Anda di halaman 1dari 2

Fenomena lansia

BerdasarkanUndang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang


Kesejahteraan Lanjut Usia BAB I Pasal 1, yang dimaksudkan dengan lanjut usia adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 (enam puluh) tahun ke atas. Menurut Hurlock (1999),
masa lansia dimulai dari umur 60 (enam puluh) tahun sampai meninggal dunia yang ditandai
dengan adanya berbagai perubahan yang bersifat fisik dan psikologis serta semakin
menunjukkan penurunan dalam setiap perubahan. Sensus penduduk tahun 2010 menunjukkan
bahwa penduduk lansia usia 60 tahun ke atas meningkat secara signifikan. Pada tahun 1960-
an dan 1970-an penduduk lansia mungkin hanya sekitar 2 persen, saat ini sudah menjadi
sekitar 10 persen dari 238 juta jiwa (Puspitaningsih, 2014). Setiap orang mengalami
perkembangan dalam dirinya dan perkembangan tersebut berlangsung sepanjang kehidupan
baik perkembangan fisik maupun psikologis. Setiap tahap perkembangan yang dialami
manusia akan menyebabkan suatu perubahan dan seringkali akan memunculkan masalah
(Aleydrus, 2014). Batasan untuk kategori lansia berdasarkan tingkatan usia menurut WHO
yaitu:usia pertengahan (middleage) 45 – 59 tahun, usia lanjut (elderly) 60 – 74 tahun, usia
lanjut usia (old) 75 – 90 tahun dan sangat tua (very old) lebih dari 90 tahun (WHO, 2012).
Menurut Dinas Kependudukan Amerika Serikat, jumlah populasi lansia berusia 60 tahun atau
lebih diperkirakan hampir rmencapai 600 juta orang dan di proyeksikan menjadi 2 milliar
pada tahun 2050, pada saat itu lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun). Di
Indonesia di proyeksikan sebesar 7,28% dan pada tahun 2020 menjadi besar 11,34%
berjumlah 28.822.879 jiwa (Padila,2013).

Proporsi penduduk dewasa, terutama lansia di Jawa Tengah terus mengalami


peningkatan. Pada tahun 2013 jumlah lansia mencapai 3,69 juta jiwa atau 11,10 persen dari
seluruh penduduk Provinsi Jawa Tengah kemudian naik menjadi 3,98 juta jiwa atau sebesar
11,79 persen pada tahun 2015. Sedangkan berdasarkan hasil Angka ProyeksiPenduduk tahun
2017, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat menjadi 4,31 juta jiwa atau sebesar
12,59 persen (BPS Jawa Tenggah 2017).

Kualitas hidup yang dipengaruhi oleh aspek sosial dan lingkungan berkaitan erat
dengan lingkungan tempat tinggal lansia. Lansia pada umumnya tinggal bersama dengan
keluarga, namun tidak sedikit lansia yang tinggal di panti jompo. Panti jompo merupakan
salah satu tempat menampung atau merawat lansia. Panti jompo adalah salah satu bentuk
pemerintah kepada masyarakat yang telah berusia lanjut. Dibanyak negara memasukkan
lansia di panti jompo merupakan suatu gaya hidup, namun kita sebagai orang timur yang adat
dan kebudayaannya masih kental, memelihara, menjaga dan merawat orang tua adalah suatu
kewajiban (Yenni , 2011).

Menurut Elizabeth et al., (2014), lansia yang pindah ke tempat tinggal yang baru
seperti panti werdha, terdapat kemungkinan munculnya kesulitan beradaptasi sehingga
mereka merasa stres, kehilangan kontrol atas hidupnya, dan kehilangan identitas diri yang
secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap Quality of Life (QoL).

Seiring dengan bertambahnya usia jiuga muncul beberapa permasalahan pada lansia
yaitu meliputi biologis, psikologis, sosial, spiritual dan kultural. Pada perubahan psikologis
biasanya lazim terjadi pada lansia dalam proses penuwaan tersebut. Disebabkan oleh
beberapa macam hal faktor yang dapat menyebabkan lansia menjadi stress di antaranya jauh
dfari keluarga, kurangnya aktivitas atau aktivitas yang terlalu monoton sehingga
menyebabkan lansia menjadi bosan dan menyebabkan stress. Efek dari perubhan tersebut
dapat meneyebabkan penurunan kualitas hidup pada lansia tersebut.

Anda mungkin juga menyukai