B, Mobiluncus sp.


2. Dari golongan protozoa, yakni Trichomonas Vaginalis, Entamoeba
Histolycica, Giardia Lamblia.
3. Dari golongan virus, yakni Human Immunodeficiency Virus (tipe 1 dan
2), Herpes Simplex Virus (tipe 1 dan 2), Human Papiloma Virus,
Cytomegalovirus, Epstein-barr Virus, Molluscum Contagiosum Virus.
4. Dari golongan ektoparasit, yakni Phthirus Pubis dan Sarcoptes Scabei.
2.3 Tanda dan Gejala
Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:
1. Perempuan
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus,
mulut atau bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil - kecil, diikuti luka
yang sangat sakit disekitar alat kelamin.
b. Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal,
kekuningan, kehijauan, berbau atau berlendir.
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita
biasanya tidak menyebabkan sakit atau burning urination.
d. Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin
e. Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul
dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi
saluran reproduksi ( infeksi yang telah berpindah kebagian dalam
sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium )
f. Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin. (Aniandia, 2011)
2. Laki - laki
a. Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus ,
mulut atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil - kecil , diikuti
luka yang sangat sakit di sekitar alat kelamin
b. Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari
pembukaan kepala penis atau anus.
c. Sakit pada saat buang air kecil yaitu rasa terbakar atau rasa sakit
selama atau setelah urination.
5

d. Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di


kantong zakar. (Anindia, 2011)
2.4 Kelompok Perilaku Resiko Tinggi
Dalam Infeksi menular seksual (IMS) yang dimaksud dengan
perilaku resiko tinggi ialah perilaku yang menyebabkan seseorang
mempunyai resiko besar terserang penyakit tersebut. Yang tergolong
kelompok resiko tinggi adalah:
1. Usia
a. 20 - 34 tahun pada laki - laki
b. 16 - 24 tahun pada wanita
c. 20 - 24 tahun pada pria dan wanita
2. Pelancong
3. PSK (Pekerja Seks Komersial)
4. Pecandu narkotik
5. Homo seksual. (Daili, 2009)
2.5 Macam - Macam Penyakit Menular Seksual
Berdasarkan penyebabnya, Infeksi menular seksual di bedakan
menjadi empat kelompok yaitu:
1. IMS yang disebabkan bakteri, yaitu: Gonore, infeksi genital non
spesifik, Sifilis, Ulkus Mole, Limfomagranuloma Venerum, Vaginosis
bakterial
2. IMS yang disebabkan virus, yaitu: Herpes genetalis, Kondiloma
Akuminata, Infeksi HIV, dan AIDS, Hepatitis B, Moluskus
Kontagiosum.
3. IMS yang disebabkan jamur, yaitu: Kandidiosis genitalis
4. IMS yang disebabkan protozoa dan ektoparasit, yaitu: Trikomoniasis,
Pedikulosis Pubis, Skabies. (Daili, 2009)
Berdasarkan cara penularannya, infeksi menular seksual
dibedakan menjadi dua, yaitu IMS mayor (penularannya dengan
hubungan seksual) dan IMS minor (Penularannya tidak harus dengan
hubungan seksual).
6

1 IMS mayor
a. Gonore
Etiologi Gonore: Neisseria gonorrhoeae. Masa inkubasi: Pria 2-5
hari, gejala pada wanita sulit diketahui oleh karena sering asimtomatik.
Gejala klinis: Pria duh tubuh uretra, kental, putih kekuningan atau
kuning, kadang-kadang mukoid atau mukopurulen; eritema dan atau
edema pada meatus. Sedangkan pada wanita seringkali asimtomatik,
apabila ada duh tubuh serviks purulen atau mukopurulen, kadang-
kadang disertai eksudat purulen dari uretra atau kelenjar Bartholini.
Pada wanita biasanya datang berobat setelah ada komplikasi antara lain
servisitis, bartilinitis, dan nyeri pada panggul bagian bawah. (Siregar,
2005)
Diagnosis ditegakan atas dasar anamnesis, pemeriksaan klinis,
dan beberapa pemeriksaan penunjang yaitu: sediaan langsung, kultur
(biakan), tes betalaktamase, tes Thomson (Siregar, 2005)
Komplikasi: Pada pria epididimitis, orkitis infertilitas,
sedangkan komplikasi pada wanita adneksitis, salpingitis kehamilan
ektopik, infertilitas, striktur uretra, konjungtivitas, meningitis, dan
endokarditis. Pencegahan: Tidak berhubungan intim, setia pada
pasangan dan menggunakan kondom

Gambar 1. Infeksi bakteri akibat Gonore


7

b. Sifilis
Etiologi Sifilis: Treponema Palidum. Merupakan penyakit
menahun dengan remisi dan ekserbasi, dapat menyerang seluruh organ
tubuh. Mempunyai periode laten tanpa manifestasi lesi pada tubuh, dan
dapat di tularkan dari ibu kepada janinnya. (Daili, 2009) Sifilis di bagi
menjadi sifilis akuisita (di dapat) dan sifilis kongenital. Sifilis akuisita di
bagi menjadi 3 stadium sebagai berikut:
1. Stadium I: erosi yang selanjutnya menjadi ulkus durum
2. Stadium II: dapat berupa roseola, kondiloma lata, bentuk varisela
atau bentuk plak mukosa atau alopesia
3. Stadium III: bersifat destruktif, berupa guma di kulit atau alat – alat
dalam dan kardiovaskuler serta neurosifilis. (SMF, 2007)
Diagnosis di tegakan dengan diagnosis klinis di konfirmasi
dengan pemeriksaan labolatorium berupa pemeriksaan lapangan gelap
(pemeriksaan lapangan gelap, mikroskop fluorensi) menggunakan
bagian dalam lesi guna menemukan T-pallidum. Selain itu menggunkan
penentuan antibody dalam serum (tes menentukan anti body
nonspesifik, tes menentukan antibodi spesifik, antibody terhadap
kelompok antigen yaitu tes Reiter Protein Complement Fixation).
(Siregar, 2005)

Gambar 2.Sifilis
8

c. Ulkus Mole
Etiologi: Haemophillus ducreyi gram negatif streptobacillus,
biasa disebut chancroid merupakan penyakit infeksi genentalia akut.
Gejala klinis: Ulkus multipel, bentuk tidak teratur, dasar kotor, tepi
bergaung, sekitar ulkus eritema dan edema, sangat nyeri. Kelenjar getah
bening inguinal bilateral atau unilateral membesar, nyeri, dengan eritema
di atasnya, seringkali disertai tanda-tanda fluktuasi, biasanya tidak
disertai gejala sistemik.
Diagnosis ulkus mole di tegakan berdasarkan riwayat pasien,
keluhan dan gejala klinis, serta pemeriksaan labolatorium. Pemeriksaan
langsung bahan ulkus dengan pengecatan gram memperlihatkan basil
kecil negatif gram yang berderat berpasangan seperti rantai di intersel
atau ekstrasel. Dengan menggunkan kultur H-ducreyi, pemeriksaan
yang di peroleh lebih akurat. Bahan di ambil dari dasar ulkus yang di
peroleh lebih akurat. Bahan di ambil dari dasar ulkus yang purulen atau
pus. Selain itu bisa dengan tes serologi ito-Reenstierma, tes ELISA,
presipitin, dan aglutinin. (Siregar, 2005) Komplikasi: Luka terinfeksi
dan menyebabkan nekrosis jaringan. Pencegahan: Tidak berhubungan
intim sebelum menikah, setia pada pasangan, dan menggunakan
kondom

Gambar 3. Ulkus Mole


9

d. Limfogranuloma Venerum
Limfogranuloma Venerum adalah infeksi menular seksual yang
mengenai sistem saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe, terutama
pada daerah genital, inguinal, anus, dan rectum. (Anindia, 2011)
Penyebabnya adalah Clamydia trachomatis, yang merupakan
organisme dengan sifat sebagian seperti bakteri dalam hal pembelahan
sel, metabolisme, struktur, maupun kepekaan terhadap antibiotika dan
kemoterapi, dan sebagian lagi bersifat seperti virus yaitu memerlukan
sel hidup untuk berkembang biaknya. (Daili, 2009)
Gejala penyakit berupa malaise, nyeri kepala, athralgia,
anoreksia, nausea, dan demam. Kemudian timbul pembesaran kelenjar
getah bening inguinal medial dengan tanda - tanda radang. Penyakit
ini dapat berlanjut memberikan gejala - gejala kemerahan pada saluran
kelenjar dan fistulasi.
Diagnosis dapat di tegakan berdasarkan gambaran klinis, tes
GPR, tes Frei, tes serologi, pengecatan giemsa dari pus bubo, dan kultur
jaringan. Komplikasi: Elefantiasis genital atau sindroma anorectal
Pencegahan: Tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada
pasangan, menggunakan kondom.

Gambar 4. Limfogranuloma Venerum


10

e. Granuloma Inguinal
Granuloma Inguinal merupakan penyakit yang timbul akibat
proses granuloma pada daerah anogenital dan inguinal. Etiologinya
adalah: Donovania granuloma (Calymatobacterium granulomatosis).
Lebih banyak menerang usia aktif (20 - 40 tahun). Dan lebih sering
terdapat pada pria dari pada wanita. (Anindia, 2011)
Perjalanan penyakit termasuk keluhan utama dan keluhan
tambahan, awalnya timbul lesi bentuk papula atau vesikel yang
berwana merah dan tidak nyeri, perlahan berubah menjadi ulkus
granulomatosa yang bulat dan mudah berdarah, mengeluarkan sekret
yang berbau amis. (Anindia, 2011)
2. IMS Minor
a. Herpes Genetalis
Herpes genitalis adalah infeski pada genital yang disebabkan
oleh Herpes simpleks virus dengan gejala khas berupa vesikel yang
berkelompok dengan dasar eritema dan bersifat rekurens. Hubungan
resiko yang beresiko tinggi dengan seseorang penderita herpes dapat
meningkatkan resiko terkena virus herpes simpleks. (Wolf, 2007)
Manifestasi klinis di pengaruhi oleh faktor hospes, pajanan HSV
sebelumnya, episode terdahulu dan tipe virus. Daerah predileksi pada
pria biasanya di preputium, gland penis, batang penis, dapat juga di
uretra dan daerah anal (homoseksual). Sedangkan pada wanita biasanya
di dareah labia mayor atau labia minor, klitoris, introitus vagina, serviks.
Gejala klinis: diawali dengan papul - vesikel. Ulkus/erosi
multipel berkelompok, di atas dasar eritematosa, sangat nyeri, nyeri
dan edema di inguinal, limfadenopati bilateral, dan kenyal, disertai
gejala sistemik umumnya lesi tidak sebanyak seperti pada lesi primer, dan
keluhan tidak seberat lesi primer, timbul bila ada faktor pencetus.
Herpes genital dapat kambuh apabila ada faktor pencetus daya
tahan menurun, faktor stress pikiran, senggama berlebihan, kelelahan dan
lain-lain. Umumnya lesi tidak sebanyak dan seberat pada lesi primer
11

Komplikasi dapat ditumpangi oleh infeksi bakteri lain.


Pencegahannya tidak berhubungan intim sebelum menikah, setia pada
pasangan, menggunakan kondom, dan hindari faktor pencetus.

Gambar 5. Hepers Genitalis


b. Non Spesifik Uretritis
Non spesifik uretritis adalah peradangan uretra yang
penyebabnya dengan pemeriksaan sederhana tidak dapat di ketahui
atau di pastikan. Organisme penyebab uretritis nonspesifik: Chlamidya
trachomatis (30- 50 %) Ureaplasma urealyticum (10 -40 %) Lain - lain
(20-30%): Trichomonas vaginalis, ragi, virus Herpes simpleks,
adenovirus, Haemophylus sp, Bacteroides ureolyticus, Mycoplasma
geniculatum, dan bakteri lain.9
c.Tricomoniasis
Merupakan infeksi dari penyakit protozoa yang disebebakan oleh
Trichomonas vaginalis, biasanya di tularkan melalui hubungan seksual
dan sering menyerang traktus urogenitalis bagian bawah pada pria
maupun wanita, namun peranannya pada pria sebagai penyebab
penyakit masih diragukan. Gejalapada wanita sering asimptomatik. Bila
ada keluhan biasanya berupa sekret vagina yang berlebihan dan
12

berbau. Sekret berwarna kehijauan dan berbusa. (Siregar, 2005)

Gambar 6.Trikomonas
d. Kandidiasis vaginalis
Kandidiasis adalah infeksi dengan berbagai manifestasi klinis
yang disebabkan oleh candida, candida albicans dan ragi (yeast) lain
(terkadang C. glabarata) dari genus candida. (Anindia, 2011) Kandida
pada wanita umumnya infeksi pertama kali timbul pada vagina yang di
sebut vaginitis dan dapat meluas sampai vulva (vulvitis), jika mukosa
vagina dan vulva keduanya terinfeksi disebut kandidiosis
vulvovaginalis (KVV). (Daili, 2009) Gejala penyakit ini adalah rasa
panas dan iritasi pada vulva, selain itu juga sekret vagina yang
berlebihan berwarna putih susu. Pada dinding vagina terdapat gumpalan
seperti keju. (Siregar, 2005)

Gambar 7. Kandidiosis Vulvovaginalis


13

e. Vaginosis bacterial
Adalah suatu sindrom perubahan ekositem vagina dimana terjadi
pergantian dari lactobacillus yang normalnya memproduksi H 2O2 di
vagina dengan bakteri anaerob (seperti Prevotella Sp, Mobiluncus Sp,
Gardenerella vaginalis, dan Mycoplasma hominis) yang menyebabkan
peningkatan pH dari nilai kurang 4,5 sampai 7,0. (Daili, 2009) Wanita
dengan vaginosis bacterialis dapat tanpa gejala atau mempunyai bau
vagina yang khas seperti bau ikan, amis, terutama waktu berhubungan
seksual. Bau tersebut di sebabkan karena adanya amin yang menguap
bila cairan vagina menjadi basa. (Siregar, 2005)

Gambar 8. Vaginosis bacterialis


f. Kondiloma Akuminata
Kondiloma Akuminata ialah infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh human papiloma virus (HPV) dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa. Sinonim genital warts, kutil
kelamin, penyakit jengger ayam. (SMF, 2007)
Untuk kepentingan klinis maka KA dibagi menjadi 3 bentuk:
bentuk papul, bentuk akuminata, bentuk datar. Meskipun demikian
tidak jarang di temukan bentuk peralihan Diagnosis ditegakan
berdasarkan gejala klinis. Untuk lesi yang meragukan bisa
menggunakan asam asetat 5 % yang di bubuhkan ke lesi selama 3-5
14

menit, lesi kondiloma akan berubah menjadi putih. Dapat juga


dilakukan pemeriksaan histopatologis. (Wolf, 2007)

Gambar 9. Kondiloma Akuminata


g. Moluskum Kontagiosum
Moluskum Kontagiosum merupakan neoplasma jinak
padajaringan kulitdan mukosa yang di debabkan oleh virus moluskum
kontagiosum. Terutama menyerang anak - anak. Orang dewasa yang
kehidupan seksualnya sangat aktif, serta orang yang mengalami
gangguan imunitas. Lesi MK berupa papul milier, ada lekukan (delle),
permukaan halus, konsistensi kenyal, dengan umbilikasi pada bagian
sentral. Lesi berwarna putih, kuning muda, atau seperti warna kulit.
Bila di tekan akan keluar masa putih seperti nasi. Jumlah lesi biasanya
berkisar 30 buah, tetapi bisa lebih kemiudian membentuk plakat dan
kulit di sekitar lesi dapat mengalami esktimatisasi (dermatitis
moluskum). Prinsip penatalaksanaannya adalah mengeluarkan masa
putih di dalamnya dengan alat seperti ekstrator komedo, jarum suntik,
bedah beku, dan elektrocauterisasi
15

j. AIDS
Acquired Imunodeficiency Syndrome adalah kumpulangejala
yang timbul akibat menurunnya kekebalan suhu tubuh yang di
peroleh, disebabkan oleh human imunodeficiency virus (HIV). AIDS
disebebkan oleh masuknya HIV kedalam tubuh manusia. Jika sudah
masuk dalam tubuh, HIV akanmenyerang sel- sel darah putih yang
mengatur system kekebalan tubuh, yaitu sel -sel penolong,” sel T
Helper”. (SMF, 2007)
Gejala mayor:
1). Penurunan BB yang mencolok/ pertumbuhan abnormal
2). Diare kronik lebih dari 1 bulan
3). Demam lebih menjadi 1 bulan
Gejala minor:
1). Limfadenopati umum
2). Kandidiasis orofaring
3). Infeksi umum berulang
4). Batuk lebih 1 bulan
5). Dermatitis umum
6). Infeksi HIV maternal (Suryaatmaja, 2007)
2.6 Hubungan IMS dengan Kejadian HIV/AIDS
Menurut penilitian Kalimah 2013 tentang Hubungan Karakteristik
Pasien, Perilaku Beresiko dan Infeksi Menular Seksual dengan Kejadian
HIV/AIDS di Klinik VCT (Voluntary Counselling and Testing)
Puskesmas Cikarang didapatkan Status IMS mempunyai hubungan yang
bermakna (p = 0,011) dengan kejadian HIV. Pasien yang tidak
melakukan pemeriksaan IMS akan mempunyai resiko lebih tinggi untuk
mengalami kejadian HIV positif dibanding responden yang
memeriksakan IMS. Ini dapat terjadi karena orang yang tidak
memeriksakan IMS tidak tahu bahwa kemungkinana mereka sebenarnya
telah terinfeksi penyakit IMS sehingga mereka melakukan perilaku
beresiko tanpa pengaman yang pada akhirnya merugikan mereka karena
16

mereka bisa saja tertular HIV. Perlukaan pada kelamin karena adanya
IMS dapat mempermudah seseorang tertular HIV saat berhubungan seks
tanpa pengaman.
Data eipidemiolgi menunjukkan bahwa ada ‘sinergi
epidemiologi’ antara Infeksi Menular Seksual (IMS) dan penularan
HIV. Penularan HIV akan meningkat 10 kali pada pasien IMS dan
pasien terinfeksi HIV sedangkan pada pasien HIV positif memiliki
resiko lebih tinggi terinfeksi dengan IMS lain.
Perilaku seks resiko tinggi dan penggunaan narkoba merupakan
dua penyebab utama IMS dan infeksi HIV (Henrica Teja, Rowawi R, et al,
2012). Pada penelitian yang dilakukan oleh Henrica Teja, Rowawi, et al
(2012) terhadap 81 pasien HIV di Klinik Teratai RS Hasan Sadikin,
didapat hasil sebanyak 14 orang pasien positif C. Trachomatis yang
merupakan salah satu infeksi menular seksual. Dari 14 pasien tersebut 10
orang berusia 25-35 tahun dan berjenis kelamin laki-laki. Menurut
Laksana (2010) peradangan dan ulkus pada penderita IMS meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi HIV, karena rusaknya barier mukosal
memudahkan masuknya virus HIV ke dalam pembuluh darah.
IMS biasanya tidak bergejala terutama pada wanita sehingga
kadang kadang orang enggan untuk memeriksakan IMS karena tidak ada
keluhan yang dialaminya. Karena IMS sering tidak dirasakan / tidak
menunjukkan gejala, sehingga penting sekali untuk melakukan
pemeriksaan secara rutin di tempat pelayanan / klinik IMS (FHI,1997).
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit yang timbul atau
ditularkan melalui hubungan seksual dengan manifestasi klinis berupa
timbulnya kelainan-kelainan terutama pada alat kelamin. Kegagalan deteksi
dini IMS dapat menimbulkan berbagai komplikasi misalnya kehamilan
ektopik, kanker anogenital, infeksi pada bayi yang baru lahir atau infeksi
pada kehamilan. Pada prakteknya banyak IMS yang tidak menunjukkan
gejala (asimtomatik) terutama pada wanita, sehingga mempersulit
pemberantasan dan pengendalian penyakit ini
3.2 Saran
a. Bagi Institusi / Pemerintah
Melalui hak yang dimiliki pemerintah untuk membuat kebijakan,
agar sekiranya dapat menyentuh kepada seluruh lapisan masyarakat
sehingga dalam nmenerapkan kebijakan ang dibuat oleh pemerintah
mudah dilaksanakan dan dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat.
Pemerintah bersama jajarannya selalu sigap dalam menangani masalah
infeksi menular seksual sehingga penularannya dapat dicegah sehingga
tidak banyak jatuh korban yang berujung kepada kematian.
b. Bagi Mahasiswa Perawat
Mahasiswa keperawatan mengikuti organisasi keagamaan yang
ada, karena merupakan potensi untuk sosialisasi dan promosi tentang
pencegahan infeksi menular seksual. Selain itu mahasiswa membiasakan
perilaku yang dapat mencegah terinfeksi infeksi menular seksual, baik saat
di klinik maupun dalam kehidupan sehari-hari, senantiasa menambah
wawasan terbaru mengenai perkembangan penularan infeksi menular
seksual, agar dapat secara kontinyu memahami pencegahan infeksi
penularan seksual, dan upaya promotif mengenai organisasi-organisasi

17
18

kemahasiswaan mengenai penanggulangan infeksi menular seksual karena


dengan demikian akan menambah wawasan tentang penularan dan
pencegahan infeksi menular seksual dimasyarakat.
c. Bagi Masyarakat
Kegiatan pengabdian perawat kepada masyarakat seperti
penyuluhan kesehatan tentang pencegahan dan penularan infeksi menular
seksual perlu dilakkan secara kontinyu terutama oleh pihak atau dinas
yang terkait karena melihat masih rendahnya tingkat pengetahuan
masyarakat tentang pencegahan dan penularan infeksi menular seksual.
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Widoyono M. Penyakit Tropis Semarang: Erlangga; 2011.

Dr. Anung Sugiantono MK. Profil Kesehatan Jawa Tengah Tahun 2012
Semarang; 2012

Herdianto J. Pergaulan Bebas Di kalangan Remaja ( Penyebab dan


Dampaknya ) Avaible:
http://smkn1magetan.sch.magetankab.go.id/pergaulan-bebas-
dikalanganremaja-penyabab-dan-dampaknya/#/.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 tahun 2014 Tentang


Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehtan Nasional. In
Indonesia DKR, (Ed). Jakarta 2014.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 19 tahun 2014 In


Indonesia KKR, (Ed). Jakarta 2014.6.

Pengembangan media promosi kesehatan. In Indonesia DKR, (Ed). Jakarta 2004

Daili SF. Infeksi Menular Seksual.Jakarta: Balai penerbit FK UI 2009.

Anindia DE.2011 Tanda Anda Tertular Penyakit Menular Seksual

Siregar RS. Atlas Bewena Saripati Penyakit Kulit: EGC 2005. 12. Bag/SMF Ilmu
Kesehtan Kuliit dan Kelamin FK UNAIR/RSU Dr. Soetomo
Surabaya.Atlas Penyakit Kulit dan kelamin Surabaya : Air langga
University press 2007.

Wolf K. Johnshon RA. Fitzpatrick’s Color Atlas & Synopsis of Clinical


Dermatology.

Suryaatmaja L. Herpes.Semarang: Grasia Offset2007.

Anda mungkin juga menyukai