Woc Gagal Jantung
Woc Gagal Jantung
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi
SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer /
Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar ).
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau
karsinoma bronkogenik.
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 2013, karsinoma bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan
Wilson dan June Thompson (2010) kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang
tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit
2.1.1 Definisi
2.1.3 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari tumor paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang
sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu
sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari
tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.
Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite
(paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan
dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya
karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. ( Thomson,
Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni:
1) Proton oncogen.
5
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (2017) :
1.1.1.1 Karsinoma Bronkogenik.
1. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter
dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada dan mediastinum.
2. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki. Tumor ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma
6
Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2
Stadium II T1N1M0 tanpa adanya bukti metastasis pada
/ T2N1M0 kelenjar limfe regional atau tempat yang
jauh.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2
dan terdapat bukti adanya metastasis pada
Stadium kelenjar limfe peribronkial atau hilus
IIa T3N0M0/ T3N0M0 ipsilateral.
2.1.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.
Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama
dan infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2
minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea,
hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava
superior syndroma).
Rata – rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal
2 – 5 tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase
ke daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi
penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek.
10
Gejala umum:
1) Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen
dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
2) Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan
tumor yang mengalami ulserasi.
3) Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
2.1.7 Komplikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (2017) :
1.1.1.3 Karsinoma Bronkogenik.
7. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter
dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada dan mediastinum.
8. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki. Tumor ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma
sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian
pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
9. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus
dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru –
paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh
darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan
gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
11
Kelenjar limfe regional (N) Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap
N0 ukuran dimana sudah menyerang pleura
N1 viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang
12
f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya selsel
besar yang mengindikasikan nekrosis
g. Elektrolit
h. Bronkografi
i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah
1.1.1.6 Kemoterafi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
1.1.2 Pemeriksaan Diagnostik
1.1.2.1 Radiologi
1. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
1.1.2.2 Laboratorium
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
1.1.2.3 Histopatologi.
1. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
16
4. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
1.1.7.4 Pencitraan.
1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI
17
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN
Nama : Ny.Y
Umur : 61 tahun
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : Sd
1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan Sakit Kepala
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada 4 bulan terakhir pasien di anjurkan kontrol 1
minggu sekali di poli paru.Pada saat dirumah tgl 1 November 2019 pasien
tidak ada nafsu makan.melihat kondisi seperti itu lalu keluarga membawa
18
KETERANGAN:
= Laki-laki
= Perempuan
= Meninggal
= Hubungan keluarga
= Menikah
= Tinggal serumah
= Pasien
1. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos menthis, berbaring ditempat
tidur dengan posisi terlentang.penampilan pasien tampak rapi, terpasang
19
infus Nacl 0,9% drip Aminophylin 1 ampul 15 tetes per menit di tangan
kanan.
2. Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah lesu, bentuk badan agak
berisi tidak terlalu kurus, suasana hati sedih, berbicara jelas, fungsi kognitif
orientasi waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam,
orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan,
orientasi tempat pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit.
Insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
2. Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi
85 x/menit, pernapasan 20 x/menit dan suhu 35,6oC.
3. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, , Type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan
teratur, bunyi napas tidak ada, Masalah keperawatan :Tidak ada masalah
keperawatan
4. Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, pasien tidak ada pucat, tidak ada
peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler.
Keluhan :Tidak ada keluhan
Masalah keperawatan :tidak ada masalah
5. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan baik ), M 6
( bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal, kesadaran Tn.A
compos menthis, pupil Tn.A tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan
kiripositif.
Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif;
pasien dapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan
dan kiri postif dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif
dengan skala 5, refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5,
refleks akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski
kanan dan kiri positif dengan skala 5. Uji sensasi pasien di sentuh
bisamerespon.
pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari
warna kecoklatan dan lunak konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.
8. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Pergerakan Ny.Y bebas, ekstremitas atas 5/5 dan ekstremitas bawah 5/5
normal pergerakanya dan tidak ada peradangan maupun deformitas pada
tulang, maupun patah tulang,tidak ada perlukaan, tidak ada hemiparese.
Tidak ada masalah keperawatan.
9. Kulit-kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan,
alergi kosmetik. Suhu kulit Ny.Y hangat, warna kulit normal tidak ada
kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada
peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada
masalahkeperawatan.
10. Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan
dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening. Pasien tidak
memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata.Fungsi pendengaran
baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan.
11. Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
12. Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak di kaji karena pasien menolak untuk di kaji. Tidak ada
masalah keperawatan.
3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien berharap segera sembuh dan segera pulang dari rumah sakit
22
2. Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan 160cm, berat badan sebelum sakit 52 kg, berat badan sekarang
52 kg. Diet nasi biasa, tidak ada kesukaran menelan atau normal.
𝐵𝐵 52 52
= = = 20,31
𝑇𝐵 (𝑚)² (1,6)² 2,56
4. Kognitif:
Pasien mengatakan “pasien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakit
yang diderita, pasien juga sering bertanya kepada perawat tentang penyakit
yang diderita dan rasa keiingintahuan nya untuk mencari informasi tentang
penyakit nya sekarang’’.
Masalah keperawatan : Defisit Pengetahuan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Gambaran diri: pasien selalu bersyukur, ideal diri: pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang istri
dan ibu dari anak-anaknya, harga diri: pasien sangat di perhatikan oleh
keluarga, Peran: pasien adalah sebagai Istri sekaligus Ibu untuk anaknya.
Tidak ada masalah keperawatan.
6. Aktivitas Sehari-hari
Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi setelah sakit
pasien tidak mampu melakukan aktivitas sendiri. Namun setelah sakit
pasien lebih banyak berisirahat. Saat pengkajian pasien tampak sedang
berbaring dengan posisi fowler diatas tempat tidur, saat mau duduk pasien
mampu sendiri, saat mau makan dan minum pasien mampu sendiri,
memakai pakaian dibantu, saat berjalan ke kamar mandi pasien tanpa
dibantu keluarga
3. Koping-Toleransi terhadap stress
Pasien suka bercerita dengan keluarga jika ada masalah.
Tidak Ada Masalah Keperawatan
Fransisko
26
Defisit
pengetahuan
27
PRIORITAS MASALAH