Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru
yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi
SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer /
Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar ).
Pada umumnya tumor paru terbagi atas tumor jinak (5 %) antara lain
adenoma, hamartoma dan tumor ganas (90%) adalah karsinoma bronkogenik.
Karena pertimbangan klinis maka yang dibahas adalah kanker paru atau
karsinoma bronkogenik.
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 2013, karsinoma bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan
Wilson dan June Thompson (2010) kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang
tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.

Berdasarkan data diatas penulis tertarik tertarik untuk memberikan Asuhan


Keperawatan pada Ny.Y dengan Tumor paru di Ruang Gardenia RSUD dr. Doris
Sylvanus.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1 Apa definisi Tumor paru?
1.2.2 Apa anatomi dan fisiologi Tumor paru?
1.2.3 Apa etiologi dari Tumor paru?
1.2.4 Apa klasifikasi dari Tumor paru ?
1.2.5 Bagaimana patofisiologi dan patway dari Tumor paru?
1.2.6 Apa manifestasi klinis dari Tumor paru?
1.2.7 Apa komplikasi yang ditimbulkan dari Tumor paru?
1.2.8 Apa pemeriksaan penunjang dari Tumor paru?
1.2.9 Bagaimana penatalaksanaan medis dari Tumor paru?
2

1.3. Tujuan Penulisan


1.3.1 Tujuan Umum
Mampu menjelaskan gambaran asuhan keperawatan pada Ny.Y dengan
Tumor paru.
1.3.2 Tujuan Khusus
1) Mampu mengetahui definisi Tumor paru?
2) Mampu mengetahui anatomi dan fisiologi Tumor paru?
3) Mampu mengetahui etiologi dari Tumor paru?
4) Mampu mengetahui klasifikasi dari Tumor paru?
5) Mampu mengetahui patofisiologi dan patway dari Tumor paru?
6) Mampu mengetahui manifestasi klinis dari Tumor paru?
7) Mampu mengetahui komplikasi yang ditimbulkan dari Tumor paru?
8) Mampu mengetahui pemeriksaan penunjang dari Tumor paru?
9) Mampu mengetahui penatalaksanaan medis dari Tumor paru?
1.4. Manfaat Penulisan
1.4.1 Manfaat Bagi Penulis
Memberikan pengalaman yang nyata tentang asuhan keperawatan pada pada
pasien Tumor paru.
1.4.2 Manfaat Bagi Pasien dan Keluarga
Pasien dan keluarga mengerti cara perawatan pada penyakit Tumor paru
secara benar dan bisa melakukan keperawatan di rumah dengan mandiri.
1.4.3 Manfaat Bagi Institusi Akademik
Dapat digunakan sebagai informasi bagi institusi pendidikan dalam
pengembangan dan peningkatan mutu pendidikan dimasa yang akan datang.
1.4.4 Manfaat Bagi Rumah Sakit
Dapat memberikan konstribusi untuk mengevaluasi program pengobatan
penyakit melalui upaya peningkatan kesehatan.
1.4.5 Manfaat Bagi Pembaca
Pembaca dapat memahami tentang penatalaksanaan dan perawatan pada
pasien Tumor paru.
3

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Penyakit

2.1.1 Definisi

Tumor adalah neoplasma pada jaringan yaitu pertumbuhan jaringan baru


yang abnormal. Paru merupakan organ elastis berbentuk kerucut dan letaknya
didalam rongga dada. Jenis tumor paru dibagi untuk tujuan pengobatan, meliputi
SCLC ( Small Cell Lung Cancer ) dan NSLC ( Non Small Cell Lung Cancer /
Karsinoma Skuamosa, adenokarsinoma, karsinoma sel besar ).
Menurut Hood Alsagaff, dkk. 2013, karsinoma bronkogenik adalah tumor
ganas paru primer yang berasal dari saluran napas. Sedangkan menurut Susan
Wilson dan June Thompson (2010) kanker paru adalah suatu pertumbuhan yang
tidak terkontrol dari sel anaplastik dalam paru.
2.1.2 Anatomi Fisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.
4

2.1.3 Etiologi
Meskipun etiologi sebenarnya dari tumor paru belum diketahui, tetapi ada
beberapa faktor yang agaknya bertanggung jawab dalam peningkatan insiden
kanker paru :
1. Merokok.
Tak diragukan lagi merupakan faktor utama. Suatu hubungan statistik yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang
sehari) dari kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini
mempunyai kecenderung sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan.
Selanjutnya orang perokok berat yang sebelumnya dan telah meninggalkan
kebiasaannya akan kembali ke pola resiko bukan perokok dalam waktu
sekitar 10 tahun. Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari
tembakau rokok yang jika dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.
2. Iradiasi.
Insiden karsinoma paru yang tinggi pada penambang kobalt di Schneeberg
dan penambang radium di Joachimsthal (lebih dari 50 % meninggal akibat
kanker paru) berkaitan dengan adanya bahan radioaktif dalam bentuk radon.
Bahan ini diduga merupakan agen etiologi operatif.
3. Kanker paru akibat kerja.
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite
(paru – paru hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan
dengan kromat juga mengalami peningkatan insiden.
4. Polusi udara.
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi
dari pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya
karsinogen dari industri dan uap diesel dalam atmosfer di kota. ( Thomson,
Catatan Kuliah Patologi,1997).
5. Genetik.
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,
yakni:
1) Proton oncogen.
5

2) Tumor suppressor gene.


3) Gene encoding enzyme.
6. Teori Onkogenesis.
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam
genom (onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan
cara menghilangkan (delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian
susunan pasangan basanya, tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2
berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel untuk mati secara alamiah-
programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini menyebabkan sel
sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit
genetic yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi
agresif pada jaringan sekitarnya.
7. Diet.
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, seleniumdan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. (Ilmu Penyakit Dalam,
2001).
2.1.4 Klasifikasi

Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (2017) :
1.1.1.1 Karsinoma Bronkogenik.
1. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter
dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada dan mediastinum.
2. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki. Tumor ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma
6

sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian


pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
3. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus
dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru –
paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh
darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan
gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
4. Karsinoma sel besar.
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel
ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat
dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
5. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
6. Lain – lain.
1) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
2) Tumor kelenjar bronchial.
3) Tumor papilaris dari epitel permukaan.
4) Tumor campuran dan Karsinosarkoma
5) Sarkoma
6) Tak terklasifikasi.
7) Mesotelioma.
8) Melanoma. (Price, Patofisiologi, 1995).
1.1.1.2 Stadium kanker
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 2016 American Joint
Committee on Cancer.

Gambarn TNM Defenisi


Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada
7

TIS sitologi bilasan bronkus tetapi tidak


T1 terlihat pada radiogram atau bronkoskopi
T2 Karsinoma in situ
T3 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi
T4 paru – paru atau pleura viseralis yang
normal.
Kelenjar limfe regional (N)
N0 Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam
N1 setiap ukuran dimana sudah menyerang
N2 pleura viseralis atau mengakibatkan
N3 atelektasis yang meluas ke hilus; harus
Metastasis jauh (M) berjarak 2 cm distal dari karina.
M0
M1 Tumor dalam setiap ukuran dengan
perluasan langsung pada dinding dada,
diafragma, pleura mediastinalis, atau
pericardium tanpa mengenai jantung,
Kelompok stadium pembuluh darah besar, trakea, esofagus,
Karsinoma atau korpus vertebra; atau dalam jarak 2
tersembunyi TxN0M0 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
Tumor dalam setiap ukuran yang sudah
menyerang mediastinum atau mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea,
Stadium 0 TISN0M0 esofagus, koepua vertebra, atau karina;
atau adanya efusi pleura yang maligna.
Tidak dapat terlihat metastasis pada
kelenjar limfe regional.
Metastasis pada peribronkial dan/ atau
kelenjar – kelenjar hilus ipsilateral.
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral
atau kelenjar limfe subkarina.
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar
8

– kelenjar limfe hilus kontralateral;


kelenjar – kelenjar limfe skalenus atau
supraklavikular ipsilateral atau
kontralateral.
Tidak diketahui adanya metastasis jauh
Metastasis jauh terdapat pada tempat
tertentu (seperti otak).
Sputum mengandung sel – sel ganas
Stadium tetapi tidak dapat dibuktikan adanya
I T1N0M0/ T2N0M0 tumor primer atau metastasis.

Karsinoma in situ.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2
Stadium II T1N1M0 tanpa adanya bukti metastasis pada
/ T2N1M0 kelenjar limfe regional atau tempat yang
jauh.
Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2
dan terdapat bukti adanya metastasis pada
Stadium kelenjar limfe peribronkial atau hilus
IIa T3N0M0/ T3N0M0 ipsilateral.

Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan


atau tanpa bukti metastasis pada kelenjar
limfe peribronkial atau hilus ipsilateral;
Stadium IIIb Setiap T tidak ada metastasis jauh.
N3M0/ T4 setiap NM0
Setiap tumor dengan metastasis pada
kelenjar limfe hilus tau mediastinal
kontralateral, atau pada kelenjar limfe
skalenus atau supraklavikular; atau setiap
tumor yang termasuk klasifikasi T4
dengan atau tanpa metastasis kelenjar
9

Stadium IV Setiap T, setiap limfe regional; tidak ada metastasis jauh.


N,M1
Setiap tumor dengan metastsis jauh.

2.1.5 Patofisiologi
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus
menyebabkan cilia hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan
karsinogen. Dengan adanya pengendapan karsinogen maka menyebabkan
metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang disebabkan oleh
metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul efusi
pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang
terbesar. Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti
dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk,
hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan
pada auskultasi.
Pada stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya
metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur –
struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak,
tulang rangka.

2.1.6 Manifestasi Klinis

Pada waktu masih dini gejala sangat tidak jelas utama seperti batuk lama
dan infeksi saluran pernapasan. Oleh karena itu pada pasien dengan batuk lama 2
minggu sampai 1 bulan harus dibuatkan foto X dengan gejala lain dyspnea,
hemoptoe, febris, berat badan menurun dan anemia. Pada keadaan yang sudah
berlanjut akan ada gejala ekstrapulmoner seperti nyeri tulang, stagnasi (vena cava
superior syndroma).
Rata – rata lama hidup pasien dengan kanker paru mulai dari diagnosis awal
2 – 5 tahun. Alasannya adalah pada saat kanker paru terdiagnosa, sudah metastase
ke daerah limfatik dan lainnya. Pada pasien lansia dan pasien dengan kondisi
penyakit lain, lama hidup mungkin lebih pendek.
10

Gejala umum:
1) Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor.
Batuk mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi
berkembang sampai titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen
dalam berespon terhadap infeksi sekunder.
2) Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan
tumor yang mengalami ulserasi.
3) Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.

2.1.7 Komplikasi
Klasifikasi menurut WHO untuk Neoplasma Pleura dan Paru – paru (2017) :
1.1.1.3 Karsinoma Bronkogenik.
7. Karsinoma epidermoid (skuamosa).
Kanker ini berasal dari permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk
metaplasia, atau displasia akibat merokok jangka panjang, secara khas
mendahului timbulnya tumor. Terletak sentral sekitar hilus, dan menonjol
kedalam bronki besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa centimeter
dan cenderung menyebar langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding
dada dan mediastinum.
8. Karsinoma sel kecil (termasuk sel oat).
Biasanya terletak ditengah disekitar percabangan utama bronki. Tumor ini
timbul dari sel – sel Kulchitsky, komponen normal dari epitel bronkus.
Terbentuk dari sel – sel kecil dengan inti hiperkromatik pekat dan sitoplasma
sedikit. Metastasis dini ke mediastinum dan kelenjar limfe hilus, demikian
pula dengan penyebaran hematogen ke organ – organ distal.
9. Adenokarsinoma (termasuk karsinoma sel alveolar).
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat
mengandung mukus. Kebanyakan timbul di bagian perifer segmen bronkus
dan kadang – kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut local pada paru –
paru dan fibrosis interstisial kronik. Lesi seringkali meluas melalui pembuluh
darah dan limfe pada stadium dini, dan secara klinis tetap tidak menunjukkan
gejala – gejala sampai terjadinya metastasis yang jauh.
11

10. Karsinoma sel besar.


Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk
dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel
ini cenderung untuk timbul pada jaringan paru - paru perifer, tumbuh cepat
dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh.
11. Gabungan adenokarsinoma dan epidermoid.
12. Lain – lain.
9) Tumor karsinoid (adenoma bronkus).
10) Tumor kelenjar bronchial.
11) Tumor papilaris dari epitel permukaan.
12) Tumor campuran dan Karsinosarkoma
13) Sarkoma
14) Tak terklasifikasi.
15) Mesotelioma.
16) Melanoma. (Price, Patofisiologi, 1995).
1.1.1.4 Stadium kanker
Tabel Sistem Stadium TNM untuk kanker Paru – paru: 2016 American Joint
Committee on Cancer.

Gambarn TNM Defenisi


Tumor primer (T)
T0 Tidak terbukti adanya tumor primer
Tx Kanker yang tersembunyi terlihat pada sitologi
TIS bilasan bronkus tetapi tidak terlihat pada
T1 radiogram atau bronkoskopi
T2 Karsinoma in situ
T3 Tumor dengan diameter ≤ 3 cm dikelilingi paru
T4 – paru atau pleura viseralis yang normal.

Kelenjar limfe regional (N) Tumor dengan diameter 3 cm atau dalam setiap
N0 ukuran dimana sudah menyerang pleura
N1 viseralis atau mengakibatkan atelektasis yang
12

N2 meluas ke hilus; harus berjarak 2 cm distal dari


N3 karina.
Metastasis jauh (M)
M0 Tumor dalam setiap ukuran dengan perluasan
M1 langsung pada dinding dada, diafragma, pleura
mediastinalis, atau pericardium tanpa mengenai
jantung, pembuluh darah besar, trakea,
esofagus, atau korpus vertebra; atau dalam jarak
Kelompok stadium 2 cm dari karina tetapi tidak melibat karina.
Karsinoma Tumor dalam setiap ukuran yang sudah
tersembunyi TxN0M0 menyerang mediastinum atau mengenai jantung,
pembuluh darah besar, trakea, esofagus, koepua
vertebra, atau karina; atau adanya efusi pleura
yang maligna.
Stadium 0 TISN0M0 Tidak dapat terlihat metastasis pada kelenjar
limfe regional.
Metastasis pada peribronkial dan/ atau kelenjar
– kelenjar hilus ipsilateral.
Metastasis pada mediastinal ipsi lateral atau
kelenjar limfe subkarina.
Metastasis pada mediastinal atau kelenjar –
kelenjar limfe hilus kontralateral; kelenjar –
kelenjar limfe skalenus atau supraklavikular
ipsilateral atau kontralateral.
Tidak diketahui adanya metastasis jauh
Metastasis jauh terdapat pada tempat tertentu
(seperti otak).
Sputum mengandung sel – sel ganas tetapi tidak
dapat dibuktikan adanya tumor primer atau
metastasis.

Stadium I T1N0M0/ T2N0M0 Karsinoma in situ.


13

Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 tanpa


adanya bukti metastasis pada kelenjar limfe
regional atau tempat yang jauh.
Stadium II T1N1M0 / T2N1M0 Tumor termasuk klasifikasi T1 atau T2 dan
terdapat bukti adanya metastasis pada kelenjar
limfe peribronkial atau hilus ipsilateral.

Stadium IIa T3N0M0/ T3N0M0 Tumor termasuk klasifikasi T3 dengan atau


tanpa bukti metastasis pada kelenjar limfe
peribronkial atau hilus ipsilateral; tidak ada
metastasis jauh.

Stadium IIIb Setiap T Setiap tumor dengan metastasis pada kelenjar


N3M0/ T4 setiap NM0 limfe hilus tau mediastinal kontralateral, atau
pada kelenjar limfe skalenus atau
supraklavikular; atau setiap tumor yang
termasuk klasifikasi T4 dengan atau tanpa
metastasis kelenjar limfe regional; tidak ada
metastasis jauh.

Stadium IV Setiap T, setiap Setiap tumor dengan metastsis jauh.


N,M1

2.1.8 Pemeriksaan penunjang


Menurut Somantri (2008), pemeriksaan penunjang pada pasien
tuberkulosis adalah:
a. Sputum Culture
b. Ziehl neelsen: Positif untuk BTA
c. Skin test (PPD, mantoux, tine, and vollmer, patch)
d. Chest X-ray
e. Histologi atau kultur jaringan: positif untuk Mycobacterium tuberculosis
14

f. Needle biopsi of lung tissue: positif untuk granuloma TB, adanya selsel
besar yang mengindikasikan nekrosis
g. Elektrolit
h. Bronkografi
i. Test fungsi paru-paru dan pemeriksaan darah

2.1.9 Penatalaksanaan Medis


Tujuan pada pembedahan kanker paru sama seperti penyakit paru lain,
untuk mengankat semua jaringan yang sakit sementara mempertahankan sebanyak
mungkin fungsi paru – paru yang tidak terkena kanker.
1. Toraktomi eksplorasi.
Untuk mengkomfirmasi diagnosa tersangka penyakit paru atau toraks
khususnya karsinoma, untuk melakukan biopsy
2. Pneumonektomi pengangkatan paru).
Karsinoma bronkogenik bilaman dengan lobektomi tidak semua lesi bisa
diangkat.
3. Lobektomi (pengangkatan lobus paru).
Karsinoma bronkogenik yang terbatas pada satu lobus, bronkiaktesis bleb
atau bula emfisematosa; abses paru; infeksi jamur; tumor jinak tuberkulois.
4. Resesi segmental.
Merupakan pengankatan satau atau lebih segmen paru.
5. Resesi baji.
Tumor jinak dengan batas tegas, tumor metas metik, atau penyakit
peradangan yang terlokalisir. Merupakan pengangkatan dari permukaan paru
– paru berbentuk baji (potongan es).
6. Dekortikasi.
Merupakan pengangkatan bahan – bahan fibrin dari pleura viscelaris)
1.1.1.5 Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan
bisa juga sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti
mengurangi efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
15

1.1.1.6 Kemoterafi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk
menangani pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta
untuk melengkapi bedah atau terapi radiasi.
1.1.2 Pemeriksaan Diagnostik
1.1.2.1 Radiologi
1. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya
kanker paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat
menyatakan massa udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis
erosi tulang rusuk atau vertebra.
2. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
1.1.2.2 Laboratorium
1. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
2. Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan
ventilasi.
3. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker
paru).
1.1.2.3 Histopatologi.
1. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
2. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran
< 2 cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
3. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
16

4. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang
terlibat.
5. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
1.1.7.4 Pencitraan.
1. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
2. MRI
17

BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN

Berdasarkan hasil pengkajian yang telah di ruangan Gardenia pada tanggal 7


November 2019, pada pukul 07.30 WIB didapatkan hasil pengkajian :

3.1 PENGKAJIAN

3.1.1 DENTITAS KLIEN

Nama : Ny.Y

Umur : 61 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia

Agama : Islam

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Pendidikan : Sd

Status Perkawinan : Menikah

Alamat : Pahandut Seberang

TGL MRS : 1 November 2019

Diagnosa Medis : Tumor Paru

3.1.2 RIWAYAT KESEHATAN/PERAWATAN

1. Keluhan Utama
Pasien mengatakan Sakit Kepala
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan pada 4 bulan terakhir pasien di anjurkan kontrol 1
minggu sekali di poli paru.Pada saat dirumah tgl 1 November 2019 pasien
tidak ada nafsu makan.melihat kondisi seperti itu lalu keluarga membawa
18

pasien pergi ke RS Dr. Doris Sylvanus lansung di bawa ke ruangan


Gardenia untuk penanganan lebih lanjut.terpasang infus NACL drip
aminopilin 1 ampul.
3. Riwayat Penyakit Sebelumnya (riwayat penyakit dan riwayat operasi)
Pasien mengatakan pernah dilakukan tindakan operasi ketarak sebelah
kanan 5 tahun yang lalu.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keluarga.
GENOGRAM KELUARGA:

KETERANGAN:

= Laki-laki

= Perempuan

= Meninggal

= Hubungan keluarga

= Menikah

= Tinggal serumah

= Pasien

3.1.3 PEMERIKSAAN FISIK

1. Keadaan Umum
Pasien tampak sakit sedang, kesadaran compos menthis, berbaring ditempat
tidur dengan posisi terlentang.penampilan pasien tampak rapi, terpasang
19

infus Nacl 0,9% drip Aminophylin 1 ampul 15 tetes per menit di tangan
kanan.
2. Status Mental
Tingkat kesadaran compos menthis, ekspresi wajah lesu, bentuk badan agak
berisi tidak terlalu kurus, suasana hati sedih, berbicara jelas, fungsi kognitif
orientasi waktu pasien dapat membedakan antara pagi, siang, malam,
orientasi orang pasien dapat mengenali keluarga maupun petugas kesehatan,
orientasi tempat pasien mengetahui bahwa sedang berada di rumah sakit.
Insight baik, mekanisme pertahanan diri adaptif.
2. Tanda-tanda Vital
Pada saat pengkajian tanda–tanda vital, tekanan darah 140/80 mmHg, Nadi
85 x/menit, pernapasan 20 x/menit dan suhu 35,6oC.
3. Pernapasan (Breathing)
Bentuk dada simetris, , Type pernafasan dada dan perut, irama pernafasan
teratur, bunyi napas tidak ada, Masalah keperawatan :Tidak ada masalah
keperawatan
4. Cardiovasculer (Bleeding)
Tidak ada nyeri, cappilary refill ≤2 detik, pasien tidak ada pucat, tidak ada
peningkatan Vena Jugularis, Bunyi Jantung S1 S2 Reguler.
Keluhan :Tidak ada keluhan
Masalah keperawatan :tidak ada masalah
5. Persyarafan (Brain)
Nilai GCS E:4 ( membuka mata spontan ), V:5 ( orentasi dengan baik ), M 6
( bergerak sesuai perintah ) dan total Nilai GCS:15 normal, kesadaran Tn.A
compos menthis, pupil Tn.A tidak ada kelainan, reflex cahaya kanan dan
kiripositif.

Hasil dari uji syaraf kranial, saraf kranial I (Olfaktorius): pada


pemeriksaan menggunakan minyak kayu putih dengan mata tertutup
pasien mampu mengenali bau minyak kayu putih tersebut. Saraf kranial II
(Optikus): pasien mampu membaca nama perawat dengan baik pada saat
perawat meminta pasien untuk membaca namanya. Saraf kranial III
(Okulomotor): pasien dapaat mengangkat kelopak matanya dengan baik.
20

Saraf kranial IV (Troklearis): pasien dapat menggerakkan bola matanya


(pergerakan bola mata normal). Saraf kranial V (Trigeminalis): pada saat
pasien makan pasien dapat mengunyah dengan lancar. Saraf kranial VI
(Abdusen): pasien mampu menggerakan bola matanya ke kiri dan
kekanan. Saraf kranial VII (Fasialis): pasien dapat membedakan
rasamanis dan asin. Saraf kranial VIII (Auditorius): pasien dapat
menjawab dengan benar dimana suara petikan jari perawat kiri dan
kanan. Saraf kranial IX (Glosofaringeus): pasien dapat merasakan rasa
asam. Saraf kranial X (Vagus): pada saat makan pasien dapat mengontrol
proses menelan. Saraf kranial XI (Assesorius): pasien dapat
menggerakkan leher dan bahu. Saraf kranial XII (Hipoglosus): pasien
mampu mengeluarkan lidahnya.

Hasil uji koordinasi ekstremitas atas jari ke jari positif, jari ke hidung
positif. Ekstremitas bawah tumit ke jempol kaki, uji kestabilan positif;
pasien dapat menyeimbangkan tubuhnya, refleks bisep dan trisep kanan
dan kiri postif dengan skala 5, refleks brakioradialis kanan dan kiri positif
dengan skala 5, refleks patela kanan dan kiri positif dengan skala 5,
refleks akhiles kanan dan kiri positif dengan skala 5, refleks babinski
kanan dan kiri positif dengan skala 5. Uji sensasi pasien di sentuh
bisamerespon.

Tidak ada masalah keperawatan.

6. Eliminasi Urine (Bladder)


Produksi urine 950 ml/3x24 jam, warna urine kuning, bau urine amoniak.
Eliminasi Ny.Y tidak ada masalah atau lancar keluhan dan masalah
keperawatan.
7. Eliminasi Alvi (Bowel)
Sistem pencernaan, bibir terlihat tampak kering, tidak ada lesi.Gigi tidak
caries, gusi terlihat tidak ada peradangan dan perdarahan, lidah berwana
merah muda dan tidak ada peradangan, tidak ada perdarahan pada mukosa,
tidak ada peradangan pada tonsil, tidak ada keluhan nyeri pada tenggorokan
saat menelan. Palpasi abdomen tidak teraba massa dan tidak ada nyeri tekan
21

pada abdomen. Tidak ada hemoroid pada rectum. Pasien BAB 1x sehari
warna kecoklatan dan lunak konsistensinya.
Tidak ada masalah keperawatan.
8. Tulang – Otot – Integumen (Bone)
Pergerakan Ny.Y bebas, ekstremitas atas 5/5 dan ekstremitas bawah 5/5
normal pergerakanya dan tidak ada peradangan maupun deformitas pada
tulang, maupun patah tulang,tidak ada perlukaan, tidak ada hemiparese.
Tidak ada masalah keperawatan.
9. Kulit-kulit Rambut
Riwayat alergi pasien tidak pernah mengalami alergi obat, alergi makanan,
alergi kosmetik. Suhu kulit Ny.Y hangat, warna kulit normal tidak ada
kelainan, turgor kulit halus tidak kasar maupun kemerahan tidak ada
peradangan, jaringan parut tidak ada, tekstur rambut lurus, distribusi rambut
merata, bentuk kuku simetris tidak ada kelainan tidak ada
masalahkeperawatan.
10. Sistem Penginderaan
Fungsi penglihatan normal, bola mata bergerak normal, visus mata kanan
dan mata kiri normal 5/5, sklera normal/putih, kornea bening. Pasien tidak
memakai kecamata dan tidak keluhan nyeri pada mata.Fungsi pendengaran
baik, penciuman normal, hidung simetris, dan tidak ada polip.
Tidak ada masalah keperawatan.
11. Leher dan Kelenjar Limfe
Massa tidak ada, jaringan parut tidak ada, kelenjar limfe tidak teraba,
kelenjar tyroid tidak teraba, mobilitas leher bergerak bebas tidak terbatas.
12. Sistem Reproduksi
Reproduksi tidak di kaji karena pasien menolak untuk di kaji. Tidak ada
masalah keperawatan.
3.1.4 POLA FUNGSI KESEHATAN
1. Persepsi Terhadap Kesehatan dan Penyakit:
Pasien berharap segera sembuh dan segera pulang dari rumah sakit
22

2. Nutrisida Metabolisme
Tinggi badan 160cm, berat badan sebelum sakit 52 kg, berat badan sekarang
52 kg. Diet nasi biasa, tidak ada kesukaran menelan atau normal.

𝐵𝐵 52 52
= = = 20,31
𝑇𝐵 (𝑚)² (1,6)² 2,56

20,31 = BB sedang 18-25

Pola Makan Sehari-hari Selama Sakit Sebelum


sakit
Frekuensi/hari 3 x sehari 3x1 sehari
Porsi 1 porsi 1 porsi
Nafsu makan Baik Baik
Nasi,
Jenis makanan Nasi, lauk, sayur, buah sayur,
lauk,buah
Air
Jenis minuman Air mineral
mineral
±
Jumlah minuman/cc/24 jam ± 300cc/jam
300cc/jam
Pagi,
Kebiasaan makan Pagi, Siang, Malam Siang,
Malam
Keluhan/masalah keperawatan Tidak Ada Tidak Ada
23

3. Pola istirahat dan tidur:


Pasien mengatakan sebelum sakit tidur pada malam hari 6-8 jam sedangkan
pada siang hari 1-2 jam. Saat sakit pasien tidur malam hari 2-4 jam dan
siang hari 1jam.
Masalah keperawatan :

4. Kognitif:
Pasien mengatakan “pasien tampak bingung ketika ditanya tentang penyakit
yang diderita, pasien juga sering bertanya kepada perawat tentang penyakit
yang diderita dan rasa keiingintahuan nya untuk mencari informasi tentang
penyakit nya sekarang’’.
Masalah keperawatan : Defisit Pengetahuan
5. Konsep diri (Gambaran diri, ideal diri, identitas diri, harga diri, peran):
Gambaran diri: pasien selalu bersyukur, ideal diri: pasien ingin cepat
sembuh dari penyakit yang di deritanya, identitas diri: pasien seorang istri
dan ibu dari anak-anaknya, harga diri: pasien sangat di perhatikan oleh
keluarga, Peran: pasien adalah sebagai Istri sekaligus Ibu untuk anaknya.
Tidak ada masalah keperawatan.

6. Aktivitas Sehari-hari

Sebelum sakit pasien dapat beraktivitas seperti biasanya tetapi setelah sakit
pasien tidak mampu melakukan aktivitas sendiri. Namun setelah sakit
pasien lebih banyak berisirahat. Saat pengkajian pasien tampak sedang
berbaring dengan posisi fowler diatas tempat tidur, saat mau duduk pasien
mampu sendiri, saat mau makan dan minum pasien mampu sendiri,
memakai pakaian dibantu, saat berjalan ke kamar mandi pasien tanpa
dibantu keluarga
3. Koping-Toleransi terhadap stress
Pasien suka bercerita dengan keluarga jika ada masalah.
Tidak Ada Masalah Keperawatan

4. Nilai Pola Keyakinan


24

Pasien dan keluarga mengatakan tidak ada pertentangan dengan tindakan


medis dengan keyakinan yang dianut.
Tidak ada masalah keperawatan.
3.1.5 SOSIAL – SPIRITUAL
1. Kemampuan berkomunikasi
Klien mampu berkomunikasi dengan kata-kata yang jelas.
2. Bahasa sehari-hari
Klien mengatakan menggunakan bahasa dayak dan indonesia
3. Hubungan dengan keluarga
Hubungan klien dengan keluarga baik dan harmonis.
4. Hubungan dengan teman/petugas kesehatan/orang lain
Hubungan klien dengan teman, petugas kesehatan dan orang lain baik.
5. Orang berarti/terdekat
Orang terdekat bagi klien adalah keluarga.
6. Kebiasaan menggunakan waktu luang
Sebelum sakit kebiasaan klien dalam meluangkan waktu berkumpul
bersama keluarga, setelah sakit klien hanya terbaring beristirahat.
7. Kegiatan beribadah
Pasien selalu melaksanakan ibadah.

3.1.6 DATA PENUNJANG (RADIOLOGIS, LABORATORIUM, PENUNJANG


LAINNYA)
1. TABEL PEMERIKSAAN LABORATORIUM :5 November 2019
Parameter Hasil Nilai Normal

WBC 16,18 4,50 – 11,00

HCT 49,4 37,0 – 48,0

HGB 15,9 10,5 – 18,0

PLT 249 150 – 400


25

2. PEMERIKSAAN RADIOLOGI : 19/01/ 2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Pemeriksaan


MSCT SCAN TORAK TUMOR PARU

3.1.6 PENATALAKSANAAN MEDIS :


N
Terapi Obat Dosis Rute Indikasi
o.
1. Nacl 0,9% 15 TPM Infus Pengganti cairan tubuh
2. Aminophylin 1 ampul Drip Mengobati obstruksi
Infus saluran nafas
3. Keterolac 30mg 1x2 Untuk menghilangkan
nyeri
4 Po/MTT 15mg 2x1

Palangka Raya, 07 November 2019


Mahasiswa

Fransisko
26

3.2 TABEL ANALISA DATA

DATA SUBYEKTIF DAN DATA KEMUNGKINAN MASALAH


OBYEKTIF PENYEBAB

DS: Ketidaktahuan Defisit


menemukan sumber Pengetahuan
- Pasien mengatakan tidak tahu informasi
penyakit apa yg dideritanya

DO :
Menanyakan masalah
- Tampak bingung ketika yang dihadapi
ditanya tentang penyakit
yang diderita ↓
- Pasien juga sering bertanya
kepada perawat tentang Menunjukan persepsi
penyakit yang diderita yang keliru terhadap
- Rasa keiingintahuan nya masalah
untuk mencari informasi ↓
tentang penyakit yang
diderita sekarang Manajemen Pneumonia

Defisit
pengetahuan
27

PRIORITAS MASALAH

1.Defisit pengetahuan berhubungan dengan ketidaktahuan menemukan


informasi dibuktikan dengan :
DS:
- Pasien mengatakan tidak tahu penyakit apa yg dideritanya
DO :
- Tampak bingung ketika ditanya tentang penyakit yang diderita
- Pasien juga sering bertanya kepada perawat tentang penyakit yang
diderita
- Rasa keiingintahuan nya untuk mencari informasi tentang penyakit
yang diderita sekarang
2

Anda mungkin juga menyukai